• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA HARAPAN I MEDAN TERHADAP AKNE VULGARIS (JERAWAT) SELAMA PANDEMI COVID-19 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA HARAPAN I MEDAN TERHADAP AKNE VULGARIS (JERAWAT) SELAMA PANDEMI COVID-19 SKRIPSI"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

(JERAWAT) SELAMA PANDEMI COVID-19

SKRIPSI

Oleh:

SAYYID MUHAMMAD ZIYAAD 170100188

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA HARAPAN I MEDAN TERHADAP ACNE VULGARIS

(JERAWAT) SELAMA PANDEMI COVID-19

SKRIPSI

DIAJUKAN SEBAGAI BAHAN UNTUK PERSYARATAN MENGAMBIL GELAR SARJANA KEDOKTERAN

Oleh:

SAYYID MUHAMMAD ZIYAAD 170100188

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(3)
(4)

ii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa menyertai penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam tidak lupa pula penulis sampaikan kepada utusan-Nya, Nabi Muhammad SAW, semoga kelak kita mendapatkan syafa’at Beliau di hari akhir nanti. Aamiin Aamiin yaa Rabbal’Alamiin. Dengan selesainya penulisan karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Siswi SMA Harapan I Medan Terhadap Acne Vulgaris (Jerawat) Selama Pandemi Covid-19” yang merupakan salah satu syarat kelulusan pendidikan sarjana kedokteran pada program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam proses penyelesaian penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaannya kepada:

1. Kedua orang tua yang penulis hormati dan sayangi, ayahanda dr. Muhammad Fauzi Nasution, Sp.B, Sp.B(K)V, M.Surg dan ibunda dr. Dewi Aryanti yang telah banyak memberikan dorongan moril, doa, materiil serta pengorbanannya sehingga bisa mengantarkan penulis sampai titik ini.

2. Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

3. Prof. Dr. dr. Aldy S. Rambe, Sp.S (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara beserta jajarannya.

4. Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA, Sp.KK selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak membantu penulis, meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing penulis mulai dari awal penyusunan penelitian hingga terselesaikannya laporan penelitian ini.

(5)

5. dr. Zaimah Z. Tala, MS, Sp.GK dan dr. Dewi Indah Sari Srg, M.Ked(Clin.Path), Sp.PK selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang sangat membangun dan membantu penulis untuk mendapatkan hasil yang terbaik pada penelitian ini.

6. dr. Abdul Halim Raynaldo, M.Ked(Cardio), Sp.JP selaku dosen penasihat akademik penulis dan seluruh staf pengajar FK USU yang telah banyak memberikan bimbingannya dan pembelajaran kepada penulis selama perkuliahan hingga terselesainya masa studi penulis..

7. Bapak Ibnu Rusdi, S.Pd, M.Si selaku Wakil Kepala Sekolah SMA Harapan 1 dan Kepala Sekolah, serta para guru di sekolah yang telah memberikan dukungan, izin dan memfasilitasi tempat penelitian sehingga penelitian ini dapat berjalan

dengan lancar.

8. Teman terbaik penulis Intania Cahya Sari Bangun yang telah memberikan bantuan, saran dan motivasi sehingga penulis tetap semangat untuk menjalani dan menyelesaikan penelitian ini.

9. Saudara saya atau kakak saya dr. Fathiah Husain yang selalu mengajari saya dalam segala hal.

10. Teman-teman saya, Farid, Fauzan, Ardi, Lionel, Lina, Adrian, dan masih banyak lagi yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan namanya.

11. Saudara, sahabat serta sejawat, terkhusus angkatan 2017 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang senantiasa menemani dan memberikan motivasi kepada penulis selama proses penelitian.

(6)

iv

Demikianlah skripsi ini penulis selesaikan. Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar lebih baik lagi kedepannya. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

penulis sendiri maupun orang lain khususnya dalam perkembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang kedokteran.

Medan, Desember 2020 Hormat saya

Sayyid Muhammad Ziyaad

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Peneltian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.3.3 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Pengetahuan ... 5

2.1.1 Tingkat Pengetahuan... 5

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan... 6

2.1.3 Cara Mengukur Pengetahuan ... 8

2.2 Sikap ... 8

2.2.1 Pengertian Sikap ... 8

2.2.2 Komponen Pokok Sikap ... 9

2.2.3 Tingkat Sikap ... 9

2.3 Akne Vulgaris ... 9

2.3.1 Definsi ... 9

2.3.2 Epidemiologi ... 10

2.3.3 Etiologi... 10

2.3.4 Patogenesis... 13

(8)

vi

2.3.5 Manifestasi Klinis ... 14

2.3.6 Gradasi Akne Vulgaris... 15

2.4 Coronavirus ... 16

2.4.1. Definisi... 16

2.4.2 Pencegahan ... 17

2.5 Cuci Tangan... 18

2.5.1 Pengertian ... 18

2.5.2 Tujuan ... 18

2.5.3 Indikasi Cuci Tangan ... 19

2.5.4 Cuci Tangan 6 Langkah dengan Hand wash dan Hand rub ... 19

2.6 Kerangka Teori ... 24

2.7 Kerangka Konsep ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian... 26

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

3.2.1. Lokasi Penelitian... 26

3.2.2. Waktu Penelitian ... 26

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 26

3.3.1. Populasi ... 26

3.3.2. Sampel Penelitian ... 26

3.4. Definisi Operasional ... 27

3.5. Metode Pengolahan Data ... 29

3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas... 30

3.7. Metode Analisa Data ... 31

3.8. Etichal Clearance ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 32

4.1. Hasil Penelitian ... 32

4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 32

4.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 32

4.1.3. Analisis Univariat ... 32

4.2. Pembahasan ... 34

(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

5.1 Kesimpulan ... 36

5.2 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(10)

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Hasil Uji Validitas dan Realibitas 31

4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas

33 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan 34 4.3

4.4 4.5

Distribusi Frekuensi Hasil Uji Sikap Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Kelas Penilaian Sikap Berdasarkan Kelas

34 35 35

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1.

Gambar 2.2.

