• Tidak ada hasil yang ditemukan

98

96 Ibid.

97 Sopopanision.blogspot.co.id/2012/06/asal-usul-nama-tapanuli-selatan.html.

Tiga Kabupaten yang dibentuk adalah sebagai berikut : a. Kabupaten Angkola Sipirok beribukota di Padang Sidimpuan; b. Kabupaten Mandailing Natal beribukota di Panyabungan; dan c. Kabupaten Padang Lawas beribukota di Gunung Tua.

4 Masa Unifikasi Kabupaten Tapanuli Bagian Selatan

Setelah Indonesia mendapatkan kedaulatan penuh pada akhir tahun 1949, maka pembagian administrasi pemerintahan mengalami perubahan. Pada tahun 1950, Daerah Tapanuli Bagian Selatan dibentuk menjadi Kabupaten dengan nama Kabupaten Tapanuli Selatan. Selanjutnya Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai daerah otonom dipertegas kembali oleh pemerintah dengan UU Darurat No. 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara, yang mana dalam Pasal 1 ayat (10) dikatakan bahwa yang menjadi daerah Kabupaten Tapanuli Selatan dan batas-batasnya adalah meliputi Afdeeling Padang Sidimpuan sesuai Staatsblad 1937 No. 563, yang diundangkan pada 24 Nopember 1956.

Dengan memperhatikan sejarah tersebut di atas maka disepakatilah hari jadi Kabupaten Tapanuli Selatan pada tahun 1950 dan jatuh pada tanggal 24 Nopember, mengacu pada tanggal diundangkannya UU Darurat No. 7 Tahun 1956 yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan No. 8 Tahun 2008.99

99

68

Kabupaten Tapanuli Selatan kemudian dibagi ke dalam 18 Kecamatan, yaitu sebagai berikut :

a. Dolok b. Barumun c. Barumun Tengah d. Batang Angkola e. Batang Natal f. Batang Toru g. Kota Nopan h. Muara Sipongi i. Natal j. Padang Bolak k. Padang Sidimpuan l. Panyabungan m. Saipar Dolok Hole n. Simangambat o. Siabu

p. Sipirok q. Sosa r. Sosopan

Pada tanggal 30 Nopember 1982 terjadi pemekaran di Kecamatan Padang Sidimpuan, yaitu menjadi 4 Kecamatan yang terdiri dari :

b. Kecamatan Padang Sidimpuan Utara; c. Kecamatan Padang Sidimpuan Barat; dan d. Kecamatan Padang Sidimpuan Selatan.

Selanjutnya Kecamatan Padang Sidimpuan Utara dan Padang Sidimpuan Selatan menjadi bagian dari Kota Administratif Padang Sidimpuan yang dibentuk dengan PP No. 32 Tahun 1982. Kota administrasi bukanlah daerah otonom seperti Kabupaten dan Kota, hanya dipimpin oleh Walikota dan Wakil Walikota tanpa DPRD.100

Setelah 10 tahun tidak terjadi pemekaran Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan, maka pada tahun 1992 dilakukan lagi pemekaran, maka berdasarkan PP No. 35 Tahun 1992, Kecamatan Natal dimekarkan menjadi tiga Kecamatan dan pembentukan Kecamatan Siais yang berasal dari sebagian Kecamatan Padang Sidimpuan Barat yang beribukota di Desa Simarpinggan. Kemudian pada tahun 1996 dibentuk Kecamatan Halongonan yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Padang Bolak.101

B. Pengimplementasian Pemekaran Daerah di Kabupaten Tapanuli Selatan

Resmi Kabupaten Tapanuli Selatan yang beribukota di Padang Sidimpuan sebelum pemekaran terdiri dari 25 Kecamatan, dan satu Kota Administratif yaitu Kota Administratif Padang Sidimpuan.

Proses penggalangan dukungan dan pengajuan usulan pemekaran, isu-isu utama atau wacana yang sering ditonjolkan oleh elit-elit yang menggerakkan

100 http:// tapanulinadeges.blogspot.co.id/2013/03/sejarah-tapanuli-selatan.html.

