• Tidak ada hasil yang ditemukan

Delft3D ini dapat memodelkan gelombang arus, angkut sedimen, kualitas air, dan analisa ekologi pada daerah pantai. Software Delft3D mempunyai modul utama yaitu FLOW-module yang berfungsi untuk menghitung kondisi hidrodinamika.

Dalam perhitungaan di Delft3D kondisi hidrodinamika, Delft3D menggunakan penyelesaian persamaan Navier-Stokes yang menggunakan asumsi Boussineq.Tampilan awal dari software DELFT3D ditunjukkan pada Gambar 2.3.

Gambar 2. 3 Tampilan software Delft3D (2014)

Selain itu masih ada fungsi lain pada Delft 3D diantaranya sebagai berikut:

1. Delft3D-FLOW : Simulasi tsunami, pasang surut, aliran sungai dan banjir

2. Delft3D-WAVE : Perambatan gelombang

3. Delft3D-WAQ : Kualitas air pada daerah far-field

4. Delft3D-PART : Kualitas air dan gerakan partikel pada daerah midfield

5. Delft3D-ECO : Pemodelan Ekologi

6. Delft3D-SED : Pengangkutan sedimen untuk partikel kohesif dan non kohesif

2.2.9 MAPE (Mean Absolute Percentage Error)

Agar data yang dihasilkan saat simulasi sesuai dengan keadaan aslinya maka perlu adanya validasi. Validasi dalam penelitian ini dilakukan

23 dengan membandingkan data asli dengan data hasil simulasi yang nantinya akan diketahui seberapa besar errornya. Dalam studi ini, digunakan metode perhitungan error yaitu Mean Absolute Percentage Error (MAPE) untuk menghitung kesalahan nilai pemodelan yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata persentase absolut residual. Secara sistematis, persamaan MAPE dapat dituliskan sebagai berikut:

Dimana:

At : Data sesungguhnya hasil pengukuran Ft : Data hasil pemodelan

n : Jumlah data

24

Halaman ini sengaja dikosongkan

25

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penelitian

Dalam tugas akhir ini akan membahas tentang laju sedimentasi dan pola arus yang disebabkan oleh reklamasi di Teluk Jakarta khususnya pada Pulau K.

Pengerjaan menggunakan bantuan software DELFT3D, serta ditunjang dengan literatur dan data yang ada. Agar mempermudah dalam pengerjaan, maka peneliti menyusun flowchart tahapan dari pengerjaan seperti pada Gambar 3.1:

Gambar 3. 1 Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir

STUDI LITERATUR :

Pengumpulan buku, jurnal, amupun sumber ilmiah terkit dengan tugas akhir

PENGUMPULAN DATA : Data Batimetri, Data Pasang Surut, Data

Sedimentasi, Data Debit Sungai

PERMODELAN HIDRODINAMIKA : Permodelan dilakukan menggunakan

DELFT3D

VALIDASI :

Validasi hanya dilakukan pada pasang surut

PERMODELAN LAJU SEDIMENTASI DAN

26

Prosedur Penelitian

Untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini diberikan penjelasan terperinci mengenai flowchart pengerjaan (Gambar 3.1) yang akan dijabarkan sebagai berikut ini:

1. Studi Literatur

Studi literatur digunakan sebagai acuan bahan referensi dan berbagai sumber teori, yang diperlukan dalam penyelesaian tugas akhir kali ini. Literatur yang dimaksud dapat berupa buku, jurnal, ataupun laporan tugas akhir terdahulu yang membahas permasalahan yang sama dengan tugas akhir ini. Selain itu juga mempelajari cara memproses data dan memodelkannya dengan menggunakan software DELFT3D yang dapat dipelajari dari manual yang terdapat pada software DELFT3D.

2. Pengumpulan Data

Sebelum mengerjakan tugas akhir perlu dilakukan adanya pengumpulan data.

Data yang diperlukan berupa data batimetri, data pasang surut, dan data sedimen. Data batimetri dan data pasang surut diperoleh dari DISHIDROS, sedangkan untuk data sedimentasinya iperoleh dari data amdal Pulau K yang sudah diolah oleh LAPI-ITB.

