BAB I PENDAHULUAN
2. Faktor Manusia Dalam Penyusunan Anggaran
Proses penyusunan anggaran biasanya dimulai ketika manajer menerima hasil forecast ekonomi dan sasaran-sasaran untuk tahun atau periode yang akan datang dari manajemen puncak dan inilah yang dijadikan pedoman untuk penyusunan anggaran. Dalam beberapa perusahaan, anggaran disusun oleh para manajer puncak tanpa atau sedikit konsultasi dengan manajer-manajer tingkat bawah. Tetapi sebahagian perusahaan, anggaran disiapkan, paling tidak permulaan oleh para karyawan yang harus melakukan kegiatan. Anggaran kemudian dkirim ke atas untuk dimintakan
persetujuanatasan. Penyusunan anggaran tipe bottom up ini mempunyai banyak kebaikan organisasi, yaitu antara lain anggaran akan lebih realistik, menaikkan partisipasi, moral dan kepuasan kerja karyawan dan sebagainya.
Bagaimanapun juga, penyusunan anggaran merupakan tanggungjawab manajer lini, yang mungkin mendapatkan bantuan informasi dan teknis dari staf kelompok perencanaan atau departemen anggaran. Selama proses penyusunan anggaran, sumber daya-sumber daya organissi dialokasikan, dan para manajer mungkin merasa takut bahwa mereka tidak akan diberi bagian yang adil.
Pemikiran dasar dalam memahami manusia adalah keyakinan bahwa partisipasi berpotensi besar mengatasi masalah dalam suatu organisasi. Peningkatan produktivitas timbul atas adnya kebebasan dalam berkreasi pada tiap individu, yang kemudian pemimpin berperan dalam menciptakan suatu iklim yang memungkinkan para anggota berpartisipasi penuh dalam proses pengambilan keputusan. Pada gilirannya, para individu yang berpartisipasi menghargai tanggung jawab yang diberikan pada mereka, sehingga moral menjadi tinggi dan motivasi bertambah.
C. Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran 1. Pengertian Partisipasi
Menurut Robbins (2003:179) ”Partisipasi merupakan suatu konsep dimana bawahan ikut terlibat dalam pengambilan keputusan sampai tingkat tertentu bersama atasannya”. Sementara Brownell (1982a) dalam Supomo dan
Indriantoro (1998) menyatakan bahwa ”partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan proses dimana individu terlibat dalam penyusunan target anggaran, lalu individu tersebut dievaluasi kinerjanya dan memperoleh penghargaan berdasarkan target anggaran”.
Menurut Kennis (1979) “Pada penyusunan dengan menggunakan pendekatan partisipasi, informasi anggaran yang didapat oleh manajemen puncak, digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial fungsional dan mendistribusikan penghargaan dan hukuman”. Sehingga, sampai sedemikian pentingnya anggaran partisipasi dalam memainkan peran untuk meningkatkan sikap dan kinerja manajerial. “Penggunaan anggaran untuk pengendalian, evaluasi kerja, komunikasi, dan koordinasi menyiratkan untuk membawa banyak dimensi prilaku” (Hansen dan Mowen, 2000: 714).
Inti dari partisipasi anggaran adalah diperlukan kerjasama antara seluruh tingkatan organisasi. Manajer puncak biasanya kurang mengetahui bagian sehari-hari, sehingga harus mengandalkan informasi anggaran yang lebih rinci dari bawahannya. Dari sisi lain, manajer puncak mempunyai perspektif yang lebih luas atas perusahaan secara keseluruhan yang sangat vital dalam pembuataanggaran secara umum. Menurut Garrison dan Noreen (2000:409) “Setiap tingkatan tanggung jawab dalam suatu organisasi harus memberikan masukan terbaik sesuai dengan bidangnya dalam suatu sistem kerjasama penyusunan anggaran”.
