• Tidak ada hasil yang ditemukan

MarsirimpaProses Memanen Padi (Mangamoti)

METODE PENELITIAN

3.5 Metode Analisis Data

4.1.3 MarsirimpaProses Memanen Padi (Mangamoti)

Lahan pertanian di Tipang

4.1.3 MarsirimpaProses Memanen Padi (Mangamoti)

Marsirimpa memanen padi (mangamoti) di Bakara dimulai dengan menyabit padi (manabi eme) tersebut masih dilakukan, tetapi tidak seperti pada zaman dulu. Pada zaman dulu masyarakat masih melakukan marsirimpa untuk menyabit padi (manabi eme). Pekerjaan ini biasanya dilakukan laki-laki dan kaum perempuan. Setelah padi disabit, dikumpulkan di satu tempat. Setelah itu membanting (mamampas)bilur-bilur padi.

Kegiatan memanen (mangamoti) membutuhkan enam orang untuk melakukannya. Satu orang untuk membagi padi, dua orang di tempat bantingan yang pertama, kemudian dua orang untuk di tempat bantingan yang kedua, dan satu orang untuk membuang (manarsar). Orang yang berada di tempat pembuangan(panarsaran) harus teliti memisahkan bilur padi yang sudah kosong

50

dari padi yang sudah lepas dari bilurnya.Kemudian mengkipas (mamurpur) biasanya dilakukan kaum perempuan. Setelah itu, untuk membawa padi ke rumah, mereka melakukan marsirimpa. Padi di bawa dalam karung ayaman bayon juga berupa tandok yang berisi 100 kaleng padi.

Marsirimpa ini dilakukan untuk saling menbantu satu sama lain, saling memberi tenaga agar semua selesai dengan cepat. Biasanya orang yang memanen pagiakan memberi pekerjanya makan sebagai tanda rasa senang atas panennya. Beras yang dimasak adalah beras dari hasil panen. Menurut masyarakat setempat, hasil panen yang mereka dapat harus dimakan terlebih dahulu sebelum dijual atau dipergunakan untuk hal-hal lain.

Namun marsirimpamengkipas (mamurpur) itu sudah jarang dilakukan di Bakara. Hal ini dikarenakan sudah adanya mesin untuk membersikan padi yang sudah di banting.Marsirimpauntuk mengantar padi ke rumah sudah tidak dilakukankan lagi, karena sebagian besar masyarakat sudah menjual hasil panennya masing-masing tanpa membawanya pulang terlebih dahulu.

Beda halnya di Tipang, marsirimpa proses panen masih tetap dilakukan mulai dari menyabit padi (manabi eme), membanting (mamampas), dan mengkipas (mamurpur) padi yang sudah selesai dibanting dan juga membawa pulang, itu semua masih dilakukan dengan marsirimpa. Untuk mengkipas(mamurpur), masyarakat Tipang biasanya memakai tampi (anduri) untuk menghasilkan angin (alogo) kalau angin tidak datang.Sebaliknya, bila angin datang biasanya mereka mencari dari mana arah angin itu datang agar tidak melawan arah angin dan padi yang dikipaspun bersih. Kemudian padi dapat dibawa pulang.

51

4.2 Prosedur Marsirimpa pada Siklus Mata Pencaharin di Kecamatan

Baktiraja

4.2.1 Pembentukan Pekerja untuk Marsirimpa Perbaikan Tali Air (Sialih

Aek) di Tipang

Pembentukan pekerja perbaikan tali air (raja bondar) di Bakara adalah hasil dari pilihan dari setiap Desa yang berjumlah sekitar 10 orang dari setiap Desa yang ada di Bakara. Namun, sekarang pekerja parit (raja bondar) sudah tidak ada lagi di Bakara karena semua pembangunan di Bakara sudah dari bantuan pemerintah.

Berbeda dengan yang ada di Tipang, pembentukan pekerja perbaikan tali air(sialih aek) ini ialah dari tujuh marga raja itu sendiri, di mana pada zaman nenek moyang dahulu sudah ditunjuk siapa yang akan menjadi pemimpin marga(raja jolo)dari setiap marga. Gelar itu akan jadi turun-temurun hingga sekarang, tidak peduli pimpinan marga itu tua atau masih mudah. Tidak ada kata untuk tidak mampu, semua harus mampu.