3. Permodelan Hidrodinamika dengan Delft3D

Setelah data yang diperlukan sudah diperoleh, maka data batimetri kemudian dimodelkan pada software Delft3D khususnya pada menu DELFT3D-FLOW. Dalam hal ini nantinya akan menggunakan beberapa menu yang ada pada DEFLT3D, diantaranya adalah RFGRID, QUICKIN, dan FLOW.

Dalam permodelan hidrodinamika ini nantinya akan dimasukkan parameter pasang surut secara time series. Dari model ini akan didapatkan hasil berupa data pasang surut dari permodelan yang sudah dilakukan, jadi bias diketahui elevasi muka air saat dimodelkan.

4. Validasi

Untuk tahapan validasi ini bertujuan agar kita dapat menemukan valid atau tidaknya hasil meshing dari model batimetri karena biasanya hasilnya tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Selain itu juga dilakukan validasi untuk pasang surut, sehingga bisa diketahui sesuai dengan data yang dimiliki atau

27 tidak. Dalam validasi pasang surut ini menggunakan metode perhitungan error yakni MAPE.

5. Pemodelan Laju Sedimentasi dan Pola Arus Menggunakan Software Delft3D Setelah tahap validasi selesai, maka dilanjutkan pemodelan lebih rinci meliputi laju sedimentasi dan pola arus dengan parameter yang sudah ditentukan dalam penelitian ini. Pemodelan sedimentasi dilakukan dengan menggunakan DELFT3D-FLOW dengan melakukan input beberapa parameter. Dari pemodelan ini, maka didapatkan hasil dari laju sedimentasi (merupakan persebaran dari Total Suspended Solid) dan pola arus.

6. Hasil Permodelan Laju Sedimentasi dan Pola Arus

Dalam langkah ini, nantinya akan dibandingkan hasil laju sedimentasi dan pola arus baik di kondisi eksisting, maupun pada saat kondisi paska reklamasi Pulau K

7. Kesimpulan dan Saran

Setelah dilakukan analisa dan pembahasan, maka selanjutnya adalah menarik kesimpulan. Kesimpulan disusun berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan sbelumnya. Selain itu juga memberikan saran-saran untuk penelitian berikutnya.

8. Penyusunan Laporan

Penyusunan laporan meliputi penulisan mulai dari awal (latar belakang, tujuan, dan sebagainya) sampai saran dan kesimpulan dari hasil analisa yang telah dilakukan.

28

Halaman ini sengaja dikosongkan

29

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Lokasi Penelitian

Lokasi studi dari Tugas Akhir (Gambar 4.1) ini berada di Kawasan Teluk Jakarta khususnya pada reklamasi yang dilakukan pada Pulau K, Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan Kota Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta. Jika ditinjau dari letak geografisnya, Teluk Jakarta terletak pada koordinat 106o 43’ 10” BT-6o 22’ 55” LS dan 106o 57’ 40” BT dan 5o47’ 00” LS, sedangkan untuk koordinat dari Pulau K sendiri yaitu 106o 49’55,09” BT - 6o 7’3,52” LS.

Gambar 4. 1 Lokasi Studi Pulau K pada Reklamasi Teluk Jakarta

Pengukurang dan Analisis Data

Pada tugas akhir ini penulis memodelkan laju sedimentasi dan pola arus menggunakan software Delft3D. Adapaun parameter yang digunakan dalam simulasi permodelan pada tugas akhir ini, diantaranya adalah sebagai berikut : 4.2.1 Data Batimetri

Data batimetri yang digunakan merupakan data sekunder yang didapatkan darai DISHIDROS dengan tahun cetak 2017 ditunjukkan pada Gambar 4.2, batimetri yang digunakan mengacu pada kondisi low water spring ( LWS ). Dari

U

30

data batimetri ini, nantinya akan dilakukan penyesuaian dengan daerah reklamasi Pulau K.