Gambar 2.3 Gambar 2.4

Handwash Handrub Kerangka Teori Kerangka Konsep

21 23 24 25

(12)

x

DAFTAR SINGKATAN

ACTH = Adenocorticotropin Hormon

SARS Cov-2 = Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 Covid-19 = Coronavirus Disease 2019

HPA = Hipotalamus Pituitary Axis

PHBS = Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PSBB = Pembatasan Sosial Berskala Besar

UNESCO = United Nations, Education, Scientific and Cultural Organization

UV = Ultra Violet

WHO = World Health Organization

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Daftar Riwayat Hidup ... 39

Lampiran B. Pernyataan ... 40

Lampiran C. Surat Persetujuan Komisi Etik ... 41

Lampiran D. Surat Ijin Penelitian... 42

Lampiran E. Surat Ijin Melakukan Penelitian di Sekolah ... 43

Lampiran F. Lembar Penjelasan ... 44

Lampiran G. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 45

Lampiran H. Kuesioner ... 46

Lampiran I. Uji Validitas dan Reabilitas... 50

Lampiran J. Hasil Pengolahan Data ... 51

(14)

xii

ABSTRAK

Latar Belakang: Akne vulgaris adalah suatu kelainan dari folikel sebasea khusus yang berkaitan dengan folikel rambut dan kelenjar sebasea yang tersering dijumpai pada wajah, dada, dan punggung. Pandemi Covid-19 membuat banyak orang merasa bingung, cemas, stres, dan frustasi. Sejumlah orang khawatir sakit atau tertular Covid-19. Bagi siswa siswi mereka juga risau masalah pendidikan. Stress psikologis merupakan salah satu faktor pemicu timbulnya akne vulgaris atau bahkan memperberat kondisi akne yang telah ada. Pembersihan wajah merupakan peran penting dalam menunjang keberhasilan pengobatan akne vulgaris tetapi tidak berarti menyingkirkan faktor-faktor akne vulgaris.

Tujuan: Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahun dan sikap siswi SMA Harapan 1 terhadap akne vulgaris selama pandemi COVID-19. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Hasil: tingkat pengetahuan siswi kelas XI dan XII Terhadap acne vulgaris selama pandemi Covid-19 melalui virtual paling banyak ada kategori cukup (53.9%), kategori baik (46.1%) dan kategori kurang (0%) dan sikap siswi kelas XI dan XII Terhadap akne vulgaris selama pandemi Covid-19 melalui virtual paling banyak dalam kategori cukup (60.5%), kategori baik (39.5%) dan kategori kurang (0%). Kesimpulan: berdasarkan penelitian ini tingkat pengetahuan dan sikap siswi SMA Harapan 1 medan dikategorikan cukup.

Kata kunci : Faktor risiko acne vulgaris, acne vulgaris, stress psikologis.

(15)

ABSTRACT

Background: Acne vulgaris is a disorder of sebaceous follicles specifically associated with the hair follicles and sebaceous tails, which are commonly found on the face, chest and back. The Covid-19 pandemic has left many people feeling confused, anxious, stressed and frustrated.

Worried that people are sick or have contracted Covid-19. For students they are also worried about education problems. Psychological stress is one of the factors that cause acne vulgaris or even aggravate existing acne conditions. Facial cleansing is an important role in men supporting acne vulgaris services, but it doesn’t mean the factors of acne vulgaris.Objective: To describe the level of knowledge and attitudes of Harapan 1 high school students towards acne vulgaris during the COVID-19 pandemic. Methods: This study was a descriptive study with a cross sectional design. The sampling technique used was purposive sampling. Results: The level of knowledge of class XI and XII students on acne vulgaris during the Covid-19 pandemic through virtual was mostly in the moderate category (53.9%) , the good category (46.1%) and the poor category (0%) and the attitudes of class XI and XII students towards acne vulgaris during the Covid-19 pandemic through virtual were mostly in the moderate category (60.5%), the good category (39.5%) and the poor category. (0%). Conclusion:Based on this research, the level of knowledge and attitudes of SMA Harapan 1 Medan students are categorized as enough.

Key words: Risk factors for acne vulgaris, acne vulgaris, psychological stress

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Corona Virus Diseases 2019 (COVID-19) adalah penyakit yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome corona virus 2 (SARS-CoV-2). Virus tersebut adalah virus jenis baru dari keluarga Corona virus yang dapat menyebabkan berbagai penyakit pada sistem pernapasan mulai dari gejala ringan hingga gejala berat (PDPI, 2020). SARS-CoV-2 ditularkan melalui kontak langsung dengan penderita, droplet yang dikeluarkan pada saat bersin/batuk, serta tangan yang menyentuh hidung, mulut, dan mata setelah menyentuh benda yang terkontaminas (WHO, 2020)

Kebijakan pemerintah di masa pandemi ini yaitu di berlakukannya pembatasan sosial berskala besar yaitu pembatasan kegiatan tertentu dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi. PSBB bertujuan mencegah meluasnya penyebaran penyakit Covid-19 antar orang yang telah ditetapkan berisiko dan menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat.

Pandemi ini membuat banyak orang merasa bingung, cemas, stres, dan frustasi. Sejumlah orang khawatir sakit atau tertular Covid-19. Bagi siswa siswi mereka juga risau masalah pendidikan. Menurut data Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), setidaknya ada 290,5 juta siswa di seluruh dunia yang aktivitas belajarnya menjadi terganggu akibat sekolah yang ditutup

Stress psikologis merupakan salah satu faktor pemicu timbulnya akne vulgaris atau bahkan memperberat kondisi akne yang telah ada. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam perkembangan emosional, dan psikologis, dimana keadaan tersebut dapat mempengaruhi kejiwaan seseorang individu maupun komplikasi psikososial yang rentan terhadap timbulnya stres (Abdullah E, 2017).

Akne vulgaris adalah gangguan kronis pilosebaceous dengan beberapa factor etiologi dan patogenesis. Empat patofisiologi utama akne vulgaris yaitu

(17)

meningkatkan produksi sebum, hiperkeratinisasi folikel, peradangan dan kolonisasi Propionibacterium (P.Acne) (Putra, 2019). Meskipun akne vulgaris tidak menimbulkan fatalitas, tetapi akne vulgaris cukup merisaukan karena berhubungan dengan menurunnya kepercayaan diri akibat berkurangnya keindahan pada wajah penderita. Salah satu penyakit kulit yang banyak dijumpai secara global pada remaja dan dewasa muda adalah jerawat atau akne vulgaris (Abdullah E, 2017).

Perilaku hidup bersih dan sehat juga diterapkan untuk pencegahan. Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran dan hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Dinkes, 2008, dalam Destya, 2009).

Melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) bermanfaat untuk mencegah, menanggulangi dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif dan efisien (Depkes, 2007).

Pembersihan wajah merupakan peran penting dalam menunjang keberhasilan pengobatan akne vulgaris tetapi tidak berarti menyingkirkan faktor-faktor akne vulgaris (Ingram et al., 2010). Frekuensi membersihkan wajah berhubungan dengan timbulnya akne vulgaris, dimana makin sering wajah dibersihkan semakin rendah angka kejadian akne vulgaris. Pasien akne vulgaris lebih dari 50% lalai dalam membersihkan wajah dan kejadian ini berhubungan dengan semakin parahnya akne vulgaris, persepsi masyarakat umum percaya bahwa membersihkan kulit akan mengurangi angka kejadian akne vulgaris, meskipun dokter ahli kulit telah memperingati bahwa overwashing dan menggosok berlebihan dapat mengiritasi dan memperburuk akne vulgaris, terutama dapat memperparah folikel sebasea (Legiawati,2010).

Mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu upaya pencegahan melalui tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun. Tangan manusia seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan

(18)

3

menyebabkan patogen berpindah dari satu orang atau dari alam ke orang lain melalui kontak langsung atau tidak langsung (Depkes, 2009; Wagner & Lanoix).

Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan bahwa, Stress dapat memicu timbulnya akne pada wajah dan untuk mencegahnya salah satunya dengan cara melakukan pola hidup bersih dan sehat. Oleh sebab itu peneliti ini melakukan penelitiian untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap siswi SMA Harapan 1 terhadap akne vulgaris selama pandemi Covid-19.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan dan sikap siswi SMA HARAPAN 1 terhadap akne vulgaris selama pandemi COVID-19?

1.3 Tujuan Peneltian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahun dan sikap siswi SMA Harapan 1 terhadap akne vulgaris selama pandemi COVID-19.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan terhadap akne vulgaris selama pandemi COVID 19 pada siswi kelas XI SMA.

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan terhadap akne vulgaris selama pandemi COVID 19 pada siswi kelas XII SMA.

3. Untuk mengetahui sikap terhadap akne vulgaris selama pandemi COVID 19 pada siswi kelas XI SMA.

4. Untuk mengetahui sikap terhadap akne vulgaris selama pandemi COVID 19 pada siswi kelas XII SMA.

1.3.3 Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan Kedokteran/Kesehatan

Data dari penelitian yang dilakukan ini diharapkan menjadi ilmu pengetahuan yang baru dan sebagai sumber acuan belajar

.

2. Bagi Bidang Kesehatan

(19)

Memberi informasi tentang tingkat pengetahuan dan sikap siswi SMA Harapan 1 terhadap akne vulgaris selama pandemi COVID-19.

3. Bagi Masyarakat

Hasil dari penelitian ini diharapkan agar masyarakat mengetahui ada atau tidaknya hubungan tingkat pengetahuan tentang akne vulgaris selama masa pandemi COVID-19.

4. Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai data untuk penelitian selanjutnya.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah penginderaan manusia atau tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.

Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain (Notoadmodjo, 2007).

Pengetahuan merupakan domain yang paling penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, maka dari itu perilaku yang didasari dengan pengetahuan dan kesadaran akan bertahan lama dibandingkan perilaku yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan kesadaran (Notoatmodjo, 2003).

2.1.1 Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif menurut Bloom (dalam Notoadmojdo, 2007). Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi.

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

(21)

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur.Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhann yang baru.Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan dan dapat meringkas terhadap teori-teori yang sudah ada .

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kempuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoattmodjo, 2007).

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya : 1. Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan melalui upaya pengajaran dan pelatihan. semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal baru tersebut. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkatpendidikan rendah,

(22)

7

maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang barudiperkenalkan.

2. Paparan informasi

Informasi adalah data yang diperoleh dari observasi terhadap lingkungan sekitar yang diteruskan melalui komunikasi dalam kehidupan sehari-hari 3. Media masa / informasi

Media adalah sarana yang dapat dipergunakan seseorang dalam memperoleh pengetahuan dan secara khusus dirancang untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Contohnya: televisi, radio, koran, dan majalah.

4. Sosial ekonomi

Menurut WHO fasilitas dan sumber dana berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Besarnya kemampuan ekonomi berpengaruh pada kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kecakapan seseorang.

5. Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan keluarganya. Merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan, bukan sumber kesenangan, dan kegiatan yang menyita waktu (Wawan & M., 2010) Lingkungan pekerjaan dapat membuat seeorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

6. Lingkungan Geografis

Lingkungan geografis berpengaruh pada penyediaan sarana informasi dan kemampuan untuk mendapatkan informasi. Perbedaan desa dan kota dapat mempengaruhi akses informasi. Sehingga dapat menimbulkan perbedaan tingkat pengetahuan antara satu daerah dengan lainnya.

7. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik.Sebaiknya, jika pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang

(23)

sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang.

Pengalaman ini akhirnya dapat membentu sikap positif dalam kehidupannya

8. Umur

Umur dapat menggambarkan kematangan psikis dan social seseorang sehingga mempengaruhi baik tidaknya seseorang dalam proses belajar mengajar. Bertambahnya usia seseorang mempengaruhi bertambahnya pengetahuan termasuk pengetahuan kesehatan reproduksi yang bisa juga diperoleh dari pengalamannya (Sitorus, 2013).

2.1.3 Cara Mengukur Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan menjadi 3 tingkatan, yaitu : pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh adalah 76%- 100% dari nilai tertinggi, pengetahuan sedang apabila nilai yang diperoleh berkisar antara 56%-75% dari nilai tertinggi, dan pengetahuan kurang apabila nilai yang diperoleh 0-55% dari nilai tertinggi (Notoatmodjo, 2012; Notoatmodjo, 2010).

2.2 Sikap

2.2.1 Pengertian Sikap

Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

(24)

9

2.2.2 Komponen Pokok Sikap

Dalam bagian lain Allport pada tahun 1954 menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

2.2.3 Tingkat Sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu:

1. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek) .

2. Merespon (responding) dimana memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap .

3. Menghargai (valuating) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga .

4. Bertanggung jawab (responsible) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan yang paling tinggi.

2.3 Akne Vulgaris 2.3.1 Definsi

Akne Vulgaris merupakan salah satu penyakit kulit yang paling umum. Penyakit tersebut biasanya menyerang remaja walaupun bisa terdapat disegala umur (Rathi,2011).Akne Vulgaris (AV) adalah penyakit inflamasi kronik dari unit pilosebasea yang diinduksi oleh androgen dan menyebabkan peningkatan

(25)

produksi sebum, perubahan keratinisasi, kolonisasi bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis di folikel rambut wajah, leher, dada dan punggung. Akne sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu acne yang berarti sebuah titik (Adhi D, 2015).

2.3.2 Epidemiologi

Akne vulgaris dianggap penyakit kulit fisiologis karena hampir semua orang pernah menderita penyakit ini. Insidens akne vulgaris 85-100% dan biasanya terjadi pada usia dewasa muda, yaitu umur 14-17 tahun pada wanita, dan 16- 19 tahun pada pria (Wasitaatmadja, 2010). Berdasarkan penelitian, prevalensi tertinggi yaitu pada umur 16-17 tahun, dimana pada wanita berkisar 83- 85% dan pada pria berkisar 95-100%. Meskipun demikian, akne vulgaris dapat pula terjadi pada usia lebih muda atau lebih tua dari pada usia tersebut (Wasitaatmadja, 2010).

Kadang-kadang pada wanita akne vulgaris menetap sampai dekade umur 30- an atau bahkan lebih. Meskipun pada pria akne vulgaris lebih cepat berkurang, namun pada penelitian terdahulu diketahui bahwa gejala berat justru terjadi pada pria. Diketahui pula bahwa ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita akne vulgaris dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa, Amerika), dan lebih sering terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada Negro (Wasitaatmadja, 2010).

