• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Dermatitis Atopik

2.1.6 Manifestasi klinis

Gambar 2.1 Patogenesis dermatitis atopik (Spergel and Schneider, 1999)

2.1.6 Manifestasi klinis

Manifetasi klinis dermatitis atopik berbeda pada setiap tahapan atau fase kehidupan, mulai saat bayi sampai saat dewasa. Pada setiap anak didapatkan derajat keparahan yang bervariasi, tetapi secara umum mereka mengalami pola distribusi lesi yang serupa. Umumnya gejala dermatitis atopik timbul sebelum bayi berusia 6 bulan, dan jarang terjadi di bawah usia 8 minggu. Dermatitis atopik dapat menyembuh dengan bertambahnya usia, tetapi dapat pula menetap bahkan meluas dan memberat sampai usia dewasa. Terdapat kesan bahwa makin lama dan makin berat dermatitis yang diderita semasa bayi makin besar kemungkinan dermatitis tersebut menetap sampai dewasa, sehingga perjalanan penyakit dermatitis atopik sukar diramalkan. Dermatitis atopik dapat dibagi dalam tiga fase

19

berdasarkan usia penderita dan gambaran klinisnya, yaitu (Hurwitz, 1983; Jacoeb, 2004; Baratawidjaja, 2009; Santosa, 2010) :

1. Fase bayi (infantile type)

Dermatitis atopik paling sering muncul pada tahun pertama kehidupan yaitu pada bulan kedua, biasanya bersifat akut, sub akut, rekuren, dan simetris. Pada bayi yang belum dapat merangkak, lesi biasanya ditemukan pada wajah (dahi-pipi), kulit kepala dan permukaan ekstensor ekstremitas. Umumnya diawali oleh plak eritema, papul, vesikel yang sangat gatal di pipi, dahi, dan leher tetapi dapat pula mengenai badan, lengan dan tungkai. Rasa gatal yang timbul sangat mengganggu sehingga anak menjadi gelisah, susah tidur, dan sering menangis. Bila anak mulai merangkak lesi dapat timbul di tangan dan lutut. Karena garukan terjadi erosi dan ekskoriasi atau krusta, tidak jarang mengalami infeksi. Pada sebagian penderita dapat disertai infeksi bakteri maupun jamur. Tipe ini cenderung kronis dan residif. Sebagian besar penderita sembuh setelah dua tahun dan sebagian lagi berlanjut ke fase anak (Gambar 2.2).

Gambar 2.2 Plak eritematosa difus dan kering pada pipi, fossa poplitea dan pada betis tampak plak eritematosa difus dan eksudatif

(Daili, 2005) 2. Fase anak (childhood type)

Dapat merupakan lanjutan bentuk dermatitis atopik infantil ataupun timbul sendiri (de novo). Timbul pada masa kanak-kanak (2–12 tahun). Predileksi mendominasi daerah antecubital dan fossa popliteal serta bagian belakang leher. Lesi kering, likenifikasi, batas tidak tegas, karena garukan terlihat pula ekskoriasi memanjang dan krusta. Dapat merupakan lanjutan dari tipe bayi atau baru timbul pertama kali. Sering ditemukan lipatan Denni Morgan yaitu lipatan kulit dibawah kelopak mata. Dermatitis atopik berat yang lebih dari 50% permukaan tubuh dapat mengganggu pertumbuhan (Gambar 2.3).

21

Gambar 2.3 Plakat eritematosa, erosi, ekskoriasi dan krusta pada fossa cubiti yang meluas ke badan (Daili, 2005)

2. Fase dewasa (adult type)

Bentuk lesi ini biasanya timbul pada usia lebih dari 12 tahun dan hampir serupa dengan lesi kulit fase akhir anak-anak. Gejala utama adalah pruritus, kelainan kulit berupa likenifikasi, papul, eksema, dan krusta. Pedileksi lesi secara klasik ditemukan pada daerah fossa kubiti dan poplitea, leher depan dan belakang, dahi serta daerah sekitar mata. Manifetasi lain berupa kulit kering dan sukar berkeringat, gatal terutama jika berkeringat. Dermatitis atopik remaja cenderung berlangsung lama kemudian menurun dan membaik setelah usia 30 tahun, jarang sampai usia pertengahan, hanya sebagian kecil berlangsung sampai tua (Gambar 2.4).

Gambar 2.4 Tampak hiperkeratosis dan likenifikasi (Daili, 2005) Tanda yang dipakai untuk menentukan seseorang dalam keadaan atopi adalah yang disebut “stigmata atopi”. Bila stigmata tersebut terdapat dalam kulit disebut sebagai atopic diathesis kulit. Stigmata ini secara signifikan lebih sering ditemukan pada pasien dermatitis atopik dibandingkan dengan individu sehat dan dapat digunakan sebagai petunjuk untuk penegakan diagnosis dermatitis atopik. Kelainan yang biasa ditemukan pada dermatitis atopik, yaitu (Hurwitz, 1983; Jacoeb, 2009; Santosa 2010):

1. ‘White dermatographism’ merupakan goresan pada kulit penderita dermatitis atopik akan menyebabkan kemerahan dalam waktu 10-15 detik diikuti dengan vasokonstriksi yang menyebabkan garis berwarna putih dalam waktu 10-15 menit berikutnya. Walaupun peristiwa ini tidak patognomonik untuk dermatitis atopik, tetapi kadang-kadang dapat digunakan sebagai diagnosis dermatitis atopik.