Gambar 4. 2 Data Batimetri Teluk Jakarta

4.2.2 Data Pasang Surut Muka Air Laut

Data pasang surut muka air laut yang digunakan merupakan data sekunder dari DISHIROS (2015) dengan data pengukuran yang diambil mulai tanggal 1 Mei 2015 – 29 Mei 2015 dengan pengukuran setiap 60 menit. Sehingga total waktu pengukuran adalah selama 696 jam, dari data dijelaskan bahwa tipe pasang surutnya yaitu pasang surut harian tunggal (diurnal) dengan setiap harinya hanya terjadi 1 kali pasang dan 1 kali surut. Dapat dilihat pada Tabel 4.1 data elevasi pasang surut yang akan dipergunakan dalam simulasi.

31 Tabel 4. 1 Data Pasang Surut Dalam Satuan Meter

Gambar 4. 3 Grafik Pasang Surut Teluk Jakarta

4.2.3 Data Sedimentasi

Data sedimen dan sedimen teruspensi merupakan data sekunder yang diperoleh pengukuran yang dilakukan di sekitar Pulau K. Hasil analisa ayakan

Day Date hour @

# 0:00 1:00 2:00 3:00 4:00 5:00 6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00 19:00 20:00 21:00 22:00 23:00

1 1-May-15 0.8 0.7 0.6 0.6 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 0.9 0.9 0.8

Teluk Jakarta Tanggal 1 Mei sampai dengan 29 Mei 2015

32

(Grain Size Analysis) dan tes sedimentasi (Consentration) dari sampel sedimen dasar serta sedimen layang yang berasal dari perairan Sunda Kelapa dekat lokasi reklamasi Pulau K oleh LAPI-ITB sesuai dengan titik ssampling pada Gambar 4.4.

Gambar 4. 4 Lokasi Titik Pengambilan Sampling Sedimen

Dari beberapa titik tersebut diambilah beberapa sampling dan dilakukan analisa sedimen di perairan tersebut dengan melakukan pengujian analisa ayakan ( grain size analysis ) . Hasil dari analisa sedimentasi di perairan Sunda Kelapa ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4. 2 Hasil Analisa Sedimentasi di Perairan Sunda Kelapa Dekat Lokasi Reklamasi Pulau K

33 Tahapan Permodelan

4.3.1 Digitasi Peta Batimetri

Batimetri merupakan data yang penting untuk dimasukkan dalam melakukan simulasi, agar batimetri yang ada dapat digunakan untuk simulasi pada DELFT3D, maka langkah pertama yaitu melakukan digitasi batimetri. Digitasi adalah proses mengkonversi obyek geografis dari data peta raster ke vektor, disini data raster yang dimaksud adalah peta dengan format jpg,nantinya dari hasil digitasi bisa diperoleh nilai x,y,z dari setiap kontur, baik kedalaman laut maupun garis pantai.

Dalam digitasi batimetri ini menggunakan bantuan software Arcmap, kemudian didapatkan nilai x,y,z. Langkah awal dari digitasi ini adalah melakukan import gambar perta batimetri (Gambar 4.2) ke software Arcmap sehingga akan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.5.

Gambar 4. 5 Digitasi Peta Batimetri dengan software Arcmap

Setelah semua proses digitasi untuk batimetri dilakukan, maka langkah terakhir adalah melakukan export pada hasil digitasi tersebut. Nantinya hasil export tadi akan berupa data x,y,z yang merupakan nilai dari kontur kedalaman dan garis pantai dari batimetri tersebut ditunjukkan oleh Gambar 4.6.

34

Gambar 4. 6 Data Batrimetri Teluk Jakarta dengan Format XYZ 4.3.2 Tahapan Permodelan di Delft3D

4.3.2.1 Meshing Grid

Untuk mentukan wilayah yang akan ditinjau menggunakan software Delft3D, maka langkah awal ialah membuat grid sesuai dengan kontur peta Teluk Jakarta di dalam menu RFGRID. Masukan terlebih dahulu sample batimetri yang sudah dalam format xyz. Kemudian membuat grid dibuat dengan ukuran 150 x 402 petak pada sample yang sudah ada. Pada daerah yang ditinjau secara detail lebih baiknya grid dibuat lebih kecil dibandingakan daerah lainnya. Hasil dari pembuatan grid tersebut ditunjukkan oleh Gambar 4.7. File grid kemudian di export agar bisa dipergunakan dalam langkah selanjutnya. Format dari export tersebut berupa file enc dan grd.

