• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manusia sebagai Individu dan Makhluk Sosial …

H. Modernisasi Peradaban Indonesia ditengah

I. Manusia sebagai Individu dan Makhluk Sosial …

Manusia Sebagai Makhluk Individu

Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.

Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.

Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri.

Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan genotip)dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.

Menurut Prof. Jacob, manusia adalah makhluk biokultural, ia adalah produk interaksi antara factor-factor biologis dan budaya. Adalah sulit disangkal

bahwa setiap perbuatan manusia yang kalau ditelusuri dengan hati-hati, akan segera terlihat ada sesuatu yang terasa menghubungkan satu fenomena dengan fenomena yang lainnya. Sesuatu yang berkesinambungan dan terus berulang, yang dapat kita jadikan ciri-ciri manusia. Dilihat dari cara menampilkan dirinya, bisa kita lihat bahwa manusia sebagai individu merupakan sisi yang amat penting untuk diamati dan dipelajari.

individu (Bahasa Perancis) artinya

orang seorang. Dalam hal ini adalah satu orang manusia. In – dividere berarti mahkluk individual yang

tidak dapat dibagi-bagikan. Setiap individu mempunyai ciri-ciri khas yang telah built- in dalam dirinya. Ciri – ciri watak seorang individu yang konsisten, yang memberikan kepadanya identitas khusu disebut sebgai kepribadian.

Menurut Koentjaraningrat, ada beberapa unsur kepribadian, yaitu pengetahuan, perasaan dan naluri.

ada beberapa macam dorongan yang perlu diketahui , yitu :

 Dorongan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya

 Dorongan sex

 Dorongan untuk mencari makan

 Dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain  Dorongan untuk meniru tingakh laku sesamanya

Manusia sebagai individu selalu berada di tengah – tengah kelompok individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi . Proses dari

individu menjadi pribadi, didukungdan dihambat olehdirinya sendiri dan juga oleh kelompok sekitarnya 1. Destruktif dan Konstruktif

Pada diri individu yang destruktif kita jumpai kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan psikis yang berlebihan. Biasanya mencari kepuasan temporal yang seringkali hanya dinikmatinya sendiri

Individu yang konstruktif akan lahir apabila dalam penyesuaian dirinya ia berada dalam posisi yang seimbang.

2. Kompromistis dan Anti-establishment

Sikap kompromis seorang individu biasanya muncul apabila individu memerlukan rasa aman ia akan mudah menerima syarat apapun dari dominasi lin gkungan yang memberinya rasa aman.

sikap anti-establishment merupakan sikap individu yang berlebihan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini sangat erat kaitannya dengan usaha individu dalam pencarian identitas diri yang bersifat psikologis (in

the search for self identity).

Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Sosial berasal dari kata bahasa Latin ―Socius‖ yang artinya berkawan atau masyarakat. Adapun manusia sebagai mahkluk social adalah makhlukyang hidup bermasyarakat, dan pada dasarnya setiap hidup Individu tidak lepas dari manusia lain. Manusia selalu hidup dan membutuhkan manusia lain. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahirakan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.

Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya.

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.

Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.

Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial pastinya membutuhkan orang lain. Oleh karena itu, proses interaksi dan sosialisasi selalu terjadi kapanpun dan dimanapun.

Interaksi Sosial

 Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat.

 Interaksi adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dala pikiran danb tindakana. Seperti kita ketahui, bahwa

manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain.

 Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua orang bertemu, interaksi dimulai: pada saat itu mereka saling menegeur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari interaksi sosial.

Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut

1. Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru.

2. Sugesti adalah suatu poroses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau peduman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dkritik terlebih dahulu.

3. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.

4. Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain.

Syarat terjadinya interaksi sosil yaitu adanya kontak social dan komunikasi.

Pelapisan Sosial

Pelapisan sosial telah ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama dalam organisasi sosial. Pada masyarakat yang bertaraf budaya bersahajapun lapisan sosial sudah ada, yaitu dengan adanya golongan budak dan bukan budak. Semakin maju teknologi suatu masyarakat maka semakin komplek pula sistem lapisan masyarakat.

— Stratifikasi sosial/pelapisan sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan kelas-kelas secara bertingkat.