2.3.3 Etiologi

Faktor penyebab akne sangat banyak (multifaktorial), antara lain genetik, endokrin, faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea sendiri, faktor psikis, musim, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes), kosmetika, dan bahan kimia lainnya. Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi banyak faktor yang berpengaruh, seperti:

a. Sebum

Sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Akne yang keras selalu disertai pengeluaran sebore yang banyak.

b. Bakteri

Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah Corynebacterium

(26)

11

acnes, Staphylococcus epidermidis, dan pityrosporum ovale.

c. Herediter

Faktor herediter sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar palit (glandula sebasea). Apabila kedua orang tua mempunyai parut bekas akne, kemungkinan besar anaknya akan menderita akne.

d. Endokrin, di antaranya:

Hormon androgen. Hormon ini memegang peranan yang penting karena kelenjar palit sangat sensitif terhadap hormon ini. Hormon androgen berasal dari testis dan kelenjar anak ginjal (adrenal). Hormon ini menyebabkan kelenjar palit bertambah besar dan produksi sebum meningkat. Pada penyelidikan Pochi, Frorstrom dkk. & Lim James didapatkan bahwa konsentrasi testosteron dalam plasma penderita akne pria tidak berbeda dengan yang tidak menderita akne. Berbeda dengan wanita, kadar testosteron plasma sangat meningkat pada penderita akne.

Estrogen. Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh terhadap produksi sebum. Estrogen dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis. Hormon gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum.

Progesteron. Progesteron dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai efek pada efektivitas terhadap kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi, akan tetapi kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan akne premenstrual.

Hormon-hormon dari kelenjar hipofisis. Pada tikus, hormon tirotropin, gonadotropin, dan kortikotropin dari kelenjar hipofisis diperlukan untuk aktivitas kelenjar palit. Pada kegagalan dari kelenjar hipofisis, sekresi sebum lebih rendah dibandingkan dengan orang normal. Penurunan sebum diduga disebabkan oleh adanya suatu hormon sebotropik yang berasal dari bagian tengah (lobus intermediat) kelenjar hipofisis.

e. Diet

Diet tidak begitu berpengaruh terhadap timbulnya akne. Pada penderita yang makan banyak karbohidrat dan zat lemak, tidak dapat dipastikan

(27)

akan terjadi perubahan pada pengeluaran sebum atau komposisinya karena kelenjar lemak bukan alat pengeluaran lemak yang kita makan.

f. Iklim

Sinar ultraviolet (UV) mempunyai efek membunuh bakteri pada permukaan kulit. Selain itu, sinar ini juga dapat menembus epidermis bagian bawah dan bagian atas dermis sehingga berpengaruh pada bakteri yang berada di bagian dalam kelenjar palit. Sinar UV juga dapat mengadakan pengelupasan kulit yang dapat membantu menghilangkan sumbatan saluran pilosebasea.

g. Faktor psikis

Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi akne. Mekanisme yang pasti mengenai hal ini belum diketahui. Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi akne-nya secara mekanis sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi yang beradang yang baru, teori lain mengatakan bahwa eksaserbasi ini disebabkan oleh meningkatnya produksi hormon androgen dari kelenjar anak ginjal dan sebum, bahkan asam lemak dalam sebum pun meningkat.

h. Kosmetika

Jenis kosmetika yang dapat menimbulkan akne tidak tergantung pada harga, merk, dan kemurnian bahannya. Penyelidikan terbaru di Leeds tidak berhasil menemukan hubungan antara lama pemakaian dan jumlah kosmetika yang dipakai dengan hebatnya akne.

i. Bahan-bahan kimia

Beberapa macam bahan kimia dapat menyebabkan erosi yang mirip dengan akne (acneform eruption), seperti iodida, kortikosteroid, INH, obat anti konvulsan (difenilhidantoin, fenobarbital, dan trimetandion), tetrasiklin, vitamin B12.

j. Reaktivitas

Di samping faktor-faktor diatas masih ada faktor X pada kulit yang merupakan faktor penting yang menentukan hebatnya akne.

(28)

13

2.3.4 Patogenesis

Gambaran klinis akne cenderung polimorf dan etiologinya sangat beragam.

Namun semua itu melibatkan unit pilosebasea. Di dalam folikel rambut, sekresi dan retensi sebum yang abnormal terjadi. Pertama sekali, kelainan terlihat pada bagian bawah infundibulum folikel, yang merupakan bagian antara epitel duktus sebasea dan epitel folikel (Adhi,2015). Pada penderita akne terdapat peningkatan konversi hormon androgen yang normal berada dalam darah (testosteron) ke bentuk metabolit yang lebih aktif (5-alfa dihidrotestosteron). Hormon ini mengikat reseptor androgen di sitoplasma. Androgen dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas sekresi sebum, hingga akhirnya dapat menyebabkan pembesaran kelenjar sebasea. Sebum bersifat komedogenik dan telah terbukti dapat menyebabkan inflamasi jika disuntikkan ke dalam tubuh (Hay,2014) Sebum ini tersusun dari campuran skualen, lilin (wax), ester dari sterol, kolesterol, lipid polar, dan trigliserida (Adhi,2015).

Produksi sebum yang abnormal juga dapat menjadi predisposisi terjadinya deskuamasi dan hiperkeratinisasi (Adhi, 2015). Hiperkeratinisasi pada saluran pilosebasea disebabkan oleh adanya penumpukan korniosit dalam saluran pilosebasea. Hal ini dapat disebabkan bertambahnya erupsi korniosit pada saluran pilosebasea, pelepasan korniosit yang tidak adekuat, atau kombinasi kedua faktor tersebut. Bertambahnya produksi korniosit dari sel keratinosit merupakan salah satu sifat komedo. Terdapat hubungan terbalik antara sekresi sebum dan konsentrasi asam linoleat dalam sebum. Akibat dari meningkatnya sebum pada penderita akne, terjadi penurunan konsentrasi asam linoleat. Hal ini dapat menyebabkan defisiensi asam linoleat pada epitel folikel, yang akan menimbulkan hiperkeratosis folikuler dan penurunan fungsi sawar dari epitel.

Dinding komedo lebih mudah ditembus bahan- bahan yang menimbulkan peradangan (Richard,2015). Inilah yang menyebabkan retensi pada saluran pilosebasea dan proliferasi bakteri seperti Propionibacterium acnes.

Kemudian, kolonisasi mikroba ini meningkatkan lipolisis dan menginduksi faktor-faktor kemotaktik yang mengakibatkan datangnya neutrofil (Richard,2015). Faktor-faktor kemotaktik ini dinding sel dan produk yang

(29)

dihasilkan oleh bakteri seperti lipase, hialuronidase, protease, lesitinase, dan nioranidase . Produksi enzim-enzim hidrolitik dan sekresi protease berhubungan dengan formasi asam lemak bebas, ruptur dinding saluran pilosebasea, dan inflamasi. Proses ini merupakan lingkaran setan sehingga lesi tersebut dapat berkembang (Richard,2015).

