• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap Kanker Serviks

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap Kanker Serviks"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 LUBUKPAKAM TERHADAP KANKER SERVIKS

Oleh : M ALFARISYI Z

110 100 145

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 LUBUKPAKAM TERHADAP KANKER SERVIKS

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran

Oleh : M ALFARISYI Z

110 100 145

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi SMA Negeri 2

Lubukpakam terhadap Kanker Serviks

Nama : M Alfarisyi Z

NIM : 110100145

Pembimbing

Penguji I

(dr. Lita Feriyawati, M.Kes, Sp.PA) ( dr. Muhammad Ali, Sp. A(K) )

NIP : 19700208 200112 2 001

NIP : 19690524 199903 1 001

Medan, Desember 2014

Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

( Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD – KGEH )

(4)

ABSTRAK

Kanker adalah penyakit pembunuh nomor dua di dunia saat ini setelah penyakit jantung dan pembuluh darah. Kanker payudara merupakan jenis yang paling banyak diikuti oleh kanker serviks di tempat kedua. Kanker serviks adalah keganasan berupa pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkontrol di daerah leher rahim (serviks) yang menghubungkan uterus dengan vagina. Kanker serviks dapat dicegah dengan pencegahan primer yang berfokus pada pendidikan kesehatan dan pencegahan sekunder yang memfokuskan pada deteksi dini dan pengobatan lesi pre kanker. Pendidikan kesehatan khususnya tentang kanker serviks merupakan sarana peningkatan pemahaman dan pengetahuan mengenai kanker serviks tersebut.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap kanker serviks. Teknik penelitian ini mengunakan consecutive sampling.

Dari hasil penelitian dapat diketahui tingkat pengetahuan siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap kanker serviks bernilai baik sebanyak 7 siswi (7%), bernilai cukup sebanyak 43 siswi (43%), bernilai kurang sebanyak 50 siswi (50%). Sikap siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap kanker serviks bernilai baik sebanyak 9 siswi (9%), bernilai cukup sebanyak 89 siswi (89%), bernilai kurang sebanyak 2 siswi (2%).

Dari penelitian ini, dapat disimpulkan kebanyakan tingkat pengetahuan siswi di SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap kanker serviks kurang. Diharapkan adanya promosi kesehatan/penyuluhan lebih lanjut tentang kanker serviks di kalangan wanita usia produktif baik di lingkungan Sekolah Menengah Atas maupun di masyarakat agar dapat terhindar dari kanker serviks.

(5)

ABSTRACT

Cancer is the number two killer diseases in the world today after heart and blood vessel disease. Breast cancer is the type most widely followed by cervical cancer in second place. Cervical cancer is a malignancy such as the growth of abnormal cells that are not controlled in the cervix (cervical) that connects the uterus to the vagina. Cervical cancer can be prevented by primary prevention that focuses on health education and secondary prevention that focuses on early detection and treatment of pre-cancerous lesions. Particularly health education about cervical cancer is a means of improving understanding and knowledge of the cervical cancer. This study is a descriptive survey research with cross sectional design.

The purpose of research to determine the level of knowledge and attitudes of SMA Negeri 2 Lubukpakam against cervical cancer. This research technique using consecutive sampling.

From the results of research to determine the level of knowledge of SMA Negeri 2 Lubukpakam against cervical cancer is well worth as much as 7 female students (7%), worth quite as much as 43 girls (43%), worth approximately 50 girls (50%). Attitude of SMA Negeri 2 Lubukpakam against cervical cancer is well worth as much as 9 girls (9%), worth quite as much as 89 girls (89%), worth about as much as 2 girls (2%).

From this study, it can be concluded most knowledge level student at SMA Negeri 2 Lubukpakam against cervical cancer less. Expected that the health promotion / education more about cervical cancer among women of childbearing age in both the high school environment and in the community in order to avoid cervical cancer.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya karena berkatnyalah penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini. Penelitian ini berjudul “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap Kanker Serviks “.

Sebelumnya penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada dr. Lita Feriyawati, M.Kes, Sp.PA, selaku dosen pembimbing penulis dalam membuat hasil penelitian untuk Karya Tulis Ilmiah ini dan SMA Negeri 2 Lubukpakam sebagai tempat pengambilan data penelitian.

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data awal bagi penyuluhan-penyuluhan kesehatan di berbagai Sekolah Menengah Atas khususnya mengenai kanker serviks. Hal ini dikarenakan masih kurangnya pengetahuan siswi-siswi di SMA terhadap kanker serviks dan bahayanya. Penulis berharap penelitian ini bisa membantu dalam pencegahan kanker serviks di Indonesia di masa depan.

Medan, Mei 2014

M Alfarisyi Z

(7)

DAFTAR ISI

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…….. 23

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 23

(8)

BAB 4 METODE PENELITIAN……… 24

4.1. Jenis Penelitian ... 24

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

4.3.1. Populasi ... 24

4.3.2. Sampel ... 24

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 25

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 26

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

5.1. Hasil Penelitian ... 27

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 27

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 27

5.1.3. Deskripsi Analisis Penelitian ... 28

5.2. Pembahasan ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

6.1. Kesimpulan ... 33

6.2. Saran ... 33

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

Tabel 2.1 Tabel kelainan histologis preinvasive epitel skuamosa serviks

Tabel perbandingan klasifikasi hasil tes Pap smear

Distribusi Frekuensi Siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam Menurut Umur

Distribusi Frekuensi Siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam Menurut Ketersediaan Informasi tentang Kanker Serviks Distribusi Frekuensi Skor Tingkat Pengetahuan Siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap kanker serviks Distribusi Frekuensi Skor Sikap Siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap kanker serviks

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

Gambar 2.1 Uterus dan vagina 9

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar riwayat hidup Lampiran 2 : Hasil validasi kuesioner Lampiran 3 : Kuesioner

Lampiran 4 : Surat persetujuan komisi etik Lampiran 5 : Surat izin penelitian

Lampiran 6 : Surat keterangan telah melakukan peneltian dari SMA Negeri 2 Lubukpakam

(12)

DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome ACS : American Cancer Society