— Aristoteles menyatakan bahwa di dalam setiap negara selalu terdapat tiga unsur yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat dan mereka yang ada di tengah-tengah.

— Setiap individu adalah anggota dari suatu kelompok. Tetapi tidak setiap warga dari suatu masyarakat hanya menjadi anggota dari satu kelompok tertentu, ia bisa menjadi anggota lebih dari satu kelompok sosial.

— Pelapisan sosial terjadi dengan sendirinya dan dengan disengaja. Pelapisan yang tidak disengaja; adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Oleh karena itu sifatnya yang tanpa disengaja inilah maka bentuk pelapisan dan dasar dari pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu dan kebudayaan masyarakat. — Pelapisan yang disengaja; pelapisan yang disusun dengan ditunjukkan untuk mengejar tujuan bersama. Di dalam sistem pelapisan ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya wewenang dan kekuasannya yang diberikan kepada seseorang. Beberapa pemikiran tentang pelapisan sosial ini muncul karena adanya ketidaksamaan status-status diantara individu-individu serta adanya ukuran tentang apa yang sangat dihargai dan dijadikan ukuran oleh masyarakat. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang

lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Kalau masyarakat lebih menghargai kekayaan material daripada kehormatan misalnya, mereka yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pihak-pihak lainnya, gejala tersebut menimbulkan lapisan masyarakat yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda.

selanjutnya ada yang membagi pelapisan sosial ini menjadi beberapa lapisan yakni :

- Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class) dan kelas bawah (lower class).

- Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class).

- Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class), kelas menengah bawah (lower middle class) dan kelas bawah (lower class). Orang-orang yang berada pada kelas bawah (lower) biasanya lebih banyak (mayoritas) daripada di kelas menengah (middle) apalagi pada kelas atas (upper). Semakin keatas semakin sedikit jumlah orang yang berada pada posisi kelas atas (upper class).

Stratifkasi sosial dalam kehidupan masyarakat. Stratifikasi sosial (social stratification) merupakan istilah sosiologi yang menunjukkan adanya sistem berlapis-lapis dalam masyarakat. Stratifikasi berasal dari kata

strata yang bermakna lapisan.

Adanya sistem berlapis-lapis dalam masyarakat menggambarkan bahwa dalam setiap kelompok terdapat perbedaan bahwa dalam setiap kelompok terdapat perbedaan kedudukan seseorang dari yang berkedudukan tinggi sampai kepada kedudukan yang

paling rendah, seolah-olah merupakan lapisan yang bertingkat-tingkat dari atas ke bawah (berhierarchie). Strata ini terjadi karena dalam masyarakat selalu ada yang dihargai sebagai hal yang menyebabkan timbulnya bibit-bibit strata di dalam masyarakat.

Hal itu mungkin berupa uang, harta, kekuasaan, ilmu pengetahuan, pekerjaan, wilayah tempat tinggal dan sebagainya. Barang siapa yang memiliki sesuatu yang berharga tadi dalam jumlah yang besar kemungkinan bagi dirinya dianggap sebagai warga yang menduduki lapisan atas begitu pula sebaliknya orang yang tidak memiliki adalah orang-orang lapisan bawah, sedangkan yang pertengahan lapisan tengah.

TERJADINYA STRATIFIKASI SOSIAL

Untuk mempelajari sistem berlapis-lapisan di dalam suatu masyarakat pada umumnya dipergunakan kriteria atau ukuran untuk menggolong-golongkan masyarakat dengan dasar terjadinya lapisan masyarakat :

Ukuran kekayaan atau kebendaan (material) dapat dijadikan suatu ukuran, artinya orang-orang yang mempunyai kekayaan paling banyak didudukkan pada lapisan teratas, sedangkan yang kurang kaya berada pada lapisan di bawahnya. Kekayaan itu dapat dilihat daripada bentuk rumah, mobil, pakaian, kebiasaan mempergunakan benda-benda serba lux dan sebagainya. Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah bila seseorang sudah menduduki lapisan atas maka ukuran lainnya kadang-kadang bermukim pula pada daerah yang elit, bukan di lokasi yang murahan, karena ia memang sudah kaya menyebabkan kesempatannya

untuk menjadi seorang sarjana yang memilki ilmu pengetahuan lebih besar pula.