35 Gambar 4. 7 Grid Permodelan di Delft3D

Setelah pembuatan grid selesai, maka selanjutnya adalah memasukan file sample kedalaman dan grid ke dalam menu QUICKIN. Pada menu ini akan dilakukan penggabungan antara kontur kedalaman dengan grid yang ada.

Penggabungan dilakukan dengan cara menginterpolasikan data dengan perintah yang ada pada menu DELFT3D, diantaranya adalah triangular interpolation, internal diffusion dan smoothing. Hasil dari proses yang dilakukan pada menu QUICKIN berupa hasil meshing yang merupakan gabungan antara data kedalaan dan grid yang disatukan ditunjukkan pada Gambar 4.8 pada kondisi eksisting dan Gambar 4.9 pada kondisi paska reklamasi. Perbedaan pada Gambar 4.8 dan 4.9 adalah hanya pada Pulau K yang merupakan daerah reklamasi. Kontur warna pada Gambar 4.8 dan 4.9 menandakan perbedaan dari suatu kedalaman perairan semakin berwarna biru maka semakin dangkan, sedangkan semakin merah semakin menuju ke perairan dalam.

36

Gambar 4. 8 Hasil Interpolasi Kontur Kedalaman dengan Grid pada Teluk Jakarta Kondisi Eksisting

37 Gambar 4. 9 Hasil Interpolasi Kontur Kedalaman dengan Grid pada Teluk

Jakarta Kondisi Paska Reklamasi Pulau K 4.3.2.2 Delft3D – FLOW

Dalam menu Delft3D – flow ini akan dimasukan bebarapa parameter yang akan dgunakan dalam simulasi. Parameter tersebut diantaranya sebagai berikut :

a. Domain

Pada domain ini dimasukkan wilayah yang akan ditinjau. Parameter domain ditunjukkan pada Gambar 4.10.

1. Grid parameter merupakan sub menu yang di dalamnya diharuskan memasukan data yang sudah dihasilkan dari RFGRID berupa file grid.

Selain itu juga memasukkan data latitude dari wilayah yang akan ditinjau.

38

2. Bathymetry merupakan sub menu yang di dalamnya dihauskan memasukkan data yang sudah dihasilkan dari QUICKIN berupa interpolasi kedalaman.

Gambar 4. 10 Parameter Domain pada Delft3D – Flow b. Time Frame

Time frame merupakan sub menu yang bertujuan untuk menentukan waktu yang kita gunakan untuk melakukan simulasi permodelan. Data yang harus dimasukkan pada time frame adalah sebagai berikut :

1. Reference date merupakan tanggal dan waktu awal dari data yang kita miliki

2. Simulation start time dan simulation stop time adalah akan menentukan lama waktu simulasi mulai dari awal hingga berakhir. Dalam simulasi ini memiliki rentang waktu antara 1 Mei 2015 jam 00.00 sampai dengan 15 Mei 2015 jam 23.00.

39 3. Time step merupakan interval waktu yang digunakan dalam simulasi pada setiap waktunya agar menghasilkan output yang sesuai. Menu time step yang sudah diatur sesuai dengan yang dilakukan untuk simulasi ditunjukkan pada Gambar 4.11.

Gambar 4. 11 Parameter Time Frame c. Processes

Merupakan sub menu dari Delft3D-flow yang berisi tabahan data apa saja yang ingin digunakan dalam proses simulasi. Parameter ini terdiri dari 2 parameter yaitu constituens dan Physical yang ditunjukkan pada Gambar 4.12. Untuk constituens berisikan salinity, temperature, pollutans and tracers, sediments. Sedangkan untuk physical yaitu terdiri dari wind, wave, dan online Delft3D-WAVE. Tampilan

40

Gambar 4. 12 Process pada Delft3D d. Boundaries

Boundaries merupakan Batasan – batasan yang dibuat dalam mensimulasikan wilayah yang akan ditinjau. Nantinya di dalam boundaries tersebut akan diinpukan data berupa tinggi pasang surut daerah tersebut sesuai data yang sudah dimiliki. Berikut ini merupakan tampilan dari menu boundaries yang ditunjukkan pada Gambar 4.13.

