HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG
MASALAH PADA NEONATAL DENGAN KEPATUHAN
MELAKUKAN KUNJUNGAN NEONATAL
DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN
BATANG KUIS KABUPATEN
DELI SERDANG
KHAIRULYATI MIDA YAMIN
145102004
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS
KEPERAWATANUNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Program Studi : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Nama : Khairul Yati Mida Yamin
NIM : 145102004
Judul : Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Masalah Pada Neonatal dengan Kepatuhan Melakukan Kunjungan Neonatal di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015
Abstrak
Latar Belakang: Setiap bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih sering (minimal 2 kali) dalam minggu pertama. Terdapat perbedaan antara cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) dengan cakupan KN lengkap di Provinsi Sumatera Utara. Dengan target renstra 2013 sebesar 89%, cakupan KN1 di Provinsi Sumatera Utara sebesar 84,86%. Ini menunjukkan bahwa banyak ibu yang melakukan kunjungan neonatal hanya pada KN1, atau hanya pada umur bayi baru lahir 6 jam – 48 jam yaitu sesaat setelah persalinan dilakukan baik di rumah maupun di pelayanan kesehatan.
Tujuan penelitian: Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang masalah pada neonatal dengan kepatuhan melakukan kunjungan neonatal.
Metodologi: Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan selama bulan Februari sampai Juni 2015. Subjek penelitian adalah ibu yang memiliki bayi usia> 28 hari di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang yang memenuhi kriteria sampel. Total sampel sebanyak 96 orang. Analisis data dilakukan dengan continuity correction.
Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan mayoritas responden berpengetahuan baik tentang masalah yang umum terjadi pada masa neonatal yaitu sebanyak 57 responden (59,4%) dan mayoritas responden patuh untuk melakukan kunjungan neonatal secara teratur yaitu sebanyak 66 responden (68,8%). Hasil uji continuity correctionmenunjukan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara ibu yang mempunyai pengetahuan baik dengan kepatuhan melakukan kunjungan neonatal (p=0,001).
Kesimpulan: Penelitian membuktikan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang masalah pada masa neonatal dengan kepatuhan melakukan kunjungan neonatal sehingga sangat penting bagi ibu yang memiliki bayi untuk mengetahui tentang masalah yang umum terjadi pada masa neonatal.
Study Program : D-IV Studies Program Faculty of Nursing Midwife Educator University of Northern Sumatra
Name : Khairulyati Mida Yamin
NIM : 145102004
Title : Relationship Between Knowledge of Problems in Compliance withNeonatal Visit Neonatal Doing in The Village Tanjung Sari Sub District Batang Kuis Deli Serdang 2015
Abstract
Background: Every newborn should get more frequent inspection standards compliant (at least 2 times) in the first week. There are differences between coverage Neonatal First Visit (KN1) with full KN coverage in the province of North Sumatra. With the strategic plan target of 2013 by 89%, KN1 coverage in the province of North Sumatra at 84.86%. It shows that many mothers who visited the neonatal just KN1, or only at the age newborn to 6 hours - 48 hours is performed shortly after birth either at home or in health care.
Objective: To determine the relationship between mother knowledge about problems with compliance neonatal neonatal visits.
Methodology: The study was cross sectional analytic approach. This research was conducted during the months of February to June 2015. Subjects were mothers with infants aged> 28 days in the village of Tanjung Sari subdistrict Batang Kuis Deli Serdang that meet the criteria of the sample. The total sample of 96 people. Data analysis was performed using continuity correction.
Results: From the results, the majority of respondents knowledgeable both about problems that commonly occur in the neonatal period as many as 57 respondents (59.4%) and the majority of respondents obedient to perform neonatal regularly visit as many as 66 respondents (68.8%). Continuity correction test results showed that statistically there is a relationship between a mother who has a good knowledge of the compliance of neonatal visits (p = 0.001).
Conclusion: The study proves that there is a relationship between knowledge of the problems in the neonatal period with compliance visits neonatal so it is important for mothers who have babies to know about problems that commonly occur in the neonatal period.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Masalah
Pada Neonatal dengan Kepatuhan Melakukan Kunjungan Neonatal di Desa Tanjung
Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015“ yang diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program
D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara..
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis mendapat bimbingan,
masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat karya tulis
ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara .
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep. selaku Ketua Program D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala Puskesmas Batang Kuis Kabupaten
Deli Serdang yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan
survey awal.
4. Kepala Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli
Serdang yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di desa.
5. Dosen Pembimbing Ibu Diah Lestari Nasution, S.ST M.Keb yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing saya dalam menyelesaikan
6. Dosen Penguji, Bapak Dr. dr. Juliandi Harahap, MA dan Ibu Idau
Ginting, S.ST, M.Kes yang telah memberikan kritik dan saran yang
membangun dalam menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Seluruh staf dan dosen Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
8. Ayahanda M. Yamin Mahmud dan Ibunda Dahniar yang penulis sayangi,
dengan segenap kasih dan sayangnya telah memberikan dukungan dan
motivasi yang besar bagi penulis baik moril maupun materil serta doa
restu yang selalu menguatkan penulis selama mengikuti pendidikan dan
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
9. Kakak Dina Arya Purnama dan Ryanna Mida Saputri serta abang Yuanda
Angka Kusuma yang telah memberikan dukungan dan bantuan serta doa
dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini.
10. Teman-teman D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih memiliki kekurangan,
untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan
dimasa yang akan datang. Akhirnya hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis
berserah diri, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua.