Demikian pula ukuran kekuasaan, siapa yang memiliki wewenang terbesar atau pangkat yang tinggi menempati lapisan teratas. Ini jelas terlihat dalam upacara resmi (protokoler) bahwa gubernur mempunyai kekuasaan yang lebih besar dari bupati, sehingga dalam suatu acara jelas terlihat bahwa gubernur lebih dihargai dari bupati.

Ukuran kehormatan adalah orang yang paling dihormati dan disegani masyarakat pedesaan dan biasanya tokoh-tokoh non formallah yang mendapat tempat sebagai orang dihormati, termasuk para ulama, tokoh adat, pejuang dan sebagainya. Karena merekalah yang telah berjasa pada masyarakat.

Ilmu pengetahuan dapat dijadikan sebagai alat ukuran oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akibatnya tak jarang yang dijadikan sebagai alat ukurannya bukanlah kualitas pengetahuannya, tetapi gelar kesarjanaannya yang dijadikan sebagai alat ukurannya. Karena itu pulalah orang selalu berusaha mengejar gelar sarjana yang kadang-kadang dengan cara yang ilegal.

Kriteria pelapisan sosial pada hakikatnya tergantung pada sistem nilai yang dianut oleh anggota masyarakat yang bersangkutan. Oleh sebab itu, boleh jadi masih ada ukuran lain yang membuat seseorang menempati strata tertentu dalam masyarakat.

Terjadinya pembentukan pelapisan sosial ini sangat beragam, tergantung dengan kondisi yang ada. Biasanya pelapisan sosial berlangsung secara alami sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Misalnya karena latar belakang usia, para lansia akan

lebih mudah berkomunikasi dengan lansia. Tetapi ada pula pelapisan sosial yang terjadi secara sengaja, biasanya ini dilakukan untuk mengejar suatu tujuan bersama. Dan dalam sistem ini telah ditemukan siapa pemegang kekuasaan, dll. Contohnya adalah OSIS disekolah, organisasi siswa sengaja dibentuk untuk mengatur segala sesuatu yang akan dilaksanakan disekolah.

Pada dasarnya, pelapisan sosial terbentuk gunamembina hubungan antar individunya, atau untuk mencapai tujuan . Tetapi jangan pandang ini sebagai perselisihan, pembentuk gandang ini sebagai perbedaan yang dapat menyatukan kita. Saling menghargai dan menghormati antar individu adalah kunci dari semua perselisihan. Dengan begitu maka masalah kesenjangan sosial masyarakat yang sehat dan cinta damai.

Pendapat saya dari diatas adalah sangat pentingnya pelapisan sosial itu, supaya masyarakat bisa mnejaga hubungan yang harmonis dengan yang lainnya untuk mencapai suatu tujuan yang positif.

Fungsi Stratifikasi Sosial

- Stratifikasi sosial menyusun alat bagi masyarakat dalam mencapai beberapa tugas utama.

- Stratifikasi sosial menyusun, mengatur, serta mengawasi saling hubungan di antara anggota masyarakat.

- Stratifikasi sosial memiliki kontribusi sebagai pemersatu dengan - mengoordinasikan serta mengharmonisasikan unitunit yang ada dalam struktur sosial itu.

- Stratifikasi sosial mengategorikan manusia dalam stratum yang berbeda, sehingga dapat menyederhanakan dunia manusia dalam konteks saling berhubungan di antara mereka.

Manusia Sebagai Makhluk Masyarakat

Masyarakat adalah suatu kelompok manusia uang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma , adat istiadat,yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.

Memiliki kenyataan dilapangan, suatu kelompok masyarakat dapat berupa suatu suku bangsa. Bisa juga berlatar belakang dari berbagai suku.

Masyarakat dapat digolongkan menjadi masyarakat sederhana dan masyarakat maju ( modern). Dalam penjabarannya , masyarakat sederhana bisa dikatakan sebagai sekelompok orang yang hidup dalam lingkungan sederhana (primitive),sedangkan masyarakat maju(modern)memiliki aneka ragam kelompok social, diantaranya :

a. Masyarakat Non – industri  Kelompok primer

 Kelompok sekunder b. Masyarakat Industri

Desa Dan Masyarakat Desa

Di dalam Undang – Undang Nomor 5 tahun 1979, tentang Pemerintahan Desa disebutkan bahwa : Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk didalamnya kesatuan masyarakat hokum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung

dibawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut Sutardjo Kartodikusuma : Desa adalah suatu kesatuan hokum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri.

