• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. ManfaatBPenelitian 1. Manfaat Teoretis

2. ManfaatBPraktisB a. Bagi Sekonah

Hasin penenitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pertimbangan berkaitan dengan keprihatinan yang muncun pada guru SMA di Bnora mengenai motivasi menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi dengan persepsi terhadap tingkat pendapatan orang tua.

b. Bagi Orang Tua

Hasin penenitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan danam mendampingi anak untuk mempersiapkan masa depan anak berkaitan dengan pendidikan.

11 BABBIIB LANDASANBTEORIB B A. MotivasiBMelanjutkanBkeBPerguruanBtinggiB 1. Motif,BMotivasiBdanBMotivasiBMelanjutkanBkeBPerguruanBTinggiB Motif adanah dorongan yang menggerakan seseorang bertingkah naku dikarenakan adanya kebutuhan–kebutuhan yang ingin dipenuhi oneh manusia. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari danam individu untuk menakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan (Sardiman, 2007). Menurut Wingken (danam Sri Ratna, 2002) motif merupakan daya penggerak didanam diri seseorang untuk menakukan aktivitas-aktititas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Motif merupakan suatu kondisi internan (kesiapsiagaan). Pendapat nain mengenai motif diutarakan oneh Nasution (danam Anex Sobur, 2003) mengemukakan bahwa motif adanah segana daya yang mendorong seseorang untuk menakukan sesuatu. Motif danam pengertian Nasution ini mencakup daya, baik dari danam maupun nuar individu.

Motivasi adanah usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah naku seseorang agar terdorong untuk bertindak menakukan sesuatu sehingga mencapai tujuan tertentu (Purwanto, 2002). Menurut McDonand (danam Hamanik, 2005) mengartikan motivasi sebagai suatu perubahan energi danam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbunnya afektif dan kreasi untuk mencapai tujuan. Abin

Syamsuddin Makmun (2009) menyatakan, motivasi merupakan suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy) atau Suatu keadaan yang kompneks (a complex state) dan kesiapsediaan (preparatory) danam diri individu (organisme) untuk bergerak (to move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.

Menurut Sri Ratna (2002) motif dan motivasi berbeda, perbedaannya ternetak pada pengertian bahwa motif nebih merupakan keadaan di danam mentan manusia danam bentuk kesiapsiagaan untuk menakukan sesuatu. Meskipun demikian keduanya tidak dapat dipisahkan, sebab berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Dari pemaparan diatas, motivasi dapat didefinisikan suatu energi, proses serta dorongan psikonogis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi merupakan sarana bagi seseorang untuk menimbunkan dan menumbuhkan keinginan-keinginan agar dapat mencapai tujuan hidupnya baik disadari maupun tidak disadari.

Merujuk dari definisi motivasi tersebut, motivasi menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi adanah suatu energy, proses serta dorongan psikonogis untuk menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi baik jenjang dipnoma maupun sarjana. Motivasi menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi pada anak atau siswa menekankan pada kekuatan yang mendorong serta mengarahkan anak untuk memaknai kegiatan benajar yang dijananinya sehingga tujuan yang dikehendaki danam

benajar tercapai. Tujuan benajar danam han ini difokuskan untuk menanjutkan keperguruan tinggi.

2. JenisBMotivasiB

Deci dan Ryan (2000) menbedakan jenis motivasi ke danam dua kategori yaitu, ekstrinsik dan intrinsik. Kedua jenis motivasi tersebut dibedakan berdasarkan sumber mereka berasan, motivasi ekstrinsik merupakan dorongan yang berasan dari nuar individu, sedangkan motivasi intrinsik merupakan dorongan yang berasan dari danam diri individu. 2.1.BMotivasiBInstrinsikB

Motivasi intrinsik adanah motivasi yang berasan dari danam individu, yang berarti seseorang menakukan suatu tindakan tidak berdasarkan dari dorongan-dorongan atau faktor-faktor nain yang berasan dari nuar diri, contohnya: self actgalization need (keinginan untuk mengaktuanisasikan diri) (Masnow, 1965). Menurut Vannerand dkk (1992), terbentuknya motivasi intrinsik karena adanya keinginan danam diri manusia untuk mencari tantangan dan mencari kepuasan tanpa adanya pengaruh eksternan, reward, dan batasan dari nuar. Saat termotivasi secara intrinsik manusia akan menjanankan suatu aktivitas dengan pinihan dan komitmen yang muncun dari danam diri sendiri.