2. Keunggulan Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran
Nur Indriantoro (1993) dalam Poerwati (2002) berpendapat bahwa Kinerja dinyatakan efektif apabila tujuan anggaran tercapai dan bawahan mendapat kesempatan terlibat dan berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran serta memotivasi bawahan mengidentifikasi dan melakukan negoisasi dengan atasan mengenai target anggaran, menerima kesepakatan anggaran dan melaksanakannya sehingga dapat menghindarkan dampak negatif anggaran yaitu faktor kriteria kinerja, sistem pengahargaan (reward) dan konflik.
Siegel dan Marconi (1989:139) menyatakan bahwa
Keuntungan dari partisipasi adalah memacu peningkatan moral, dan inisiatif bagi mereka untuk mengembangkan ide dan informasi pada seluruh tingkat manajemen, meningkatkan group cohesiveness yang kemudian meningkatkan kerjasama antarindividu dalam pencapaian tujuan, terbentuknya group internalization yaitu penyatuan tujuan individu dan organisasi, menghindari tekanan dan kebingungan dalam melaksanakan pekerjaan dan manajer menjadi tanggapterhadap masalah-masalah sub unit tertentu serta memiliki pemahaman yang lebih baik tentangketergantungan antar departemen.
Garrison dan Noreen (2000) dalam Anggraeni (2003) menyatakan bahwa
Keunggulan partisipasi adalah menghargai pendapat dan pandangan tingkat menengah dan bawah sehingga mereka lebih cenderung terdorong untuk mencapai anggaran. Selain itu, dalam penganggaran partisipasi terdapat sistem kendali yang unik, yaitu kesalahan dan tanggung jawab terdapat pada penyusun anggaran itu sendiri sehingga mereka tidak dapat berdalih bahwa anggarannya tidak masuk akal untuk dicapai
Sementara Anthony dan Govindarajan (2005:93) menyatakan bahwa penganggaran partisipasi memiliki dua keunggulan yaitu:
1. Tujuan anggaran akan dapat lebih mudah diterima apabila anggaran tersebut berada dibawah pengawasan manajer.
2. Penganggaran partisipasi menghasilkan pertukaran informasi yang efektif antara pembuat anggaran dan pelaksana anggaran yang dekat dengan produk dan pasar.
3. Kelemahan Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran
Hansen dan Mowen (2005:90) menyatakan bahwa “penganggaran partisipasi dapat menyebabkan pembuatan standar yang terlalu tinggi sejak tujuan yang dianggarkan menjadi tujuan manajer”. Sementara Dunk (1993) dan Yuwono (1999) menyatakan “penganggaran partisipasi dapat menyebabkan senjangan anggaran, yaitu perbedaan antara jumlah sumber daya yang sebenarnya diperlukan untuk menyelesaikan tugas secara efisien dengan jumlah yang diajukan oleh manajer yang bersangkutan untuk mengerjakan tugas yang sama”.
Menurut Hansen dan Mowen (2004:362) ada 3 masalah yang timbul yang menjadi kelemahan dalam partisipasi penganggaran antara lain :
1. Pembuatan standar yang terlalu tinggi atau rendah, sejak yang dianggarkan menjadi tujuan manajer.
2. Slack anggaran, adalah perbedaan antara jumlah sumberdaya yang sebenarnya diperlukan untuk menyelesaikan tugas secara efisien dengan jumlah yang diajukan oleh manajer yang bersangkutan untuk mengerjakan tugas yang sama
3. Pseudoparticipation, yang mempunyai arti bahwa perusahaan menggunakan partisipasi dalam partisipasi penganggaran padahal
sebenarnya tidak. Dalam hal ini bawahan terpaksa menyatakan persetujuan terhadap keputusan yang akan diterapkan karena perusahaan membutuhkan persetujuan mereka (Argyris, 1952 dalam Supomo dan Indriantoro, 1998).
4. Hubungan Partisipasi Dalam Penyusunan AnggaranTerhadap Kinerja Manajerial
Menurur Bambang Supomo (1998)
Partisipasi dalam penyusunan anggaran umumnya dinilai sebagai pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan knerja anggota organisasi. Para bawahan yang merasa aspirasinya dihargai dan mempunyai pengaruh pada anggaran yang disusun akan lebih mempunyai tanggung jawab dan konsekuensi moral yang akan meningkatkan kinerja sesuai yang ditargetkan dalam anggaran.