2.3.5 Manifestasi Klinis

Tempat predileksi akne vulgaris adalah pada bagian tubuh yang memiliki kelenjar sebasea yang terbesar dan terbanyak, yaitu pada wajah, bahu, dada bagian atas, dan punggung bagian atas (Feldman, 2004). Lokasi kulit lainnya seperti leher, lengan atas, dan glutea kadang-kadang terkena (Wasitaatmadja, 2010). Lesi berpusat di sekitar folikel pilosebasea yang terbuka pada permukaan kulit sebagai pori-pori kulit. Erupsi kulit berupa komedo, papul, pustula, nodus, atau kista. Dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah keluhan estetik. Komedo adalah gejala patognomonik bagi akne yang berupa papul miliar yang di tengahnya mengandung sumbatan sebum. Bila berwarna hitam akibat mengandung unsur melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black comedones, open comedones). Bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsur melanin disebut sebagai komedo putih atau komedo tertutup (white comedones, closed comedones) (Wasitaatmadja, 2010).

Lesi inflamasi lainnya seperti papul, pustula, dan nodul. Pustula dan papul terjadi karena inflamasi superfisial atau profundal yang berhubungan dengan ruptur mikroskopik komedo. Kista atau nodul merupakan abses yang besar dan dalam yang berfluktuasi saat dipalpasi. Isi kista biasanya pus dan darah. Pada kasus yang berat (akne konglobata) lesi destruktif ini menonjol dan meninggalkan jaringan parut (Richard, 2015).

Manifestasi lain yang dapat terjadi pada akne yaitu jaringan parut dan hiperpigmentasi. Jaringan parut dapat berupa suatu atropi yang menyebabkan parut tusukan es (ice-pick scars), atau hipertropi (keloid). Hiperpigmentasi lebih sering terjadi dan biasanya terjadi pada pasien dengan kulit yang berwarna gelap.

(Richard,2015).

(30)

15

2.3.6 Gradasi Akne Vulgaris

Gradasi yang menunjukkan berat ringannya penyakit diperlukan bagi pilihan pengobatan (Wasitaatmadja, 2010). Ada berbagai pola pembagian gradasi penyakit akne vulgaris yang dikemukakan. Gradasi sebagai berikut:

1. Komedo di muka.

2. Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di muka.

3. Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di muka, dada, dan punggung.

4. Akne konglobata.

Frank (1970) membuat gradasi sebagai berikut:

1. Akne komedonal non-inflamatoar 2. Akne komedonal inflamatoar 3. Akne papular

4. Akne papulo pustular 5. Akne agak berat 6. Akne berat

7. Akne nodulo kistik/konglobata

Plewig dan Kligman (1975) membuat gradasi sebagai berikut:

1. Komedonal yang terdiri atas gradasi:

a. Bila ada kurang dari 10 komedo dari satu sisi muka b. Bila ada 10 sampai 24 komedo

c. Bila ada 25 sampai 50 komedo d. Bila ada lebih dari 50 komedo 2. Papulopustul, yang terdiri atas 4 gradasi:

a. Bila ada kurang dari 10 lesi papulopustul dari satu sisi muka b. Bila ada 10 sampai 20 lesi papulopustul

c. Bila ada 21 sampai 30 lesi papulopustul d. Bila ada lebih dari 30 lesi papulopustul 3. Konglobata

(31)

Gradasi akne vulgaris ada pula yang berasal dari klasifikasi Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sebagai berikut:

1. Ringan, bila: a.beberapa lesi tidak beradang pada 1 predileksi b. sedikit lesi tidak beradang pada beberapa tempat

predileksi

c. sedikit lesi beradang pada 1 predileksi

2. Sedang, bila: a. banyak lesi tidak beradang pada 1 predileksi b. beberapa lesi tidak beradang pada beberapa

tempat predileksi

c. beberapa lesi beradang pada 1 predileksi d. sedikit lesi beradang pada lebih dari 1

predileksi

3. Berat, bila: a. banyak lesi tidak berada pada lebih dari 1 predileksi

b. banyak lesi beradang pada 1 atau lebih predileksi

Catatan: sedikit <5, beberapa 5-10, banyak >10 lesi

tidak beradang : komedo putih, komedo hitam, papul beradang : pustul, nodus, kista

2.4 Coronavirus 2.4.1. Definisi

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae.

Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus yaitu alpha coronavirus,

(32)

17

betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma coronavirus (Huang et al, 2020;

Wang et al, 2020).

2.4.2 Pencegahan

Cara penyebaran beberapa virus atau patogen dapat melalui kontak dekat, lingkungan atau benda yang terkontaminasi virus, droplet saluran napas, dan partikel airborne. Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter >5um.

Droplet dapat melewati sampai jarak tertentu (biasanya 1 meter) ke permukaan mukosa yang rentan. Partikel droplet cukup besar sehingga tidak akan bertahan atau mengendap di udara dalam waktu yang lama. Produksi droplet dari saluran napas diantaranya batuk, bersin atau berbicara serta tindakan invasif prosedur respirasiseperti aspirasi sputum atau bronkoskopi, insersi tuba trakea. Partikel airborne merupakan partikel dengan diameter yang kurang dari 5um yang dapat menyebar dalam jarak jauh dan masih infeksius. Patogenairborne dapat menyebar melalui kontak. Kontak langsung merupakan transmisi pathogen secara langsung dengan kulit atau membran mukosa, darah atau cairan darah yang masuk ke tubuh melalui membrane mukosa atau kulit yang rusak. Oleh karena itu, kita dapat melakukan pencegahan transmisi virus (Wang et al, 2020).

Saat ini masih belum ada vaksin untuk mencegah infeksi COVID- 19. Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah dengan menghidari terpapar virus penyebab. Lakukan tindakan-tindakan pencegahan penularan dalam praktik kehidupan sehari-hari. Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada masyarakat :

1 Cuci tangan anda dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik. Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alcohol 60 %, jika air dan sabun tidak tersedia.

2 Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.

3 Sebisa mungkin hidari kontak dengan orang yang sedang sakit.

4 Saat anda sakit gunakan masker medis. Tetap tinggal di rumah saat anda sakit atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktifitas di luar.

(33)

5 Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang tissue pada tempat yang telah ditentukan.

6 Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang sering disentuh.

7 Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan penularan penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19.

Akan tetapi penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk melindungi seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha pencegahan lain. Pengunaan masker harus dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan lainnya (WHO, 2020).