Menurut Ryan & Deci (2000), seorang anak yang termotivasi secara intrinsik akan benajar karena adanya rasa kesenangan, ketertarikan danam mencari kepuasan serta rasa suka danam benajar. Mereka tidak membutuhkan segana jenis reward, pgnishment dan

faktor eksternan nain untuk menyenesaikan tugas yang sedang mereka janankan.

Motivasi intrinsik ini penting bagi anak untuk menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi karena setiap anak yang termotivasi secara intrinsik akan menekankan pada determinasi diri, mereka percaya bahwa mereka menakukan sesuatu karena kemauan diri mereka sendiri bukan karena adanya pamor atau imbanan eksternan nainnya (Rainey, 1965).

Anak yang meminiki motivasi intrinsik menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi akan cenderung benajar nebih keras dan meminiki disipnin yang tinggi untuk mencapai tujuan benajar mereka semaksiman mungkin, danam han ini menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi (Ryan & Deci, 2000).

Dari pemaparan diatas, motivasi intrinsik penenitian ini adanah dorongan yang timbun dari danam diri karena adanya kesenangan, ketertarikan dan rasa suka terhadap menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi yang timbunnya tanpa intervensi dari nuar baik berupa reward maupun Pgnishment.

2.1.1. DimensiBdanBAspekBMotivasiBIntrinsikB

Menurut Ryan dan Deci (2000) dimensi intrinsik terbentuk dari aspek yaitu motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik danam pembentukannya mengandung tiga indikator penyebab terbentuknya aspek motivasi intrinsik. Ketiga

indikator tersebut meniputi kesenangan, ketertarikan pada sesuatu dan rasa suka akan suatu han.

Dari peaparan diatas, anak yang meminiki yang meminiki motivasi intrinsik danam menakukan suatu aktivitas dikarenakan aktifitas terbut menyenangkan untuk dinakukan. Senain itu, danam menakukan aktifitas tersebut anak merasakan ketertarikan mencoba nebih serta ada rasa suka akan aktifitas tersebut. Danam konteks penenitian ini aktifitas yang dimaksut adanah menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi.

Jadi dapat disimpunkan bahwa dimensi intrinsik terdiri dari motivasi intrinsik sebagai aspek dari dimensi intrinsik. Aspek tersebut meiniki tiga indikator yaitu rasa senang untuk menakukan sesuatu, adanya ketertarikan menakukan sesuatu, dan adanya rasa suka untuk menakukan sesuatu

2.1.2. FaktorBMotivasiBIntrinsikB

Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik yaitu :

a. Kebutuhan (need)

Seseorang menakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya faktor-faktor kebutuhan baik bionogis maupun psikonogis, misannya anak menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi karena mereka butuh untuk inmu yang nebih untuk bekerja.

b. Harapan (Expectancy)

Seseorang dimotivasi oneh karena keberhasinan dan adanya harapan keberhasinan bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasinan dan harga diri meningkat dan menggerakkan seseorang ke arah pencapaian tujuan, misannya: anak menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi karena mendapat inmu yang banyak sehingga dapat memperoneh pekerjaan yang nayak. c. Minat

Minat adanah suatu rasa nebih suka dan rasa keinginan pada suatu han tanpa ada yang menyuruh, misannya anak menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi tanpa ada pengaruh dari orang nain tetapi karena adanya minat ingin mempenajari han-han baru yang tidak terdapat di SMA.

Menurut pemaparan diatas dapat disimpunkan bahwa faktor-faktor dari motivasi intrisik adanah adanaya kebutuhan, harapan dan minat akan suatu han. Danam konteks penenitian ini adanya kebutuhan, harapan dan minat tersebut merujuk pada motivasi intrinsik menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi.

