• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masa remaja akhir : 16-19 tahun (Widyastuti dkk, 2009)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan

3) Masa remaja akhir : 16-19 tahun (Widyastuti dkk, 2009)

Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercece yang berarti menjadi matang, sedangkan remaja atau adolescence yang berarti dewasa (Romauli, 2012).

Masa remaja juga merupakan suatu peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini banyak terjadi perubahan baik dalam fisik, psikis dan sosial. Perubahan-perubahan tersebut dapat mengganggu batin remaja. Kondisi ini menyebabkan remaja dalam kondisi rawan dalam menjalani proses pertumbuhan dan perkembangannya. Kondisi ini diperberat dengan adanya globalisasi

yang ditandai dengan makin derasnya arus informasi (Depkes RI, 2008).

b. Perubahan Fisik Remaja

Bila pubertas terjadi sebelum usia 9 tahun, atau belum juga terjadi sampai usia 13-15 tahun, harus dikonsultasikan ke dokter untuk memastikan ada tidaknya kelainan. (Manuaba, 2008).

1) Tanda-tanda seks primer

Sebagai tanda kematangan organ reproduksin pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaam dari serangkaian

15

pengeluaran darah,lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang menopause.

(Widyastuti, dkk 2009). 2) Tanda-tanda seks sekunder

a) Rambut

Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid.

b) Pinggul

Pinggul berkembang, membesar dan membulat .Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di kulit.

c) Payudara

Seiring pinggul membesar, maka payudara juga ikut membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi besar.

d) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat

Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.

16

e) Otot

Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki. f) Suara

Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada wanita.

c. Perkembangan Jiwa Pada Remaja

Pada usia 12-15 tahun, pencarian identitas diri masih berada pada tahap permulaan. Dimulai pada pengukuhan kemampuan yang sering diungkapkan dalam bentuk kemauan yang tidak dapat dikompromikan sehingga mungkin berlawanan dengan kemauan orang lain. Bila kemauan itu ditentang, mereka akan memaksa agar kemauannya dipenuhi.

Psikososial merupakan manifestasi perubahan faktor-faktor emosi, sosial dan intelektual. Depkes RI (2007), menyatakan, bahwa akibat perubahan tersebut, maka karakteristik psikososial remaja dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :

1) Remaja Awal (10-13 tahun)

a) Cemas terhadap penampilan badannya yang berdampak pada meningkatnya kesadaran diri (self consciousness).

b) Perubahan hormonal berdampak sebagai individu yang mudah berubah-ubah emosinya seperti mudah marah, mudah tersinggung atau menjadi agresif.

17

c) Menyatakan kebebasan berdampak bereksperimen dalam berpakaian, berdandan trendi dan lain-lain.

d) Perilaku memberontak membuat remaja sering konflik dengan lingkungannya.

e) Kawan lebih penting sehingga remaja berusaha menyesuaikan dengan sebayanya.

f) Perasaan memiliki terhadap teman sebaya berdampak punya gang/kelompok sahabat, remaja tidak mau berbeda dengan teman sebayanya.

g) Sangat menuntut keadilan dari sisi pandangannya sendiri dengan membandingkan segala sesuatu sebagai buruk/hitam atau baik/putih berdampak sukit bertoleransi dan sulit berkompromi. 2) Remaja Pertengahan (14-16 tahun)

a) Lebih mampu untuk berkompromi, berdampak tenang, sabar dan lebih toleran untuk menerima pendapat orang lain.

b) Belajar berfikir independen dan memutuskan sendiri berdampak menolak mencampur tangan orang lain termasuk orang tua. c) Bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasa

nyaman berdampak baju, gaya rambut, sikap dan pendapat berubah-ubah.

18

d) Merasa perlu mengumpulkan pengalaman baru walaupun beresiko berdampak mulai bereksperimen dengan merokok, alkohol, seks bebas dan mungkin NAPZA.

e) Tidak lagi terfokus pada diri sendiri berdampak lebih bersosialisasi dan tidak lagi pemalu.

f) Membangun nilai, norma dan moralitas berdampak mempertanyakan kebenaran ide, norma yang dianut keluarga. g) Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan solidaritas

berdampak ingin banyak menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan teman-teman.

h) Mulai membina hubungan dengan lawan jenis berdampak berpacaran tetapi tidak menjurus serius.

i) Mampu berfikir secara abstrak mulai berhipotesa berdampak mulai peduli yang sebelumnya tidak terkesan dan ingin mendiskusikan atau berdebat.

3) Remaja Akhir (17-19 tahun)

a) Ideal berdampak cenderung menggeluti masalah sosial politik termasuk agama.

b) Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan di luar stress yang keluarga berdampak mulai belajar mengatasi dihadapi dan sulit diajak berkumpul dengan keluarga.

19

c) Belajar mencapai kemandirian secara finansial maupun emosional berdampak kecemasan dan ketidak pastian masa depan yang dapat merusak keyakinan diri.

d) Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis berdampak mempunyai pasangan yang lebih serius dan banyak menyita waktu.

e) Merasa sebagai orang dewasa berdampak cenderung mengemukakan pengalaman yang berbeda dengan orang tuanya.

f) Hampir siap menjadi orang dewasa yang mandiri berdampak mulai ingin meninggalkan rumah atau hidup sendiri.