CBC : Complete Blood Count

CIN : Cervical Intraepithelial Neoplasia CT scan : Computed Topography Scan

FIGO : International Federation of Gynaecology and Obstetrics HGSIL : High Grade Squamous Intraepithelial Lesion

HPV : Human Papilloma Virus

IARC : International Agency for Research on Cancer IVA : Inspeksi Visual Asam Asetat

LGSIL : Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion MRI : Magnetic Resonance Imaging

(13)

ABSTRAK

Kanker adalah penyakit pembunuh nomor dua di dunia saat ini setelah penyakit jantung dan pembuluh darah. Kanker payudara merupakan jenis yang paling banyak diikuti oleh kanker serviks di tempat kedua. Kanker serviks adalah keganasan berupa pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkontrol di daerah leher rahim (serviks) yang menghubungkan uterus dengan vagina. Kanker serviks dapat dicegah dengan pencegahan primer yang berfokus pada pendidikan kesehatan dan pencegahan sekunder yang memfokuskan pada deteksi dini dan pengobatan lesi pre kanker. Pendidikan kesehatan khususnya tentang kanker serviks merupakan sarana peningkatan pemahaman dan pengetahuan mengenai kanker serviks tersebut.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap kanker serviks. Teknik penelitian ini mengunakan consecutive sampling.

Dari hasil penelitian dapat diketahui tingkat pengetahuan siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap kanker serviks bernilai baik sebanyak 7 siswi (7%), bernilai cukup sebanyak 43 siswi (43%), bernilai kurang sebanyak 50 siswi (50%). Sikap siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap kanker serviks bernilai baik sebanyak 9 siswi (9%), bernilai cukup sebanyak 89 siswi (89%), bernilai kurang sebanyak 2 siswi (2%).

Dari penelitian ini, dapat disimpulkan kebanyakan tingkat pengetahuan siswi di SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap kanker serviks kurang. Diharapkan adanya promosi kesehatan/penyuluhan lebih lanjut tentang kanker serviks di kalangan wanita usia produktif baik di lingkungan Sekolah Menengah Atas maupun di masyarakat agar dapat terhindar dari kanker serviks.

(14)

ABSTRACT

Cancer is the number two killer diseases in the world today after heart and blood vessel disease. Breast cancer is the type most widely followed by cervical cancer in second place. Cervical cancer is a malignancy such as the growth of abnormal cells that are not controlled in the cervix (cervical) that connects the uterus to the vagina. Cervical cancer can be prevented by primary prevention that focuses on health education and secondary prevention that focuses on early detection and treatment of pre-cancerous lesions. Particularly health education about cervical cancer is a means of improving understanding and knowledge of the cervical cancer. This study is a descriptive survey research with cross sectional design.

The purpose of research to determine the level of knowledge and attitudes of SMA Negeri 2 Lubukpakam against cervical cancer. This research technique using consecutive sampling.

From the results of research to determine the level of knowledge of SMA Negeri 2 Lubukpakam against cervical cancer is well worth as much as 7 female students (7%), worth quite as much as 43 girls (43%), worth approximately 50 girls (50%). Attitude of SMA Negeri 2 Lubukpakam against cervical cancer is well worth as much as 9 girls (9%), worth quite as much as 89 girls (89%), worth about as much as 2 girls (2%).

From this study, it can be concluded most knowledge level student at SMA Negeri 2 Lubukpakam against cervical cancer less. Expected that the health promotion / education more about cervical cancer among women of childbearing age in both the high school environment and in the community in order to avoid cervical cancer.

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker masih menjadi penyakit pembunuh nomor dua di dunia saat ini setelah penyakit jantung dan pembuluh darah. Dalam aspek ini, kanker menjadi masalah kesehatan penting bagi setiap bangsa. Kanker pada wanita menyebabkan 26% kematian di negara-negara Eropa. Kanker payudara merupakan jenis yang paling banyak diikuti oleh kanker serviks di tempat kedua. Dinyatakan 5,9% kematian disebabkan kanker payudara dan 2% kematian diakibatkan kanker serviks (Kerime, 2011).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2006 melaporkan terdapat 493.234 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian 273.505 jiwa per tahun (Cheren dkk, 2013). Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi di negara-negara berkembang. Hal itu terjadi karena pasien biasanya datang pada stadium lanjut (Laras L, 2009)

Menurut Departemen Kesehatan Turki, kanker serviks juga menempati urutan ke sepuluh dari keseluruhan jenis kanker yang terjadi pada wanita. Berdasarkan data pada tahun 2002, insidensi kanker serviks yaitu 4,5 per 100.000 penduduk. Dalam tahun yang sama, dilaporkan 1364 kasus kanker serviks baru dan 726 kematian yang disebabkan kanker serviks (Kerime, 2011).

(16)

merupakan penderita kanker serviks dan kanker serviks adalah jenis kanker yang paling banyak diderita (Riskesdas, 2013).

Di Sumatera Utara, diperoleh data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara , penderita kanker serviks pada tahun 2000 sebanyak 548 kasus, tahun 2001 sebanyak 683 kasus. Di RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2009 sebanyak 48 kasus dan tahun 2010 sebanyak 40 kasus (Prakash, 2011).

Kanker serviks merupakan kanker primer yang berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio) berupa tumbuhnya sel-sel abnormal pada daerah tersebut. Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjalar ke vagina (Laras L, 2009).

Studi-studi epidemiologi menunjukkan 90% kanker serviks dihubungkan dengan infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus). HPV merupakan faktor inisiator terjadinya kanker serviks (Laras L, 2009). Walaupun terdapat 100 jenis HPV, HPV tipe 16 dan 18 merupakan tipe yang mempunyai risiko tinggi menyebabkan kanker serviks. Beberapa faktor risiko yang meningkatkan insidensi yaitu koitus pertama (coitarche) dialami pada usia amat muda (kurang dari 16 tahun), meningginya paritas, jarak persalinan yang terlampau dekat, hygiene seksual yang jelek dan aktivitas seksual yang sering bergonta-ganti pasangan (promiskuitas) (Sarwono, 2010)

Saat ini banyak sekali remaja yang mengatasnamakan cinta dengan seks. Jika dia cinta pada seseorang, ungkapan atas cintanya itu biasanya diungkapkan dengan seks. Banyak sekali remaja sekarang yang telah menjalani seks bebas. Dengan begitu risiko untuk terjadinya kanker leher rahim semakin meningkat (Cheren dkk, 2013).