70

pemekaran salah satunya adalah alasan ketertinggalan daerah yang akan dimekarkan dari sentuhan program pembangunan kurang mendapat perhatian dari pemerintah di Provinsi Induk atau Kabupaten Induk. Ataupun karena alasan jarak dan letak geografi yang cukup jauh dari ibukota. Masyarakat sekitar pun akhirnya tergoda untuk membentuk daerah otonom baru dengan memekarkan diri dari Provinsi Induk atau Kabupaten Induk, dengan bayang-bayang hidup mereka akan makmur seperti kehidupan orang yang rata-rata tinggal di daerah perkotaan.

Sebelum terjadi pemekaran daerah, Kabupaten Tapanuli Selatan adalah Kabupaten terluas di Provinsi Sumatera Utara, yaitu sekitar 18.006 km2 atau 26 % dari daerah Provinsi Sumatera Utara.102

Penggagas utama pengimplementasian pemekaran daerah di Kabupaten Tapanuli Selatan adalah H. Raja Inal Siregar (Gubernur Provinsi Sumatera Utara 1988-1998). Raja Inal Siregar mengundang beberapa tokoh dari Kabupaten Tapanuli Selatan agar hadir di Medan untuk membahas masalah pemekaran, yang mana hasil pertemuan itu dimuat dalam Surat Keputusan No. 15/KPTS/1992

Dari segi sosial budaya dan demografi. Wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan dihuni oleh dua kelompok etnik mayoritas dan dominan yaitu etnik Mandailing dan etnik Angkola. Karena itu latar pemekaran pertama yang dirancang sejak tahun 1992 adalah alasan etnik tersebut, selain karena hamparan wilayah yang cukup luas serta potensi daerah lainnya (faktor-faktor objektif sesuai syarat pemekaran daerah).

102

http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=4461:bapomi=su mut-buru-rangking-4sumbar-absen&catid=40:olahraga

tertanggal 21 Maret 1992 tentang Persetujuan Pemekaran Wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan.103

a. Kota Padang Sidimpuan.

Hasil dari pertemuan dimaksud di atas adalah rencana pemecahan Kabupaten Tapanuli Selatan menjadi 1 Kota dan 3 Kabupaten, yaitu :

b. Kabupaten Angkola Sipirok beribukota di Sipirok.

c. Kabupaten Mandailing Natal beribukota di Panyabungan. d. Kabupaten Padang Lawas beribukota di Sibuhuan.104

Adanya pemikiran ke arah pembagian tersebut adalah dikarenakan latar belakang sejarah yang dahulunya memang Kabupaten Tapanuli Selatan sebelum masa unifikasi terdiri atas tiga Kabupaten.

Pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan pertama kali diimplementasikan pada tanggal 9 Maret 1999 dengan diterbitkannya UU No. 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir dan Kabupaten Daerah Tingkat II Mandailing Natal tertangga 23 November 1998. Maka Kabupaten Tapanuli Selatan dipecah menjadi dua, yaitu

a. Kabupaten Mandailing Natal beribukota di Panyabungan yang mana daerah administratornya terdiri atas 8 Kecamatan, yaitu Kecamatan Panyabungan, Kecamatan Siabu, Kecamatan Kota Nopan, Kecamatan

103 http:// beritasore.com/2009/08/11 pemekaran-padang-lawas-keberhasilan-masyarakat-dan-tim-pemekaran/

72

Muara Sipongi, Kecamatan Batang Natal, Kecamatan Natal, Kecamatan Batahan dan Kecamatan Muara Batang Gadis,105

b. Kabupaten Tapanuli Selatan yang beribukota di Padang Sidimpuan yang daerah administratornya terdiri dari 16 Kecamatan (dikurangi daerah yang menjadi cakupan daerah Kabupaten Mandailing Natal).

dan

Berdasarkan apa yang dimuat di bagian Konsideran UU No. 12 Tahun 1998, dasar hukum pengimplementasian pemekaran daerah ini adalah Pasal 3 dan Pasal 4 UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan di Daerah, yang menyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi dibentuk dan disusun Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II dengan memperhatikan syarat-syarat kemampuan ekonomi, jumlah penduduk, luas daerah, pertahanan dan keamanan nasional dengan syarat-syarat lain yang memungkinkan daerah melaksanakan pembangunan, pembinaan kestabilan politik dan kesatuan bangsa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab.

Kabupaten Mandailing Natal memiliki luas 6.620, 70 km2

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.

atau 9,23 % dari wilayah Provinsi Sumatera Utara dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat. c. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia. d. Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat.