Setelah pembentukan raja jolo, terbentuklah kelompok 62 orang dari ketujuh marga raja untuk membagi tugas yakni sebagaisialih aek dolok, sialih aek Toba, dan parhara. Pekerja sihalih aek dolok berjumlah 60 kepala keluarga dan dua parhara menyelesaikan tali air dari atas. Begitu juga pekerja sialih aek Toba berjumlah 60 orang kelapa keluarga dan dua parhara. Masing-masing anggota ke-60 kepala keluarga dan dua parhara itu akan melakukan tugasnya secara bergantian.

Setelah pembuatan tali air, maka sebagai upah untuk sialih aek tersebut akan dilakukan pembagian lahan persawahan untuk masing-masing kelompok.

52

Setelah lahan diukur dari atas hingga ke ujung persawahan, maka dapat disimpulkan masing-masing marga yang ada di Tipang mendapatkan 3-4 petak lahan persawahan dan 60 petak lahan untuk sihalih aek sebagai lahan tambahan. Untuk parhara diberi upah sebagai pengawas tali air. Sebagai pengundang untuk kegiatan rutinitas ritual setiap tahun, maka parhara mendapat upah lahan dua kali lipat luas dari upah sihalih aek tersebut.

Setelah semua dibagi, tidak lupa kepada istri Hutasoit (paniaran) boru Sitohang yang memberi saran atas pembengkokan (lehuan) aliran tali air tersebut. istri Hutasoit (paniaran) juga mendapat upah sebagai upah lehu yaitu, bagian sawah yang diterimanya karena peranannya membengkok (manglehu)aliran air. Kalau hal ini tidak dilakukan maka 30% lahan persawahan tidak akan dapat dialiri air. Sebagai upahnya diberi lahan di dekat pembengkokan (lehuan) air tersebut dengan dua bagian. Satu dibagian atas dan yang satunya dibawah pembengkokan(lehuan) aliran air tersebut, agar jika terjadi kelongsoron pada tanah aliran air, istri Hutasoit (paniaran Hutasoit) tidak keberatan kalau tanah persawahaannya dibuat untuk menimbunnya.

Semua pembagian lahan dilakukan menurut cara kerja masing-masing marga tersebut. Hal itu juga dilakukan untuk memjaga keadilan dan tidak menguntungkan salah satu pihak. Semuanya dibagi menurut cara kerjanya. Semakin rajin setiap marga tersebut ikut dalam pembentukan kelompok kerja, semakin bertambah lahan yang akan dia dapat, tidak ada yang dirugikan. Akan tetapi, lahan yang dia punya tidak dapat diwariskan kepada keturunannya. Dia hanya berhak untuk mengambil hasil lahannya saja. Kegiatan ini sampai sekarang masih tetap dijalankan di Tipang.

53

4.2.2 Pembentukan Pekerja Marsialap AriPada Proses Menanam

Beda halnya di Bakara, pembentukan marsirimpa terdiri dari enam orang dan kadang lebih, semua tergantung dari luas lahan seseorang. Hal ini terjadi karena lahan pertanian sawah masyarakatnya berbeda-beda. Tidak seperti di Tipang, lahannya masih sama rata hingga jumlah untuk marsialap ari sama. Kesepakatan kapan bisa mulai bekerja, sama dengan di Tipang. Tetapi untuk makanan, masyarakat Bakara lebih dominan dari pendapat pemilik lahan, dan semua telah disepakati bersama.

Contoh: Si A mencari teman sebanyak enam orang untuk marsirimpa setelah disepakati kapan bisa mulai bekerja, kemudian disepakati pembekalan untuk makan. Jika si A mengatakan bawah makanan dibawa masing-masing, maka ke depannya jika si A membayar hari pada si B yang ikut kerja padanya, dia juga harus membawa bekal sendiri walau teman yang lainnya ditanggung oleh si B. Semuanya telah disepakati terlebih dahulu agar tidak ada sakit hati atau pun kekecewaan di salah satu pihak. Pekerjaan marsialap arimanuan ini dilakukan oleh kaum perempuan.