41 Gambar 4. 13 Boundary pada Wilayah yang Disimulasikan

e. Physical Parameter

Physical parameter merupakan paremeter fisi yang berkaitan dengan kondisi area yang disimulasikan. Adapun parameter yang meliputi adalah constant, roughness, viscosity, sediment,dan morphology yang ditunjukkan pada Gambar 4.14.

42

Gambar 4. 14 Physical Parameter pada Delft3D-FLOW

f. Monitoring

Pada menu ini nantinya hasil dari simulasi data ditinjau sebagai fungsi waktu dengan menggunakan 3 pilihan yaitu observation, drogues, dan cross-section. Titik yang ditinjau nantinya akan ditandai dengan nama dan koordinat dari grid pada model yang dibuat.

g. Penginputan Parameter

Dari bebarapa menu diatas, nantinya akan dilakukan penginputan data sesuai dengan yang dimiliki. Parameter – parameter yang nantinya akan diinputkan ke Delft3D-Flow ditunjukkan pada Tabel 4.3.

43 Tabel 4. 3 Parameter Input pada Delft3D - Flow

Parameter Jenis Data Nilai

Domain

Waktu simulasi dimulai 1 Mei 2015 jam 00.00 Waktu simulasi berakhir 15 Mei 2015

jam 23.00

Sediment Cohesive 0,2 kg/m3

Salinity 31

Boundaries

Type of Boundary Forcing Type Utara - Water level Time series Barat - Water level Time series Timur - Water level Time series Kali Bintang Mas - Total

disharge Time series

Physical Parameters

Gravitasi 9,8 m/s2

Massa Jenis Air Laut 1025 kg/m3

Suhu 30,6O C

Kekerasan dasar - Chezy 5 Morphology Scale Factor 24

4.3.3 Hasil Simulasi Pada Kondisi Existing

Dari hasil running, kemudian hasilnya dapat dilihat pada quickplot yang terdapat ada menu Delft3D. Berikut ini merupakan hasil dari simulasi :

4.3.3.1 Kalibrasi Pasang Surut

Kalibrasi dilakukan agar dapat mengetahui valid atau tidaknya data yang sudah di input ke DELFT3D. Apabila hasil dari simulasi pasang surut yang dilakukan menggunakan DELFT3D-FLOW sudah sesuai dengan data yang sebenarnya maka simulasi dapat dilanjutkan untuk ke tahap selanjutnya, jika belum valid, maka simulasi tidak dapat dilanjutkan dan harus dilakukan perbaikan dalam permodelan. Dalam tugas akhir ini digunakan data pasang surut selama 15 hari

44

mulai dari tanggal 1 Mei 2015 jam 00.00 sampai dengan 15 Mei 2015 jam 23.00 (Tabel 4.1). Agar diketahui dengan seberapa besar error yang diperoleh dari perbandingan data pasang surut dengan hasil simulasi pasang surut pada DEFLT3D. Perhitungan dilakukan dengan metode Mean Absolute Percentage Error (MAPE). Hasil dari perhitungan menggunakan metode MAPE adalah persentase error dari data yang dibandingkan. Semakin kecil nilai errornya, maka simulasi yang dilakukan semakin valid. Hasil validasi pasang surut antara data simulasi model pada DELFT3D dan data sekunder yang dimiliki terdapat error sebesar 0.31% (Gambar 4.15). Dengan error sebesar 0,31% hasil dari simulasi dapat dikatakan valid karena sesuai dengan data sebenarnya.

Gambar 4. 15 Hasil Validasi Pasang Surut 4.3.3.2 Pola Arus Pada Kondisi Existing

Pola persebaran arus pada simulasi ini merupakan arus yang dibangkitkan oleh pasang surut. Pada saat akan mengalami pasang tertinggi yaitu tanggal 3 Mei 2015 jam 19.00 arah arus menuju ke pantai, sedangkan saat akan mengalami surut terendah yaitu tanggal 4 Mei jam 06.00 arah arus menuju ke laut. Hasil simulasi pola arus air laut akibat pengaruh pasang surut ditunjukkan pada Gambar 4.16 untuk kondisi saat akan mengalami pasang tertinggi dan Gambar 4.18 untuk saat kondisi surut terendah. Sedangkan Gambar 4.17 menandakan pada saat kondisi pasang tertinggi pada 3 Mei 2015 jam 22.00 dan Gambar 4.19 merupakan kondisi pada saat surut terendah pada 4 Mei 2015 jam 10.00.