Penelitian mengenai partisipasi anggaran dan pengaruhnya terhadap kinerja manajerial merupakan salah satu bidang penelitian yang mengalami ketidakkonsistensian. Penelitian Nur Indriantoro (1993) menemukan hubungan positif dan signifikan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial. Begitu juga dengan penelitian Brownell dan McInnes (1986) yang melakukan penelitian terhadap para manajer tingkat menengah pada perusahaan manufaktur, menemukan hubungan positif antara kedua variabel tersebut. Menurutnya perilaku manajer itu dapat terjadi karena partisipasi memberikan kesempatan pada bawahan untuk menjalankan anggaran yang dapat dicapai dengan lebih mudah bila dibanding tanpa partisipasi.
Argyris (1952) dalam Bachtiar dan Susilowati (1998) menyarankan perlunya penggunaan partisipatif dalam organisasi. Partisipasi penganggaran akan dapat menghindari sikap perlawanan karyawan kepada atasan dan menghindari rasa tertekan pada diri supervisor. Sehingga hal tersebut dapat menimbulkan efisiensi, kerjasama yang baik dan menghindari perpecahan. Semua pengaruh partisipasi diatas mencerminkan dampak positif terhadap kinerja para supervisor.
Sedangkan penelitian Bambang dan Indriantoro (1998) menunjukkan partisipasi anggaran tidak mempunyai pengaruh secara langsung terhadap kinerja manajerial. Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Poerwati (2002) yang hasil penelitiannya menunjukkan partisipasi anggaran tidak mempunyai pengaruh secara langsung terhadap kinerja manajerial.
D. Kinerja Manajerial
Menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2000) memberiakan suatu kesamaan antara kinerja dengan prestasi kinerja, dengan suatu konsep defenisinya, yaitu : Istilah kinerja aberasal dari Job Performance atauActusl Performance (kinerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja adalah hasil kerja secara kulitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Sementara itu Hasibuan (1997:) mengatakan ”Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melakasanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasrkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu”. Simamora (1995:76) mengemukakan ”Kinerja karyawan adalah tingkat terhadap mana para karyawan mencapai persyaratan-persyaratanpekerjaan. Penilaian kinerja pada umumnya mencakup baik aspek kualitatif maupun kuantitatif dari pelaksanaan pekerjaan”.
Berdasarkan defenisi di atas maka dpat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu upaya dalam melaksanakan tugas, sehingga sasaan yang diinginkan dapat tercapai berdasarkan atas kemampuan yang dimiliki karyawan atas masalah yang dihadapi pada saat melaksanakan pekerjaan. Dalam mencapai sasaran atas peningkatan kinerja maka diperlukan suatu pertimbangan atas faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masalah tersebut. Hal ini penting sebagi titik tolak dari suatu pelaksanaan konsep dalam usaha meningkatkan kinerja. Menurut Mangkunegara (2000:65) menyatakan ”Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah fakor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).
Seperti halnya “Teori X dan Y Donald McGregor – Manusia Baik dan Jahat, teori motivasi ini menyatakan bahwa cara pandang seorang pemimpin akan mempengaruhi caranya memotivasi bawahan” dalam Robbins (2003:210). Teori X, yaitu pemimpin menganggap bawahan : membenci pekerjaannya, membenci tanggung jawab, tidak terlalu berambisi, tidak mempunyai gagasan, tidak mampu menyelesaikan masalah, hanya memikirkan uang, perlu dikendalikan secara ketat,
pemalas dan tidak dapat dipercaya. Sehingga pemimpin tersebut akan memotivasi dengan cara cara berikut:
· Mengatakan dengan jelas apa yang harus dilakukan, kapan dan bagaimana membuat semua keputusan
· Melakukan pengawasan secara ketat
· Tidak menghendaki adanya partisipasi
· Mengharapkan kontribusi minimum dalambentuk gaji
Sementara Teori Y, pemimpin menganggap bawahan: menikmati pekerjaannya, bersedia memberi kontribusi, bersedia menerima tanggung jawab, dapat membuat keputusan bagi diri sendiri, mampu menanggulangi masalah-masalah, mampu membuat rencana rencana jangka panjang dan mencapainya. Sehingga pemimpin tersebut akan memotivasi dengan cara-cara berikut:
· Memberi kesempatan untuk membuat keputusan
· Memberi tanggung jawab
· Memberi mereka kesempatan memberikan saran-saran dalam menjalankan pekerjaan
· Memberi penghargaan dengan cara lain, bukan hanya dengan uang.
