• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Struktur Hadis

3. Masa Pembukuan

35Lihat Muhammad al-Zalzaf, al-Ta’rîf bi al-Qur’ân wa al-Hadîts (Kuwait: Maktabah al-Falâh, t.th.), h. 210.

Masa pembukuan hadis, yakni pada abad kedua dan ketiga Hijriah. Masa ini disebut periode tadwin (kodifikasi), dan

merupakan kelanjutan masa penulisan hadis yang sebelumnya telah diprakarsai ‘Umar bin 'Abd. Al-Aziz. Prakarsanya ini, ditindak lanjuti oleh Ibn Hazm dan Ibn Syihab al-Zuhri.36Kedua ulama inilah yang mula-mula membukukan hadis.37 Namun sangat disayangkan karya Ibn Hazm dan Ibn Syihab al-Zuhri ini sudah ditelan masa, sebab hingga kini tidak diketahui dimana keberadaannya. Kecuali Malik ibn Anas, ulama hadis abad kedua Hijriah, karya hadisnya berupa buku al-Muwaththa masih

terwaris-kan sampai saat ini.

Pada awal masa pembukuan, telah beredar banyak buku hadis yang di-tadwin para ulama. Mereka membukukan

hadis-hadis tanpa seleksi, sebab di dalam karya-karya mereka itu masih bercampurbaur (tergabung) hadis-hadis dengan fatwa-fatwa sahabat, pembahasannya juga bergabung antara fikih dan tafsir. Al-Suyuti sebagaimana yang ditulis Hasbi Ash-Shiddieqy bahwa ulama yang membukukan hadis, fikih dan tafsir ketika itu di Mekkah adalah Ibn Juraij; di Syam, al-Auzai; di Bashrah, Ibn Abi Arubah; di Yaman, Ma'mar Azdiy; di Kufah, Sufyan

al-36Lihat M. Syuhudi Ismail,Pengantar Ilmu Hadis (Bandung: Angkasa, 1991), h. 101.

37Hanya saja, belum ditemukan sumber yang akurat nama judul kitab Ibn Hazm tersebut. Sehingga dapat prediksi bahwa tulisan-tulisan hadis Ibn Hazm masih merupakan kumpulan hadis secara umum. Di dalam kitab itu belum terekam seluruh hadis yang ada di Madinah. Sebab menurut Hasbi Ash-Shiddieqy, seluruh hadis yang tersebar di Madinah telah dibukukan oleh Ibn Syihab al-Zuhri. Lihat Hasbi Ash-Shiddieqy,op. cit., h. 61.

Tsauriy.38 Jadi sistem pembukuan mereka, bukan dengan cara menyaring. Mereka tidak membukukan hadis-hadis Nabi saja, tetapi fatwa-fatwa sahabat, fatwa-fatwa tabiin juga dimasukkan ke dalam bukunya secara bersama-sama. Maka terkumpullah di dalam kitab-kitab itu hadis-hadis marfu', mauquf, maqtu' dan

selainnya. Perkembangan berikutnya, terutama memasuki abad III Hijriah, mulai dipisahkan hadis-hadis tafsir dari umum hadis dan mulai pula dipisahkan hadis-hadis sirah. Yang mula-mula memisahkan hadis-hadis yang berpautan dengan sirah, ialah Muhammad ibn Ishaq ibn Yassar. Dari upaya mereka ini, lalu kemudian muncullah buku-buku hadis dengan berbagai metode penyusunan, misalnya :

a. MetodeJuz dan Athraf

Kitab yang matn hadis disusun berdasarkan guru yang

meriwayatkan kepada penulis kitab, dikenal dengan metode juz

yang artinya “bagian”. Kitab hadis yang tertulis dengan menggunakan metode ini dapat dilihat pada kitab hadis tulisan Suhail Ibn Abi Shalih. Metode juz ini identik dengan metode atraf, dimana setiap bagian terkadang dicantumkan nama-nama

periwayat hadis yang merupakan sumber rujukan. b. MetodeMuwaththa’

Metode muwaththa ialah metode penyusunan hadis yang

berdasarkan klasifikasi hukum Islam (fiqh) dan mencantumkan hadis-hadis marfû’, mawqûf dan maqtû’. Metode ini sudah

mengenal klasifikasi hadis berdasarkan topik masalah. Metode ini biasa pula disebut metodeal-tabwib atau metode penyusunan

hadis berdasarkan bab-bab tertentu. Metode ini seperti yang dipakai oleh Imam Malik dalam kitabal-Muwaththa’.

c. MetodeMushannaf

Metode Mushannaf hamper sama dengan metode

muwaththa’ yaitu metode pembukuan hadis berdasarkan

klasifikasi hukum Islam dengan mencantumkan hadis-hadis

marfu’, mawquf dan maqtu’, atau penyusunan kitab-kitab hadis

dengan memuat bab-bab tertentu. Klasifikasi jenis hadis tersebut ditentukan oleh penulisnya. Sedangkan klasifikasi jenis hadis dalam metode muwaththa’ ditentukan oleh isi hadis itu.

Dengan demikian, dalam kitab al-mushannaf telah termaktub

hadis-hadis Nabi saw., pernyataan-pernyataan sahabat dan fatwa-fatwa tabiin. Di antara kitab yang memakai metode mushannaf adalah Mushannaf Abu Bakar bin Abi Syaibah

al-Kufiy.