2. Reaksi vaskular paradoksal merupakan adaptasi terhadap perubahan suhu pada penderita dermatitis atopik. Apabila ekstremitas penderita dermatitis atopik mendapat pajanan hawa dingin, akan terjadi percepatan pendinginan dan

23

perlambatan pemanasan dibandingkan dengan orang normal. Hal ini diduga karena adanya pelebaran dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya edema dan warna pucat di jaringan sekelilingnya.

3. Lipatan telapak tangan/palmar hiperlinearlity of palms or soles yaitu terdapatnya pertambahan mencolok lipatan pada telapak tangan meskipun hal tersebut bukan merupakan tanda khas untuk dermatitis atopik.

4. Garis Morgan atau Dennie merupakan kelainan berupa cekungan yang menyolok dan simetris, namun dapat ditemukan satu atau dua cekungan di bawah kelopak mata bagian bawah. Kelainan tersebut dapat ditemukan pada 50%-60% pasien dermatitis atopik dengan berbagai variasi etnis. Keadaan ini muncul pada saat lahir, atau segera sesudah itu dan bertahan sepanjang hidup, nampak seperti edema dari kelopak mata bagian bawah.

5. Sindrom ‘buffed-nail’ merupakan kuku yang terlihat mengkilat karena selalu menggaruk akibat rasa sangal gatal.

6. ‘Allergic shiner’, sering dijumpai pada penderita penyakit alergi karena gosokan dan garukan berulang jaringan di bawah mata dengan akibat perangsangan melanosit dan peningkatan timbunan melanin.

7. Hiperpigmentasi, biasanya terdapat daerah hiperpigmentasi akibat garukan terus menerus.

8. Kulit kering. Kulit penderita dermatitis atopik umumnya kering, bersisik, pecah-pecah, dan berpapul folikular hiperkeratotik yang disebut keratosis pilaris. Jumlah kelenjar sebasea berkurang sehingga terjadi pengurangan

pembentukan sebum, sel pengeluaran air dan xerosis, terutama pada musim panas.

9. ‘Delayed blanch’.Penyuntikan asetilkolin pada kulit normal menghasilkan keluarnya keringat dan eritema. Pada penderita atopi akan terjadi eritema ringan dengan delayed blanch. Hal ini disebabkan oleh vasokonstriksi atau peningkatan permeabilitas kapiler.

10. Keringat berlebihan. Penderita dermatitis atopik cenderung berkeringat banyak sehingga pruritus bertambah.

11.Gatal dan garukan berlebihan.Penyuntikan bahan pemacu rasa gatal (tripsin) pada orang normal menimbulkan gatal selama 5-10 menit, sedangkan pada penderita dermatitis atopik gatal dapat bertahan selama 45 menit.

2.1.7 Diagnosis

Dermatitis atopik di diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan gambaran klinis Hanifin dan Rajka yang menggunakan kriteria mayor dan minor untuk dasar diagnosis dermatitis atopik. Kriteria mayor biasanya konsisten ditemukan pada kasus dermatitis atopik, sedangkan kriteria minor umumnya ditemukan pada kelompok kontrol.

Menurut Hanifin dan Rajka gambaran diagnostik dermatitis atopik harus terdapat tiga atau lebih kriteria mayor (Moreno, 2000; Baratawidjaja, 2009; Leung, 2011) :

25

1. Pruritus

2. Morfologi dan regio yang khas, likenifikasi fleksural pada orang dewasa, lesi pada wajah dan ekstensor pada bayi dan anak.

3. Perlangsungan kronik dan residif.

4. Riwayat atopi (asma, rhinitis alergi atau dermatitis atopik) pada diri sendiri atau keluarga.

Kriteria minor terdapat tiga atau lebih :

1. Xerosis, iktiosis atau hyperkeratosis palmaris atau keratosis pilaris. 2. Reaktifitas kulit tipe cepat.

3. Peningkatan Ig E serum.

4. Dermatitis di daerah palmo-plantar. 5. Kheilitis.

6. Dermatitis di daerah kepala.

7. Kemudahan mendapat infeksi Staphylococcus aureus dan herpes simpleks. 8. Papul perifolikuler hyperkeratosis di atas lesi hiperpigmentasi.

9. Pitiriasis Alba.

10.Dermatitis di puting susu. 11.White Dermographism. 12.Katarak dan keratokonus. 13.Garis Dennie Morgan.

14.Kemerahan atau kepucatan di wajah.

Dokumen terkait