(17)

maupun pencegahan sekunder yang didasarkan pada deteksi awal dan pengobatan lesi prekanker sebelum menjadi kanker yang invasif (Risasi et al, 2014).

Menurut Romadhoni, 2012, pendidikan kesehatan adalah suatu upaya untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Kesehatan bukan hanya untuk diketahui atau disadari dan disikapi saja, melainkan harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan atau mengembangkan pemahaman seseorang.

Oleh karena kurangnya pendidikan kesehatan khususnya mengenai kanker serviks bagi usia remaja di daerah-daerah khususnya daerah perifer (pinggir/luar kota), yang merupakan pencegahan primer kanker serviks, dikhawatirkan akan terjadi penyebaran lebih lanjut infeksi virus HPV melalui hubungan seks.

Dalam suatu penelitian disebutkan, tingkat pengetahuan siswi SMA Negeri 1 Kota Manado dinilai masih kurang. Oleh karena itu, perlu diberikan informasi dan pengetahuan sejak dini mengenai kanker serviks dan pencegahannya (Cheren, dkk, 2013). Sementara itu, di Sumatera Utara, penelitian tentang tingkat pengetahuan terhadap kanker serviks hanya dilakukan di Kota Medan dan belum dilakukan di daerah perifer.

(18)

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap kanker serviks ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap kanker serviks.

1.3.2. Tujuan Khusus

Mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap kanker serviks mengenai :

- Definisi kanker serviks.

- Faktor risiko terjadinya kanker serviks.

- Penyebab kanker serviks.

- Deteksi dini kanker serviks.

- Sikap mereka terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kanker serviks.

(19)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Pada masyarakat, khususnya masyarakat wanita agar dapat lebih berhati-hati terhadap faktor risiko kanker serviks dan terhindar dari kanker serviks.

2. Bagi Dinas Kesehatan, agar dapat melakukan upaya preventif berupa promosi kesehatan dan penyuluhan ke daerah – daerah perifer seperti Lubukpakam. 3. Bagi siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam, agar siswi – siswi dapat mengetahui

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGETAHUAN DAN SIKAP

2.1.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Notoatmodjo, 2012, pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan.

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

(21)

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2012).

2.1.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Notoatmodjo, 2012, seperti halnya pengetahuan, sikap juga memiliki berbagai tingkatan yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespons (responding)

(22)

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.2. ANATOMI DAN HISTOLOGI SERVIKS 2.2.1 Anatomi serviks

(23)

.

Gambar 2.1. Uterus dan vagina.

2.2.2. Histologi serviks

Serviks adalah bagian bawah uterus yang silindris, dan struktur histologinya berbeda dari bagian lain uterus. Lapisannya terdiri atas epitel selapis silindris penghasil-mukus pada endoserviks. Serviks memiliki sedikit serabut otot polos dan terutama (85%) terdiri atas jaringan ikat padat. Bagian luar serviks (ektoserviks) yang menonjol ke dalam lumen vagina dilapisi epitel gepeng berlapis (Junqueira, 2007). Kedua tipe sel ini bertemu pada suatu tempat yang dinamakan transformation zone (T-zone). Kebanyakan kanker serviks berawal dari T-zone ini (American Cancer Society, 2014).

(24)

Sekret serviks berperan penting pada pembuahan oosit. Saat ovulasi terjadi, sekret mukosanya menjadi encer dan memungkinkan masuknya sperma ke dalam uterus. Pada fase luteal atau selama kehamilan, kadar progesterone mengubah secret mukosa sehingga menjadi lebih kental dan mencegah masuknya sperma beserta mikroorganisme ke dalam korpus uterus (Junqueira, 2007).

2.3. KANKER SERVIKS 2.3.1. Definisi

Kanker serviks adalah keganasan berupa pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkontrol di daerah leher rahim (serviks) yang menghubungkan uterus dengan vagina (American Cancer Society, 2014).

2.3.2. Etiologi

Pada umumnya, kanker serviks disebabkan infeksi alat genitalia oleh Human Papilloma Virus (HPV). Meskipun infeksi HPV dapat ditransmisikan melalui jalur non seksual, sebagian besar melalui hubungan seksual. Infeksi HIV dikaitkan dengan peningkatan 5 kali lipat risiko kanker serviks, mungkin disebabkan respon kekebalan yang terganggu terhadap infeksi HPV (Medscape, 2014).

HPV merupakan sebuah kelompok virus yang terdiri dari 150 virus, yang beberapa diantaranya menyebabkan papilloma atau kutil. Berbeda tipe HPV, berbeda pula lokasi terbentuknya papilloma. Beberapa tipe menyebabkan papilloma pada tangan dan kaki, ada juga yang menyebabkan papilloma pada daerah bibir dan lidah (American Cancer Society, 2014).

Jenis tertentu dari HPV menyebabkan papilloma pada daerah genitalia dan anus yang dikenal sebagai condyloma acuminatum. Kebanyakan disebabkan oleh HPV 6 dan HPV 11 yang sering disebut HPV tipe low-risk karena jarang berkaitan dengan kanker serviks (American Cancer Society, 2014).

(25)

HPV 16, HPV 18, HPV 31, HPV 33, dan HPV 45. Tidak ada gejala terlihat saat infeksi HPV tipe high-risk sampai berubah menjadi prekanker dan kanker (American Cancer Society, 2014).

HPV 16 dan 18 merupakan jenis HPV yang tersering menjadi penyebab kanker serviks. HPV 18 juga merupakan penyebab sekitar 50% dari seluruh adenokarsinoma (Louis, 2012).