Menurut Bintaro : Desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografis ,social,ekonomi, politik dan kultur yangterdapat ditempat itu .

Menurut Paul H Landis : Desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri sebagai berikut :

 Mempunyai pergaulan hidup yangsaling kenal mengenal antara ribuan jiwa

 Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan

 Cara berusaha ( ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam Ciri-Ciri Masyarakat Desa

Menurut ahli Sosiologi Ruman Sumadilaga dalam bukunya ―Talcot Person‖ menggambarkan masyarakat desa sebagai berikut :

1. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta, kesetiaan , dan kemesraan 2. Orientasi kolektif

3. Partikularisme 4. Aksripsi

5. Kekabaran (diffuseness)

Kota dan Masyarakat Perkotaan

Menurut Wirth : Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.

Max Weber : Kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal.

Dwigth Sanderson: Kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih

Secara umum, kota dapat dikenakan pads daerah atau lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan.

Ciri-Ciri masyarakat Kota

1. Heterogenitas sosial 6. Individual 2. Hubungan sekunder 7. Ikatan Sukarela 3. Toleransi sosial 8. Segregasi

Keuangan 4. Kontrol sekunder 5. Mobilitas social

Perbedaan antara Desa Dan Kota

Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut Soekanto (1994), per-bedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual.

Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat kota yang masing-masiPerbedaan antara desa dan kota

Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk membedakan antara desa dan kota.

Dengan melihat perbedaan perbedaan yang ada mudah mudahan akan dapat mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah suatu masyarakat dapat disebut sebagi masyarakat pedeasaan atau masyarakat perkotaan.

Ciri ciri tersebut antara lain :

 jumlah dan kepadatan penduduk  lingkungan hidup

 mata pencaharian  corak kehidupan sosial  stratifiksi sosial

 mobilitas sosial  pola interaksi sosial  solidaritas sosial Hubungan Desa – Kota

Salah satu bentuk hubungan antara desa Dan kota adalah terjadinya Urbanisasi Dan Urbanisme.

Urbanisasi yaitu suatu proses berpindahnya penduduk Dari desa ke kota. Terjadinya urbanisasi sendiri disebabkan oleh Push Factor Dan Pull Faktor.

MANUSIA DAN HUKUM & HUKUM DAN MORALITAS MANUSIA DAN HUKUM

Sejak manusia dilahirkan sampai meninggal, sejak dulu sampai sekarang, bahkan diwaktu mendatang, dimana-mana, yang mampu maupun yang tidak mampu, manussia selalu mempunyai kepentingan, mempunyai tuntutan atau kebutuhan yang diharapkan untuk dipenuhi.

Dalam kenyataanya kepentingan-kepentingan manusia selama ini selalu diancam atau diganggu oleh

pelbagai bahaya, yang merupakan kendala untuk dapat dilaksanakan atau dipenuhinya harapannya.

Oleh karena kepentingan manusia selalu diganggu oleh bahaya disekelilingnya, maka manusia menginginkan adanya perlindungan terhadap kepentingan-kepentingannya, jangan sampai selalu diganggu oleh pelbagai bahaya tersebut. Maka kemudian terciptalah perlindungan kepentingan berbentuk kaedah sosial termasuk di dalamnya kaedah hukum.

HUKUM DAN MORALITAS

Achmad Ali menyatakan hukum adalah seperangkat norma tentang apa yang benar dan apa yang salah, yang dibuat dan diakui eksistensinya oleh pemerintah yang dituangkan baik dalam aturan tertulis (peraturan) maupun yang tidak tertulis yang mengikat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya secara keseluruhan dan dengan ancaman sanksi bagi pelanggar aturan tersebut.

Istilah moralitas kita kenal secara umum sebagai suatu sistem peraturan-peraturan perilaku sosial, etika hubungan antar-orang.

SINERGI HUKUM DAN MORAL

• Negara Indonesia Adalah Negara Hukum.