Medan, 11 Juli 2015
iv DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR SKEMA ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
1. Tujuan Umum ... 4
2. Tujuan Khusus ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II ... 6
TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 6
A. Pengetahuan ... 6
1. Pengertian ... 6
2. Kategori Pengetahuan ... 6
3. Tingkat Pengetahuan ... 6
4. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 7
B. Masalah Pada Neonatal ... 8
1. Bercak Mongol ... 8
2. Hemangioma ... 9
3. Ikterus ... 9
4. Muntah dan Gumoh ... 11
6. Diaper Rush ... 12
7. Seborrhea ... 12
8. Diare ... 13
9. Kejang ... 13
10. Gangguan Nafas ... 14
11. Hipotermi ... 14
12. Infeksi Neonatorum ... 15
13. Aspirasi Pneumonia ... 17
14. Tetanus Neonatorum ... 17
15. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ... 18
16. Masalah dalam Pemberian ASI ... 21
C. Kunjungan Neonatal ... 21
1. Pengertian ... 21
2. Tujuan Kunjungan Neonatal ... 22
3. Cakupan kunjungan neonatal ... 23
D. Kepatuhan melakukan kunjungan neonatal ... 23
BAB III ... 25
KERANGKA PENELITIAN ... 25
A. Kerangka Konsep ... 25
B. Hipotesis Penelitian ... 25
C. Definisi Operasional ... 26
BAB IV ... 27
METODE PENELITIAN ... 27
A. Desain Penelitian ... 27
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27
1. Populasi ... 27
vi
C. Tempat Penelitian ... 29
D. Waktu Penelitian ... 29
E. Etika Penelitian ... 29
F. Instrumen Penelitian ... 30
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 31
1. Uji Validitas ... 31
2. Uji Reliabilitas ... 33
H. Prosedur Pengumpulan Data ... 33
I. Pengolahan Data ... 34
J. Analisa Data ... 37
1. Analisis Univariat ... 37
2. Analisis Bivariat ... 38
BAB V ... 39
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 39
B. Hasil Penelitian ... 39
1. Analisis Univariat ... 40
2. Analisis Bivariat ... 43
C. Pembahasan ... 44
1. Karakteristik Responden Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Jumlah Anak dan Sumber Informasi. ... 44
2. Variabel Pengetahuan Ibu Tentang Masalah Pada Neonatal ... 45
3. Variabel Kepatuhan dalam Melakukan Kunjungan Neonatal ... 46
4. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Masalah pada Neonatal dengan Kepatuhan Melakukan Kunjungan Neonatal ... 46
D. Keterbatasan Penelitian ... 49
E. Implementasi Terhadap Pelayanan dan Penelitian ... 50
2. Implementasi Terhadap Penelitian ... 50
BAB VI ... 51
KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
A. Kesimpulan ... 51
B. Saran ... 51
1. Bagi Pelayanan Kebidanan ... 51
2. Bagi Perkembangan Ilmu Kebidanan Khususnya Asuhan Kebidanan . 52 3. Bagi Ibu ... 52
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Definisi Operasional ... 25
Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu di Desa Tanjung Sari
Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang ... 39
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Jawaban pada Variabel Pengetahuan tentang Masalah
pada Neonatal ... 40
Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu di Desa Tanjung Sari
Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang ... 41
Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Melakukan Kunjungan
Neonatal (KN) di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli
Serdang ... 41
Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Masalah pada
Neonatal dengan Kepatuhan Melakukan Kunjungan Neonatal (KN) di Desa
DAFTAR SKEMA
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Responden
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan
Lampiran 3 : Lembar Kuesioner
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 5 : Master Tabel Penelitian
Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU
Lampiran 8 : Balasan Surat Izin Penelitian
Lampiran 9 : Balasan Surat Selesai Penelitian
Program Studi : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Nama : Khairul Yati Mida Yamin
NIM : 145102004
Judul : Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Masalah Pada Neonatal dengan Kepatuhan Melakukan Kunjungan Neonatal di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015
Abstrak
Latar Belakang: Setiap bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih sering (minimal 2 kali) dalam minggu pertama. Terdapat perbedaan antara cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) dengan cakupan KN lengkap di Provinsi Sumatera Utara. Dengan target renstra 2013 sebesar 89%, cakupan KN1 di Provinsi Sumatera Utara sebesar 84,86%. Ini menunjukkan bahwa banyak ibu yang melakukan kunjungan neonatal hanya pada KN1, atau hanya pada umur bayi baru lahir 6 jam – 48 jam yaitu sesaat setelah persalinan dilakukan baik di rumah maupun di pelayanan kesehatan.
Tujuan penelitian: Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang masalah pada neonatal dengan kepatuhan melakukan kunjungan neonatal.
Metodologi: Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan selama bulan Februari sampai Juni 2015. Subjek penelitian adalah ibu yang memiliki bayi usia> 28 hari di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang yang memenuhi kriteria sampel. Total sampel sebanyak 96 orang. Analisis data dilakukan dengan continuity correction.
Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan mayoritas responden berpengetahuan baik tentang masalah yang umum terjadi pada masa neonatal yaitu sebanyak 57 responden (59,4%) dan mayoritas responden patuh untuk melakukan kunjungan neonatal secara teratur yaitu sebanyak 66 responden (68,8%). Hasil uji continuity correctionmenunjukan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara ibu yang mempunyai pengetahuan baik dengan kepatuhan melakukan kunjungan neonatal (p=0,001).
Kesimpulan: Penelitian membuktikan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang masalah pada masa neonatal dengan kepatuhan melakukan kunjungan neonatal sehingga sangat penting bagi ibu yang memiliki bayi untuk mengetahui tentang masalah yang umum terjadi pada masa neonatal.
Study Program : D-IV Studies Program Faculty of Nursing Midwife Educator University of Northern Sumatra
Name : Khairulyati Mida Yamin
NIM : 145102004
Title : Relationship Between Knowledge of Problems in Compliance withNeonatal Visit Neonatal Doing in The Village Tanjung Sari Sub District Batang Kuis Deli Serdang 2015
Abstract
Background: Every newborn should get more frequent inspection standards compliant (at least 2 times) in the first week. There are differences between coverage Neonatal First Visit (KN1) with full KN coverage in the province of North Sumatra. With the strategic plan target of 2013 by 89%, KN1 coverage in the province of North Sumatra at 84.86%. It shows that many mothers who visited the neonatal just KN1, or only at the age newborn to 6 hours - 48 hours is performed shortly after birth either at home or in health care.
Objective: To determine the relationship between mother knowledge about problems with compliance neonatal neonatal visits.
Methodology: The study was cross sectional analytic approach. This research was conducted during the months of February to June 2015. Subjects were mothers with infants aged> 28 days in the village of Tanjung Sari subdistrict Batang Kuis Deli Serdang that meet the criteria of the sample. The total sample of 96 people. Data analysis was performed using continuity correction.
Results: From the results, the majority of respondents knowledgeable both about problems that commonly occur in the neonatal period as many as 57 respondents (59.4%) and the majority of respondents obedient to perform neonatal regularly visit as many as 66 respondents (68.8%). Continuity correction test results showed that statistically there is a relationship between a mother who has a good knowledge of the compliance of neonatal visits (p = 0.001).
Conclusion: The study proves that there is a relationship between knowledge of the problems in the neonatal period with compliance visits neonatal so it is important for mothers who have babies to know about problems that commonly occur in the neonatal period.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan yang
terjadi pada wanita selama kehamilan adalah bersifat fisiologis dan bukan
patologis (Vivian, 2011).Kehamilan dapat dipersulit dengan berbagai gangguan
dan penyakit yang sangat mempengaruhi ibu dan janin.Patofisiologi gangguan
ini dapat menimbulkan efek negatif bagi kehamilan dan janin.
Mayoritas bayi baru lahir normal dan sehat, bayi tersebut tidak
memerlukan intervensi setelah pelahiran.Meskipun kelahiran dan persalinan
berjalan lancar, bayi masih perlu diamati untuk memastikan bayi
sehat.Menurunkan morbiditas dan mortalitas adalah tujuan semua pihak yang
terlibat dalam perawatan bayi baru lahir.Pengenalan dini terhadap masalah yang
muncul dan yang mungkin terjadi sangat penting agar penanganan yang sesuai
dapat dilakukan secepat mungkin (Myles, 2009).
Neonatus normal terus beradaptasi dengan kehidupan diluar kandungan
pada beberapa minggu pertama setelah kelahiran.Kondisi ini membutuhkan
penyediaan lingkungan yang optimal untuk kebutuhan psikologis. Upaya
kesehatan bayi antara lain diharapkan untuk mampu menurunkan angka
kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, angka kematian neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar
19 per 1000 kelahiran hidup menurun dari 20 per 1000 kelahiran hidup di tahun
2
Angka Kematian Neonatus (AKN) adalah jumlah kematian per 1000
kelahiran hidup yang terjadi antara kelahiran dan 28 hari pertama
kehidupan.Identifikasi dini bayi baru lahir berisiko tinggi merupakan langkah
pertama dalam mendeteksi dan menangani komplikasi untuk menurunkan
morbiditas dan mortalitas (Keperawatan Ibu & Bayi Baru Lahir Ed.3, 2005,
hal.05).
Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada masa
neonatus (bayi baru lahir umur 0 – 28 hari). Menurut hasil Riskesdas 2007
menunjukkan bahwa 78,85% dari kematian neonatal terjadi pada umur 0-6 hari.