3. Pernikahan a. Pengertian

Pernikahan merupakan suatu penyatuan jiwa dan raga dua manusia berlawanan jenis dalam suatu ikatan yang suci dan mulia di bawah lindungan hukum dan Tuhan Yang Maha Esa (Suryani, 2010).

Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang didalamnya terdapat unsur keintiman, pertemuan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat seksual dan menjadi lebih matang. Pernikahan merupakan awal dari terbentuknya keluarga dengan penyatuan dua individu yang berlainan jenis serta lahirnya anak-anak (Depkes RI, 2007).

20

b. Pernikahan Dini

Pernikahan dini adalah sebuah bentuk ikatan/pernikahan yang salah satu atau kedua pasangan berusia di bawah 18 tahun atau sedang mengikuti pendidikan di sekolah menengah atas. Jadi sebuah pernikahan di sebut pernikahan dini, jika kedua atau salah satu pasangan masuk berusia di bawah 18 tahun/masih berusia remaja (Depkes RI, 2007).

Perkawinan dini adalah perkawinan yang telah terjadi pada seseorang wanita dengan status umur dibawah 20 tahun. Pada tipe orang usia dibawah 20 tahun keadaan organ reproduksi belum sepenuhnya matang dan masih dalam tahap pertumbuhan (Manuaba, 2008).

c. Dampak Pernikahan Dini

Perubahan perilaku remaja yang makin dapat menerima hubungan seksual pranikah sebagai cerminan fungsi rekreasi, ketika hubungan seksual telah menghasilkan janin dapat mempengaruhi psikologi dan fisik (Manuaba, 2008).

1) Dampak Psikologi

Pada usia pernikahan dini yang terjadi dibawah usia 20 tahun dalam keadaan belum matangnya mental seseorang remaja akan mempengaruhi penerimaan kehamilannya, dimana alat reproduksi remaja yang belum siap menerima kehamilan, merasa tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa diri,

21

terkadang perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman atau lingkungan masyarakat (Sarwono,2003).

Sejatinya, anak berusia di bawah umur belum paham benar mengenai hubungan seks dan tujuannya. Mereka hanya melakukan apa yang diharuskan pasangan terhadapnya tanpa memikirkan hal yang melatarbelakanginya melakukan itu. Jika sudah demikian, anak akan merasakan penyesalan mendalam hidupnya (Sarwono, 2003).

Akibatnya, remaja sering murung dan tidak bersemangat. Bahkan remaja akan merasa minder untuk bergaul dengan anak-anak seusianya mengingat statusnya sebagai istri. Hal ini biasa disebut depresi berat atau neoritis depresi akibat pernikahan dini. Dimana terdapat dua jenis depresi kepribadian yaitu pribadi

introvert dan ekstrovert (Manuaba, 2008).

Pada sisi lain, pernikahan dini juga berdampak negatif pada keharmonisan keluarga. Hal ini disebabkan oleh kondisi psikologis yang belum matang, sehingga cenderung labil dan emosional. Pada usia yang belum matang ini biasanya remaja masih kurang mampu untuk bersosialisasi dan adaptasi, dikarenakan ego remaja yang masih tinggi serta belum matangnya sisi kedewasaan untuk berkeluarga sehingga banyak ditemukan kasus perceraian yang merupakan dampak dari mudanya usia untuk menikah (Sarwono, 2003).

22

2) Dampak Fisik

Dampak fisik dalam pernikahan dini memang sangatlah besar baik dalam melakukan hubungan seksual ataupun dalam persalinan Perkawinan Dini yang berlanjut menjadi kehamilan sangat berdampak negatif pada status kesehatan reproduksinya. Proses kehamilan yang dapat terjadi anemia yang berdampak berat badan bayi lahir rendah, intra uteri fetal death, premature, abortus berulang, perdarahan, untuk proses bersalin terkadang belum matangnya alat reproduksi membuat keadaan panggul masih sempit dan sebagainya untuk itu perlu pemantauan dan pemeriksaan ekstra yang lebih lengkap (Manuaba, 2008).

Menurut Manuba (2008), dampak fisik dari pernikahan usia muda dapatdigolongkan menjadi 2 yaitu :

1) Dampak bagi ibu

a) Intra Uterin Fetal Death

Intra Uterin Fetal Death atau kematian janin dalam

kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Keadaan ini sering di jumpai pada kehamilan di bawah 20 minggu dan sesudah 20 minggu, yaitu ditandai kematian janin ibu tidak merasakan gerakan janin, biasanya berakhir dengan

23

b) Premature

Persalinan premature adalah suatu proses kelahiran bayi sebelum usia kehamilan 37 minggu atau sebelum 3 minggu dari waktu perkiraan persalinan. Resiko terjadinya kehamilan premature, antara lain :

(1) Usia ibu saat hamil kurang dari 20 tahun (2) Wanita dengan gizi yang kurang atau anemia (3) Lemahnya servik

c) Perdarahan

Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi. d) Kematian ibu

Kematian ibu saat melahirkan disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.

2) Dampak bagi bayi

a) Kemungkinan janin lahir belum cukup usia kehamilan atau kurang dari 37 minggu, pada umur kehamilan tersebut pertumbuhan janin belum sempurna.

b) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu, bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. Kebanyakan hal ini dipengaruhi oleh umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun dan ibu kurang gizi (Manuaba, 2008).

24

Dokumen terkait