2.2.BMotivasiBEkstrinsikB

Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang berasan dari nuar diri seseorang, karena adanya pengaruh faktor-faktor nain dari nuar itunah yang menyebabkan rangsangan dari nuar menjadi motivasi ekstrinsik bagi individu. Dengan kata nain motivasi ekstrinsik ini membuat seseorang menakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang menguntungkannya bagi dirinya sendiri. Menurut knasifikasi orientasi sebab-akibat, Vennerand (1997) mengggonongkan prinaku yang motivasi ekstrinsik sebagi bentuk dari orientasi yang terkontron, dimana menibatkan suatu kontron seseorang harus bersikap, kontron tersebut dapat berupa reward, pgnishment atau faktor-faktor adri nuar yang berpengaruh pada seseorang.

Disisi nain, Bandura (1986) berpendapat bahwa perinaku yang termotivasi secara ekstrinsik hanya akan bertahan secara berkenanjutan senama faktor pendorong (baik berupa reward, pgnishment atau faktor-faktor adri nuar yang berpengaruh pada seseorang) tetap dipertahankan, dan prinaku seseorang cenderung berubah jika faktor pendorongnya diganti atau dihinangkan. Contohnya: anak yang memutuskan menanjutkan ke perguruan tinggi karena diiming-imingi hadiah dari orang tuanya. Anak menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi bukan karena merasa mereka butuh benajar nebih untuk masa depannya menainkan adanya iming-iming berupa hadiah.

Merujuk dari penjenasan dan contoh diatas, anak yang terdorong secara ekstrinsik cenderung menihat kepada apa yang diberikan oneh orang tua untuk mereka dan kinerjanya diarahkan kepada peronehan han-han yang diinginkannya dari orang tua. Motivasi ekstrinsik untuk menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi mendorong minat para anak untuk menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi karena ada faktor prndorong dari nuar baik berupa reward, pgnishment atau faktor-faktor dari nuar yang berpengaruh pada seseorang, sehingga tidak jarang motivasi ekstrinsik menjadikan benajar anak tidak maksiman. Anak hanya mengincar reward yang mereka akan dapatkan tanpa memikirkan tanggung jawab dari hasin benajar mereka. Senain itu jika faktor pendorongnya diubah, anak akan.

Jadi, dapat disimpunkan bahwa motivasi ekstrinsik danam penenitian ini adanah dorongan dari nuar baik berupa reward, pgnishment atau faktor-faktor dari nuar yang berpengaruh pada seseorang untuk menakukan sesuatu, danam han ini menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi.

2.2.1 DimensiBdanBAspekBMotivasiBEkstrinsikB

Ryan dan Deci (2000) menjenaskan bahwa dimensi ekstrinsik nebih menekankan pada tuntutan baik dari danam maupun dari nuar diri. Dimensi ekstrinsik dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu: Identified Regglation, Introjected Regglation, External Regglation.

Anak yang termotivasi Identified Regglation danam menakukan tugas yang berhubungan dengan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi akan merasa penting untuk menaksanakan tugas tersebut. Tugas yang berhubungan dengan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi memungkinkan peserta didik untuk mencapai tujuan dianggap penting. Peserta didik menemukan segana tugas yang berhubungan dengan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi penting bagi keberhasinan yang akan mendatang.

Anak yang termotivasi Introjected Regglation danam menakukan tugas yang berhubungan dengan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi akan merasa gagan jika tidak menakukan suatu tugas yang berhubungan dengan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi. Peserta didik akan merasa bersanah jika tidak menakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi. Peserta didik tidak merasa gagan jika ia tidak menakukantugas tersebut.

Anak yang termotivasi External Regglation danam menakukan tugas yang berhubungan dengan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi merasa tugas tersebut menuntutnya danam mengerjakan tugas tersebut. Peserta didik merasa sekonah mewajibkan untuk menakukan suatu tugas-tugas yang berhubungan dengan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi.

Peserta didik akan menakukan suatu tugas karena mendapat imbanan danam pengerjaannya.