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) merupakan salah satu program yang
dianjurkan pemerintah untuk melakukan penilaian terhadap masalah – masalah
yang mungkin terjadi pada masa neonatal.
Pengelolaan bayi sakit pada usia 1 hari sampai 2 bulan pada MTBM,
meliputi penilaian tanda dan gejala, penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan,
penentuan tindakan dan pengobatan, pemberian konseling, pemberian pelayanan
dan tindak lanjut (Nur Wafi, 2010 hlm. 8).
Setiap bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih
sering (minimal 2 kali) dalam minggu pertama.Kunjungan neonatus merupakan
salah satu intervensi untuk menurunkan kematian bayi baru lahir.
Pencapaian Kunjungan Neonatus (KN) Lengkap cukup baik di Indonesia.
Terdapat 26 provinsi telah mencapai Renstra 2013 yaitu 84%, di Provinsi Jawa
Tengah sebesar 95,41%, Kepulauan Bangka Belitung 94,47% dan DI
Yogyakarta sebesar 94,33%. Namun, provinsi dengan capaian KN lengkap
terendah adalah Papua sebesar 25,41%, Papua Barat sebesar 51,79% dan
Terdapat perbedaan antara cakupan Kunjungan Neonatal Pertama(KN1)
dengan cakupan KN lengkap di Provinsi Sumatera Utara. Dengan target renstra
2013 sebesar 89%, cakupan KN1 di Provinsi Sumatera Utara sebesar 84,86%.
Ini menunjukkan bahwa banyak ibu yang melakukan kunjungan neonatal hanya
padaKN1, atau hanya pada umur bayi baru lahir 6 jam – 48 jam yaitu sesaat
setelah persalinan dilakukan baik di rumah maupun di pelayanan kesehatan.
Kematian neonatal dini lebih banyak disebabkan secara instrinstik dengan
kesehatan ibu dan perawatan yang diterima sebelum, selama dan setelah
persalinan.Hal ini pada umumnya disebabkan oleh manajemen persalinan yang
tidak sesuai dengan standar dan kurangnya kesadaran ibu untuk memeriksakan
kehamilannya ke tenaga kesehatan (Allen, 2008).
Menurut tempat tinggal, persentase kunjungan neonatuslengkap di
perkotaan lebih tinggi daripada di pedesaan. Di pedesaan, 26,7 persen anak
balitatidak pernah melakukan kunjungan neonatus. Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga, semakin tinggi pula persentase kunjungan
neonatuslengkap. Menurut jenis pekerjaan kepala rumah tangga, kunjungan
neonatus lengkap tertinggipada jenis pekerjaan pegawai (49,3%) dan terendah
pada kelompok pekerjaanpetani/buruh/nelayan (33,2%).Persentase balita yang
tidak pernah melakukan kunjungan neonatus semakin rendah seiringdengan
semakin tingginya tingkat pendidikan. Menurut jenispekerjaan, balita yang tidak
pernah melakukan kunjungan neonatus tertinggi pada jenispekerjaan
petani/nelayan/buruh (27,6%) dan terendah pada kelompok pekerjaan pegawai
(13,4%) (Riskesdas, 2013).
Mengingat pentingnya pengetahuan ibu tentang masalah yang umum
4
maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Hubungan antara pengetahuan ibu tentang masalah pada neonatal dengan
kepatuhan melakukan kunjungan neonatal di Desa Tanjung Sari Kecamatan
Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015”
B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
hubungan antara pengetahuan ibu tentang masalah pada neonatal dengan
kepatuhan melakukan kunjungan neonatal di Desa Tanjung Sari Kecamatan
Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang masalah pada
neonatal dengan kepatuhan melakukan kunjungan neonatal di Desa Tanjung
Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang masalah pada neonatal di
Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2015.
b. Untuk mengetahui kepatuhan ibu melakukan kunjungan neonataldi
Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2015.
c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang masalah
Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Kebidanan
Dapat menjadi acuan pada tenaga kesehatan untuk dapat meningkatkan
cakupan kunjungan neonatal.
2. Bagi Perkembangan Ilmu Kebidanan Khususnya Asuhan Kebidanan
Dengan memberikan asuhan kebidanan, diharapkan dengan tercapainya
6 BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan (knowlegde) adalah hasil ‘tahu’ dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2011 hlm.147).
2. Kategori Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dinilai dari nilai mean pada saat
penelitian. Dikatakan baik apabila responden memperoleh skor lebih dari
atau sama dengan mean, dan dikatakan kurang apabila responden
memperoleh skor kurang dari mean.
3. Tingkat Pengetahuan
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat selalu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk melekatkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi–
formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.(Notoatmodjo, 2011
hlm.148-150).
4. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan terbagi atas dua macam yaitu
: Faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang
muncul dari diri seseorang yang berupa keinginan yang kuat untuk
8
didapat dari luar, yaitu : (1) media cetak, berupa leaflet, flip, chart, rubrik /
tulisan – tulisan pada surat kabar / majalah, poster (2) media papan yang
dipasang di tempat – tempat yang berisi pesan – pesan kesehatan
(Notoatmojo, 2003).
B. Masalah Pada Neonatal
Dalam manajemen terpadu balita muda (MTBM) dilakukan pengelolaan
terhadap penyakit-penyakit yang lazim terjadi, seperti bercak mongol,
hemangioma, ikterus, muntah dan gumoh, oral trush, diaper rush, seborrhea,
diare, kejang, gangguan nafas, hipotermi, kemungkinan infeksi bakteri,
gangguan saluran cerna, serta kemungkinan berat badan rendah dan masalah
pemberian ASI (Nur Wafi, 2010 hlm. 8).
1. Bercak Mongol
Bercak mongol adalah bercak berwarna biru yang terlihat didaerah
lumbo sacral pada bayi yang memiliki pigmentasi kulit (kulit berwarna),
warnanya seperti memar.Bercak mongol adalah lesi-lesi muskular berwarna
abu-abu atau biru dengan batas tepi bervariasi, paling sering didaerah sakral,
tapi dapat juga ditemukan didaerah posterior paha, tungkai, punggung, dan
bahu. Bercak mongol adalah bawaan sejak lahir, warna khas dari bercak
mongol ditimbulkan oleh adanya melanosit yang mengandung melanin pada
dermis yang terhambat selama proses migrasi dari krista neuralis ke
epidermis. Hampir 90% bayi dengan kulit berwarna atau kulit Asia (timur)
lahir dengan bercak ini, namun pada bayi kaum Asia hanya 5%.Lesi ini
atau disekitar folikel rambut yang terkadang tersebar simetris, tetapi dapat
juga unilateral.Bercak ini hanya merupakan lesi jinak dan tidak
berhubungan dengan kelainan-kelainan sistemik. Bercak ini akan hilang
dengan sendirinya pada tahun pertama dan kedua kehidupannya (Dwinda R,
Octa dkk, 2014).
2. Hemangioma
Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak yang sering terjadi
pada bayi baru lahir.Hemangioma muncul disetiap tempat pada permukaan
tubuh (kepala, leher, muka, kaki atau dada).Umumnya hemangioma tidak
membahayakan.Penyebab hemangioma sampai saat ini masih belum jelas
(Dwienda R, Octa 2014).
