• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Struktur Hadis

1. Masa Kelahiran

Pembicaraan tentang masa kelahiran hadis, berfokus pada awal pertumbuhannya di masa Nabi saw. dan sahabat, sampai penghujung abad pertama Hijriah. Pertumbuhan dan perkembangan hadis, pada masa awalnya terutama pada masa Nabi saw. , dan sahabat, didominan pada kekuatan hafalan, dan penulisan hadis belum begitu siginifikan. Bahkan di saat itu, Nabi saw. pernah bersabda sebagaimana dalam hadis berikut

ْﻦَﻣَو ِّﲏَﻋ اﻮُﺒُـﺘْﻜَﺗ َﻻ َلﺎَﻗ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﱠ ا ﻰﱠﻠَﺻ ِﱠ ا َلﻮُﺳَر ﱠنَأ ِّيِرْﺪُْﳋا ٍﺪﻴِﻌَﺳ ِﰊَأ ْﻦَﻋ

ٌمﺎﱠَﳘ َلﺎَﻗ ﱠﻲَﻠَﻋ َبَﺬَﻛ ْﻦَﻣَو َجَﺮَﺣ َﻻَو ِّﲏَﻋ اﻮُﺛِّﺪَﺣَو ُﻪُﺤْﻤَﻴْﻠَـﻓ ِنآْﺮُﻘْﻟا َﺮْـﻴَﻏ ِّﲏَﻋ َﺐَﺘَﻛ

ُﻣ َلﺎَﻗ ُﻪُﺒِﺴْﺣَأ

ِرﺎﱠﻨﻟا ْﻦِﻣ ُﻩَﺪَﻌْﻘَﻣ ْأﱠﻮَـﺒَـﺘَـﻴْﻠَـﻓ اًﺪِّﻤَﻌَـﺘ

25 (ﻢﻠﺴﻣ هاور) Artinya :

Dari Abu Sa'id al-Khudry bahwasanya Rasulullah saw. bersabda :

Jangan-lah kalian tulis (apa yang berasal) dariku, dan barang siapa yang telah

24Lihat Hasbi Ashiddieqy,Pengantar Ilmu Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), 46-47. Bandingkan dengan uraian Nur al-Dīn al-Itr,Manhaj al-Naqd fi Ulum al-hadis (Damaskus: Dar al-Fikr, 1986), h. 20-50.

25Abu Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi wa al-Naysaburi, Shahih Muslim, juz IV (Beirut: Dar al-Afaq al-Islamiyah, 1977), h. 2298, hadis nomor 5326

menulis dariku selain al-Qur'an, maka hendaklah dia menghapusnya. (HR.

Muslim).

Dengan hadis tersebut, dipahami bahwa instruksi resmi penulisan hadis pada masa awalnya belum ada, karena Nabi saw. sendiri melarang sahabatnya untuk menulis hadis-hadis dengan alasan kekhawatiran bercampur baurnya hadis dengan penulisan Alquran. Namun larangan penulisan hadis-hadis tersebut tidak berarti tidak ada sama sekali penulisan hadis. Sebab, di antara sahabat ada yang berinisiatif sendiri untuk menulis hadis sambil menjaga agar tidak bercampur dengan Alquran. Hal ini terbukti dari beberapa sahabat yang memiliki shahifah (lembaran

tulisannya). Tidak berselang lama Nabi pun mengeluarkan instruksi membolehkan penulisan hadis. Dengan pertimbangan ada di antara sahabat yang tidak kuat hafalannya, sehingga harus dibantu dengan media tulisan untuk memperkuat hafalannya. Oleh karena itu, pelarangan tersebut berubah menjadi kebolehan menulis hadis dan itupun hanya berlaku di sebagian sahabat. Hal ini sebagaimana dalam riwayat bahwa,

ٍﻩﺎَﺷ ِﰊَِﻷ اﻮُﺒُـﺘْﻛا ِلﺎَﻗ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﱠ ا ﻰﱠﻠَﺻ ِﱠ ا ِّﱠﲏﻟا ْﻦَﻋ َةَﺮْـﻳَﺮُﻫ ﻮُﺑَأ ْﻦَﻋ

26

)

ﻩاور

(ﻢﻠﺴﻣ و يرﺎﺨﺒﻟا

Artinya :

Dari Abu Hurairah dari Nabi saw. bersabda : Tulislah sesuatu dari untuk (diberikan) Abu Syah. (HR. al-Bukhariy dan Muslim).

26Abu Abdillah Muhammad bin Mughirah bin Ismail Bardizbah al-Bukhariy,Shahih al-Bukhary, juz I (Bairut: Dar al-Fikr, t.th), h. 32. Lihat juga Muslim, ibid., juz II, h.988-989.

Hadis di atas, tampak kontradiksi dengan kandungan hadis sebelumnya. Namun dalam kajian M. Syuhudi Ismail bahwa kedua hadis tersebut tidak boleh dipertentangkan. Sebab, dari kedua tersebut dipahami memang Nabi saw. pernah melarang menulis hadis, tetapi larangan itu hanya bersifat temporal. Sementara perintah menulis hadis adalah berlaku universal.27

Bahkan seharusnya penulisan hadis-hadis di saat setelah Nabi saw. wafat merupakan suatu keharusan demi terpeliharanya ajaran-ajaran Islam yang telah disampaikannya..