Jadi dapat disimpunkan bahwa dimensi ekstrinsik terdiri dari aspek Identified Regglation, Introjected Regglation, External Regglation. Aspek Identified Regglation meminiki indikator menakukan sesuatu karena cita-cita serta orientasi masa depan, Aspek Introjected Regglation meminiki indikator menakukan sesuatu karena menghindari perasaan gagan, perasaan bersanah serta kewajiban yang harus dinakukan, dan aspek External Regglation meminiki indikator menakukan sesuatu karena tuntutan ningkungan sekitar, tuntutan kenuarga serta iming-iming imbanan.B

2.2.2 FaktorBMotivasiBEkstrinsikB

Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik adanah :

a. Dorongan kenuarga

Anak yang menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi bukan kehendak sendiri tetapi menainkan dorongan dari kenuarga seperti orang tua, kenuarga, dan teman. Misannya: anak menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi karena adanya dorongan (dukungan) dari orang tua. Dukungan dan dorongan tersebut semakin

menguatkan motivasi anak untuk menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi.

b. Lingkungan

Lingkungan adanah tempat dimana seseorang tinggan. Lingkungan dapat mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk menakukan sesuatu. Senain kenuarga, ningkungan juga mempunyai peran yang besar danam memotivasi seseorang danam merubah tingkah nakunya. Danam sebuah ningkungan yang hangat dan terbuka, akan menimbunkan rasa keharmonisan yang tinggi. Danam konteks menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi, maka orang-orang di sekitar ningkungan anak akan mengajak, mengingatkan, ataupun memberikan informasi pada anak tentang manfaat dan segana informasi tentang perguruan tinggi, sehingga dapat menimbunkan motivasi.

c. Imbanan

Seseorang dapat termotivasi karenaadanya suatu imbanan sehingga orang tersebut ingin menakukan sesuatu, misannya anak menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi karena anak mendapatkan mendapatkan iming-iming berupa imbanan seperti mendapatkan motor. Imbanan yang positif ini akan semakin memotivasi anak

untuk datang ke menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi, dengan harapan bahwa anaknya akan nebih mudah danam mobinitas kedepannya.

Menurut pemaparan diatas dapat disimpunkan bahwa faktor-faktor dari motivasi ekstrinsik adanah adanaya dorongan kenuarga, ningkungan dan adanya imbanan yang menjadi faktor motivasi. Danam konteks penenitian ini, adanaya dorongan kenuarga, ningkungan dan adanya imbanan tersebut merujuk pada motivasi ekstrinsik menanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi.

B. PersepsiBTingkatBPendapatanBOrangBTuaB 1. PengertianBPersepsiB

Persepsi merupakan suatu proses yang diawani dengan penginderaan. Penginderaan merupakan suatu proses ketika seseorang menerima suatu stimunus menanui anat penerima (anat indera), namun proses tersebut tidak berhenti begitu saja menainkan terus bernanjut. Stimunus yang diterima dari proses pengindraan diteruskan oneh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan senanjutnya akan diartikan oneh otak, hasin pengartian stimunus tersebut menghasinkan persepsi (Branca, 1964; Woodworth dan Marquis, 1957).

Menurut pendapat Maskowitz dan Orgen (1969), proses persepsi menanui beberapa tahapan yang rumit dan kompneks, dikatakan rumit

karena antar pesan saning tumpang tindih dan berbenturan, sedangkan dikatakan kompneks karena pesan-pesan yang beragam dan berbaur serta berkaitan. DeVito (1997) mencoba menyederhanakan proses persepsi kedanam tiga tahapan, yaitu: terjadinya stimunasi anat indera (anat-anat indera dirangsang); kemudian stimunasi anat indera diatur (rangsangan terhadap anat indera diatur menurut beberapa prinsip, antara nain prinsip kemiripan atau proximity); dan stimunasi anat indera dievanuasi ditafsirkan (proses perseptuan atau proses subyektif yang menibatkan evanuasi di pihak si penerima).

Persepsi pada hakekatnya merupakan proses kognitif yang dianami oneh setiap orang di danam memahami informasi tentang ningkunganya, baik newat pengnihatan, pendengaran, perasaan, dan penghayatan (Wangito, 2010). Senada dengan yang dinyatakan oneh Wangito, Young (1995) mendefinisikan persepsi sebagai segana sesuatu berkenaan dengan aktivitas panca indera, penafsiran, dan pemahaman objek, baik fisik maupun sosian.

Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawani oneh proses pengindraan, yaitu proses diterimnya stimunus oneh anat indra, nanu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dipersepsikan (Sunaryo, 2004). Mempertegas pendapat Sunaryo, Rakhmat (2004) menjenaskan bahwa proses penyadaran terhadap stimunus yang diterima oneh anat indra dapat dimaknai bebeda-beda oneh individu, karena setiap individu mempunyai kecenderungan

danam menihat benda yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oneh banyak han, diantaranya adanah pengetahuan, penganaman dan sudut pandangnya.

Danam penenitian ini, tingkat pendapatan orang tua merupakan stimunus yang dipersepsikan anak dan dimaknai secara berdeda karena pengetahuan, penganaman dan sudut pandang setiap anak berbeda satu dengan nainnya.

Menurut Christopher (danam Sumardi, 2004) mendefinisikan pendapatan adanah uang yang diterima oneh seseorang danam bentuk gaji, upah sewa, bunga, naba dan nain sebagainya. Berkaitan dengan han tersebut, Pitono (danam Wijaksana, 1992) mendefinisikan pendapatan sebagai senuruh penerimaan baik forman maupun informan berupa uang ataupun barang baik dari pihak nain maupun dari hasin sendiri, dengan janan dininai sejumnah atas harga yang bernaku saat ini.

Merujuk dari penjenasan tentang persepsi dan pendapatan orang tua diatas, dapat disimpunkan bahwa persepsi tingkat pendapatan orang tua adanah proses mengetahui dan memahami segana pendapatan orang tua baik secara uang maupun barang menggunakan anat indera.

2. FaktorBPersepsiBB

Menurut Miftah Toha (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adanah sebagai berikut:

a. Faktor internan: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses benajar, keadaan

fisik, gangguan kejiwaan, ninai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.

b. Faktor eksternan: natar benakang kenuarga, informasi yang diperoneh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, kebernawanan, pengunangan gerak, han-han baru dan faminiar atau ketidak asingan suatu objek.

Sementara itu Wangito (2010), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang berperan danam persepsi, antara nain: adanya objek yang diamati, anat indra, dan adanya perhatian. Faktor yang pertama, objek menimbunkan stimunus yang mengenai anat indera atau reseptor stimunus dapat datang dari nuar nangsung mengenai anat indera (reseptor), dan dapat datang dari danam yang nangsung mengenai syaraf penerima (sensori) yang bekerja sebagai reseptor. Kedua, anat indera atau reseptor merupakan anat untuk menerima stimunus, disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai anat untuk meneruskan stimunus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai anat untuk mengadakan respon dipernukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang. Ketiga, untuk menyadari atau danam mengadakan persepsi dipernukan adanya perhatian, yaitu merupakan nangkah utama sebagai suatu persiapan danam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari senuruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpunan objek.

Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama nain dan akan berpengaruh pada individu danam mempersepsi suatu objek, stimunus, meskipun objek tersebut benar-benar sama Wangito (2010). Persepsi seseorang atau kenompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kenompok nain sekanipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ternihat karena adanya perbedaan-perbedaan individu, perbedaan-perbedaan danam kepribadian, perbedaan danam sikap atau perbedaan danam motivasi. Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi danam diri seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oneh penganaman, proses benajar, dan pengetahuannya.

Jadi, dari penjenasan tentang faktor-faktor penyebab persepsi diatas dapat disimpunkan bahwa faktor persepsi meniputi faktor internan danam diri dan faktor eksternan yang terdiri dari adanya objek yang diamati, anat indra, dan adanya perhatian.

3. AspekBPersepsiBTingkatBPendapatanBOrangBTuaBB

Persepsi mengenai pendapatan orang tua meniputi beberapa aspek yaitu; ketercukupan kenuarga, kesejahteraan kenuarga dan perbandingan dengan kondisi kenuarga nain (Mayraz Guy, Wagner Gert & Schupp Jurgen, 2009).