2.3.3. Faktor risiko

Beberapa faktor risiko yang berhubungan erat dengan kanker serviks diantaranya adalah hubungan seksual di usia muda (kurang dari 16 tahun), tingginya paritas, apalagi bila jarak persalinan terlampau dekat, golongan sosioekonomi yang rendah, higiene seksual yang jelek, sering berganti-ganti pasangan (promiskuitas) serta kebiasaan merokok (Sarwono, 2010).

Sementara menurut American Cancer Society, beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko kanker serviks adalah :

1. Infeksi chlamydia

Beberapa studi menyebutkan risiko kanker serviks yang lebih tinggi pada wanita yang tes darahnya menunjukkan tanda pernah atau baru terinfeksi chlamydia dibandingkan dengan wanita yang hasil tes nya normal.

2. Diet

Wanita yang dietnya tidak cukup asupan buah dan sayuran mungkin meningkatkan risiko kanker serviks. Wanita yang mempunyai berat badan berlebih lebih sering menderita adenokarsinoma serviks.

3. Kontrasepsi oral

Berbagai penelitian menyebutkan risiko kanker serviks meningkat pada wanita yang mengkonsumsi kontrasepsi oral, tetapi risiko kembali menurun setelah konsumsi dihentikan.

(26)

Jika ibu atau saudara perempuan seorang wanita menderita kanker serviks, maka kemungkinan berkembangnya kanker 2-3 kali lebih besar daripada keluarga yang tidak memiliki riwayat kanker.

5. Merokok

Menurut Suwiyoga (2007) dalam Fatimah (2009) dilihat dari segi epidemiologinya, perokok aktif dan pasif berkontribusi pada perkembangan kanker yaitu 2 sampai 5 kali lebih besar dibandingkan yang tidak perokok. Pada wanita yang merokok, terdapat nikotin yang bersifat ko karsinogen di cairan serviksnya sehingga dapat mendorong terjadinya pertumbuhan kanker.

2.3.4. Klasifikasi

Dengan revisi klasifikasi staging dari kanker serviks oleh FIGO (International Federation of Gynaecology and Obstetrics) pada tahun 2009, tampak bahwa untuk menghindari misakurasi pada staging ini diperlukan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI). MRI ini terutama diperlukan untuk mengetahui ukuran tumor, panjang serviks, dan jarak dari tumor ke os cervical interna.

(27)

Gambar 2.2. Klasifikasi karsinoma serviks menurut FIGO

Stadium I: Karsinoma yang hanya menyerang serviks (tanpa bisa mengenali ekstensi ke corpus)

(28)

IA1: Invasi stroma sedalam < 3 mm dan seluas < 7 mm

IA2: Invasi stroma sedalam > 3 mm dan seluas > 7 mm

IB: Lesi yang nampak secara klinis, terbatas pada serviks uteri atau kanker preklinis yang lebih besar daripada stadium IA

IB1: Lesi yang nampak < 4 cm

IB2: Lesi yang nampak > 4 cm

Stadium II: Karsinoma yang menginvasi dekat uterus, tapi tidak menginvasi dinding pelvis atau sepertiga bawah vagina

IIA: Tanpa invasi ke parametrium

IIA1: Lesi yang nampak < 4 cm

IIA2: Lesi yang nampak > 4 cm

IIB: Nampak invasi ke parametrium

Stadium III: Tumor meluas ke dinding pelvis dan/atau melibatkan sepertiga bawah vagina dan/atau menyebabkan hidronefrosis atau merusak ginjal

IIIA: Tumor melibatkan sepertiga bawah vagina, tanpa ekstensi ke dinding pelvis

IIIB: Ekstensi ke dinding pelvis dan/atau hidronefrosis atau merusak ginjal

(29)

IVA: Pertumbuhannya menyebar ke organ-organ sekitarnya

IVB: Menyebar ke organ yang jauh

Tingkatan kelainan histologis preinvasive dari epitel skuamosa serviks (IARC Handbooks of Cancer Prevention, 2005)

Tabel 2.1. Tabel kelainan histologis preinvasive epitel skuamosa serviks

Sistem klasifikasi

Displasia ringan CIN 1 LGSIL Displasia

(30)

2.3.6. Manifestasi klinis

Menurut American Cancer Society, wanita dengan kanker serviks dini dan kanker pra biasanya tidak memiliki gejala. Gejala sering tidak dimulai sampai pra kanker menjadi kanker invasif yang benar dan tumbuh ke dalam jaringan di dekatnya. Ketika ini terjadi, gejala yang paling umum adalah:

1. Perdarahan vagina abnormal, seperti pendarahan setelah berhubungan seks (senggama), perdarahan setelah menopause, perdarahan bercak antara periode menstruasi dan memiliki panjang periode lebih lama dari biasanya. Pendarahan setelah douching, atau setelah pemeriksaan panggul merupakan gejala umum kanker serviks tetapi tidak pra kanker.

2. Sebuah cairan yang keluar dari vagina - discharge dapat mengandung darah dan mungkin terjadi antara periode setelah menopause.

3. Nyeri saat berhubungan seks (senggama).

Tanda-tanda dan gejala juga dapat disebabkan oleh kondisi lain selain kanker serviks, dan infeksi dapat menyebabkan rasa sakit atau perdarahan.

2.3.7. Diagnosis 1. Sitologi

Pemeriksaan sitologi dikenal dengan pemeriksaan pap smear. Sitologi bermanfaat untuk mendeteksi sel-sel serviks yang tidak menunjukkan adanya gejala, dengan tingkat ketelitiannya mencapai 90% (Fatimah, 2009).

2. Kolposkopi

(31)

didalamnya. Kolposkopi dapat meningkatkan ketepatan sitologi menjadi 95%. Alat ini pertama kali diperkenalkan di Jerman pada tahun 1925 oleh Hans Hinselmann untuk memperbesar gambaran permukaan porsio sehingga pembuluh darah lebih jelas dilihat. Pada alat ini juga dilengkapi dengan filter hijau untuk memberikan kontras yang baik pada pembuluh darah dan jaringan. Pemeriksaan kolposkopi dilakukan untuk konfirmasi apabila hasil test pap smear abnormal dan juga sebagai penuntun biopsi pada lesi serviks yang dicurigai (Fatimah, 2009).