8 Pengunaan masker medis tidak sesuai indikasi bisa jadi tidak perlu, karena selain dapat menambah beban secara ekonomi, penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya dan dapat membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha pencegahan lain yang sama pentingnya seperti hygiene tangan dan perilaku hidup sehat (WHO, 2020)

2.5 Cuci Tangan 2.5.1 Pengertian

Menurut WHO (2009) cuci tangan adalah suatu prosedur/ tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir atau Hand rub dengan antiseptik (berbasis alkohol). Sedangkan menurut James (2008), mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi.

Tangan tenaga pemberi layanan kesehatan seperti perawat merupakan sarana yang paling lazim dalam penularan infeksi nosokomial, untuk itu salah satu tujuan primer cuci tangan adalah mencegah terjadinya infeksi nosokomial serta mengurangi transmisi mikroorganisme.

2.5.2 Tujuan

Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukan cuci tangan yaitu untuk:

a. Menghilangkan mikroorganisme yang ada di tangan,

(34)

19

b. Mencegah infeksi silang (cross infection), c. Menjaga kondisi steril,

d. Melindungi diri dan pasien dari infeksi, e. Memberikan perasaan segar dan bersih.

2.5.3 Indikasi Cuci Tangan

Indikasi cuci tangan atau lebih dikenal dengan five moments (lima waktu) cuci tangan menurut SPO gizi adalah:

a) Sebelum masuk ke dalam area produksi dan distribusi, b) Setelah memegang bahan mentah/ kotor,

c) Setelah memegang anggota tubuh,

d) Sebelum dan setelah memporsikan makanan di plato/ alat saji pasien, e) Setelah keluar dari kamar mandi/toilet.

2.5.4 Cuci Tangan 6 Langkah dengan Hand wash dan Hand rub a. Cuci Tangan Handwash

Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir. Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan biasa adalah setiap wastafel dilengkapi dengan peralatan cuci tangan sesuai sesuai standar rumah sakit (misalnya kran air bertangkai panjang untuk mengalirkan air bersih, tempat sampah injak tertutup yang dilapisi kantung sampah medis atau kantung plastik berwarna kuning untuk sampah yang terkontaminasi atau terinfeksi, alat pengering seperti tisu, lap tangan (hand towel), sabun cair atau cairan pembersih tangan yang berfungsi sebagai antiseptik, lotion tangan, serta dibawah wastafel terdapat alas kaki dari bahan handuk. Oleh karena itu sarana serta prasarana juga harus memadai untuk mendukung cuci tangan supaya dapat dilakukan dengan maksimal.

Prosedur Hand-wash sebagai berikut:

a) melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, seperti

(35)

cincin atau jam tangan.

b) membuka kran air dan membasahi tangan.

c) menuangkan sabun cair ke telapak tangan secukupnya.

d) melakukan gerakan tangan, mulai dari meratakan sabun dengan kedua telapak tangan.

e) kedua punggung telapak tangan saling menumpuk secara bergantian.

f) bersihkan telapak tangan dan sela-sela jari seperti gerakan menyilang.

g) membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan.

h) membersihkan ibu jari secara bergantian.

i) posisikan jari-jari tangan mengerucut dan putar kedalam beralaskan telapak tangan secara bergantian.

j) bilas tangan dengan air yang mengalir.

k) keringkan tangan dengan tisu sekali pakai.

l) menutup kran air menggunakan siku atau siku, bukan dengan jari karena jari yang telah selesai kita cuci pada prinsipnya bersih.

Lakukan semua prosedur diatas selama 40 – 60 detik.

(36)

21

Gambar 2.1 Hand wash

Sumber: WHO Guidelines on Cuci tangan in Health Care (2009)

(37)

b. Cuci Tangan Hand-Rub

Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan dengan cairan berbasis alkohol, dilakukan sesuai lima waktu. Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan Hand-rub hanya cairan berbasis alkohol sebanyak 2 – 3 cc. Prosedur cuci tangan Hand-rub sebagai berikut:

a) melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau jam tangan.

b) cairan berbasis alkohol ke telapak tangan 2 – 3 cc.

c) melakukan gerakan tangan, mulai dari meratakan sabun dengan kedua telapak tangan.

d) kedua punggung telapak tangan saling menumpuk secara bergantian.

e) bersihkan telapak tangan dan sela-sela jari seperti gerakan menyilang.

f) membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan.

g) membersihkan ibu jari secara bergantian.

h) posisikan jari-jari tangan mengerucut dan putar kedalam beralaskan telapak tangan secara bergantian. Lakukan semua prosedur diatas selama 20 – 30 detik.

(38)

23

Gambar 2.2 Hand Rub

Sumber: WHO Guidelines on Cuci tangan in Health Care (2009)

(39)

2.6 Kerangka Teori

Gambar 2.6 Kerangka Teori Beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang:

 Pengetahuan

 sikap Definisi

Epidemiologi Etiologi Patogenesis Manifestasi Kinis Gradasi Akne Vulgaris

Akne Vulgaris Pandemi COVID-

19

(40)

25

2.7 Kerangka Konsep

Gambar 2.7 Kerangka Konsep Jerawat

Baik Kurang Cukup

Tingkat Pengetahuan dan Sikap

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk menentukan tingkat pengetahuan dan sikap remaja di SMA Harapan 1 Medan terhadap acne vulgaris selama pandemi Covid-19. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah “cross sectional study” dimana data dikumpulkan pada satu waktu tertentu.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMA Harapan 1 dengan menggunakan virtual.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu untuk penelitian dilakukan pada bulan Juli 2020.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA Harapan 1 Medan kelas XI dan XII . Populasi pada penelitian ini berjumlah sekitar 320 orang.

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu sehingga dianggap dapat mewakili populasinya. Sampel penelitian ini diambil dengan metode purposive sampling, yaitu penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan kehendaki peneliti (tujuan atau masalah penelitian) sehingga sampel tersebut mewakilin karakteristik populasi (Nursalam, 2013). Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 320 siswi yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi. Penentuan responden pada penelitian ini menggunakan rumus slovin sebagai berikut :

(42)

27

n = Besar sampel N = Populasi

e = batas toleransi kesalahan

Berdasarkan rumus slovin, maka besar sampel pada penelitian ini adalah : n = 320

320 x (0,1)2+1 n= 76,19 ≈ 76

Maka jumlah sampel yang diperoleh dengan memakai rumus tersebut adalah sebanyak 76 orang.

Sampel tersebut kemudian didistribusikan merata pada siswi SMA yang menjadi tempat penelitian sehubungan dengan belum adanya kelas X (siswa baru) saat pengambilan data.

A. Siswa SMA kelas XI : 1/2 × 76 = 38 orang.

B. Siswa SMA kelas XII : 1/2 × 76 = 38 orang.

Kriteria inklusi pemilihan sampel adalah 1. siswi SMA Harapan I Medan.