3. Ikterus
Ikterus adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir
yang terbagi menjadi ikterus fisiologis dan ikterus patologis.Ikterus
Fisiologis : ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga serta tidak
mempunyai dasar patologis atau tidak mempunyai potensi menjadi kern
ikterus. Tanda – tandanya :
1) Timbul pada hari kedua dan ketiga
2) Kadar bilirubin inderek tidak melebihi 10mg% pada neonatus cukup
bulan dan 12,5% untuk neonatus kurang bulan
3) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5% per hari
10
Ikterus Patologis : ikterus yang kadar bilirubin lebih dari batas normal.
Tanda – tandanya :
1) Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama
2) Kadar bilirubin melebihi 10mg% pada neonatus cukup bulan atau
melebihi 12,5mg% pada neonatus kurang bulan
3) Peningkatan bilirubin lebih dari 5mg% / hari
4) Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama (Kristiyanasari W, 2009
hlm.29-30).
Penyebabnya adalah gangguan dalam proses uptake dan konjugasi
hepar, gangguan transportasi dalam metabolisme dan gangguan dalam
ekskresi (Kristiyanasari W, 2009 hlm.30).
Gejalanya adalah kulit jaundice (kuning), sklera ikterik, peningkatan
konsentrasi bilirubin serum 10mg% pada neonatus yang cukup bulan dan
12,5mg% pada neonatus yang kurang bulan, kehilangan berat badan sampai
5% selama 24 jam yang disebabkan oleh rendahnya intake kalori, asfiksia,
hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, perut yang membuncit, terjadi
pembesaran hati dan letargi (Maryunani A, 2009 hlm.104-105).
Penatalaksanaan seperti nasehat untuk ibu sewaktu hamil dan sesudah
melahirkan. Penatalaksanaan umum, meliputi : tentukan jenis ikterus :
fisiologis atau patologis, tanggulangi penyakit penyerta (sepsis atau
dehidrasi), bila kadar bilirubin lebih dari 20 mg% (bayi cukup bulan) atau
kadar bilirubin 18mg% (bayi premature) dilakukan transfusi tukar, metode
4. Muntah dan Gumoh
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi setelah makanan agak lama masuk kedalam lambung
(Depkes RI).Muntah bisa disebabkan karena adanya faktor fisiologis seperti
kelainan kongenital dan infeksi.Muntah juga disebabkan oleh gangguan
psikologis. Cara mencegahnya adalah memperlambat pemberian susu (bila
diberi susu formula, beri sedikit saja dengan frekuensi agak sering),
menyendawakan bayi selama dan setelah pemberian susu, menyusui bayi
dalam posisi yang benar, dan jangan mendekap atau mengayun-ayunkan
bayi setelah disusui. Penatalaksanaan jika terjadi muntah pada bayi adalah
memiringkan tubuhnya, atau diangkat ke belakang seperti disendawakan
agar muntah tidak masuk ke saluran napas.Jika muntah masuk ke paru-paru,
bawa segera ke dokter untuk ditangani lebih lanjut (Dwienda R, Octa 2014).
Gumoh (regurgitasi) adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah
ditelan melalui mulut dan tanpa paksaan, beberapa saat setelah minum susu
(Depkes, 2007). Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan keadaan
normal terutama pada bayi dibawah usia 6 bulan dan tidak sering
frekuensinya. Seiring dengan bertambahnya usia diatas 6 bulan, maka
regurgitasi semakin jarang dialami oleh anak (Dwienda R, Octa 2014).
Regurgitasi yang sangat banyak bisa terjadi akibat pemberian susu yang
terlalu banyak. Jika susu diberikan melalui botol, regurgitasi bisa dikurangi
dengan menggunakan dot yang lebih keras dan lubangnya lebih kecil. Lebih
sering menyendawakan bayi selama menyusui juga bisa membantu, baik
pada bayi yang disusui dengan ASI maupun dengan susu botol (Nur Wafi,
12
5. Oral Trush
Oral trush adalah radang mulut (pada bibir atau lidah). Lakukan
pemeriksaan untuk membedakan trush dengan bercak susu dengan
mengorek lidah secara lembut untuk melihat, apakah bercak putih mudah
dilepas. Bercak putih karena pemberian susu mudah dilepas, sedangkan
trush sukar dilepas. Langkah pertama diawali dengan cuci tangan sebelum
melakukan tindakan, membersihkan mulut bayi dengan ujung jari ibu yang
dibungkus dengan kain bersih dan telah dicelupkan dalam air hangat
bergaram. Olesi bercak trush dalam mulut bayi dengan larutan nistatin oral
atau Gentian Violet 0,25-0,5% tiga sampai empat kali sehari. Lanjutkan
pemberian sampai dua hari setelah lesi menghilang. Menganjurkan ibu
untuk mengolesi payudaranya dengan krim nistatin Gentian Violet 0,5%
setiap kali setelah menyusui selama bayi diobati (Nur Wafi, 2009).
6. Diaper Rush
Diaper Rush atau ruam popok (penyakit kulit popok) adalah ruam
merah terang disebabkan oleh iritasi dari kulit terkena urin atau kotoran
yang berlangsung lama dibagian mana saja dibawah popok anak.Ruam
popok bisa disebabkan oleh infeksi jamur candida.Pengobatan utama untuk
ruam popok adalah sering membuang atau mengganti popok anak tersebut
(Nur Wafi, 2009).
7. Seborrhea
Cradle cap (penyakit kulit seboroik) adalah scalling berwarna merah
kadangkala pada lipatan kulit.Penyebabnya tidak diketahui. Cradle cap tidak
berbahaya dan hilang pada kebanyakan anak pada usia 6 bulan. Cradle cap
bisa diobati dengan keramas secara teratur dan mengusapkan minyak
mineral ke dalam kepala.Kerak kemungkinan hilang dengan sisir halus.
Cradle cap yang tidak mereda dengan cara ini bisa memerlukan pengobatan
lebih lanjut, seperti shampo selenium atau krim kortikosteroid (Nur Wafi,
2009).
8. Diare
Gejala klinis yang perlu diperhatikan adalah feses jumlahnya banyak,
cair, berwarna hijau atau kuning dan berbau khas.Penyakit diare dapat
menyebabkan bayi mengalami dehidrasi, sianosis dan syok. Penanganannya
adalah :
1) Berikan larutan garam gula (oralit)
2) Bila keadaan lebih membahayakan perlu dipasang infus sehingga bayi
tidak kekurangan cairan
3) Konsultasi dengan petugas kesehatan lain (Manuaba, 2010hlm.434).
9. Kejang
Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang terjadi dalam usia bayi 0
sampai 28 hari setelah lahir. Kejang pada bayi baru lahir (neonatus)
umumnya merupakan manifestasi dari gangguan syaraf pusat, kelainan
metabolik atau penyakit lain yang dapat menyebabkan kerusakan otak.
14
iskhemik hipoksia.Kejang harus diatasi sesegera mungkin untuk mencegah
kerusakan otak yang luas.
Penyebab paling sering terjadinya kejang pada neonatus adalah
hipoksik iskemik ensefalopati (HIE), gangguan metabolik (hipoglikemia,
hipokalsemia, hipomagnesemia), perdarahan intrakranial, infeksi
intrakranial, kelainan bawaan, hiperbilirubinemi dan idiopatik.
Karena kejang berhubungan erat dengan sistem syaraf pusat, maka
penatalaksanaan umum adalah dengan menjaga jalan nafas tetap bebas,
mencari penyebab kejang, memberikan obat kejang dan mengatasi kejang
(Maryunani, A, 2009 hlm. 197-205).