3. Biopsi

Biopsi dilakukan di daerah yang abnormal jika sambungan skuamosa-kolumnar (SSK) yang terlihat seluruhnya dengan menggunakan kolposkopi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus tajam dan harus diawetkan dalam larutam formalin 10% sehingga tidak merusak epitel (Fatimah, 2009).

4. Konisasi

Konisasi serviks adalah pengeluaran sebagian jaringan serviks sehingga bagian yang dikeluarkan berbentuk kerucut. Konisasi dilakukan apabila : - Proses dicurigai berada di endoserviks.

- Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.

- Ada kesenjangan antara hasil sitologik dan histopatologik (Fatimah, 2009)

Terdapat juga tes untuk mengetahui sudah berapa jauh stadium dari kanker diantaranya :

1. Cytoscopy, digunakan untuk melihat bagian interior dari daerah bladder dan urethra dan melihat apabila penyebaran kanker sudah mencapai system urinaria.

(32)

3. Intravenous pyelogram, digunakan untuk melihat apakah adanya penyumbatan pada ginjal (Cinton, 2014)

Tes yang lain juga dianjurkan sebagai penolong dalam pengambilan keputusan perawatan, termasuk :

1. Tes darah, termasuk di dalamnya Complete Blood Count (CBC) untuk memastikan apakah didapati anemia atau dapat dilakukan Chemistry screen untuk mengetahui keadaan liver dan ginjal.

2. Imaging test, termasuk Chest x-ray, CT scan, MRI dan Positron Emission Therapy (PET). Tes ini di lakukan apabila kanker sudah menyebar di luar serviks (Cinton, 2014)

2.3.8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien kanker serviks sesuai staging FIGO (International Federation of Gynaecology and Obstetrics) adalah sebagai berikut :

1. FIGOstadiumIA1

Pasien dengan stadium IA1 penyakit harus didiagnosis berdasarkan konisasi. Jika ruang limfovaskular tidak terlibat, pasien ini memiliki kurang dari 1% dari risiko penyebaran kelenjar getah bening. Wanita-wanita ini dapat diobati secara konservatif dengan histerektomi sederhana atau dengan konisasi, jika mereka ingin mempertahankan kesuburan (Patrick P,dkk, 2007).

2. FIGO stadium IA2, IB1, dan IIA

(33)

radioterapi adjuvant. Kemoradioterapi adalah pengobatan pilihan (Patrick P,dkk, 2007).

4. FIGO stadium IIB, III, dan IVA

Tiga Randomized Controlled Trial telah menunjukkan bahwa perbaikan dalam kelangsungan hidup secara keseluruhan lebih besar pada kemoradioterapi dibandingkan radiasi saja pada pasien dengan stadium lanjut secara lokal stadium IIB-IVA (Patrick P,dkk, 2007).

2.3.9. Pencegahan

Beberapa pencegahan dapat dilakukan untuk menghindari dan mendeteksi awal (skrining) kanker serviks yaitu :

1. Sitologi serviks / tes skrining

Sitologi serviks dilakukan dengan pengumpulan sel yang diambil dari leher rahim dan pemeriksaan mikroskopis sel-sel ini setelah pewarnaan. Konsep memanfaatkan sitologi eksfoliatif untuk mengidentifikasi wanita dengan kanker serviks invasif diperkenalkan oleh Papanicolaou dan Babes di tahun 1920. Selanjutnya, teknik Papanicolaou disempurnakan dan menunjukkan bahwa sitologi konvensional juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi lesi prakanker serviks. Sitologi (Pap smear) umumnya digunakan. Kombinasi spatula Ayre dan sikat atau spatula tip yang diperpanjang umumnya digunakan untuk pengambilan sampel, meskipun di Jerman yang paling sering digunakan yaitu diambil dengan cotton swab (IARC Handbooks of Cancer Prevention, 2005).

Pap smear dilakukan setahun sekali bagi wanita yang sudah menikah atau sudah melakukan hubungan seksual, kecuali pada waktu menstruasi. Sebaiknya Pap smear dilakukan sebelum timbul gejala klinis kanker serviks (Kanayasan, 2011)

(34)

Tabel 2.2. Tabel hasil tes Pap smear

Kelas Deskripsi

I Tidak adanyasel-sel atipikalatau abnormal

II Sitologi atipikal, tetapi tidak ada bukti untuk keganasan III Sitologi sugestif, namun tidak konklusif untuk

keganasan

IV Sitologisangatsugestifkeganasan V Sitologikonklusifuntuk keganasan (IARC Handbooks of Cancer Prevention, 2005)

Sementara itu, perbandingan klasifikasi hasil tes Pap smear dengan klasifikasi WHO, klasifikasi CIN (Cervical Intraepithelial Neoplasia) dan system Bethesda adalah sebagai berikut .

Tabel 2.3. Tabel perbandingan klasifikasi hasil tes Pap smear

Papanicolaou WHO CIN Sistem Bethesda

Kelas I Dalam batas normal

Kelas II Perubahan sel skuamous

atipik jinak Kelas III Displasia ringan, sedang

dan berat

CIN 1, CIN 2 dan CIN 3

Low-grade SIL

Kelas IV Karsinoma in situ CIN 3 High-grade SIL Kelas V Karsinoma mikroinvasif

dan invasive

Karsinoma invasif

Karsinoma invasive

(IARC Handbooks of Cancer Prevention, 2005)

1. IVA

(35)

maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Pemeriksaan ini dapat di lakukan di Puskesmas dengan harga relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan (Kanayasan, 2011).

2. Thin prep

Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya mengambil sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep akan memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat (Kanayasan, 2011).

3. Menghindari faktor risiko kanker serviks dan menggunakan pengaman seperti kondom saat berhubungan seksual dapat mengurangi risiko terinfeksi HPV.