Faktor utama penyebab pemekaran Kabupaten Mandiling Natal dari Kabupaten Tapanuli Selatan adalah latar belakang sejarah. Dalam hal ini sejarah

105 Pasal 3 ayat (2) UU No. 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir dan Kabupaten Daerah Tingkat II Mandailing Natal.

di Kabupaten Tapanuli Selatan mencatat ada perbedaan pandangan yang tajam dari beberapa Luhat pada Kabupaten ini, yaitu Luhat Sipirok, Luhat Mandailing, Luhat Natal, dan Luhat Padang Lawas tentang terminologi suku Batak. Dengan demikian sudah berbeda pula dari segi etnis dan tata bahasa.106

Tujuan utama dari pengimplementasian pemekaran daerah tersebut adalah mensejahterahkan masyarakat ditunjukkan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan. Kabupaten Mandailing Natal, setelah pemekaran daerah, pertumbuhan ekonominya memang bergerak naik dengan sangat cepat dan pemerataan pendapatan di Kabupaten ini menunjukkan hasil yang semakin membaik. Namun berbeda dengan keadaan Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai Kabupaten Induk dari pemekaran ini. Pertumbuhan perekonomian Kabupaten

Serta faktor luas wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan yang meliputi seperempat daerah Provinsi Sumatera Utara sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

Sebanyak 45% hasil pendapatan daerah Kabupaten Mandailing Natal adalah berasal dari pertanian, lainnya berasal dari pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa lainnya. Kabupaten Mandailing Natal juga memperoleh pendapatan lain yang berasal dari pariwisata yang ada di sana, yang terkenal diantaranya Pemandian Air Panas Si Banggor, Danau Marambe, Sungai Aek Godang, Air Panas Sampuraga dan Pegunungan Sorik Marapi yang banyak dikunjungi wisatawan baik lokal ataupun mancanegara.

106 Agus Supriadi Hrp, Pengaruh Pemekaran Kabupaten Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan

74

Tapanuli Selatan setelah pemekaran tidak menunjukkan hasil yang bagus dimana pertumbuhannya sangat lambat, diperparah lagi dengan keadaan pemerataan pendapatan semakin buruk dan semakin senjang.107

a. Surat Bupati Tapanuli Selatan No. 135/1078/2000 tanggal 30 Nopember 2000, Dari tahun 1999 hingga kini, Kabupaten Mandailing Natal dan Kabupaten Tapanuli Selatan juga masih diselimuti dengan sengketa tapal batas yang berada di antara Kecamatan Tano Tombangan, Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kecamatan Bonandolok, Kabupaten Mandailing Natal. Menurut info dari salah satu warga yang berada di wilayah Bonandolok, warga dari Kecamatan Tano Tombangan sudah berani memasuki daerah tapal batas yang disengketakan, bahkan sudah mendatangkan alat berat dalam rangka pengelolaannya. Warga Kecamatan Bonandolok jelas tidak menerima perlakuan ini, mereka terus melakukan aksi bentrok dengan warga Kecamatan Tano Tombangan, dan mengancam akan melakukan pengusiran warga Kecamatan Tano Tombangan dari wilayah sengketa itu secara paksa apabila tidak juga diselesaikan sengketa tapal batas ini.

Hal di atas menunjukkan hampir 18 tahun masalah pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan dengan Kabupaten Mandailing Natal belum tuntas hingga kini.

Setelah dibentuknya Kabupaten Mandailing Natal, melalui :

b. Keputusan DPRD Tapanuli Selatan No. 01/PIMP/2001 tanggal 21 Januari 2001, serta

c. Surat Gubernur Sumatera Utara No. 135/1595/2001 tanggal 5 Pebruari 2001.

Maka diusulkan pemekaran daerah yang kedua, yaitu melalui pembentukan Kota Padang Sidimpuan, yang akhirnya diimplementasikan dengan terbitnya UU No. 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Padang Sidimpuan tertanggal 17 Oktober 2001.

Pembentukan Kota Padang Sidempun didasarkan pada UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No. 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah.

Kota Padang Sidimpuan mempunyai luas wilayah sebesar 11.465,66 Ha dengan yang terdiri dari 5 Kecamatan, 58 Desa dan 20 Kelurahan. Kelima Kecamatan dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Kecamatan Padang Sidimpuan Tenggara 2. Kecamatan Padang Sidimpuan Selatan 3. Kecamatan Batu Nadua

4. Kecamatan Padang Sidimpuan Utara 5. Kecamatan Padang Sidimpuan Hutaimbaru

Secara geografis, Kota Padang Sidimpuan secara keseluruhan dikelilingi oleh Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai Kabupaten induknya.