10. Gangguan Nafas
Salah satu kondisi yang paling berat pada bayi baru lahir (neonatus)
adalah kegawatan nafas dimana terjadi adaptasi pernafasan yang tidak
sesuai ke kehidupan di luar uterus (ekstrauterine).Gejalanya adalah kesulitan
bernafas, sianosis, takhipnea (nafas cepat), retraksi dada
interkostal/subkostal yang berat, apnea berat.Pencegahan biasanya diberikan
obat yang disebut kortikosteroid pada ibu sebelum persalinan
(Maryunani.A, 2009 hlm. 65-76).
11. Hipotermi
Suhu normal bayi baru lahir adalah 36,5-37,50C. Gejala awal
hipotermia adalah apabila suhu dibawah 36,50C atau kedua kaki dan tangan
teraba dingin. Gejalanya adalah bayi tak mau minum, tampak mengantuk
hipotermi adalah mengembalikan suhu tubuh diatas 36,50C dengan berbagai
cara, diantaranya adalah menghangatkan dengan penghangat atau inkubator
atau diberi sinar lampu atau menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu
dengan metode kangguru.
12. Infeksi Neonatorum
Infeksi pranatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada prenatal,
antenatal, intranatal atau post natal (Blanc, 1961 dalam Kristiyanasari W,
2009 hlm.37)
Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan
dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah diseluruh tubuh
(Maryunani A, 2009 hlm.119).
Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatus dapat dibagi menjadi
dua bentuk, yaitu :
1) Sepsis Dini / Sepsis Awitan Dini
Merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode setelah
lahir (kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses
kelahiran atau in utero.
2) Sepsis Lanjutan / Sepsis Nasokomial atau Sepsis Awitan Lambat
(SAL)
Merupakan infeksi setelah lahir (lebih dari 72 jam) yang diperoleh
dari lingkungan sekitar atau rumah sakit (infeksi nasokomial)
(Maryunani A, 2009 hlm.120).
Infeksi prenatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti :
16
aurcus, coccus gonococcus. Infeksi antenatal : kuman masuk ke tubuh janin
melalui sirkulasi ibu ke plasenta dan selanjutnya infeksi melalui sirkulasi
umbilicus masuk ke janin, misalnya : virus (rubella, poliomyelitis, variola,
vaccinia, coxsackie, cytomegalic inclusion dan lain-lain. Infeksi intranatal
lebih sering terjadi dengan cara mikroorganism dari vagina naik dan masuk
ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah.Infeksi pascanatal dapat
terjadi setelah bayi lahir lengkap, misalnya melalui kontaminasi langsung
dengan alat-alat yang tidak steril, tindakan yang tidak antiseptik, atau dapat
juga terjadi akibat infeksi silang, misalnya tetanus neonatorum, omfalitis
dan lain-lain (Kristiyanasari W, 2009 hlm.37-38).
Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya sepsis pada neonatus adalah : 1) Perdarahan, 2) Demam yang
terjadi pada ibu, 3) Infeksi pada uterus atau plasenta, 4) Ketuban pecah dini,
dan 5) Proses kelahiran yang lama dan sulit (Maryunani A, 2009 hlm.121).
Gejala klinis sepsis neonatorum : 1) Bayi malas minum, 2) Gelisah
mungkin juga terjadi letargi, 3) Frekuensi pernapasan meningkat, 4) Berat
badan menurun, 5) Pergerakan kurang, 6) Muntah, 7) Diare, 8) Sklerema,
edema, 9) Perdarahan, ikterus, kejang, dan 10) Suhu tubuh dapat normal,
hipotermi dan hipertermi (Kristiyanasari W, 2009 hlm.38-39).
Penatalaksanaan pada sepsis neonatorum adalah dengan mengeliminasi
1) Pemberian antibiotika
2) Terapi suportif, misalnya dengan pemberian immune globuline,
pemberian transfusi darah, nutrisi dan lain-lain (Maryunani A, 2009
hlm.124).
13. Aspirasi Pneumonia
Aspirasi pneumonia menyebabkan kematian terutama bayi dengan berat
badan lahir rendah karena refleks menelan dan batuk yang belum
sempurna.Gejala penyakit ini mungkin tidak khas tetapi perlu dicurigai bila
menghadapi bayi dengan gejala sering tidur (letargi), berat badan cepat
turun, kurang minum, dan terjadi serangan apnea.Diagnosis pasti dilakukan
dengan pemeriksaan rontgen atau konsultasi dokter anak (Manuaba, 2010
hlm.433).
14. Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang diderita oleh bayi
baru lahir (neonatus) (Kristiyanasari W, 2009 hlm.33).
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang sering terjadi pada
neonatus yang disebabkan clostridium tetani.Spora kuman tersebut masuk
tubuh bayi melalui tali pusat, baik pada saat pemotongan, maupun saat
perawatannya sebelum lepas.Masa inkubasi 3-28 hari, tetapi jika kurang dari
7 hari penyakit ini lebih parah dan angka kematiannya lebih tinggi (Nur W,
2010 hlm.193).
Penyebab tetanus neonatorum adalah basil klostridium tetani. Basil ini
18
dapat mengeluarkan toksin yang dapat menghancurkan sel darah merah,
merusak leukosit dan merupakan “Tetanospasmin” yaitu toksin yang
bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot
(Kristiyanasari W, 2009 hlm.33).
Masa tunas biasanya 3-10 hari, kadang – kadang sampai beberapa
minggu jika infeksinya ringan. Penyakit ini biasanya terjadi mendadak
dengan ketegangan otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan
leher. Dalam 48 jam penyakit menjadi nyata dengan adanya trismus.
Gejalanya antara lain bayi tiba – tiba panas dan tidak mau minum (karena
tidak dapat menghisap, mulut mencucut, sering kejang disertai sianosis,
kaku kuduk, dinding abdomen kaku, mengeras, suhu meningkat, bayi
sensitif terhadap rangsangan, gelisah dan kadang-kadang menangis
(Kristiyanasari W, 2009 hlm.33–34).
Penatalaksanaan adalah pembersihan saluran pernafasan agar tidak
tersumbat dan harus dalam keadaan bersih, pakaian bayi dilonggarkan /
dibuka, mengatasi kejang dengan cara memasukkan tong spatel ke dalam
mulut bayi agar lidah tidak tergigit dan mencegah lidah jatuh ke belakang
sehingga dapat menutupi saluran pernafasan, ruangan dan lingkungan harus
tenang, berikan ASI sedikit demi sedikit, perawatan tali pusat dengan teknik
aseptik dan antiseptik, bila keadaan berbahaya, rujuk ke rumah sakit
(Kristiyanasari W, 2009 hlm.34 – 35).
15. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) atau low birth weight infant (LBWI),
adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram.
Bayi prematuritas murni lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan atau Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan
(NKB-SMK).Bayi dismatur lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk
masa kehamilan. Dapat terjadi dalam tiga kemungkinan, yaitu Preterm
(Neonatus Kurang Bulan-Kecil Masa Kehamilan), Term (Neonatus Cukup
Bulan-Kecil Masa Kehamilan), dan Postterm (Neonatus Lebih Bulan-Kecil
Masa Kehamilan) (Nur W, 2010 hlm.173-174).