Kinerja merupakan faktor penting yang digunakan untuk mengukur efektifitas dan efisiensi organisasi. Dalam penelitian ini, defenisi kinerja yang digunakan mengacu pada penelitian Mahoney et al, (1963) dalam Supomo dan Indriantoro (1998). Kinerja manajerial didasarkan pada fungsi – fungsi
manajemen yang ada dalam teori manajemen klasik yaitu: perencanaan, koordinasi, evaluasi, pengaturan staffing, negosiasi, investigasi, perwakilan dan pengawasan.
1. Perencanaan
”Perencanaan meliputi pemilihan strategi, kebijakan, program dan prosedur untuk mencapai tujuan perusahaan. Tanggungjawab untuk perencanaan tidak dapat sama sekali dipisahkan dari pelaksanaan manajerial sebab semua merencanakan, baik manajemen puncak, tengah, atau dasar dari suatu struktur organisasi” (Koontz et al., 1996). Menurut Welsch (2000: 4). ”Dalam kaitannya dengan fungsi perencanaan, anggaran merupakan tujuan yang ditetapkan untuk dicapai dalam periode tertentu. Dalam perencanaan kegiatan diperlukan adanya umpan balik”. Umpan balik diperlukan untuk:
(1) Memperbaiki kinerja yang kurang baik
(2) Mengatasi kejadian-kejadian yang tidak terantisipasi (3) Mendapatkan manfaat dari pengembangan rencana baru. 2. Investigasi
Menurut Supomo dan Indriantoro (1998)
Laporan dari setiap manajer pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya, menjelaskan kinerja manajerial yang bersangkutan. Untuk menyusun laporan tersebut, manajer melaksananakan salah satu fungsimanajemen, yaitu investigasi. Dalam hal ini manajemen bertugas untuk mengumpulkan dan menyampaikan informasi untuk catatan, laporan dan rekening, mengukur hasil, menentukan persediaan, dan analisa pekerjaan.
3. Koordinasi
”Setiap fungsi manajerial adalah pelaksana koordinasi. Kebutuhan akan mengsinkronisasikan tindakan individu timbul dari perbedaan dalam pendapat mengenai bagaimana cita-cita kelompok dapat dicapai atau bagaimana tujuan individu atau kelompok diperpadukan” (Koontz et al., 1996). ”Koordinasi ini bisa dilakukan dengan tukar menukar informasi dengan bagian organisasi yang lain untuk mengkaitkan dan menyesuaikan program, memberitahu departemen lain, dan berhubungan dengan manajer lain” (Supomo dan Indriantoro, 1998)
4. Evaluasi
Supomo dan Indriantoro (1998) menyatakan bahwa ”evaluasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen yang digunakan untuk menilai dan mengukur proposal, kinerja, penilaian pegawai, penilaian catatan hasil, penilaian laporan keuangan dan pemeriksaan produk”. 5. Pengawasan
”Pengawasan adalah pengukuran dan pembetulan terhadap kegiatan para bawahan untuk menjamin pelaksanaan sesuai dengan rencana yang ditetapkan” (Koontz et al., 1996). Pengawasan menurut Supomo dan Indriantoro (1998) ”meliputi kegiatan mengarahkan, memimpin dan mengembangkan bawahan, membimbing, melatih, memberikan tugas pada bawahan, dan menangani keluhan”.