Dalam rangka peningkatan perekonomian, masyarakat Kota Padang Sidimpuan lebih memprioritaskan usaha di bidang pertokoan, restoran dan perhotelan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sebagian kecilnya dari kegiatan pertanian dan perkebunan salak, padi dan kelapa.

76

Pasal 4 UU No. 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Padang Sidimpuan menyatakan bahwa dengan dibentuknya Kota Padang Sidimpuan maka wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan dikurangi wilayah Kota Padang Sidimpuan. Dipertegas lagi dengan Pasal 5 yang menyatakan bahwa dengan dibetuknya Kota Padang Sidimpuan, maka Kota Administratif Padang Sidimpuan dalam wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan dihapuskan. Dan dalam pasal-pasal berikutnya dalam undang-undang tersebut sama sekali tidak ada disebutkan dimana letak ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan, artinya setelah pembentukan Kota tersebut sudah tidak jelas dimana sebenarnya ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan. Pusat kegiatan pemerintahan Kabupaten Tapanuli Selatan masih berada di Kota Padang Sidimpuan, tapi Kota Padang Sidimpuan bukan bagian dari daerah Kabupaten Tapanuli Selatan.

Enam Tahun setelah Kota Padang Sidimpuan terbentuk, Kabupaten Tapanuli Selatan kembali mengimplementasikan pemekaran daerah. Kali ini usulan datang dari daerah Padang Lawas Utara dan Padang Lawas secara bersamaan. Padahal pada saat perencanaan bersama dengan mantan Gubernur H. Raja Inal Siregar kedua wilayah ini harusnya dibentuk satu Kabupaten saja, yaitu Kabupaten Padang Lawas dengan ibukotanya adalah daerah Sibuhuan. Namun kenyataannya adalah berbeda.

Salah satu tokoh dan pejuang pembentukan Kabupaten Padang Lawas Utara melalui pemekaran daerah dari Kabupaten Tapanuli Selatan adalah H. Mara

Hadi Hasibuan, bersama dengan Masrin Harahap, H. Baginda Siregar, Mulia Lubis, dan Mangajara Tagor Hasibuan.108

1. Kecamatan Batang Onang

Pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan yang ketiga kali ini kemudian diimplementasikan dengan dikeluarkannya UU No. 37 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Padang Lawas Utara tertanggal 10 Agustus 2007, dengan ibukotanya adalah Gunung Tua dan UU No. 38 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Padang Lawas dengan ibukotanya adalah Sibuhuan yang dikeluarkan pada hari yang sama. Dasar yuridis yang digunakan mengimplementasikan pemekaran daerah ini adalah UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang disesuaikan dengan PP No. 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Pemekaran dan Penggabungan Daearh.

Kecamatan yang menjadi cakupan wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara adalah sebagai berikut :

2. Kecamatan Dolok

3. Kecamatan Dolok Sigompulan 4. Kecamatan Halongonan 5. Kecamatan Padang Bolak 6. Kecamatan Padang Bolak Julu 7. Kecamatan Portibi

8. Kecamatan Simangambat109

108 http:// beritasore.com/2009/08/11 pemekaran-padang-lawas-keberhasilan-masyarakat-dan-tim-pemekaran/

78

Berdasarkan Pasal 3 ayat (2) UU No. 37 Tahun 2007, maka daerah-daerah tersebut ditambah pula dengan beberapa daerah yang sebelumnya menjadi cakupan Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu Desa Pintu Bosi, Desa Sidong-dong, Desa Simaninggir, Desa Pangirkiran, Desa Sitabar, Desa Suka Dame, Desa Parmeraan, Desa Simarloting, Desa Aek Godang, Dan Desa Aek Nauli.

Kabupaten Padang Lawas Utara memiliki luas sebesar 3.918,05 km2

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu dengan batas-batas sebagai berikut :

b. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan c. Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Riau

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Padang Lawas.