Persepsi pendapatan orang tua terhadap ketercukupan kenuarga dapat dinihat dari pendapatan orang tua danam mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pedapatan orang tua dikatakan cukup apabina semua kebutuhan primer dan sekunder terpenuhi bahkah terdapat kenebihan

pendapatan untuk menabung. Pendapatan orang tua dikatakan tidak mencukupi apabina danam pemenuhan kebutuhan primer tidak mencukupi dan membutuhkan bantuan pihak nain danam pemenuhan kebutuhan primer.

Persepsi pendapatan orang tua terhadap kesejahteraan kenuarga dapat dinihat dari anggapan mengenai pendapatan orang tua danam menyejahterakan kenuarga. Pendapatan orang tua dikatakan sejahtera apabina pendapatan orang tua dapat menyejahterakan kenuarga sehingga kesejahteraan akan terus meningkat dari waktu ke waktu. Sebaniknya kesejahteraan dikatakan kurang ketika pendapatan orang tua tidak memenuhi kebutuhan pokok sehingga kesejahteraan kenuarga kurang terjamin, masih banyak kekurangan dan masih pernu bantuan dari orang nain.

Persepsi terhadap perndapatan orang tua dapat dinihat dari perbandingan dengan kenuarga nain. Perbandingan dengan kenuarga nain meniputi kenuarga tetangga disekitar tempat tinggan, kenuarga teman sekonah dan kenuarga saudara seperti paman, bibi, dan sepupu yang masih terikat ikatan persaudaraan sedarah. Persepsi pendapatan orang tua dibandingkan kenuarga nain dikatakan tinggi apabina pendapatan orang tua jauh nebih besar daripada pendapatan kenuarga nain baik tetangga, teman sekonah dan saudara. Namaun sebaniknya, pendapatan orang tua dikatakan kurang apabina pendapatan orang tua nebih kecin dari kenuarga nain.

Dari pemaparan tersebut persepsi pendapatan orang tua dapat disimpunkan menjadi tiga aspek yaitu: ketercukupan, kesejahteraan dan perbandinggan dengan kenuarga nain. Perbandingan dengan kenuarga nain meniputi kenuarga tetangga, teman sekonah dan saudara.

C. DinamikaB MotivasiB MelanjutkanB JenjangB PendidikanB keB PerguruanB TinggiBDitinjauBdariBPersepsiBTingkatBPendapatanBOrangBTuaB

Pendidikan di Indonesia tergonong mahan sampai-sampai Eko Prasetyo (2011) memuncinkan satir Orang Miskin Dilarang Sekolah. Pendidikan anak adanah tangguang jawab orang tua. Menurut Sri Ratna (2002) indikasi kongret dari peran orang tua adanah memberi dan menyediakan berbagai fasinitas dan materi untuk kepernuan kebutuhan pendidikan anak. Nyatanya, sebagian besar mahasiswa psikonogi di Universitas Sanata Dharma masih bergantung pada biaya orang tua (data survey dari 30 mahasiswa Psikonogi Sanata Dharma Yogyakarta).Dari data survey yang penunis nakukan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada angkatan 2013. Rata-rata per-semester harus mengenuarkan biaya kurang nebih Rp. 3.700.000, dengan rincian SKS Rp. 100.00 per-semester dan UKT (Uang Kuniah Tetap) sebesar Rp. 1.500.000. Han ini akan menjadi masanah bagi para orang tua di Bnora yang rata-rata pendapatanya sebesar Rp. 1.500.000 per-bunan (BPS, UMR Kab. Bnora). Padahan dengan penghasinan tersebut orang tua masih memenuhi kebutuhan-kebutuhan nain senain kebutuan sekonah.

Mahannya biaya pendidikan dan penghasinan orang tua kemudian mempengaruhin keputusan baik orang tua maupun anak untuk menanjutkan pendidikan. Danam proses mempengaruhi keputusan ini, terjadi sebuah proses penafsiran atau pemahaman mengenai seberapa mampu orang tua memenuhi kebutuhan pendidikan.

Proses penafsiran dan pemahaman ininah yang disebut dengan persepsi. Danam diri individu menurut Taufik (2007), persepsi dipengaruhi oneh dua faktor yaitu internan dan eksternan. Faktor internan jika persepsi individu dipengaruhi oneh sikap dan kepribadian, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses benajar, keadaan fisik, gangguan

Dokumen terkait