Neonatus / bayi yang termasuk dalam BBLR merupakan salah satu dari
keadaan berikut ini :
a) NKB SMK (neonatus kurang bulan – sesuai masa kehamilan) adalah
bayi prematur dengan berat badan lahir yang sesuai dengan masa
kehamilan.
b) NKB KMK (neonatus kurang bulan – kecil masa kehamilan) adalah
bayi prematur dengan berat badan lahir kurang dari normal menurut
usia kehamilan.
c) NCB KMK (neonatus cukup bulan – kecil untuk masa kehamilan)
adalah bayi yang lahir cukup bulan dengan berat badan lahir kurang
dari normal.
Selain itu, BBLR dibagi lagi menurut berat badan lahir, yaitu :
a) Bayi dengan berat lahir sangat rendah (BBLR) atau very low birth
weigth (VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat lahir antara 1000
20
b) Bayi dengan berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau extremely
low birth weight (ELBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan
lahir kurang dari 1000 gram (Maryunani A, 2009 : 22).
WHO pada tahun 2003 menyatakan bahwa setiap tahun diperkirakan
neonatus yang lahir sekitar 20 juta adalah BBLR.Di Indonesia, menurut
survey ekonomi nasional (SUSENAS) pada tahun 2005, kematian neonatus
yang disebabkan oleh BBLR sebesar 38,85 %. Sekitar 27% angka kematian
neonatus disebabkan oleh BBLR.Angka kejadian BBLR di Indonesia
berkisar 9-20% bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. Sebanyak
25% bayi dengan BBLR meninggal pada saat baru lahir dan 50% nya
meninggal saat bayi (Maryunani A, 2009 hlm.23).
Penyebab bayi dengan berat badan lahir rendah yang lahir kurang bulan
(NKB-KMK) antara lain :
a) Berat badan ibu yang rendah
b) Ibu hamil yang masih remaja
c) Kehamilan kembar
d) Ibu pernah melahirkan bayi prematur / berat badan rendah sebelumnya
e) Ibu dengan inkompeten serviks (mulut rahim yang lemah sehingga
tidak mampu menahan berat bayi dalam rahim)
f) Ibu hamil yang sedang sakit
g) Tidak diketahui penyebabnya
Bayi yang lahir cukup bulan tetapi memiliki berat badan kurang
(NCB-KMK), penyebabnya adalah :
1) Ibu hamil dengan gizi buruk / kekurangan nutrisi
3) Ibu menderita penyakit kronis (penyakit jantung sianosis), infeksi
(infeksi saluran kemih), malaria kronik
4) Ibu hamil yang merokok dan penyalahgunaan obat
(Maryunani A, 2009 hlm.23-24).
Gejala klinisnya adalah berat badan < 2500 gram, letak kuping
menurun, pembesaran dari satu atau dua ginjal, ukuran kepala kecil,
masalah dalam pemberian makan (refleks menelan dan menghisap kurang)
dan suhu tidak stabil (kulit tipis dan transparan) (Maryunani A, 2009
hlm.24).
Penatalaksanaan adalah pemberian ASI dan pengaturan suhu badan /
Thermoregulasi.
16. Masalah dalam Pemberian ASI
Masalah pada saat pemberian ASI antara lain seperti puting susu nyeri,
puting susu lecet, payudara bengkak dan mastitis (abses payudara).
Penanganannya adalah memastikan posisi ibu menyusui dengan benar,
oleskan sedikit ASI setelah menyusui di puting, santai dan tenang saat
menyusui, melakukan kompres hangat pada payudara, dan tetap
memberikan ASI sesering mungkin (Suririnah, 2009).
C. Kunjungan Neonatal
1. Pengertian
Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan
minimal tiga kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan
22
di desa, polindes dan kunjungan ke rumah.Bentuk pelayanan tersebut
meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi,
pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan
infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi)
pemberian vitamin K dan penyuluhan neonatal (Depkes RI, 2004).
Setiap bayi baru lahir sebaiknya mendapatkan semua kunjungan
neonatus, yaitu pada saat bayi berumur 6-48 jam, 3-7 hari, dan 8-28 hari.
Bayi yang mendapat kunjungan neonatus tiga kali, dapat dinyatakan
melakukan kunjungan neonatus lengkap (KN1, KN2, KN3) (Riskesdas,
2013).
2. Tujuan Kunjungan Neonatal
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila
terdapat kelainan pada bayi atau mengalami masalah (Ambarwati, 2009).
Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan pendekatan
komprehensif, Manajemen Terpadu Bayi Muda untuk bidan / perawat, yang
meliputi :
a) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus,
diare dan berat badan rendah
b) Perawatan tali pusat
c) Pemberian vitamin K1bila belum diberikan pada hari lahir
d) Imunisasi hepatitis B0 bila belum diberikan pada saat lahir
e) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif,
pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di
f) Penanganan dan rujukan kasus (Ambarwati, 2009).
3. Cakupan kunjungan neonatal
Cakupan kunjungan neonatal adalah cakupan neonatus yang
mendapatkan pelayanan sesuai standar dengan distribusi waktu 1 kali pada 6
– 48 jam, 1 kali pada hari ke – 3 sampai hari ke – 7 dan 1 kali pada hari hari
ke – 8 sampai hari ke – 28 setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu (Karwati et al, 2011 :139).
D. Kepatuhan melakukan kunjungan neonatal
Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari
dokter yang mengobatinya (Kaplan dkk, 1997).Sackett (1976) mendefinisikan
kepatuhan pasien sebagai “Sejauhmana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan
yang diberikan oleh profesional kesehatan”.Beberapa variabel yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Suddart dan Brunner (2002) adalah :
1. Variabel demografi, seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio
ekonomi dan pendidikan.
2. Variabel penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat
terapi.
3. Variabel program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek
samping yang tidak menyenangkan.
4. Variabel psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan,
penerimaan atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama atau
budaya dan biaya finansial dan lainnya.
Menurut Smet (1994) berbagai strategi telah dicoba untuk meningkatkan
24
1. Dukungan profesional kesehatan.
Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan
kepatuhan.Komunikasi memegang peranan penting karena komunikasi yang
baik diberikan oleh profesional kesehatan supaya dapat menanamkan
ketaatan bagi pasien.
2. Dukungan sosial.
Dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga.Para profesional kesehatan
yang dapat meyakinkan keluarga pasien untuk menunjang peningkatan
kesehatan pasien maka ketidakpatuhan dapat dikurangi.
3. Perilaku sehat.
Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan.
4. Pemberian informasi.
Pemberian informasi yang jelas pada pasien dan keluarga mengenai
penyakit yang dideritanya serta cara pengobatannya (Niven Neil, 2013).
Kepatuhan dalam melakukan kunjungan neonatal dapat mempengaruhi
keberhasilan kunjungan neonatal.Ini dapat dilihat dari lengkap atau tidaknya
cakupan kunjungan neonatal di buku KIA atau formulir MTBM yang dimiliki
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara
variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti
(Notoatmodjo, 2010).
Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu variabel pengetahuan ibu
tentang masalah pada neonatal adalah variabel bebas atau yang mempengaruhi
dan variabel kepatuhan melakukan kunjungan neonatal adalah variabel terikat
atau yang dipengaruhi.
Hubungan antara pengetahuan ibu tentang masalah pada neonatal dengan
kepatuhan melakukan kunjungan neonatal dapat dilihat pada skema berikut ini :
Skema 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen (Bebas)
X
Variabel Dependen
Y
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dan
tujuan yang ingin dicapai, maka hipotesis kerja yang penulis tetapkan adalah Pengetahuan Ibu tentang
Masalah pada Neonatal
26
sebagai berikut : “Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang masalah pada
neonatal dengan kepatuhan melakukan kunjungan neonatal”.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran
atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta
pengembangan instrumen (alat ukur).