Dalam meningkatkan perekonomian daerah, masyarakat Kabupaten Padang Lawas Utara lebih banyak berkecimpung di dunia pertanian dan perkebunan. Perkebunan yang paling banyak adalah karet, ubi kayu, sawit dan tanaman palawija. Dikarenakan padang yang cukup luas, sesuai namanya, maka tidak heran juga banyak juga yang memiliki sumber pendapatan dari peternakan, seperti kerbau, sapi dan kambing yang banyak dan terkenal dari daerah ini. Biasanya juga para penduduk memelihara berpuluh-puluh ekor ternak. Selebihnya adalah dari jasa-jasa, perdagangan, pariwisata dan restoran.

Sedangkan Kabupaten Padang Lawas dibentuk dengan 9 daerah administrator yaitu sebagai berikut :

2. Kecamatan Barumun Tengah 3. Kecamatan Batang Lubu Sutam 4. Kecamatan Huristak

5. Kecamatan Huta Raja Tinggi 6. Kecamatan Lubuk Barumun 7. Kecamatan Sosa

8. Kecamatan Sosopan

9. Kecamatan Ulu Barumun.110

Kabupaten Padang Lawas memiliki luas yang tidak jauh berbeda dengan luas Kabupaten Padang Lawas Utara, yaitu sebesar 3.893 km2

a. Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Riau

dengan batas-batas sebagai berikut :

b. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Mandailing Natal.

c. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas Utara.

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal, dan Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.

Keadaan perekonomian Kabupaten Padang Lawas Utara juga banyak bertumpu pada kegiatan pertanian, perkebunan dan peternakan. Selebihnya adalah jasa-jasa, perdagangan, pariwisata dan restoran.

Setelah terjadi pemekaran yang ketiga ini, Kabupaten Tapanuli Selatan yang disingkat Tapsel mendapat istilah baru, “Tapsel” diplesetkan menjadi Tak

80

Pernah Selesai, karena tak juga mengalami perkembangan, malah semakin merosot dibandingkan dengan sebelum pemekaran daerah, dan juga menjadi tertinggal dari Kabupaten hasil pemekarannya.

Pada UU No. 37 Tahun 2007 dan UU No. 38 Tahun 2007, dalam bagian keempat, tentang ibukota, tepatnya Pasal 7 disebutkan bahwa ibukota Kabupaten Padang Lawas Utara berkedudukan di Gunung Tua. Sedangkan pada Pasal 21 dikatakan bahwa dengan disahkannya undang-undang tersebut maka ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan yang merupakan Kabupaten induk berpindah ke Sipirok. Dijelaskan lagi bahwa paling lama 18 bulan sejak undang-undang tersebut diundangkan, secara defenitif pusat kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Tapanuli Selatan harus telah berada di Sipirok. Namun kenyataan baru tahun 2015 pasal tersebut diimplementasikan dalam kehidupan nyata, itupun belum sepenuhnya dan masih menuai konflik.

Sekarang Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki luas sebesar 4.367,05 km2

1. Kecamatan Aek Bilah

, 14 daerah administrator, yaitu sebagai berikut :

2. Kecamatan Angkola Barat 3. Kecamatan Angkola Sangkunur 4. Kecamatan Angkola Selatan 5. Kecamatan Angkola Timur 6. Kecamatan Arse

7. Kecamatan Batang Angkola 8. Kecamatan Batang Toru

9. Kecamatan Marancar

10. Kecamatan Muara Batang Toru 11. Kecamatan Saipar Dolok Hole 12. Kecamatan Sayur Matinggi 13. Kecamatan Sipirok

14. Kecamatan Tano Tombangan

Sekarang ini, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kota Padang Sidimpuan dan Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai Kabupaten induk tengah mengusung wacana pembentukan Provinsi Sumatera Tenggara, melalui pemekaran dari Provinsi Sumatera Utara, yang saat ini tengah dalam proses penggodokan di DPR RI.

C. Dampak Pemekaran Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Bagi

Masyarakat

Salah satu ukuran utama sukses atau tidaknya pengimplementasian pemekaran daerah adalah kesejahteraan masyarakat, sebagaimana juga yang menjadi tujuan pemberlakuan konsep pemekaran daerah ini dalam rangka meningkatkan pencapaian tujuan otonomi daerah.

