• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

B. Pola Kepemimpinan Dakwah Mas Mochammad Amien

5. Mas Mochamad Amien dalam Menyemangati Jiwa

Perguruan Chakra V memiliki program dan tujuan. Setiap anggota juga berharap memiliki kesuksesan ketika mengikuti Chakra V. Dan untuk meraihnya bisa jadi tidak mudah, dan ada berbagai masalah yang harus dihadapi oleh karena itu kesuksesan anggota adalah kesuksesan Chakra V juga. Mas Amien memberikan standart kepada setiap muridnya, standart yang sangat tinggi. Beliau ingin yang lulus diperguruannya siap dikeroyok lebih dari sepuluh orang. Bukan berarti dia menang dari sepuluh orang. Tapi betul-betul bisa mengatasi sepuluh orang. Bukan menang, tapi mengatasi. Kalaupun bisa menang, berarti murid tersebut hebat, dia terkena akan terkena apapun baik senjata atau pukulan yang mematikan. Kalau dia bisa mengatasi, dia masih bisa luka-luka. Pihak perguruan lain sampai tercengang dengan standart yang diberikan perguruan Chakra V.

Ketika ditanyakan kepada beliau, jika ada muridnya yang berusaha memenuhi standart, tapi belum mencapai. Dan Mas Amien melihat potensinya, adakah langkah Mas Amien agar mereka tetap semangat? Beliau hanya menjawab:

89

“Tidak ada, saya biarkan. Karena biar alam yang membentuknya. Karena beladiri silat itu, alam yang menentukan. Nah, cuma ada beberapa orang yang walaupun tidak memenuhi standart, tapi saya percaya untuk ditambahi ilmunya, mereka yang saya tahu sangat setia terhadap saya. Contohnya ini, karena setia, bisa bertahun-tahun disini dan membantu keluarga saya. Secara standart belum memenuhi syarat, karena dia menolong dan mengabdi kekeluarga saya, saya punya kewajiban untuk memberikan. Dan itu tidak satu dua. Termasuk yang dari Bali itu. Jadi kadang-kadang tanpa harus naik tingkat, saya tambahi.”

Disisi lain, keteladanan yang dibangun Mas Amien banyak terinspirasi dari wawasan beliau dan napak tilas beliau dari para pejuang dan pesilat di masa lampau, khususnya di nusantara. Beliau gemar bercerita dan menshare wawasan-wawasan sejarah. Hal ini karena memang beliau ada keturunan seorang pejuang. Wajar wawasan sejarah beliau sangat kaya. Dari pengalaman tersebut bagaimana mengambil hikmah dan meneladani kebaikan yang telah ditorehkan para pendahulu beliau sebagai muslim Indonesia. Sejarah tentang Chakraningrat, sejarah Majapahit dan Gajah Mada, Sejarah Damar Wulan, Wali Songo, Sejarah kerajaan-kerajaan Hindhu-Islam di Indonesia, situs-situs peninggalan sejarah. Tidak semua murid beliau bisa menjangkau wawasan sejarah beliau, karena memang terkadang perlu belajar sejarah juga untuk mengikutinya, namun banyak juga murid dan rekan beliau yang bisa merespon, mengikuti dan memberikan data-data tambahan dan pembanding terkait data sejarah tertentu. Motivasi beliau adalah bagaimana generasi muda bisa mengenali, menggali, menghayati dan meneladani terus perjuangan kaum muslimin dan para pahlawan adalah suatu cara menginspirasi murid-muridnya. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Kaum

90

muslimin juga bisa besar di Indonesia, jika kaum muslimin bisa menghargai jasa para pendahulunya. Menjadi pesilat yang tangguh dan besar berarti juga belajar dari pesilat-pesilat bangsa jaman dulu yang telah menorehkan karya dan prestasi mereka dalam perjuangan keumatan.