Tabel 3.1. Definisi Operasional
N
Checklist Wawancara Kategori
Patuh = KN lengkap
(KN = 3x)
Tidak patuh = KN
tidak lengkap (KN <
3x)
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional study, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk
menemukan ada tidak hubungan, dan apabila ada, seberapa erat hubungannya
serta berarti atau tidak hubungan itu (Arikunto, 2006 : 270). Rancangan dalam
penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan ibu tentang
masalah pada neonatal dengan kepatuhan melakukan kunjungan neonatal.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai
bayi usia> 28 hari diDesa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten
Deli Serdang. Data yang diperoleh ada 125 ibu yang melahirkan pada bulan
Oktober, November, Desember 2014 dan Januari, Februari, Maret 2015 di
desa tersebut yang didapatkan dari catatan rekam medik bagian KIA di
Puskesmas Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.
2. Sampel
a. Besar sampel
Berdasarkan data populasi yang berjumlah 125 orang, maka untuk
menghitung jumlah sampel digunakan rumus (Suyanto & Salamah,
2009) dengan tingkat kepercayaan 95%, yakni sebagai berikut:
� = �
28
Keterangan:
n :Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
d :Tingkat kepercayaan/ketepatan (5%= 0,05)
� = 125
1 + 125(0,05)2
� = 215
1 + 0,3125
� = 95,2digenapkan menjadi 96
Maka sampel dalam penelitian ini adalah 96 orang
b. Kriteria sampel
1. Kriteria inklusi
a) Ibu yang memiliki bayi usia > 28 hari
b) Ibu yang memiliki buku KIA atau formulir MTBM
2. Kriteria eksklusi
a) Ibu yang tidak bersedia menjadi responden
b) Ibu yang saat dilakukan penelitian tidak berada ditempat
c. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
purposive samplingyaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada
suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis
Kabupaten Deli Serdang. Alasan pemilihan tempat adalah lokasi ini memiliki
klien ibu yang memiliki bayi usia> 28 hari yang cukup banyak sehingga dapat
memenuhi kriteria sampel yang diinginkan dan belum pernah dilakukan
penelitian serupa di tempat ini.
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan melakukan persiapan yaitu penyusunan
proposal penelitian yang dimulai dari bulan Oktober 2014 – Februari 2015,
untuk penelitian dan pengolahan hasil penelitian dilakukan dari bulan Februari –
Juni 2015.
E. Etika Penelitian
Pertimbangan etik dalam penelitian ini adalah menghormati harkat dan
martabat manusia (respect for human dignity) yaitu peneliti menjelaskan kepada
responden tentang manfaat penelitian, manfaat yang didapatkan, responden
bebas mengundurkan diri sebagai objek penelitian kapan saja dan menjamin
kerahasiaan terhadap identitas dan informasi yang diberikan oleh
responden.Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy dan confidentiality) yaitu peneliti menggunakan coding sebagai
pengganti identitas responden. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect
for justice an inclusiveness) yaitu peneliti memberikan perlakuan dan
keuntungan yang sama kepada setiap responden tanpa membeda-bedakan.
30
and benefits) yaitu peneliti berusaha membuat responden merasa nyaman saat
dilakukannya wawancara, sehingga responden tidak stres (Notatmodjo, 2010).
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data.Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini
peneliti menggunakan angket atau kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
mengenai hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner ini digunakan dalam pengumpulan
data melalui proses wawancara secara langsung kepada responden dan alat ini
ditunjukkan untuk memperoleh jawaban yang akurat dari responden. Instrumen
atau alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Kuesioner Data Responden
Kuesioner data responden berisi data-data yang diperlukan yang
menunjang informasi umum yang dapat mempengaruhi pengetahuan ibu
dan kunjungan neonatalnya, meliputi nomor, tanggal wawancara, nama,
umur, pekerjaan, jumlah anak, pendidikan terakhir dan sumber informasi.
2. Kuesioner Pengetahuan
Bentuk item kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah
item kuesioner tertutup dimana pertanyaan yang dicantumkan telah
disesuaikan oleh peneliti.Alternatif jawaban yang disediakan bergantung
pada pemilihan peneliti sehingga responden hanya bisa memilih jawaban
yang mendekati pilihan paling tepat dengan yang dialaminya.Kuesioner
pandang peneliti sehingga jawaban responden dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
Kuesioner pengetahuan berbentuk multiple choice sebanyak 24 buah
dan untuk penilaiannya diberi nilai 1 untuk setiap jawaban responden benar
dan 0 untuk setiap jawaban responden salah. Setelah diketahui total
penilaian untuk semua responden, maka akan dilakukan rata-rata atau mean
(�̅). Jika nilai responden ≥ mean maka pengetahuan responden baik dan jika
nilai responden < mean maka pengetahuan responden kurang baik.
3. Kuesioner Kepatuhan Kunjungan Neonatal
Data kepatuhan diisi oleh peneliti berdasarkan pencatatan kunjungan
yang dilakukan selama masa neonatal di buku KIA atau formulir MTBM
yang dimiliki oleh ibu.
Untuk menilai kepatuhan melakukan kunjungan neonatal
menggunakan checklist, yaitu dikatakan patuh apabila kunjungan neonatal
dilakukan minimal 3 kali dan dikatakan tidak patuh apabila kunjungan
neonatal dilakukan < 3 kaliselama periode 0-28 hari bayi baru lahir.
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah kuesioner yang
disusun mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji
dengan uji korelasi antara skors (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan
skors total kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan mempunyai korelasi
yang bermakna (contruct validity), berarti semua item (pertanyaan) yang
Pertanyaan-32
pertanyaan diberikan kepada sekelompok responden yang memiliki
karakteristik yang sama sebagai sasaran uji coba. Kemudian
pertanyaan-pertanyaan (kuesioner) tersebut diberi skor atau nilai jawaban
masing-masing sesuai dengan sistem penilaian yang telah ditetapkan. Setelah
diperoleh skor dari masing-masing pertanyaan selanjutnya menghitung
korelasi antara skors masing-masing pertanyaan dengan skors total. Teknik
korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi product moment sehingga
diperoleh nilai r dari masing-masing item (pertanyaan).
a. Jika rhitung > rtabel, dengan taraf signifikan α = 0,05 maka pertanyaan
dikatakan valid
b. Jikarhitung< rtabel, dengan taraf signifikan α = 0,05 maka pertanyaan
dikatakan tidak valid
Dengan jumlah responden 20 orang, maka dengan menggunakan df =
(n-2) = (20-2) = 18, pada tingkat kemaknaan 5%, didapatkan r tabel = 0,444.
Bila nilai r hasil perhitungan yang dilihat pada kolom “Corrected Item-Total
Correlation” lebih besar dari nilai r tabel = 0,444,maka item pertanyaan
tersebut dikatakan valid dan dapat digunakan untuk penelitian.
Apabila ditemukan item (pertanyaan) yang tidak signifikan maka item
(pertanyaan) tersebut harus diganti atau direvisi untuk memperoleh alat ukur
yang valid.