Sehingga hukum merupakan hal yang supreme : bukan uang dan kekuasaan. Agar hukum dapat menjadi supreme, maka hukum/undang-undang tersebut harus bersinergi dengan moralitas masyarakat.

Soziologische geltung dan filosofische geltung mengajarkan kepada kita bahwa undang-undang yang mengakomodasi/merespon secara benar moralitas masyarakat, yang akan mempermudah terwujudnya supremasi hukum. Karena penegakan undang-undang tersebut secara mutatis mutandis berarti menegakkan moralitas masyarakat. Sebaliknya, apabila suatu undang-undang gagal mengakomodasi/merespon moralitas masyarakat, maka perwujudan supremasi hukum akan mengalami kesulitan. Dalam konteks ini, undang-undang/hukum akan dijadikan perisai untuk melawan moralitas masyarakat. Dalam konteks ini pula, penegakan hukum tidak akan memberikan kenyamanan dan keadilan bagi masyarakat.

Komponen Hukum

Komponen hukum yang pertama adalah substansi atau isi hukum yang bersangkutan. Suatu hukum agar benar-benar mampu menciptakan keadilan bagi masyarakat, maka isi dari hukum itu sendiri harus benar-benar berfungsi sebagai manifestasi nilai-nilai dan rasa keadilan serta nilai-nilai normatif yang diidealkan masyarakat. Disamping itu, agar hukum tersebut dapat berjalan, substansi hukum tersebut juga tidak boleh bertentangan dengan substansi hukum lain yang telah ada. Sehingga suatu hukum agar dapat bekerja, maka ia harus bersifat koheren dengan keseluruhan sistem norma sosial yang ada dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan.

Komponen yang kedua adalah struktur, yaitu lembaga yang memiliki kewenangan untuk menegakkan hukum. Sebuah hukum, sebaik apapun substansi yang dikandungnya tidak akan mampu berjalan jika tidak ada

lembaga yang memiliki kekuasaan untuk menjalankan hukum tersebut. Lembaga yang memiliki kekuasaan untuk menjalankan hukum ini terdiri dari setiap subyek yang memiliki kewenangan untuk itu, mulai dari instansi penyidik seperti aparat kepolisian, instansi penuntut umum seperti kejaksaan, dan pengadilan.

Komponen yang ketiga sekaligus yang terakhir adalah komponen kultur atau budaya dari masyarakat hukum yang bersangkutan. Suatu hukum yang ideal adalah hukum yang merupakan produk langsung dari budaya masyarakat yang bersangkutan, sehingga sistem nilai yang diusung oleh produk hukum tersebut akan sesuai (karena merupakan manifestasi) dengan kesadaran nilai ( value consciousness ) yang dimiliki masyarakat.

Potret Hukum Dan Moralitas Bangsa Kita, Hukum tidak dapat dipisahkan dari aspek moral.Apabila hukum belum secara konkrit mengatur, sedangkan moralitas telah menuntut untuk ditranformasikan oleh karena itu moralitas haruslah di utamakan. Hukum bukanlah suatu tujuan. Hukum itu sendiri diciptakan bukanlah semata-mata untuk mengatur, tetapi lebih dari itu untuk mencapai tujuan yang luhur, yakni keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan rakyat. Seperti yang dinyatakan H.L.A. Hart dalam bukunya General Theory of Law and State, 1965 sebenarnya harus meliputi tiga unsur nilai, yakni kewajiban, moral dan aturan. Bangsa kita adalah bangsa yang berbudaya ketimuran yang sangat menjunjung tinggi nilai moralitas, berbeda dengan bangsa Barat. Tetapi akhir-akhir ini, tanpa kita sadari ataupun disadari, telah terjadi degradasi moral di negeri ini. Sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai

agama dianggap benar, dan bahkan dianggap sebagai suatu kemajuan. Sedangkan sesuatu yang mengandung nilai – nilai agama diabaikan dan mungkin dianggap suatu kemunduran.Tanpa kita sadari ataupun tidak umat Islam saat ini sedang dihancurkan secara halus melalui perusakan moralitas (akhlak).

MAKNA KESERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN Makna Keragaman

Keragaman berasal dari kata ragam. Dalam

Baca selengkapnya

Dokumen terkait