4. Vaksinasi HPV

Suatu vaksin baru disebut Gardasil memberikan perlindungan dari tipe HPV yang paling berbahaya. The national Advisory Committee on Immunization Practices merekomendasikan vaksinasi pada wanita umur 11 dan 12 tahun, sebagaimana pada wanita umur 13 hingga 26 tahun jika mereka belum mendapat vaksinasi. Vaksin ini paling efektif diberikan sebelum wanita aktif secara seksual (Kanayasan, 2011).

i. Prognosis

Prognosis pada pasien dengan kanker serviks tergantung pada tahap penyakit. Secara umum, 5-year survival rate adalah sebagai berikut :

(36)

ACS memperkirakan bahwa 4220 wanita akan meninggal karena kanker serviks di Amerika Serikat pada tahun 2012. Ini merupakan 1,3% dari semua kematian akibat kanker dan 6,5% dari kematian akibat kanker ginekologi (Medscape,2014).

(37)

Tingkat pengetahuan

Kanker serviks Sikap

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3. 1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka dapat diperoleh kerangka konsep sebagai berikut :

3. 2. Definisi Operasional

(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey yang bersifat deskriptif untuk mendeskripsikan bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap kanker serviks. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional, dimana pengumpulan data dilakukan pada satu saat tertentu.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Lubukpakam, Deli Serdang, Sumatera Utara pada bulan November 2014.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam, Deli Serdang, Sumatera Utara.

4.3.2 Sampel

Menurut Sastroasmoro dan Ismael (2010), besar sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(39)

d= tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki/kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

Q= (1-P)

bila proporsi sebelumnya tidak diketahui, maka dipergunakan P= 0,5. Bila Zα= 1,96 P= 0,5

Q= 0,5 d= 0,1 n = 1,96

²

x 0,5 x 0,5

(0,1)

= 97

Dengan menggunakan rumus di atas diperoleh jumlah sampel sebanyak 97 orang dan digenapkan menjadi 100 orang.

Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Consecutive sampling. Semua subjek yang didatangi dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang dibutuhkan terpenuhi. Consecutive sampling ini merupakan jenis nonprobability sampling yang paling baik dan sering merupakan cara termudah (Sastroasmoro dan Ismael, 2010).

Adapun kriteria inklusi yang digunakan adalah :

- Siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.

Kriteria eksklusi sampel adalah :

- Semua siswi yang termasuk dalam kriteria inklusi tetapi tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

(40)

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

(41)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Lubukpakam Kabupaten Deli Serdang. SMA Negeri 2 tersebut terletak di Jalan Hamparan Perak Lubukpakam.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam yang berjumlah 100 responden dengan karateristik sebagai berikut :

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam Menurut Umur

Umur Frekuensi Persentase (%)

16 tahun 18 18

17 tahun 76 76

18 tahun 6 6

Total 100 100

(42)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam Menurut Ketersediaan Informasi tentang Kanker Serviks

Ketersediaan

Dari Tabel 5.2 dapat diketahui ketersediaan informasi pada siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam yaitu pernah mendapatkan informasi tentang kanker serviks sebanyak 66 siswi (66%), tidak pernah mendapatkan informasi tentang kanker serviks sebanyak 34 siswi (34%).

5.1.3. Deskripsi Analisis Penelitian

(43)

Dari Tabel 5.3 dapat diketahui tingkat pengetahuan siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam mendapatkan skor 0 – 4 sebanyak 50 siswi (50%), skor 5 – 6 sebanyak 43 siswi (43%), skor 7 – 10 sebanyak 7 siswi (7%).

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Skor Sikap Siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap kanker serviks

Skor Sikap Frekuensi Persentase (%)

7 – 13 3 3

14 – 19 88 88

20 – 28 9 9

Total 100 100

Dari Tabel 5.4 dapat diketahui sikap siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam mendapatkan skor 7 – 13 sebanyak 3 siswi (3%), skor 14 - 19 sebanyak 88 siswi (88%), skor 20 - 28 sebanyak 9 siswi (9%).

Hasil data skor tingkat pengetahuan akan dikelompokkan menjadi bernilai baik (skor 7 – 10), cukup (skor 5 – 6) dan kurang (skor 0 – 4) dan hasil data skor sikap akan dikelompokkan menjadi bernilai baik (skor 20 – 28), cukup (skor 14 – 19) dan kurang (skor 0 – 13).

(44)

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi SMA Negeri 2

Dari Tabel 5.5 dapat diketahui tingkat pengetahuan siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap kanker serviks bernilai baik sebanyak 7 siswi (7%), bernilai cukup sebanyak 43 siswi (43%), bernilai kurang sebanyak 50 siswi (50%) serta untuk sikap siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap kanker serviks bernilai baik sebanyak 9 siswi (9%), bernilai cukup sebanyak 88 siswi (88%), bernilai kurang sebanyak 3 siswi (3%).

5.2 Pembahasan

Di Indonesia, kanker masih merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian terbanyak. Sampai saat ini kanker serviks masih merupakan penyebab utama kematian pada wanita di Indonesia, di perkirakan 40 ribu kasus baru ditemukan setiap tahunnya. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi yang memadai sangat diperlukan. Banyak kasus mengenai kesehatan reproduksi tersebut dikarenakan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi yang kurang.

(45)

pendidikan formal, lingkungan pergaulan/teman sebaya, serta lingkungan geografis.

Penelitian ini meneliti mengenai karakteristik responden, sumber informasi mengenai

kanker leher rahim, serta tingkat pengetahuan terhadap kanker serviks.

Media cetak maupun media elektronik mempunyai peranan penting sebagai

sumber informasi khususnya informasi mengenai kesehatan reproduksi. Sebagian besar responden melihat acara di televisi maupun artikel di majalah. Pengaruh teman dan keluarga juga cukup mempengaruhi pengetahuan tentang kesehatan reproduksi karena seringmengadakan interaksi berkelompok.

Pada penelitian ini didapatkan siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam dengan kelompok umur paling banyak 17 tahun dengan ketersediaan informasi mengenai kanker serviks bagi siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam adalah sebanyak 66%. Mayoritas siswi mendapatkan informasi mengenai kanker serviks dari media cetak/elektronik, diikuti dengan dari teman atau orangtua, penyuluhan dan lainnya melalui buku pelajaran. HaI ini sesuai dengan penelitian Wida, 2008, yang menjelaskan sumber informasi mengenai kanker serviks.