Di masa-masa berikutnya, yakni masa penghujung abad ketiga Hijriah, bersamaan dengan masa pentashihan hadis, muncul lagi karya-karya tulis yang dapat diklasifikasikan atas tiga model kitab himpunan hadis, yakni kitab musnad, kitab jami',

kitab mustakhraj, kitab mustadrak, kitab sunan, kitab mu'jam, dan

kitabmajma'.

a. MetodeMusnad

Metode musnad merupakan metode yang tidak

menggunakan klasifikasi hadis, melainkan berdasarkan urutan para sahabat Nabi yang meriwayatkan hadis. Jadi, jika seseorang ingin mencari hadis melalui kitab musnad maka terlebih dahulu

harus mengetahui nama sahabat yang pertama meriwayatkan hadis itu. Tanpa mengetahui nama sahabat, maka sangat sulit

untuk menemukan hadis yang dicari. Contoh kitab hadis yang menggunakan metode ini adalahMusnad Ahmad bin Hanbal.

b. MetodeJami’

Karya tulis yang menghimpun hadis-hadis yang tersusun berdasarkan metode jâmi’ di dalamnya termaktub hadis-hadis

berdasarkan topik-topik masalah yang dibahas dalam agama. Mulai dari masalah akidah, ibadah, hukum, adab, tafsir, manaqib

dan lain-lain. Buku Jami’ Shahih Bukhariy, dan Jami’ al-Shahih Muslim adalah contoh dua kitab hadis menggunakan

metodejami’.

c. MetodeMustakhraj

Metode mustakhraj adalah suatu kitab yang menghimpun hadis

yang metode penyusunannya dengan cara penulisannya mengutip kembali hadis-hadis dari kitab-kitab lain, kemudian

sanadnya dikutip pula secara menyendiri. Yaitu seorang penyusun Mustakhraj mengkaji salah satu kitab dari sekian banyak kitab-kitab hadits, lalu iamentakhrij hadis-hadis tersebut, namun dengan sanadnya

sendiri, bukan dengan sanad penulis kitab asli. Maka sanadnya akan bertemu dengan sanad penulis asli pada guru mereka atau di atasnya. Contoh kitab mustakhraj, misalnya: al-Mustakhraj ‘ala al-Bukhari

karya Abu Bakar al-Isma’ili; al-Mustakhraj ‘ala Muslim karya Abu

‘Awanah;al-Mustakhraj ‘ala al-Bukhari wa Muslim karya Abu Nu’aim.

d. MetodeMustadrak

Yang dimaksud dengan metode mustadrak adalah kitab

himpunan hadis yang di dalamnya tercantum kitab hadis lain dan mengikuti persyaratan-persyaratan hadis yang dipakai oleh kitab lain. Dengan kata lain Kitab Mustadrak adalah kitab yang

memuat hadis-hadis di mana hadis-hadis tersebut memiliki syarat yang terpakai dalam kitab Shahih al-Bukhâry atau Shahih

Muslim. Contoh kitab mustadrak, yaitu Mustadrak Hakim al-Naisaburiy.

e. MetodeSunan

Metodesunan adalah metode penyusunan kitab hadis yang

berdasarkan diklasifikasi hadis-hadis hukum saja. Khususnya yang ber-kenaan dengan hukum fiqh Islam. Hadis-hadis yang termaktub di dalamnya sumuanya bersumber dari Nabi (marfu’),

walaupun demikian terkadang ditemukan pula hadis-hadis yang

mawqûf dan maqtû’ tetapi jumlahnya sangat sedikit. Sunan Abu Dawud, Sunan al-Turmudziy, Sunan al-Nasa’iy, dan Sunan Ibn Majah, merupakan contoh kitab hadis yang menggunakan

metode ini. f. MetodeMu’jam

Metodemu’jam yaitu suatu metode penyusunan kitab-kitab

hadis berdasarkan nama-nama para sahabat, guru-guru hadis atau huruf-huruf hijaiyah, lazimnya huruf –hurufnya disusun berdasarkan alfabetis.39 Dari batasan ini, maka metode mu’jam

memiliki keidentikan dengan metode musnad. Hanya saja

metode mu’jam ini lebih luas lagi cakupannya karena diurut

nama-nama sahabat serta guru muridnya, sementara dalam metode musnad hanya nama-nama sahabat saja. Di antara

kitab-kitab himpunan hadis yang menggunakan metode ini yaituKitab Mu’jam al-Kabir, Mu’jam al-Awsat dan semacamnya.

g. MetodeMajma’

39Lihat Mahmud Thahhan,Ushul al-Takhrij wa Dirâsah al-Asânid (Beirut: Dâr al-Qur’an al-Karîm, 1979), h. 117.

Yang dimaksud metode majma’ adalah suatu metode

pengumpulan hadis-hadis dengan menggabungkan kitab-kitab hadis yang telah ada. Di dalam kitab majma tersebut terkumpul

hadis-hadis dari berbagai kitab misalnya ada hadis dari kitab

musnad, jami, dan selainnya. Di antara kitab-kitab yang menggunakan metode ini adalah kitab al-Jami’ baina al-Shahihain

oleh Muhammad bin Abi Nadzr Futuh al-Humaidiy.

Buku-buku hadis hadis dengan berbagai metodenya yang telah dikemukakan di atas, dimaksudkan untuk menjamin pemeliharaan keorisinilan hadis-hadis Nabi saw. yang periwayatannya dan pemahamannya semakin tumbuh dan berkembang, dari generasi ke generasi.

Dokumen terkait