0

Kalibrasi Data Pasang Surut Teluk Jakarta

Data Pengamatan Hasil Pemodelan

45 Gambar 4. 16 Pola Arus Saat Akan Mengalami Pasang Tertinggi Existing

Gambar 4. 17 Pola Arus Saat Mengalami Pasang Tertinggi Existing

46

Gambar 4. 18 Pola Arus Saat Akan Mengalami Surut Terendah Existing

Gambar 4. 19 Pola Arus Saat Mengalami Surut Terendah Existing

47 Dari hasil pemodelan pasang surut menggunakan DELFT3D-FLOW pada kondisi eksisting dapat diketahui bahwa pola pergerakan arus pada saat akan mengalami pasang tertinggi (Gambar 4.15) dominan mengarah ke darat, sedangkan pada saat akan mengalami surut terendah (Gambar 4.16), pola arus dominan mengarah ke laut lepas. Selain itu dapat dilihat pula pada saat kondisi pasang tertinggi (Gambar 4.17) arus laut mengalami masa peralihan dimana arus mengarah ke laut lepas namun masih ada yang mengarah ke daerah pantai, begitu pula saat surut terendah ( Gambar 4.18) dimana saat kondisi ini arus mengalami peralihan mengarah ke pantai karena akan terjadi pasang, dan mengarah ke laut lepas karena masih mengalami surut.

4.3.3.3 Laju Sedimentasi Pada Kondisi Existing

Agar mengetahui laju sedimentasi di Teluk Jakarta, khususnya pada Kawasan reklamasi Pulau K pada saat kondisi eksisting maka dilakukan pemodelan selama 15 hari dengan faktor morfologi 24. Dalam simulasi ini, sedimentasi berasal dari Kali Bintang Mas yang terletak pada bagian Barat dari kawasan reklamasi Pulau K. Transpor sedimentasi dalam simulasi ini dibebabkan karena adanya arus, arus tersebut dibangkitkan oleh pasang surut yang terjadi di Teluk Jakarta yang sudah dilakukan validasi sebelumnya. Gambar 4.20 merupakan hasil dari simulasi sedimentasi menggunakan DELFT3D pada kondisi eksisting. Dapat dilihat bahwa sedimentasi banyak terjadi pada wilayah muara Kali Bintang Mas. Hal ini karena supply sedimentasi berasal dari Kali Bintang Mas, sedangkan untuk wilayah yang rencananya akan dijadikan Pulau K tidak mengalami sedimentasi.

48

Gambar 4. 20 Hasil Komulatif Erosi dan Sedimentasi Existing

Selain itu untuk mengetahui laju sedimentasi, diperlukan adanya wilayah pengamatan supaya dapat diketahui berapa laju sedimentas setiap waktunya. Oleh karena itu pada penelitian ini dibuat area tinjau menggunakan polygon agar dapat mengetahui laju sedimentasi. Area tinjau dibuat pada daerah Kali Mas Bintang (area 1) dan pada bagian Tenggara wilayah Pulau K (area 2). Berikut analisa laju sedimentasinya pada kondisi eksisting yang ditunjukkan oleh Tabel 4.4.

Tabel 4. 4Laju Sedimentasi Pada Kondisi Eksisting Kondisi Area Tinjau Volume Area

(m3)

Laju Sedimentasi (m/tahun) Area Luasan (m2)

Eksisting 1 43163 6448.6 0.149401107

2 100973 6531 0.064680657

1 2

49 Dari Tabel 4.4 dapat diketahui laju sedimenasi setiap tahunnya, untuk area 1 sebesar 0,14 m/tahun sedangkan area 2 sebesar 0,06 m/tahun. Sedimentasi yang terjadi tidak terlalu besar untuk setiap tahunnya, sehingga tidak begitu mengkhawatirkan daerah sekitar.