2. Siswi SMA Hapan 1 Medan kelas XI dan XII

3. Siswi yang bersedia berpartisipasi pada penelitian ini Kriteria eksklusi pemilihan sampel sebagai berikut:

1. Responden yang menolak untuk berpartisipasi pada penelitian ini.

2. Responden yang tidak lengkap mengisi kuesioner.

3.4. Definisi Operasional A. Pengetahuan

Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh para remaja tentang

(43)

pengertian jerawat, faktor-faktor berperan dalam timbulnya jerawat, dan pengobatan sederhana yang tersedia untuk jerawat. (Arikunto,2007 )

Alat Ukur : Kuesioner dengan menggunakan Edmodo Cara Ukur :

Pengukuran tingkat pengetahuan remaja mengenai jerawat dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan menggunakan virtual dengan jumlah pertanyaan sebanyak 13 pertanyaan. Bila jawaban responden benar akan diberi nilai 1, jika jawaban salah diberi nilai 0.

Hasil Ukur:

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sistem skoring dengan memakai skala menurut Arikunto (2007) sebagai berikut:

a. Baik, bila skor atau nilai 76-100 %.

b. Cukup, bila skor atau nilai 56-75 %.

c. Kurang, bila skor atau nilai 40-55 %.

d. Buruk, bila skor atau nilai <40 %.

Skala Ukur : Ordinal B. Sikap

Sikap adalah tanggapan ataupun respon remaja terhadap hal-hal yang berhubungan dengan jerawat.(Arikunto, 2007)

Alat Ukur : Kuesioner dengan menggunakan Edmodo Cara Ukur :

Pengukuran sikap remaja terhadap jerawat dilakukan berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan menggunakan virtual dengan jumlah pernyataan sebanyak 12 pernyataan.

Pada pernyataan positif, apabila responden sangat setuju atau setuju akan diberi nilai 4 atau 3, jika kurang setuju atau tidak setuju diberi nilai 2 atau 1. Pada pernyataan negatif, apabila responden sangat setuju atau setuju

(44)

29

akan diberi nilai 1 atau 2, jika kurang setuju atau tidak setuju diberi nilai 3 atau 4.

Hasil Ukur :

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sistem skoring dengan memakai skala menurut Arikunto (2007) sebagai berikut:

a. Baik, bila skor atau nilai 76-100 %.

b. Cukup, bila skor atau nilai 56-75 %.

c. Kurang, bila skor atau nilai 40-55 %.

d. Buruk, bila skor atau nilai <40 %.

Dengan demikian, penilaian terhadap sikap responden berdasarkan sistem skoring, yaitu:

a. Skor 37-48: baik b. Skor 27-36: cukup c. Skor 19-26: kurang d. Skor 0-18 : buruk Skala Ukur: Ordinal 3.5. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual. Langkah-langkah pengelolaan data pada umumnya melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Data (editing), adalah memeriksa daftar pertanyaan pada kuesioner yang telah dijawab melalui google form. Selanjutnya kuesioner diperiksa kembali untuk memastikan kelengkapan jawaban. Setelah memastikan bahwa semua pernyataan diisi lengkap, peneliti memberi kode dari kuesioner responden.

b. Memberitahu Data Kode (coding), adalah pada tahap pengolahan ini peneliti mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden ke dalam kategori.

(45)

c. Scoring, adalah menentukan skor atau nilai untuk setiap item pernyataan dan menentukan nilai terendah dan tertinggi. Setelah diberi skor kemudian dimasukkan ke skala data.

d. Memasukkan Data (entry data), adalah jawaban-jawaban yang sudah diberikan kode kategori kemudian dimasukkan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data. Memasukkan data dengan cara menggunakan Statistic Program for Social Science (SPSS) versi 21.

e. Tabulasi (Tabulating)

Tabulating merupakan proses pengolahan data yang bertujuan untuk membuat tabel-tabel yang dapat memberikan gambaran statistik sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori.

3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS 21.0. Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah sebanyak 20 orang. Setelah uji validitas dilakukan hanya pada soal-soal yang telah dinyatakan valid saja yang akan diuji reliabilitasnya.

Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.1.

(46)

31

Tabel 3.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner Variabel No. Total Pearson

Correlation Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0,520 Valid 0,738 Reliabel

2 0,635 Valid Reliabel

3 0,510 Valid Reliabel

4 0,475 Valid Reliabel

5 0,612 Valid Reliabel

6 0,606 Valid Reliabel

7 0,452 Valid Reliabel

8 0,790 Valid Reliabel

9 0,475 Valid Reliabel

10 0,589 Valid Reliabel

11 0,656 Valid Reliabel

12 0,578 Valid Reliabel

13 0,607 Valid Reliabel

Sikap 1 0,449 Valid 0,790 Reliabel

2 0,603 Valid Reliabel

3 0,579 Valid Reliabel

4 0,504 Valid Reliabel

5 0,514 Valid Reliabel

6 0,724 Valid Reliabel

7 0,562 Valid Reliabel

8 0,495 Valid Reliabel

9 0,497 Valid Reliabel

10 0,534 Valid Reliabel

11 0,658 Valid Reliabel

12 0,556 Valid Reliabel

3.7. Metode Analisa Data

Analisis Univariat dilalukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga menghasilkan distribusi persentase dari setiap variabel.

3.8. Etichal Clearance

Penelitian ini dapat dilakukan setelah mendapat ethical clearance dari komisi etik FK USU.

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA HARAPAN 1 MEDAN yang beralamat di Jalan Imam Bonjol no.35, Medan, Indonesia. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah kebanggaan di Kota Medan. Sekolah ini memiliki berbagai fasilitas seperti masjid, perpustakaan, ruang seminar, lab bahasa, lab biologi, lab fisika, lab kimia, lab komputer, lapangan futsal, kantin, kamar mandi, kedai mahasiswa, tempat fotokopi dan lahan parkir yang luas.

4.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Gambaran karakteristik responden yang diamati adalah berdasarkan kelas.

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan kelas dapat dilihat dengan lengkap pada tabel 4.1.

4.1.3. Analisis Univariat

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Kelas

Kelas Frekuensi (n) Persentase (%)

Kelas XI 38 50

Kelas XII 38 50

Total 76 100

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kelompok belajar pada kelas XI dan kelas XII dengan frekuensi yang sama yaitu 38 orang (50%)

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Siswi kelas XI dan XII Terhadap Acne Vulgaris Selama Pandemi Covid-19 Melalui Virtual

(48)

33

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan Frekuensi(n) Persentasi(%)

Baik 35 46.1

Cukup 41 53.9

Kurang 0 0

Buruk 0 0

Total 76 100

Berdasarkan tabel 4.2 menyatakan bahwa tingkat pengetahuan siswi kelas XI dan XII Terhadap acne vulgaris selama pandemi Covid-19 melalui virtual paling banyak dalam kategori baik (46.1%), kategori cukup (53.9%), kategori kurang (0%), dan kategori buruk (0%).