Dari Uji Validitas yang dilakukan pada 20 responden yang memiliki
karakteristik yang sama, didapatkan hasil bahwa dari 24 pertanyaan
pengetahuan yang diajukan terdapat 16 pertanyaan yang validyaitu
pertanyaan no 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 19, 23, 23, dan8
hal ini dapat dilihat dari rhitungoutput nilai korelasi antara tiap item dengan
skor total item pada keseluruhan pernyataan di lampiran.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana instrument
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap
asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang
sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Perhitungan uji reliabilitas
harus dilakukan hanya pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah memiliki
validitas.Cara menghitung realiabilitas alat ukur pada penelitian ini
menggunakan teknik sekali ukur dengan melihat nilai Alpha Cronbach. Jika
nilai alpha cronbach > 0,6 maka kuesioner dikatakan reliable.
Dari Uji Reliabilitas yang dilakukan dapat diketahui bahwa nilai
Cronbach Alpha dari variabel pengetahuan yang diujikan validitas sejumlah
16 pertanyaan dan semua pertanyaan nilainya sudah diatas 0,6 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel pengetahuan dalam penelitian ini pada uji
reliabilitas dinyatakan reliabel.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri setelah mendapatkan izin
penelitian dari program DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara. Peneliti mengurus surat perijinan dibagian pendidikan untuk
melakukan studi pendahuluan dan penelitian. Alur perijinan peneliti yaitu
dimulai dari surat ijin dari Dekan Fakultas Keperawatan USU kemudian
34
Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang memberikan surat
tembusan pernyataan ijin kepada Kepala Puskesmas Batang Kuis Kabupaten
Deli Serdang dan Kepala Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten
Deli Serdang untuk melakukan pengambilan data pendahuluan dan data
penelitian. Kemudian Kepala Puskesmas Batang Kuis dan Kepala Desa Tanjung
Sari memberikan surat ijin pengambilan data kepada peneliti yang akan
digunakan untuk mengambil data yang dibutuhkan dalam penelitian.
Setelah mendapat persetujuan peneliti melaksanakan pengumpulan data di
Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang, dimana
dengan responden yang sesuai dengan kriteria penelitian.Peneliti melakukan
pendekatan kepada responden dan menjelaskan tujuan penelitian serta
menanyakan kesediaan responden.Setelah responden bersedia, responden
dipersilahkan untuk menjawab pertanyaan pada kuesioner.Peneliti dibantu oleh
asisten penelitian yaitu seorang kader dan bidan koordinator didesa tersebut.
I. Pengolahan Data
Semua data yang telah terkumpul dalam penelitian ini akan diolah dengan
sistem komputerisasi dengan tahap-tahap berikut :
1. Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau
kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah :
a. Lengkap : semua pertanyaan sudah terisi jawabannya
b. Jelas : jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terbaca
d. Konsisten : apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi
jawabannya konsisten
Peneliti memeriksa data yang telah dikumpulkan dari kuesioner yang diisi
oleh responden.Setelah itu data diperiksa untuk mengetahui jumlah data
telah sesuai dengan jumlah sampel yang ditentukan, memeriksa
kelengkapan data, kesinambungan data, dan keseragaman data.
2. Coding
Pada tahap ini dilakukan pengkualifikasian data dan pemberian kode
dari setiap jawaban dalam bentuk angka agar pada saat proses data dapat
mempermudah analisa data. Peneliti memberikan kode pada setiap data dari
jawaban responden, yaitu sebagai berikut:
a. Data karakteristik responden
1) Usia
<19 tahun = 1
19-35 tahun = 2
>35 tahun = 3
2) Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah = 1
SD = 2
SMP = 3
SMA = 4
D3 / Perguruan tinggi = 5
3) Pekerjaan
IRT = 1
36
SWASTA =3
4) Sumber Informasi
Keluarga / Teman = 1
Media Cetak = 2
Media Elektronik = 3
Petugas Kesehatan = 4
b. Data pengetahuan tentang masalah pada neonatal
Pengetahuan baik = kode 1
Pengetahuan kurang baik = kode 0
c. Data kunjungan neonatal
Patuh (kunjungan neonatal lengkap) = kode 1
Tidak Patuh (kunjungan neonatal tidak lengkap) = kode 0
3. Skoring
Peneliti memberi nilai atau skor pada setiap pertanyaan yang terdapat pada
kuesioner penelitian.
a. Data pengetahuantentang masalah pada neonatal
Pengukuran atau penilaian pengetahuan responden dapat diketahui dan
diinterpretasikan dengan perhitungan nilai rata-rata atau mean (�̅)dari
hasil jawaban responden. Dengan rumus mean sebagai berikut:
�̅=∑ � �
Jawaban benar = bernilai1 ; jawaban salah = bernilai 0.Dengan kategori
sebagai berikut:
1) Pengetahuan baik : skor ≥ nilai mean (�̅)
b. Data kepatuhan kunjungan neonatal
Penilaian pada jawaban pernyataan positif yaitu: ya = diberi skor 1 ;
tidak = diberi skor 0. Dengan kategori sebagai berikut:
1) Patuh : skor=3
2) Tidak patuh : skor<3
4. Entering
Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati
pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data
yang sudah di-entry dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan
cara meng-entry data dari kuesioner ke paket program komputer.
5. Cleaning
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali
data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak.Kesalahan
tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita meng-entry ke komputer.
J. Analisa Data
Analisis data ini dilakukan sebagai penunjang kegiatan analisis dan upaya
pembuatan hipotesis. Teknik analisis yang digunakan adalah :
1. Analisis Univariat
Menjelaskan atau menggambarkan distribusi responden serta
menggambarkan variabel bebas dan variabel terikat sehingga diketahui
variasi dari masing-masing variabel.Variabel yang dianalisis secara
univariat dalam penelitian ini adalah karakteristik responden dan variabel
penelitian. Karakteristik responden meliputi nama, umur, pendidikan,
38
penelitian yaitu variabel pengetahuan tentang masalah pada neonatal dengan
kepatuhan melakukan kunjungan neonatal.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat, yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkorelasi.Dalam analisis bivariat penelitian
ini dilakukan beberapa tahap, yaitu:
1) Analisis proporsi atau presentase, dengan membandingkan distribusi
silang antara variabel pengetahuan tentang masalah pada neonatal
dengan kepatuhan melakukan kunjungan neonatal.
2) Analisis dari hasil uji statistik chi square
Pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik
Chi-Square (α = 0,05) jika nilai x2 hitung > x2 tabel, ini menunjukkan
hipotesa alternative (Ha) diterima artinya ada hubungan yang
signifikan. Analisis akan dilakukan dengan sistem komputerisasi.
Apabila hasil analisis chi square didapatkanp value <0,05 maka
HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan dengan jumlah responden sebanyak 96
orang untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang masalah pada
neonatal dengan kepatuhan melakukan kunjungan neonatal di Desa Tanjung Sari
Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Medan.Berikut ini akan
dijabarkan mengenai gambaran umum lokasi penelitian.
Desa Tanjung Sari adalah salah satu desa dari sebelas desa yang ada di
Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang dengan luas desa 7,34km2 dan
jumlah penduduk 12.596 jiwa.
B. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian
mengenai “Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Masalah Pada Neonatal
Dengan Kepatuhan Melakukan Kunjungan Neonatal Di Desa Tanjung Sari
Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015”. Penelitian ini
telah dilaksanakan mulai bulan Februari 2015 sampai dengan April 2015 di Desa
Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang dengan jumlah
responden 96 orang. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu
tentang masalah pada neonatal dengan kepatuhan melakukan kunjungan
neonatal, peneliti menggunakan kuesioner yang berisikan beberapa pertanyaan