4.3.4 Hasil Simulasi Pada Kondisi Reklamasi

Dari hasil running, kemudian hasilnya dapat dilihat pada quickplot yang terdapat ada menu Delft3D. Pada kondisi ini terdapat Pulau K yang mana pada kondisi sebelumnya tidak ada. Berikut ini merupakan hasil dari simulasi :

4.3.4.1 Pola Arus Pada Kondisi Reklamasi

Pola persebaran arus pada simulasi ini merupakan arus yang dibangkitkan oleh pasang surut. Pada saat akan mengalami pasang tertinggi yaitu tanggal 3 Mei 2015 jam 19.00 arah arus menuju ke pantai, sedangkan saat akan mengalami surut terendah yaitu tanggal 4 Mei jam 06.00 arah arus menuju ke laut. Hasil simulasi pola arus air laut akibat pengaruh pasang surut ditunjukkan pada Gambar 4.21 untuk kondisi pasang tertinggi dan Gambar 4.23 untuk kondisi surut terendah. Sedangkan Gambar 4.22 menandakan pada saat kondisi pasang tertinggi pada 3 Mei 2015 jam 22.00 dan Gambar 4.24 merupakan kondisi pada saat surut terendah pada 4 Mei 2015 jam 10.00.

50

Gambar 4. 21 Pola Arus Saat Akan Mengalami Pasang Tertinggi Setelah Reklamasi

Gambar 4. 22 Pola Arus Saat Mengalami Pasang Tertinggi Setelah Reklamasi

51 Gambar 4. 23 Pola Arus Saat Akan Mengalami Surut Terendah Setelah

Reklamasi

Gambar 4. 24 Pola Arus Saat Mengalami Surut Terendah Setelah Reklamasi

52

Dari hasil pemodelan pasang surut menggunakan DELFT3D-FLOW pada kondisi eksisting dapat diketahui bahwa pola pergerakan arus pada saat akan mengalami pasang tertinggi (Gambar 4.21) dominan mengarah ke darat namun terjadi pembelokan karena adanya bangunan baru yaitu Pulau K hasil reklamasi, sedangkan pada saat akan mengalami surut terendah (Gambar 4.23), pola arus dominan mengarah ke laut lepas. Selain itu dapat dilihat pula pada saat kondisi pasang tertinggi (Gambar 4.22) arus laut mengalami masa peralihan dimana arus mengarah ke laut lepas namun masih ada yang mengarah ke daerah pantai, begitu pula saat surut terendah ( Gambar 4.24) dimana saat kondisi ini arus mengalami peralihan mengarah ke pantai karena akan terjadi pasang, dan mengarah ke laut lepas karena masih mengalami surut.

4.3.4.2 Laju Sedimentasi Pada Kondisi Reklamasi

Agar mengetahui laju sedimentasi di Teluk Jakarta, khususnya pada kawasan reklamasi Pulau K pada saat kondisi paska reklamasi maka dilakukan pemodelan selama 15 hari dengan faktor morfologi 24. Dalam simulasi ini, sedimentasi berasal dari Kali Bintang Mas yang terletak pada bagian Barat dari kawasan reklamasi Pulau K. Transpor sedimentasi dalam simulasi ini dibebabkan karena adanya arus, arus tersebut dibangkitkan oleh pasang surut yang terjadi di Teluk Jakarta yang sudah dilakukan validasi sebelumnya. Gambar 4.25 merupakan hasil dari simulasi sedimentasi menggunakan DELFT3D pada kondisi paska reklamasi. Dapat dilihat bahwa sedimentasi banyak terjadi pada wilayah muara Kali Bintang Mas. Hal ini karena supply sedimentasi berasal dari Kali Bintang Mas, sedangkan namun untuk wilayah sekitar Pulau K juga mengalami sedimentasi.

53 Gambar 4. 25 Hasil Komulatif Erosi dan Sedimentasi Reklamasi

Selain itu untuk mengetahui laju sedimentasi, diperlukan adanya wilayah pengamatan supaya dapat diketahui berapa laju sedimentas setiap waktunya. Oleh karena itu pada penelitian ini dibuat area tinjau menggunakan polygon agar dapat

Selain itu untuk mengetahui laju sedimentasi, diperlukan adanya wilayah pengamatan supaya dapat diketahui berapa laju sedimentas setiap waktunya. Oleh karena itu pada penelitian ini dibuat area tinjau menggunakan polygon agar dapat

Dokumen terkait