Beliau menyampaikan:

“Jadi saya banyak belajar dari hidup saya sendiri. Dulu banyak murid saya yang saya keluarkan, kemudian saya teringat dengan kakek saya yang punya pondok pesantren. Suatu saat ada santrinya yang bermasalah, kemudian dia harus dikeluarkan oleh dewan ustad. Ternyata mbah saya bilang: anak ini masuk kesini memang sudah nakal. Ini belum sembuh kok dikembalikan. Terus tanggung jawab kita kepada Allah nanti bagaimana? Sejak itu saya tidak pernah mengeluarkan murid. Jadi dari pengalaman pribadi, karena pernah saya lakukan. Kalau saya baca buku, saya tidak pernah lakukan, saya takut. Saya tidak pernah mengingatkan orang sholat. Karena sholat saya juga belum tentu benar (belum tentu tepat waktu). Saya hanya bilang: „gimana, masih ibadah kan?‟ atau „gimana ibadahnya cukup?‟ Saya ndak pernah bilang: „hey, sudah dhuhur lho, ayo sholat!‟. Seolah-olah saya ini yang paling awal. Intonasi kan berbeda. „Alhamdulilah pak cukup‟, masalah dia cukup atau nggak, saya kan tidak tahu.”

Setiap murid Chakra V, meraih sesuatu baik itu menjadi juara dalam pertandingan, kenaikan tingkat, pembukaan cabang baru ataupun hal- hal yang bersifat moral atau spiritual, seperti telah khatam Al-Qur‟an (karena mengajinya di Chakra V), termasuk ulang tahun perguruan maka Mas Amien membiasakan merayakannya. Perayaan yang sederhana, makan- makan kecil dan do‟a, atau jika tidak ada yang dimakan minimal do‟a dan restu. Hal ini supaya menjaga semangat dan sekaligus perwujudan syukur kepada Allah SWT, sekaligus pengingat bahwa mereka adalah satu teman, satu keluarga dan satu perjuangan.

91

Beliau menyampaikan:

“Ada, saya membuat surat tugas dari sini. Kalau masalah syukuran, terserah mereka, saya tidak pernah menariknya. Cuma kalau mereka- mereka yang saya percayai, itu saya back-up. Bai‟at itu. Dan itu sederhana, ya slametan aja sesuai orang Indonesia apa, tumpeng, ya sudah itu. Nah itu yang kadang-kadang dianggap syirik itu. Padahal, coba ikut dulu, nanti supaya tahu.”

Ini sejalan dengan penjelasan beberapa narasumber, seperti narasumber 2: “Saya kan mengaji ke istrinya Mas Amien, sampai akhirnya saya khatam. Wah, ternyata saya khatam juga. Nah itu dirayakan dengan makan beli nasi bebek dekat rumah, dimakan bersama. Itu saja. Kalau dengan anggota yang lain saya kurang tahu.

Biasanya sih saya pertisipasi dalam ultah Chakra V di bulan mei tanggal 27, dimana dekat dengan ultah saya 24 mei... Yah, daripada foya-foya sama teman-teman sendiri, saya berbagi ke Chakra V syukuran bersama seluruh murid Chakra V dan pengurus, nggak mewah sih, cuma kesannya ultah itu saya dapatkan, berdoa bersama, canda tawa dengan murid-murid seru juga.”

Sedangkan narasumber 3 menyampaikan:

“Biasanya kayak dulu saya diberi sertifikat, ada juga makan-makan. Kamu dikasih beasiwa? Aku sebenarnya dikasih, tapi akunya yang tidak mau. Karena aku ingin lebih fokus ke Chakra-nya saja.”

Sehingga walaupun sederhana penghargaan dan perayaan yang diberikan, setidaknya itu bisa diambil manfaatnya dan membekas sebagai kenangan tersendiri yang positif dalam hidup dilingkungan keluarga besar Chakra V.

C. Latar Belakang Kepemimpinan Dakwah Pola Keteladanan Mas