Aktivitas pada kegiatan yang dapat meningkatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi masih rendah. Hanya 10 % responden yang mengikuti kegiatan mengenai kesehatan reproduksi khususnya kanker serviks. Hal tersebut dimungkinkan karena belum banyaknya kegiatan yang bergerak di bidang kesehatan reproduksi. Di SMA Negeri 2 Lubukpakam sendiri hanya terdapat satu kegiatan yang bergerak dibidang tersebut, yaitu PIK KRR (Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja).

(46)

Kurangnya tingkat pengetahuan tersebut dikarenakan beberapa faktor yaitu kurang pedulinya siswi terhadap kesehatan reproduksi walaupun sudah adanya sarana informasi baik dari media cetak dan elektronik serta penyuluhan. Pada penelitian ini peneliti menemukan pada siswi dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 34 siswi pernah mendapatkan informasi mengenai kanker serviks dan 16 siswi belum pernah mendapatkan informasi mengenai kanker serviks, pada siswi dengan tingkat pengetahuan cukup, sebanyak 29 siswi pernah mendapatkan informasi mengenai kanker serviks dan 14 siswi belum pernah mendapatkan informasi mengenai kanker serviks serta pada siswi dengan tingkat pengetahuan baik, sebanyak 4 siswi pernah mendapatkan informasi mengenai kanker serviks dan 3 siswi belum pernah mendapatkan informasi mengenai kanker serviks.

Responden lebih memahami tentang pencegahan sekunder kanker serviks dan

komplikasinya, dibandingkan pencegahan primer kanker leher serviks. Pencegahan

kanker serviks yang terbaik adalah dengan melakukan menjauhi faktor risiko kanker

serviks, pap smear dan vaksinasi.

(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap kanker serviks bernilai baik sebanyak 7 siswi (7%), bernilai cukup sebanyak 43 siswi (43%), bernilai kurang sebanyak 50 siswi (50%).

2. Sikap siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap kanker serviks bernilai baik sebanyak 9 siswi (9%), bernilai cukup sebanyak 88 siswi (88%), bernilai kurang sebanyak 3 siswi (3%)

6.2 Saran

1. Untuk masyarakat wanita khususnya para siswi agar diharapkan lebih berhati hati dan menjauhi faktor risiko terjadinya kanker serviks dan bila sudah timbul gejala kanker serviks, segeralah pergi ke dokter / pelayanan kesehatan dan sebaiknya hal-hal yang mengenai kanker dan penyakit mematikan lainnya dimasukkan ke dalam kurikulum pembelajaran agar para siswi dapat mengetahui dan terhindar dari penyakit-penyakit tersebut. 2 Untuk intansi kesehatan agar dilakukan penyuluhan khususnya mengenai

kanker serviks secara rutin dan menggunakan instrumen penyuluhan yang dapat menarik minat para siswi.

3. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan cakupan daerah dan jumlah responden yang lebih besar untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap siswi maupun hubungan antara keduanya.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2014. Cervical Cancer. American Cancer Society. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar.

Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Balleyguier, dkk. 2009. Cervical Cancer Staging. International Federation of Gynaecology and Obstetrics.

Beydag, K.D. 2011. Knowledge and Applications of the Midwives and Nurses at an Educational Hospital on the Early Diagnosis of Cervix Cancer. Asian Pacific J Cancer Prev, 12, 481-485

Boardman, C.H. 2014. Cervical Cancer. Medscape E-Medicine

May 2014).

Cadman, L. 2012. Human papilloma virus (HPV) and cervical cancer-the facts. Royal College of Nursing.

Cinton, B. 2014. Prevalensi Pasien Kanker Servik Berdasarkan Umur Dan Riwayat Aborsi Pada RSUP H.Adam Malik Pada Tahun 2012. USU Institutional Repository.

Fatimah, A.N. 2009. Studi Kualitatif Literatur. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

International Agency for Research on Cancer. 2005. IARC Handbooks of Cancer Prevention. World Health Organization.

Junqueira, L.C., Jose Carneiro. 2007. Histologi Dasar. Jakarta : EGC.

(49)

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Petignat, P., dkk. 2007. Diagnosis and Management of Cervical Cancer. BMJ, 335:765.

Pondaag, C.C., dkk. 2013. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Siswi tentang Pencegahan Kanker Serviks di SMA Negeri 1 Manado. E-Jurnal Keperawatan, Vol. 1, No. 1.

Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka.

Risasi, C.A., dkk. 2014. Knowledge, Attitude and Practice about Cancer of the Uterine Cervix among Women Living in Kinshasa, the Democratic Republic of Congo. BMC Women’s Health, 14:30.

Romadhoni. 2012. Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, Volume 1, Nomor 1.

Sastroasmoro, S., Sofyan I. 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto.

(50)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : M Alfarisyi Z

NIM : 110100145

Alamat : Jl. Aluminium Raya No.12 Tj. Mulia Medan

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 15 September 1992 Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki laki

No, Handphone : 085761552946

Email : alfa.zami@gmail.com

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN Pendidikan Formal

2011 – 2014 : Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kedokteran jurusan Pendidikan Dokter

(51)
(52)

Q9

Pearson Correlation -.168 -.419 .367 .367 .105 -.471* .105 -.157 1 -.681** .105 .518*

Sig. (2-tailed) .478 .066 .112 .112 .660 .036 .660 .508 .001 .660 .535

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

Q10

Pearson Correlation .115 .375 -.250 -.250 -.250 .357 .063 .375 -.681** 1 -.250 .530*

Sig. (2-tailed) .630 .103 .288 .288 .288 .122 .794 .103 .001 .288 .566

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

Q11

Pearson Correlation -.076 -.250 .167 -.250 -.250 .272 .167 -.250 .105 -.250 1 .543*

Sig. (2-tailed) .749 .288 .482 .288 .288 .246 .482 .288 .660 .288 .662

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

QTOTAL

Pearson Correlation -.107 .429 .527* .527* -.059 .143 .527* .234 .147 .137 .104 1

Sig. (2-tailed) .652 .059 .017 .017 .806 .546 .017 .320 .535 .566 .662

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

(53)
(54)

Sig. (2-tailed) 1.000 .013 1.000 .020 .336 .791 .007 .001

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

(55)

LEMBAR PENJELASAN

Dengan hormat,

Nama saya, M. Alfarisyi Z, sedang menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter S1 Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul, “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap Kanker Serviks”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dansikapsisiwi tentang kanker serviks, factor risiko, penyebab dan bahayanya.

