• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stadium IV: Karsinoma yang meluas ke pelvis sejati atau telah melibatkan

2.3.6. Manifestasi klinis

Menurut American Cancer Society, wanita dengan kanker serviks dini dan kanker pra biasanya tidak memiliki gejala. Gejala sering tidak dimulai sampai pra kanker menjadi kanker invasif yang benar dan tumbuh ke dalam jaringan di dekatnya. Ketika ini terjadi, gejala yang paling umum adalah:

1. Perdarahan vagina abnormal, seperti pendarahan setelah berhubungan seks (senggama), perdarahan setelah menopause, perdarahan bercak antara periode menstruasi dan memiliki panjang periode lebih lama dari biasanya. Pendarahan setelah douching, atau setelah pemeriksaan panggul merupakan gejala umum kanker serviks tetapi tidak pra kanker.

2. Sebuah cairan yang keluar dari vagina - discharge dapat mengandung darah dan mungkin terjadi antara periode setelah menopause.

3. Nyeri saat berhubungan seks (senggama).

Tanda-tanda dan gejala juga dapat disebabkan oleh kondisi lain selain kanker serviks, dan infeksi dapat menyebabkan rasa sakit atau perdarahan.

2.3.7. Diagnosis 1. Sitologi

Pemeriksaan sitologi dikenal dengan pemeriksaan pap smear. Sitologi bermanfaat untuk mendeteksi sel-sel serviks yang tidak menunjukkan adanya gejala, dengan tingkat ketelitiannya mencapai 90% (Fatimah, 2009).

2. Kolposkopi

didalamnya. Kolposkopi dapat meningkatkan ketepatan sitologi menjadi 95%. Alat ini pertama kali diperkenalkan di Jerman pada tahun 1925 oleh Hans Hinselmann untuk memperbesar gambaran permukaan porsio sehingga pembuluh darah lebih jelas dilihat. Pada alat ini juga dilengkapi dengan filter hijau untuk memberikan kontras yang baik pada pembuluh darah dan jaringan. Pemeriksaan kolposkopi dilakukan untuk konfirmasi apabila hasil test pap smear abnormal dan juga sebagai penuntun biopsi pada lesi serviks yang dicurigai (Fatimah, 2009).

3. Biopsi

Biopsi dilakukan di daerah yang abnormal jika sambungan skuamosa-kolumnar (SSK) yang terlihat seluruhnya dengan menggunakan kolposkopi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus tajam dan harus diawetkan dalam larutam formalin 10% sehingga tidak merusak epitel (Fatimah, 2009).

4. Konisasi

Konisasi serviks adalah pengeluaran sebagian jaringan serviks sehingga bagian yang dikeluarkan berbentuk kerucut. Konisasi dilakukan apabila : - Proses dicurigai berada di endoserviks.

- Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.

- Ada kesenjangan antara hasil sitologik dan histopatologik (Fatimah, 2009) Terdapat juga tes untuk mengetahui sudah berapa jauh stadium dari kanker diantaranya :

1. Cytoscopy, digunakan untuk melihat bagian interior dari daerah bladder dan urethra dan melihat apabila penyebaran kanker sudah mencapai system urinaria.

2. Protoscopy, digunakan untuk melihat bagian bawah dari kolon, juga untuk melihat apakah kanker sudah menyebar ke rahim.

3. Intravenous pyelogram, digunakan untuk melihat apakah adanya penyumbatan pada ginjal (Cinton, 2014)

Tes yang lain juga dianjurkan sebagai penolong dalam pengambilan keputusan perawatan, termasuk :

1. Tes darah, termasuk di dalamnya Complete Blood Count (CBC) untuk memastikan apakah didapati anemia atau dapat dilakukan Chemistry screen untuk mengetahui keadaan liver dan ginjal.

2. Imaging test, termasuk Chest x-ray, CT scan, MRI dan Positron Emission Therapy (PET). Tes ini di lakukan apabila kanker sudah menyebar di luar serviks (Cinton, 2014)

2.3.8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien kanker serviks sesuai staging FIGO (International Federation of Gynaecology and Obstetrics) adalah sebagai berikut :

1. FIGOstadiumIA1

Pasien dengan stadium IA1 penyakit harus didiagnosis berdasarkan konisasi. Jika ruang limfovaskular tidak terlibat, pasien ini memiliki kurang dari 1% dari risiko penyebaran kelenjar getah bening. Wanita-wanita ini dapat diobati secara konservatif dengan histerektomi sederhana atau dengan konisasi, jika mereka ingin mempertahankan kesuburan (Patrick P,dkk, 2007).

2. FIGO stadium IA2, IB1, dan IIA

Histerektomi radikal adalah pengobatan pilihan untuk pasien muda yang sehat karena mempertahankan fungsi ovarium. Radioterapi dianggap sama efektif untuk pasien dengan penyakit tahap awal (Patrick P,dkk, 2007). 3. FIGO stadium IB2

radioterapi adjuvant. Kemoradioterapi adalah pengobatan pilihan (Patrick P,dkk, 2007).

4. FIGO stadium IIB, III, dan IVA

Tiga Randomized Controlled Trial telah menunjukkan bahwa perbaikan dalam kelangsungan hidup secara keseluruhan lebih besar pada kemoradioterapi dibandingkan radiasi saja pada pasien dengan stadium lanjut secara lokal stadium IIB-IVA (Patrick P,dkk, 2007).