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Siswi kelas XI dan XII Terhadap Acne Vulgaris Selama Pandemi Covid-19 Melalui Virtual

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sikap

Sikap Frekuensi(n) Persentasi(%)

Baik 30 39.5

Cukup 46 60.5

Kurang 0 0

Buruk 0 0

Total 76 100

Berdasarkan tabel 4.3 menyatakan bahwa sikap siswi kelas XI dan XII Terhadap acne vulgaris selama pandemi Covid-19 melalui virtual paling banyak dalam kategori baik (39.5%), kategori cukup (60.5%), kategori kurang (0%), dan kategori buruk (0%).

(49)

Tabel 4.4 Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Kelas

kelas Baik Cukup Kurang Buruk total

XI 16 (21.1%) 22 (28.9%) 0 (0%) 0 (0%) 38 (50%)

XII 19 (25%) 19 (25%) 0 (0%) 0 (0%) 38 (50%)

Total 35 (46.1%) 41 (53.9%) 0 (0%) 0 (0%) 76(100%)

Berdasarkan tabel 4.4 ini kita mendapatkan data pengetahuan responden berdasarkan kelasnya. Dari 38 siswi kelas XI didapatkan 16 orang dikategorikan baik, 22 orang dikategorikan cukup, dan tidak ada yang dikategorikan kurang.

Sedangkan 38 siswi kleas XII didapatkan 19 orang dikategorikan baik, 19 orang dikategorikan cukup, dan tidak ada yang dikategorikan kurang.

Tabel 4.5 Penilaian Sikap Berdasarkan Kelas

kelas Baik Cukup Kurang Buruk total

XI 15 (19.7%) 23 (30.3%) 0 (0%) 0 (0%) 38 (50%) XII 15 (19.7%) 23 (30.3%) 0 (0%) 0 (0%) 38 (50%)

Total 30 (39.5%) 46 (60.5%) 0 (0%) 0 (0%) 76(100%)

Berdasarkan tabel 4.5 ini kita mendapatkan data sikap responden berdasarkan kelasnya. Dari 38 siswi kelas XI dan didapatkan 15 orang dikategorikan baik, 23 orang dikategorikan cukup dan tidak ada kurang. Sedangkan dari 38 siswi kelas XII yang dikategorikan baik ada 15 orang, yang dikategorikan cukup ada sebanyak 23 orang, dan tidak ada yang dikategorikan kurang.

4.2. Pembahasan

Dari hasil penelitian ditemukan sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup yaitu sebesar 53,9%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah mengetahui tentang Acne vulgaris.

Pada penelitian ini diperoleh pengetahuan cukup di SMA Harapan 1 Medan sejalan jika dibandingkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tilla pada remaja di SMA Muhammadiyah 02 Medan dengan hasil 48,4% responden memiliki pengetahuan yang cukup terhadap Acne vulgaris dan sejalan juga

(50)

35

dengan penelitian Masriyanti di SMAN 1 Kabanjahe dengan hasil 43,8%

responden memiliki pengetahuan yang cukup terhadap Acne vulgaris (Masriyanti, dkk, 2017; Tilla,2019).

Namun jika penelitian ini dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mentari Deomora pada siswa-siswi SMAN 1 Padang diperoleh hasil berbeda karena mayoritas responden memperoleh kategori pengetahuan baik dengan presentase sebanyak 82,1% (Mentari, 2016).

Kategori pengetahuan cukup pada penelitian ini bisa di sebabkan karena adanya perbedaan pengalaman, lingkungan, dan sosial budaya serta kemampuan dan kemudahan responden untuk mengakses informasi tentang Acne vulgaris.

Kemampuan dan kemudahan dalam mengakses informasi memberikan pengaruh penting kepada tingkat pengetahuan seseorang. Suatu informasi bisa diperoleh melalui media cetak ataupun media elektronik, melalui berbagai media tersebut remaja bisa memperoleh informasi tentang Acne vulgaris serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki sikap yang cukup terhadap Acne vulgaris yaitu sebesar 60.5%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Fajrina tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap remaja SMA Labschool Banda Aceh terhadap terjadinya Acne vulgaris yang dikategori cukup sebesar 58,6% dan sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan Masriyanti di SMAN 1 Kabanjahe dengan hasil 47,5% responden memiliki sikap yang cukup terhadap Acne vulgaris (Fajrina, 2016; Masriyanti, dkk, 2017).

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mentari Deomora tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan kejadian akne pada siswa-siswi SMAN 1 Padang yang dikategorikan baik sebesar 83,2% (Mentari, 2016). Sikap adalah adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.

Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi sikap yaitu: pengetahuan, pikiran

keyakinan dan emosi.

(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Tingkat pengetahuan siswi SMA Harapan I berada dalam kategori cukup sebanyak 41 (53,9%) responden.

2. Siswi SMA Harapan I kelas XI yang memiliki tingkat pengetahuan kategori cukup sebanyak 22 (28,9%) responden.

3. Siswi SMA Harapan I kelas XII yang memiliki tingkat pengetahuan kategori cukup sebanyak 19 (25%) responden.

4. Sikap siswi SMA Harapan I berada dalam kategori cukup sebanyak 46 (60,5%) responden.

5. Siswi SMA Harapan 1 Medan kelas XI memiliki sikap kategori cukup sebanyak 23 (30,3%) responden.

6. Siswi SMA Harapan 1 Medan kelas XII memiliki sikap kategori cukup sebanyak 23 (30,3%) responden.

5.2 Saran

1. Diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat meneliti mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan masyarakat terhadap acne vulgaris.

2. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi bagi masyarakat mengenai acne vulgaris.

3. Diharapkan pemerintah melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai acne vulgaris.

4. Diharapkan siswa atau remeja dapat terus meningkatkan tingkat pengetahuan dan menjaga kebersihan untuk mencegah timbul akne vulgaris dan penyakit lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh ketidakpuasan konsumen, mencari variasi, harga dan iklan pesaing terhadap brand switching pada

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Repulik Indonesia Nomor

Redenominasi pada dasarnya dilakukan dengan tujuan untuk menyederhanakan, mengingat pecahan uang rupiah saat ini jumlah digitnya terlalu banyak sehingga akan dapat

Dalam proses peletakan atau pengambilan mobil, terdapat 3 gerakan utama yaitu proses naik turun lift menuju antai yang diinginkan, proses pemutaran lift untuk mengarahkan mobil

The study aims to explain the sectors controlled by Bugis ethnicity as migrants on the Sebatik Island in the Indonesia-Malaysia border in the dynamics of border communities

Neuroticism (N) merupakan dimensi yang mengukur tingkat kecemasan seseorang. Orang dengan nilai Neuroticism yang tinggi cenderung lebih mudah merasa kuatir dalam

Berdasarkan pengertian- pengertian kinerja dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja baik itu secara kualitas maupun kuantitas

Memberikan informasi ilmiah mengenai kultur antera cabai rawit (Capsicum frutescens L.) dengan kombinasi zat pengatur tumbuh auksin dan benzyladenin (BA) yang nantinya