Bersama ini saya mohon kesediaan kepada siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam untuk ikut serta dalam penelitian ini. Jika siswi bersedia maka saya akan memberikan kuesioner yang akan di jawab selama 20 menit untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang kanker serviks. Lalu setelah siswi menjawab kuesioner tersebut, saya akan memberikan imbalan berupa pulpen unik. Hasil jawaban siswi selama pengisian kuesioner akan tetap dirahasiakan. Partisipasi siswi bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. Siswi berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun. Untuk penelitian ini, mahasiswi tidak dikenakan biaya apapun.Siswi juga dapat menghubungi saya (082360507884).

Demikianlah penjelasan ini saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan siswi, saya ucapkan terima kasih.

, Medan, November 2014

Peneliti

(56)

KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA

NEGERI 2 LUBUKPAKAM TERHADAP KANKER SERVIKS

Identitas responden

Nama : ……….

Kelas : ……….

Usia : ……….

Alamat Rumah : ………. Pekerjaan Ayah : ………. Pekerjaan Ibu : ………. No. telepon/HP : ………. E-mail (jika ada) : ……….

Sebelumnya sudah pernah mendapatkan informasi mengenai kanker serviks. Ya Tidak

Jika ya, sebutkan darimana.

Penyuluhan Media cetak/elektronik

Orangtua/teman Lain-lain (Sebutkan : ………)

Dengan ini, saya bersedia untuk menjawab kuesioner ini dengan lengkap dan sebenar-benarnya.

(57)

KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP KANKER SERVIKS

Isilah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan melingkari/menyilang jawaban yang menurut kamu paling tepat!

1. Kanker serviks adalah … a. Kanker leher rahim

b. Kanker ujung rahim, berasal dari pembuluh darah yang mengalami perubahan yang tidak sesuai c. Kanker badan rahim

d. Kanker di dinding vagina bagian dalam sampai luar, berasal dari proliferasi (perkembangan) sel-sel di daerah tersebut

2. Apakah penyebab dari kanker serviks?

a. Jamur

b. HPV (Human Papilloma Virus) c. HSV (Herpes Simplex Virus) d. Bakteri

3. Bagaimana bentuk kelainan pada tubuh akibat infeksi agen penyebab kanker serviks tersebut?

a. Terjadi perubahan warna kulit menjadi keputihan

b. Terbentuknya kutil c. Lecet pada kemaluan

d. Terjadi pembengkakan di kaki

4. Apakah yang membuat seseorang mudah terkena kanker serviks? a. Memakai pembersih organ intim

yang berlebihan

5. Apakah yang termasuk gejala dari kanker serviks?

a. Perdarahan melalui vagina yang abnormal

b. Nyeri perut

c. Sekret putih yang keluar dari vagina

d. Muntah yang berlangsung selama menstruasi

6. Apakah metode pemeriksaan (skrining) seseorang itu terkena kanker serviks atau tidak?

a. Blood smear (hapusan darah) b. Uji laboratorium bakteri c. Kultur kuman

d. Pap smear

7. Pemeriksaan (skrining) tersebut dapat dilakukan bagi wanita yang … a. Belum menikah

b. Sudah menikah c. Menopause

d. Muncul gejala-gejala kanker serviks

8. Berapa tahun sekali dapat dilakukan pemeriksaan tersebut?

(58)

c. 1 tahun d. 3 tahun

9. Menurut kamu, bagaimana pengobatan kanker serviks? a. Dengan pembersih vagina b. Dengan obat anti nyeri c. Dengan suntikan antibodi d. Dengan operasi dan radioterapi

10.Jika kanker serviks tidak ditangani, maka akibat yang akan muncul adalah …

a. Nyeri punggung b. Nyeri pinggang c. Kematian

(59)

KUESIONER SIKAP TERHADAP KANKER SERVIKS

Isilah pernyataan berikut dengan melingkari/menyilang jawaban yang sesuai!

1. Wanita yang perokok cenderung untuk terkena kanker serviks. a. Sangat setuju

b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

2. Kanker serviks dapat diturunkan. a. Sangat setuju

b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

3. Wanita yang kegemukan (obesitas) lebih berisiko terkena kanker serviks a. Sangat setuju

b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

4. Wanita yang menikah di usia muda (kurang dari 18 tahun) berpotensi besar menderita kanker serviks.

(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)

Gambar

Gambar 2.1. Uterus dan vagina.
Gambar 2.2. Klasifikasi karsinoma serviks menurut FIGO
Tabel 2.1. Tabel kelainan histologis preinvasive epitel skuamosa serviks
Tabel 2.2. Tabel hasil tes Pap smear
+4

Referensi

Dokumen terkait

The focus of this project is improve cooperation in space applications, to train new Italian and Chinese university undergraduate students to work on different kinds

Photogrammetry work was performed in iWitness software (Photometrix). 3D models of the monument, the sport complex and the parking entrance were created. Main building

KEPALA SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN PERENCANAAN DAN PELAPORAN SUB BAGIAN KEUANGAN SEKRETARIAT KELOMPOK JAB FUNGSIONAL BIDANG PENGENDALIAN KELUARGA BERENCANA BIDANG

Bahwa penyedia barang tersebut pada huruf a telah lulus kualifikasi.. dan penawaran harga memenuhi syarat

z The Reset Simulation button clears all entries in the Event List, except for User Created PDUs, and. allows the animation

Berdasarkan pengertian- pengertian kinerja dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja baik itu secara kualitas maupun kuantitas

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga.. Skripsi Besutan : Kajian

dengan judul : “ Pengaruh Efisiensi, Efektivitas, Kemandirian Keuangan Daerah, Dan Kapasitas Pelayanan Pemerintah Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Studi