Namun marsirimpa ini sudah tidak dilakukan lagi di Bakara, semuanya sudah diberi upah. Sarapan dan makananpun sudah dibawa dari tempatnya masing-masing.

Dalam pembentukan pekerja marsialap ari di Tipangpada proses menanam, yang pertama dilakukan ialah marsialap ari mencangkul (mangombak balik), masyarakat mencari 2 teman untuk melakukan marsialap ari, karena menurut pandangan masyarakat tersebut dalam seminggu waktu bekerja hanya ada enam hari, dan enam hari tersebut diselesaikan dua hari untuk pekerjaan satu orang, dan

54

masing-masing tiga orang harus dapat menyelesaikan lahannya dalam satu minggu itu juga, agar waktu yang digunakanpun seimbang.

Setelah mereka mendapat teman untuk marsialap ari, mereka menentukan kapan bisa mulai bekerja. Untukmakan siang, yang menanggung ialah pihak yang mempunyai lahan pekerjaan.

Contoh: Si A mencari teman untuk marsialap ari. Mereka menyepakati kapan mulai bekerja dan makan siang untuk yang ikut kerja ditanggung pemilik lahan. Hal ini dilakukan untuk menjalin kerja sama yang baik dan saling berbagi. Makan bersama dengan lauk dan sayur yang sama sehingga tidak ada yang membedakan. Sama halnya untuk menanam padi (marsuan). Marsialap arimencangkul (mangombak) dilakukan kaum laki-laki. Marsirimpa ini masih tetap dilakukan di Tipang hingga sekarang.

4.2.3 Pembentukan Pekerja dalam Marsirimpa proses memanen

Dahulu baik di Bakara maupun di Tipang, dalam pembentukan pekerja marsirimpa proses memanen (mangamoti), membutuhkan beberapa orang, karena selain membutuhkan tenaga yang lebih, juga memiliki langkah-langkah seperti, menyabit padi (manabi eme), mengumpulkan di satu tempat, membanting (mamampas), dan mengkipas (mamurpur).

Setelah semua padi selesai disabit, kelompok kerja akan mengumpulkannya disatu tempat dan membantingnya jadi semakin cepat. Setelah sudah dikumpulkan, akan dilakukan membanting (mamampas) untuk memisahkan bilur padinya, untuk pembagian membanting harus ada enam orang untuk melakukannya, karena dibutuhkan satu orang sebagai pembagi padi, dua orang

55

ditempatkan di bantingan yang pertama, kemudian dua orang lagi di tempat pembantingan yang kedua, dan satu orang di pembuangan, dimana orang yang ditempat pembuangan haruslah teliti untuk memisahkan padi yang sudah terlepas dari bilurnya dengan bilur-bilur padi yang sudah kosong. Kemudian dilakukan dengan mengkipas (mamurpur), selanjutnya membawa pulang ke rumah pemilik lahan.Marsirimpa ini dilakukan kaum laki-laki dan kaum perempuan.

Dalam hal ini, makan dan minum kelompok kerja tersebut akan di tanggung pemilik lahan pekerjaan, mulai serapan hingga makan malam. Hal ini dikarenakan, pemilik lahan memiliki rejeki dan memberi sedikit hasil panennya pada yang ikut kerja dilahannya.

Akan tetapi, di Bakara untuk mengantar panennya ke rumah dan mengkipas (mamurpur) sudah tidak dilakukan lagi. Karena mengkipas masyarakat Bakara sudah menggunakan kipas dari mesin membersihkan padinya dan padi yang sudah dibuat dikarung sudah jarang masyarakat membawa panen ke rumah terlebih dahulu, tetapi sudah di jual dari tempat lahannya langsung. Hal ini yang membuat masyarakat Bakara tidak melakukan marsirimpa lagi, nilai marsirimpa di daerah ini sudah memudar. Berbeda dengan di Tipang marsirimpa ini masih dilakukan hingga sekarang.

4.3 Ungkapan-ungkapanPerumpamaan (Umpasa dan Umpama) Kearifan

Dokumen terkait