Dalam mengkaji dampak pemekaran daerah terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan menggunakan kajian terhadap beberapa indikator yang menjadi ukurannya, yaitu :

1. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia merupakan ukuran capaian pembangunan manusia yang berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Dimensi tersebut

82

mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut mempunyai pengertian yang amat luas karena terkait banyak faktor.111

Untuk mengukur dimensi kesehatan digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.112

2. Kemiskinan

Dalam hal mengukur tingkat kemiskinan digunakan ukuran kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidak mampuan dari segi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar.113 3. Pendidikan

Indikator ini dapat digunakan sebagai ukuran untuk menggambarkan standar hidup penduduk dalam suatu daerah. Kemampuan menulis dan membaca yang dimiliki masyarakat akan dapat mendorong penduduk untuk berperan lebih aktif dalam proses pembangunan.

Indikator ini dapat diukur dengan persentase melek huruf, persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang tidak atau belum pernah sekolah, serta

111 http:// www.tapanuliselatan.bps.go.id

112 Ibid.

persentase penduduk umur 10 tahun ke atas dengan pendidikan tertinggi ditamatkan di SMA ataupun S-1.114

4. Ketenagakerjaan

Masalah ketenagakerjaan banyak dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan taraf pendidikan masyarakat. Dan baik tidaknya keadaan ketenagakerjaan suatu daerah dapat diukur melalui persentase tingkat pengangguran terbuka penduduk umur 15 tahun ke atas.115

5. Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat sehubungan dengan kualitas kehidupannya. Salah satu kriteria untuk mengukur keadaan kesehatan masyarakat dalam suatu daerah adalah angka harapan hidup penduduknya, serta sarana dan prasarana kesehatan yang ada dalam suatu daerah.116

Akan tetapi dibalik faktor-faktor tersebut di atas masih banyak faktor lain yang menjadi ukuran dampak yang diakibatkan pengimplementasian konsep pemekaran daerah dalam suatu daerah, seperti keadaan jalan, konflik internal maupun eksternal, keadaan pembangunan dan sebagainya.

Berikut dijelaskan dampak yang diakibatkan pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan terhadap masyarakat di Kabupaten Induk dan Kabupaten/Kota hasil pemekarannya.

114 Ibid.

115 Ibid.

84

1. Kabupaten Tapanuli Selatan

Sebagai Kabupaten Induk, Kabupaten Tapanuli Selatan sangat banyak mengalami perubahan setelah diadakan pemekaran beberapa kali. Seperti dalam hal Indeks Pembangunan Manusia (IPM), berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara beberapa tahun terakhir ini (2010-2014) Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Tapanuli Selatan terus mengalami peningkatan secara signifikan dari tahun ke tahun. Terakhir kali BPS melakukan sensus pada tahun 2014, IPM Kabupaten Tapanuli Selatan mencapai 75,13 %, yang mana pada tahun 2010 hanya sekitar 64,20 %. Hasil tersebut menjadikan Kabupaten Tapanuli Selatan berada di peringkat 15 yang memiliki IPM tertinggi dari 33 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Dan jika dibandingkan dengan daerah-daerah hasil pemekarannya, Kabupaten Tapanuli Selatan hanya kalah dari Kota Padang Sidimpuan yang menduduki peringkat 8.

Masalah kemiskinan merupakan masalah utama yang tidak bisa dimusnahkan dari bumi Kabupaten Tapanuli Selatan hingga saat ini. Pada tahun 2007, sebelum Kabupaten Padang Lawas Utara dan Kabupaten Padang Lawas memisahkan diri dari Kabupaten Tapanuli Selatan persentase jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tapanuli Selatan adalah 20, 41 %. Jumlah ini ternyata mengalami peningkatan setelah diimplementasikannya pemekaran daerah, yaitu menjadi 24,17 %. Wajar saja karena dengan pemekaran tersebut PAD Kabupaten Tapanuli Selatan mengalami penurunan, ditambah lagi dengan pelaksanaan Pasal 16 Undang-Undang Pembentukan kedua daerah tersebut yang mewajibkan kepada Kabupaten Tapanuli Selatan untuk memberikan hibah berupa uang untuk

menunjang kegiatan penyelenggaraan pemerintahan kedua Kabupaten tersebut secara terpisah sebesar Rp 5.000.0000.000,- (lima miliar rupiah) setiap tahun selama dua tahun berturut-turut.

Pada tahun-tahun berikutnya, persentase kemiskinan di Kabupaten Tapanuli Selatan mulai mengalami penurunan hingga mencapai titik terendahnya pada tahun 2012 yaitu 11, 10 %. Tapi pada tahun 2013 ternyata persentase itu

Dokumen terkait