6. Staffing
Menurut Sabardi (1992: 93) ”Penataan staff merupakan faktor penting dalam pengelolaan sumber daya manusia agar para karyawan dapat dimanfaatkan secara efektif”. Terry dan Rue (1991:75) mendefenisikan ”penataan staff adalah suatu proses yang terdiri dari spesifikasi pekerjaan (job description), pergerakan tenaga, spesifikasi pekerja, seleksi dan penyusunan organisasi untuk mempersiapkan dan melatih karyawa agar melaksanakan pekerjaan dengan baik”.
7. Negoisasi
Komunikasi merupakan faktor yang penting bagi seorang manajer untuk memahami perilaku agar dapat menangani karyawa secara efektif. Disamping itu, komunikasi merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi yang sangat dibutuhkan seorang manajer dalam pengambilan keputusan. Namun, dalam pelaksanaannya komunikasi tidak selalu berjalan efektif. ”Barbagai macam gangguan (noise) menyebabkan pesan yang disampaikan dalam komunikasi tidak diterima dengan tepat. Oleh karena itu untuk memperbaiki komunikasi kelompok dapat dilakukan melalui negoisasi” (Gibson et al., 1997). ”Bentuk negoisasi yang dilakukan oleh manajer antara lain terjadi pada saat melakukan pembelian, penjualan atau melakukan kontrak untuk barang dan jasa, menghubungi pemasok, tawar menawar dengan wakil penjual maupun secara kelompok” (Supomo dan Indriantoro, 1998).
8. Perwakilan
”Manajer menciptakan hubungan dan menggunakan pendekatan kontijensi dalam mencapai tujuan organisasi, karena ia dapat menjadi wakil unit kerjanya dan dapat mewakili organisasi secara keseluruhan” (Sabardi,1991”97). ”Perwakilan adalah fungsi manajemen untuk menghadiri pertemuan dengan perusahaan lain, pertemuan perkumpulan bisnis, pidato unuk acara kemasyarakatan, pendekatan ke masyarakat, dan mempromosikan tujuan umum perusahaan” (Supomo dan Indriantoro, 1998).
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian partisipasi anggaran dan kinerja manajerial telah banyak dilakukan, baik pada perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa yang bersifat non positif motif seperti Perguruan Tinggi Swasta dengan berbagai tambahan modifikasi variabel. Penelitian-penelitian tersebut antaralain :
1. Brownell (1982b) dalam Supomo dan Indriantoro (1998) melakukan studi lapangan terhadap 48 manajer pusat biaya level menengah yang bekerja pada perusahaan-perusahaan menufaktur skala besar di San Fransisco. Penelitian ini menggunakan instrumen Milani (1975) untuk mengukur partisipasi penganggarandan instrumen Mahoney et al. (1963) untuk mengukur kinerja manajerial tersebut, menemukan hubungan positif dan signifikan antara partisipasi dengan kinerja manajerial.
2. Indriantoro (1993) dalam Supomo dan Indriantoro (1998) melakukan studi lapangan pada perusahaan pada berbagai ukuran dan tipe industri yang berlokasi di Jakarta. Berdasarkan jawaban 179 manajer dari berbagi fungsi antara lain akuntansi, administrasi, produksi, sistem informasi dan pemasaran, penelitian tersebut menemukan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan kinerja manajerial.
3. Penelitian Heni Prasetyaningtiyas, 2006 yang dilakukan terhadap 50 manajer perusahaan rokok yang ada di Kota Malang menunjukkan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja manajerial.
4. Penelitian Tjahjaning Poerwati (2002) yang dilakukan terhadap manajer-manajer pada perusahaan manufaktur menunjukkan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran tidak mempunyai pengaruh secara langsung terhadap kinerja manajerial. Temuan ini mendukung hasil penelitian Bambang dan Indriantoro (1998).