2.3.9. Pencegahan

Beberapa pencegahan dapat dilakukan untuk menghindari dan mendeteksi awal (skrining) kanker serviks yaitu :

1. Sitologi serviks / tes skrining

Sitologi serviks dilakukan dengan pengumpulan sel yang diambil dari leher rahim dan pemeriksaan mikroskopis sel-sel ini setelah pewarnaan. Konsep memanfaatkan sitologi eksfoliatif untuk mengidentifikasi wanita dengan kanker serviks invasif diperkenalkan oleh Papanicolaou dan Babes di tahun 1920. Selanjutnya, teknik Papanicolaou disempurnakan dan menunjukkan bahwa sitologi konvensional juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi lesi prakanker serviks. Sitologi (Pap smear) umumnya digunakan. Kombinasi spatula Ayre dan sikat atau spatula tip yang diperpanjang umumnya digunakan untuk pengambilan sampel, meskipun di Jerman yang paling sering digunakan yaitu diambil dengan cotton swab (IARC Handbooks of Cancer Prevention, 2005).

Pap smear dilakukan setahun sekali bagi wanita yang sudah menikah atau sudah melakukan hubungan seksual, kecuali pada waktu menstruasi. Sebaiknya Pap smear dilakukan sebelum timbul gejala klinis kanker serviks (Kanayasan, 2011)

Tabel 2.2. Tabel hasil tes Pap smear

Kelas Deskripsi

I Tidak adanyasel-sel atipikalatau abnormal

II Sitologi atipikal, tetapi tidak ada bukti untuk keganasan III Sitologi sugestif, namun tidak konklusif untuk

keganasan

IV Sitologisangatsugestifkeganasan V Sitologikonklusifuntuk keganasan (IARC Handbooks of Cancer Prevention, 2005)

Sementara itu, perbandingan klasifikasi hasil tes Pap smear dengan klasifikasi WHO, klasifikasi CIN (Cervical Intraepithelial Neoplasia) dan system Bethesda adalah sebagai berikut .

Tabel 2.3. Tabel perbandingan klasifikasi hasil tes Pap smear

Papanicolaou WHO CIN Sistem Bethesda

Kelas I Dalam batas normal

Kelas II Perubahan sel skuamous

atipik jinak Kelas III Displasia ringan, sedang

dan berat

CIN 1, CIN 2 dan CIN 3

Low-grade SIL

Kelas IV Karsinoma in situ CIN 3 High-grade SIL Kelas V Karsinoma mikroinvasif

dan invasive

Karsinoma invasif

Karsinoma invasive

(IARC Handbooks of Cancer Prevention, 2005)

1. IVA

maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Pemeriksaan ini dapat di lakukan di Puskesmas dengan harga relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan (Kanayasan, 2011).

2. Thin prep

Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya mengambil sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep akan memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat (Kanayasan, 2011).

3. Menghindari faktor risiko kanker serviks dan menggunakan pengaman seperti kondom saat berhubungan seksual dapat mengurangi risiko terinfeksi HPV.

4. Vaksinasi HPV

Suatu vaksin baru disebut Gardasil memberikan perlindungan dari tipe HPV yang paling berbahaya. The national Advisory Committee on Immunization Practices merekomendasikan vaksinasi pada wanita umur 11 dan 12 tahun, sebagaimana pada wanita umur 13 hingga 26 tahun jika mereka belum mendapat vaksinasi. Vaksin ini paling efektif diberikan sebelum wanita aktif secara seksual (Kanayasan, 2011).

i. Prognosis

Prognosis pada pasien dengan kanker serviks tergantung pada tahap penyakit. Secara umum, 5-year survival rate adalah sebagai berikut :

- Stage I : Lebih dari 90% - Stage II : 60-80% - Stage III : Sekitar 50% - Stage IV : Kurang dari 30%

ACS memperkirakan bahwa 4220 wanita akan meninggal karena kanker serviks di Amerika Serikat pada tahun 2012. Ini merupakan 1,3% dari semua kematian akibat kanker dan 6,5% dari kematian akibat kanker ginekologi (Medscape,2014).

Tingkat pengetahuan

Kanker serviks Sikap

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3. 1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka dapat diperoleh kerangka konsep sebagai berikut :

3. 2. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat ukur

Cara ukur Hasil ukur Skala ukur 1 Tingkat

pengetah uan

Hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Angket Melihat dan menilai hasil kuesioner yang dibagikan kepada siswi. Skor Benar = 1 Salah = 0 Hasil 0 – 4 = Kurang 5 – 6 = Cukup 7 – 10 = Baik Ordinal

2 Sikap Reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Angket Melihat dan menilai hasil kuesioner yang dibagikan kepada siswi. Skor 1-4 tergantung jenis pernyataan, cenderung kearah positif atau negatif Hasil 7 – 13 = Kurang 14 – 19 = Cukup 20 – 28 = Baik Ordinal 3 Kanker serviks Pertumbuhan sel abnormal yang bersifat ganas pada leher rahim dan berasal dari sel serviks uteri.

Angket Melihat dan menilai hasil kuesioner yang dibagikan kepada siswi. Baik Cukup Kurang Ordinal

BAB 4

METODE PENELITIAN

Dokumen terkait