Untuk memelihara kemurnian kemaslahatan Alquran dan hadis sebagai dua sumber ajaran Islam, Nabi saw. menggunakan jalan yang berbeda, yakni sebagaimana yang telah disinggung bahwa hadis-hadis pada awalnya dilarang ditulis secara resmi tetapi tetap dihafal, sementara Alquran dianjurkan untuk ditulis dan dihafal. Dengan begitu, praktis catatan tidak resmi dari sebagian sahabat tetap ada, dan dengan sengaja mereka melakukannya, yakni menulis. Hal ini juga sebagaimana yang dikemukakan Shubhi al-Shalih bahwa,

ﰱ ﺚﻳدﺎﺣﻷا ﻦﻣ ﺔﻔﺋﺎﻃ اﻮﺒﺘﻛ ﺔﺑﺎﺤﺼﻟا ﺾﻌﺑ نأ لﺎﺣ ﻞﻛ ﻰﻠﻋ ﺪﻛﺆﳌا ﻦﻣو

مﺎﻌﻟا ﻲﻬﻨﻟا ﻦﻣ ﲎﺜﺘﺴﻣ لﻮﺳﺮﻟا ﻦﻣ صﺎﺧ نذ ﺎﻬﺒﺘﻛ ﻦﻣ ﻢﻬﻨﻣو ،ﷺ ﻪﺗﺎﻴﺣ

27M. Syuhudi Ismail,Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual; Telaah Ma'ani al-hadis tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal, dan Lokal (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 82.

مﻼﺴﻟا ﻪﻴﻠﻋ ﻪﺗﺎﻴﺣ ﻦﻣ ةﺮﺧﻷا تاﻮﻨﺴﻟا ﰱ ﻩﻮﻌﲨ ﺎﻣ اوﺪﻴﻗ ﻢﻫﺮﺜﻛأ نأ ﺪﻴﺑ ...

ﻣ ﻞﻜﻟ بﺎﺘﻜﻟ نذأ نأ ﺪﻌﺑ

ﺎﻬﻴﻠﻋ رﺪﻗو ﺎﻬﻴﻓ ﺐﻏر ﻦ

. 28 Artinya :

Dan yang pasti adalah bahwa sebagian besar sahabat sempat menulis sekumpulan hadis semasa hidup Rasululullah saw. , di antara mereka ada yang menulis dengan izin khusus Rasulullah, dikecualikan dari larangan bersifat umum …tetap pada umumnya mereka mencatat apa yang mereka himpun baru pada tahun-tahun terakhir kehidupan Nabi, sesudah beliau memberi izin kepada sispa saja yang ingin dan sanggup melakukan pencatatan hadis.

Di antara sahabat yang memiliki catatan hadis adalah, Abdullah bin Amr bin Ash, Jabir bin Abdulah bin Amr al-Anshari, Abu Hurairah, Abu Syah, Rafi bin Khadij, Amr bin Hazm, Ali bin Abu Thalib, dan Ibn Mas'ud.29 Catatan-catatan mereka, tertulis dalam pelepah kurma secara utuh dan terjaga sampai pada suatu masa dibutuhkan maka catatan tersebut diperlihatkan.

Sepeninggal Nabi saw., bukan berarti otentisitas hadis tidak terjaga, justru usaha yang dilakukan para sahabat, terutama di masa khulafaur rasyididin sangat ketat. Pada masa masa Abu Bakar, usaha penyaringan diseleksi dengan cara persaksian (syahadah) terhadap riwayat yang disampaikannya. Begitu pula

yang terjadi pada zaman khalifah Umar bin al-Khattab, beliau

28Shubhi al-Shalih,'Ulum al-hadis wa Musthalahahuh (Cet. I; Bairut: Dar al-Ilm al-Malayin, 1959), h. 23.

29Muhammad 'Ajjaj al-Khatib,al-Sunnah Qabla al-Tadwin (Bairut: Dar al-Fikr, 1993), h. 16.

menolak orang yang meriwayatkan hadis tampa disertasi persaksian.

Kemudian di zaman kekhalifahan Utsman bin Affan, penyaringan terhadap riwayat hadis, mengikuti apa yang telah dilakukan Abu Bakar dan Umar. Bahkan, Utsman pernah menyatakan dalam khutbahnya bahwa "seseorang tidak dibenarkan meriwayatkan suatu hadis dari Nabi saw. , bila aku tidak pernah mendengarnya pada zaman Abu Bakar dan masa Umar. Namun, pada realitasnya tidak semua hadis Nabi disaksikan oleh lebih dari satu. Oleh karena itu, pada masa kekhalifahan Ali bin Abu Thalib, selain melalui persaksian, ia gunakan metode lain dalam menerima suatu riwayat, yaitu periwayat harus disertai bersumpah bahwa ia telah mendengar riwayat dari Nabi saw. 30

Apa yang telah dikemukakan, adalah cara dan upaya para khulafaur rasyidin dalam menjaga otensititas hadis, sekaligus bentuk kehatian-hatian mereka dalam menyikapi munculnya banyak riwayat hadis. Jadi perlu ditegaskan di sini bahwa pada masa kelahiran hadis, yakni ketika Nabi saw. masih hidup, sampai masa khulafaur rasyidin belum ada upaya untuk menulis hadis dalam suatu kitab. Namun demikian, harus diakui bahwa hadis-hadis ketika itu tetap terjaga keorisinilannya karena adanya berbagai cara antisipatif yang dilakukan para sahabat dan khulafaur rasyidin sebagaimana yang telah dijelaskan. Salah satu upaya pemeliharaan hadis yakni kelebihan para sahabat dalam

30Muhammad Dede Rudliyana, Perkembangan Pemikiran Ulum Al-hadis; Dari Klasik sampai Modern (Cet. : Bandung: CV. Pustaka Setia, 2004), h.24-25.

menghafal hadis-hadis, sehingga sebenarnya periwayatan hadis secara tertulis belum menjadi keharusan ketika itu.

Dokumen terkait