5. Penelitian Sinambela (2003) yang dilakukan terhadap dekan-dekan pada perguruan tinggi swasta di kota medan menunjukkan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
F. Kerangka Konseptual
Menurut Mulyadi (2001:139) ”Anggaran merupakan pernyataan mengenai apa yang diharapkan, direncanakan atau diperkirakan terjadi dalam periode tertentu pada masa yang akan dating. Anggaran sebagi suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter atau satuan lain yang mencakup jangka waktu satu tahun”.
Proses penyusunan anggaran merupakan kegiatan yang penting dan melibatkan berbagai pihak. Agar pelaksanaannya berjalan efektif, para pelaksana hendaknya berpartisipasi untuk merencanakan anggaran dan mengusahakan agar anggaran dapat tercapai. Tetapi yang lebih penting adalah sejauh mana tingkat partisipasi atau peran serta dalam penyiapan anggaran, karena sebenarnya anggaran yang disetujui pada dasarnya selalu menggambarkan suatu kesepakatan bersama dari banyak orang di dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Partisipasi merupakan suatu proses dimana individu-individu terlibat langsung didalamnya dan mempunyai pengaruh pada penyusunan target anggaran yang kinerjanya akan dievaluasi dan kemungkinan akan dihargai atas dasar tercapainya target anggaran mereka. Sedangkan kinerja merupakan evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan lewat atasan langsung, teman, dirinya sendiri dan bawahan.
Menurut Indriantoro dan Supomo (1998)
Kinerja dinyatakan efektif apabila tujuan anggaran tercapai dan bawahan mendapat kesempatan terlibat atau berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran serta memotivasi bawahan, mengidentifikasi dan melakukan negosiasi dengan atasan mengenai target anggaran, menerima kesepakatan anggaran dan melaksanakannya sehingga dapat menghindarkan dampak
negatif anggaran yaitu faktor kriteria kinerja, sistem penghargaan (reward) dan konflik.
Partisipasi anggaran umumnya dinilai sebagai pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan kinerja anggota organisasi. Dengan demikian model teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual Penelitian
Partisipasi anggaran dalam model penelitian tersebut merupakan variabel independen yang mempunyai hubungan dengan kinerja manajerial sebagai variabel dependen.
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Sugiyono (2004:51) merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. .Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ha : Partisipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
PARTISIPASI
ANGGARAN
(X)
KINERJA
MANAJERIAL
(Y)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah “pengujian hipotesis yaitu penelitian yang biasanya menjelaskan sifat hubungan tertentu, atau menentukan perbedaan antarkelompok atau kebebasan (independensi) dua atau lebih faktor dalam suatu situasi” (Sekaran, 2006). Hipotesis disini termasuk ke dalam hipotesis kausal, yaitu hipotesis yang menyatakan hubungan satu variabel menyebabkan perubahan variabel lainnya. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui dan membuktikan hubungan antara dua variabel yaitu partisipasi dalam penyusunan anggaran sebagai variabel independen, dan kinerja manajerial sebagai variabel dependen. Dimensi waktu penelitian ini adalah ”cross sectional”, yaitu melibatkan satu waktu tertentu dengan banyak sampel” (Jogiyanto, 2003: 23).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sakaran (2000:121) ”populasi adalah sekumpulan orang, kejadian atau segala sesuatu yang menjadi sasaran penelitian, sedangkan sampel adalah bagian populasi yang akan mewakili populasi untuk diteliti”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh manajer di perusahaan, dengan rincian sebagai berikut:
Manajer atas 4 orang
Manajer bawah 18 orang Populasi dalam penelitian ini berjumlah 32 orang. Seluruh populasi tersebut dijadikan sampel, untuk itu penelitian ini bersifat survei.
”Unit analisis merupakan tingkat agregasi data yang dianalisa dalam penelitian. Unit analisis ini merupakan elemen yang penting dalam desain penelitian, karena mempengaruhi proses pemilihan, penyampelan, dan analisis data” (Indriantoro dan Supomo, 1998). Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat individu, karena yang diamati adalah perilaku manajer.
C. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah partisipasi anggaran sebagai variabel independen dan kinerja manajerial sebagai variabel dependen. Partisipasi anggaran dalam penelitian ini berkaitan dengan seberapa jauh keterlibatan manajer dalam mementukan atau menyusun anggaran yang ada dalam setiap departemen dalam perusahaan.
Instrumen yang digunakan dalam mengukur variabel ini diadopsi dari Milani (1975). Ada enam item yang digunakan untuk mengukur partisipasi dalam penyusunan anggaran, yaitu :
1. Keikutsertaan dalam penyusunan anggaran 2. Kepuasan dalam penyusunan anggaran 3. Kebutuhan memberikan pendapat 4. Kerelaan dalam memberikan pendapat
5. Besarnya pengaruh terhadap penetapan anggaran akhir
6. Seringnya atasan meminta pendapat atau usulan saat anggaran sedang disusun
Untuk mengukur item-item tersebut digunakan skala interval dengan teknik penilaian skala numerik, dimana skor terendah (poin 1) menunjukkan partisipasi rendah, sedangkan skor tertinggi (poin 7) menunjukkan partisipasi tinggi. Instrumen ini dipilih dan digunakan dalam penelitian ini karena sudah banyak digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya seperti Brownel dan Mclnnes (1986), Indriantoro dan Supomo (1998), dan Poerwati (2002).
Kinerja manajerial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja para manajer di perusahaan dalam kegiatan manajerial yang meliputi : perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, negosiasi, dan perwakilan. Instrumen ini diukur dengan menggunakan kuesioner “self-rating” yang dikembangkan oleh Mahoney et.al (1963). Instrumen ini dipilih dan digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya seperti Indriantoro dan Supomo (1998) Sinambela (2003), dan Prasetyaningtyas (2006). Pengukurannya dilakukan dengan skala interval dengan teknik penilaian skala likert dimana skala 1 (sangat rendah), skala 2 (rendah), skala 3 (di bawah rata-rata), skala 4 (rata-rata), skala 5 (di atas rata-(rata-rata), skala 6 (tinggi), dan skala 7 (sangat tinggi).
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi subjek penelitian di PT. Cakra Compact Aluminium Industries yang beralamat di Jl.Raya Medan-Tg.Morawa Km.11 Tanjung Morawa, Deli Serdang Sumatera Utara. Berikut jadwal penelitian ini :
Tabel 3.1
Rencana Jadwal Waktu Penelitian
BULAN (2007)
NO Kegiatan
Agustus September Oktober November Desember Proposal penelitian Survei awal Penyusunan proposal Bimbingan proposal 1 Seminar proposal Penelitian Pengiriman kuesioner Pengembalian kuesioner Analisis data penelitian 2 Penyusunan hasil penelitian
3 Ujian skripsi (meja hijau)
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data 1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder
a. Data Primer
Data primer pada penelitian ini, berasal dari hasil kuesioner yang telah diisi oleh manajer setiap departemen pada perusahaan. Instrumen dalam kuesioner partisipasi anggaran diambil dari penelitian Milani (1975). Sedangkan untuk kuesioner kinerja manajerial diambil dari penelitian Mahoney,et.al (1963).
b. Data Sekunder
Data sekunder yang penulis kumpulkan dari pihak internal perusahaan antara lain:
1. Sejarah singkat dan aktivitas perusahaan 2. Struktur organisasi
2. Teknik Pengambilan Data
Langkah-langkah pengambilan data primer atau pengiriman kuesioner adalah sebagi berikut :
1. Kuesioner dikirim kepada semua anggota populasi
2. Setelah 1 minggu, peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi responden
3. Jika ada responden yang belum mengembalikan daftar pertanyaan tersebut, maka kepada mereka diberi waktu 1 minggu lagi.
4. Setelah batas waktu yang ditentukan dan kuesioner telah dikembalikan oleh responden, maka peneliti akan mengolah data