• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Masalah Pada Neonatal

16. Masalah dalam Pemberian ASI

melalui sirkulasi ibu ke plasenta dan selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilicus masuk ke janin, misalnya : virus (rubella, poliomyelitis, variola, vaccinia, coxsackie, cytomegalic inclusion dan lain-lain. Infeksi intranatal lebih sering terjadi dengan cara mikroorganism dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah.Infeksi pascanatal dapat terjadi setelah bayi lahir lengkap, misalnya melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat yang tidak steril, tindakan yang tidak antiseptik, atau dapat juga terjadi akibat infeksi silang, misalnya tetanus neonatorum, omfalitis dan lain-lain (Kristiyanasari W, 2009 hlm.37-38).

Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada neonatus adalah : 1) Perdarahan, 2) Demam yang terjadi pada ibu, 3) Infeksi pada uterus atau plasenta, 4) Ketuban pecah dini, dan 5) Proses kelahiran yang lama dan sulit (Maryunani A, 2009 hlm.121).

Gejala klinis sepsis neonatorum : 1) Bayi malas minum, 2) Gelisah mungkin juga terjadi letargi, 3) Frekuensi pernapasan meningkat, 4) Berat badan menurun, 5) Pergerakan kurang, 6) Muntah, 7) Diare, 8) Sklerema, edema, 9) Perdarahan, ikterus, kejang, dan 10) Suhu tubuh dapat normal, hipotermi dan hipertermi (Kristiyanasari W, 2009 hlm.38-39).

Penatalaksanaan pada sepsis neonatorum adalah dengan mengeliminasi kuman penyebab, yaitu :

1) Pemberian antibiotika

2) Terapi suportif, misalnya dengan pemberian immune globuline, pemberian transfusi darah, nutrisi dan lain-lain (Maryunani A, 2009 hlm.124).

13. Aspirasi Pneumonia

Aspirasi pneumonia menyebabkan kematian terutama bayi dengan berat badan lahir rendah karena refleks menelan dan batuk yang belum sempurna.Gejala penyakit ini mungkin tidak khas tetapi perlu dicurigai bila menghadapi bayi dengan gejala sering tidur (letargi), berat badan cepat turun, kurang minum, dan terjadi serangan apnea.Diagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan rontgen atau konsultasi dokter anak (Manuaba, 2010 hlm.433).

14. Tetanus Neonatorum

Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus) (Kristiyanasari W, 2009 hlm.33).

Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang sering terjadi pada neonatus yang disebabkan clostridium tetani.Spora kuman tersebut masuk tubuh bayi melalui tali pusat, baik pada saat pemotongan, maupun saat perawatannya sebelum lepas.Masa inkubasi 3-28 hari, tetapi jika kurang dari 7 hari penyakit ini lebih parah dan angka kematiannya lebih tinggi (Nur W, 2010 hlm.193).

Penyebab tetanus neonatorum adalah basil klostridium tetani. Basil ini mempunyai sifat anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan

18 dapat mengeluarkan toksin yang dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit dan merupakan “Tetanospasmin” yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot (Kristiyanasari W, 2009 hlm.33).

Masa tunas biasanya 3-10 hari, kadang – kadang sampai beberapa minggu jika infeksinya ringan. Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam 48 jam penyakit menjadi nyata dengan adanya trismus. Gejalanya antara lain bayi tiba – tiba panas dan tidak mau minum (karena tidak dapat menghisap, mulut mencucut, sering kejang disertai sianosis, kaku kuduk, dinding abdomen kaku, mengeras, suhu meningkat, bayi sensitif terhadap rangsangan, gelisah dan kadang-kadang menangis (Kristiyanasari W, 2009 hlm.33–34).

Penatalaksanaan adalah pembersihan saluran pernafasan agar tidak tersumbat dan harus dalam keadaan bersih, pakaian bayi dilonggarkan / dibuka, mengatasi kejang dengan cara memasukkan tong spatel ke dalam mulut bayi agar lidah tidak tergigit dan mencegah lidah jatuh ke belakang sehingga dapat menutupi saluran pernafasan, ruangan dan lingkungan harus tenang, berikan ASI sedikit demi sedikit, perawatan tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik, bila keadaan berbahaya, rujuk ke rumah sakit (Kristiyanasari W, 2009 hlm.34 – 35).

15. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Bayi berat lahir rendah (BBLR) atau low birth weight infant (LBWI), adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. BBLR dapat dibagi menjadi 2, yaitu : prematuritas murni dan dismatur.

Bayi prematuritas murni lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NKB- SMK).Bayi dismatur lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa kehamilan. Dapat terjadi dalam tiga kemungkinan, yaitu Preterm (Neonatus Kurang Bulan-Kecil Masa Kehamilan), Term (Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan), dan Postterm (Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan) (Nur W, 2010 hlm.173-174).

Neonatus / bayi yang termasuk dalam BBLR merupakan salah satu dari keadaan berikut ini :

a) NKB SMK (neonatus kurang bulan – sesuai masa kehamilan) adalah bayi prematur dengan berat badan lahir yang sesuai dengan masa kehamilan.

b) NKB KMK (neonatus kurang bulan – kecil masa kehamilan) adalah bayi prematur dengan berat badan lahir kurang dari normal menurut usia kehamilan.

c) NCB KMK (neonatus cukup bulan – kecil untuk masa kehamilan) adalah bayi yang lahir cukup bulan dengan berat badan lahir kurang dari normal.

Selain itu, BBLR dibagi lagi menurut berat badan lahir, yaitu :

a) Bayi dengan berat lahir sangat rendah (BBLR) atau very low birth weigth (VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat lahir antara 1000 sampai 1500 gram.

20 b) Bayi dengan berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau extremely low birth weight (ELBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram (Maryunani A, 2009 : 22).

WHO pada tahun 2003 menyatakan bahwa setiap tahun diperkirakan neonatus yang lahir sekitar 20 juta adalah BBLR.Di Indonesia, menurut survey ekonomi nasional (SUSENAS) pada tahun 2005, kematian neonatus yang disebabkan oleh BBLR sebesar 38,85 %. Sekitar 27% angka kematian neonatus disebabkan oleh BBLR.Angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9-20% bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. Sebanyak 25% bayi dengan BBLR meninggal pada saat baru lahir dan 50% nya meninggal saat bayi (Maryunani A, 2009 hlm.23).

Penyebab bayi dengan berat badan lahir rendah yang lahir kurang bulan (NKB-KMK) antara lain :

a) Berat badan ibu yang rendah b) Ibu hamil yang masih remaja c) Kehamilan kembar

d) Ibu pernah melahirkan bayi prematur / berat badan rendah sebelumnya e) Ibu dengan inkompeten serviks (mulut rahim yang lemah sehingga

tidak mampu menahan berat bayi dalam rahim) f) Ibu hamil yang sedang sakit

g) Tidak diketahui penyebabnya

Bayi yang lahir cukup bulan tetapi memiliki berat badan kurang (NCB- KMK), penyebabnya adalah :

1) Ibu hamil dengan gizi buruk / kekurangan nutrisi

3) Ibu menderita penyakit kronis (penyakit jantung sianosis), infeksi (infeksi saluran kemih), malaria kronik

4) Ibu hamil yang merokok dan penyalahgunaan obat (Maryunani A, 2009 hlm.23-24).

Gejala klinisnya adalah berat badan < 2500 gram, letak kuping menurun, pembesaran dari satu atau dua ginjal, ukuran kepala kecil, masalah dalam pemberian makan (refleks menelan dan menghisap kurang) dan suhu tidak stabil (kulit tipis dan transparan) (Maryunani A, 2009 hlm.24).

Penatalaksanaan adalah pemberian ASI dan pengaturan suhu badan / Thermoregulasi.

16. Masalah dalam Pemberian ASI

Masalah pada saat pemberian ASI antara lain seperti puting susu nyeri, puting susu lecet, payudara bengkak dan mastitis (abses payudara). Penanganannya adalah memastikan posisi ibu menyusui dengan benar, oleskan sedikit ASI setelah menyusui di puting, santai dan tenang saat menyusui, melakukan kompres hangat pada payudara, dan tetap memberikan ASI sesering mungkin (Suririnah, 2009).

C. Kunjungan Neonatal

Dokumen terkait