• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASALAH GIZ

KERUGIAN EKONOMI WILAYAH

2. Masalah Kelebihan Gizi (Obesitas)

Kerugian Ekonomi karena Ketidakhadiran Kerja

a. Menghitung jumlah dan prevalensi balita umur 3-5 tahun yang obesitas dengan menggunakan faktor koreksi

Langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung jumlah balita obesitas yang diprediksi akan tetap obesitas pada usia dewasa yaitu 35 tahun dari data jumlah balita obesitas usia 3, 4, dan 5 tahun yang belum dikoreksi dengan menggunakan faktor koreksi. Jumlah balita akan dikategorikan menurut umur yaitu 3 tahun (30-36 bulan), 4 tahun (37-48 bulan) dan 5 tahun (49-59 bulan), serta berdasarkan jenis kelamin dari masing-masing kategori umur ini. Prediksi dilakukan dengan menggunakan peluang balita obesitas untuk tetap obesitas dari penelitian Guo et al. (2002). Penelitian oleh Guo et al. tahun 2002 ini merupakan penelitian yang memprediksikan anak umur 3-20 tahun yang memiliki berat badan lebih memiliki probabilitas (kemungkinan) pada umur 35 tahun atau lebih akan tetap mengalami masalah obesitas.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini digunakan sebagai faktor koreksi, namun yang digunakan hanya hasil penelitian yang menunjukan kelebihan berat badan anak laki-laki dan perempuan umur 3, 4, dan 5 tahun yang memiliki probabilitas untuk nanti pada umur 35 tahun atau lebih menderita obesitas, hal ini dikarenakan tidak adanya faktor koreksi dari usia 0-2 tahun. Pada anak laki-laki 0.15%, 0.14%, dan 0.31%, sedangkan pada anak perempuan 0.24%, 0.25%, dan 0.37%. Jika dilihat dari hasilnya maka terlihat perbedaan kemungkinan mengalami obesitas antara anak laki-laki dan perempuan ketika dewasa. Rumus yang digunakan, yaitu:

nkor = Jumlah balita obesitas yang diprediksi obesitas saat dewasa n = Jumlah balita obesitas menurut umur dan jenis kelamin f (cor) = Faktor koreksi menurut umur dan jenis kelamin

Hasil yang diperoleh dari rumus di atas, selanjutnya akan dijumlahkan untuk setiap kategori umur dan jenis kelamin, sehingga diperoleh total jumlah balita obesitas laki-laki dan perempuan umur 3, 4, dan 5 tahun yang telah dikoreksi (lihat lampiran 1). Dari total jumlah balita obesitas yang telah dikoreksi maka dapat dikatakan, telah diperoleh jumlah balita yang saat ini obesitas dan nanti ketika dewasa tetap obesitas. Selanjutnya setelah memperoleh jumlah balita obesitas yang diprediksi obesitas saat dewasa, akan digunakan untuk menghitung prevalensi balita yang saat ini obesitas dan nanti ketika dewasa tetap obesitas dengan cara total jumlah balita obesitas yang diprediksi obesitas saat dewasa (laki-laki dan perempuan) dibagi dengan jumlah balita umur 3, 4, dan 5 tahun yang obesitas sebelum dikoreksi dengan menggunakan faktor koreksi. Berikut perhitungannya:

Prevkor = Prevalensi balita obesitas yang diprediksi obesitas saat dewasa nkor = Jumlah balita obesitas yang diprediksi obesitas saat dewasa

np = Jumlah balita obesitas (3-5 tahun) sebelum dikoreksi menurut jenis kelamin

Hasil yang diperoleh dari rumus di atas, selanjutnya akan digunakan untuk mencari jumlah balita obesitas disetiap provinsi yang ada di Indonesia yang telah dikoreksi dengan menggunakan faktor koreksi, sehingga data jumlah balita ini dapat menggambarkan jumlah balita yang ketika balitanya obesitas dan saat dewasa usia 35 tahun tetap obesitas. Rumus yang digunakan yaitu prevalensi balita obesitas yang diprediksi obesitas saat dewasa dikalikan dengan jumlah penduduk balita pada provinsi-provinsi yang ada di Indonesia.

b. Menghitung nilai ekonomi produktivitas ketidakhadiran kerja

Menghitung nilai ekonomi produktivitas ketidakhadiran kerja yang dikarenakan oleh masalah kelebihan gizi (obesitas), maka diperlukan data jumlah penduduk balita obesitas yang diprediksi obesitas saat dewasa (lihat lampiran 1), upah/gaji harian pada tahun 2013 (lihat lampiran 2), lampiran 1 untuk data rata- rata hari dia tidak bekerja (rawat inap dan rawat jalan), dan tingkat partisipasi kerja. Data jumlah balita (0-59 bulan) yang obesitas dari 33 provinsi yang ada di Indonesia berjumlah 5 675 balita obesitas, setelah dikoreksi menggunakan faktor koreksi dengan melalui tahapan perhitungan di atas maka diperoleh balita usia 3, 4, dan 5 tahun dengan jumlah 321 balita laki-laki dan 365 balita perempuan atau 686 balita obesitas yang ketika dewasa memiliki kemungkinan tetap mengalami obesitas (jumlah balita obesitas dari data sampel). Selanjutnya prevalensi balita obesitas (3-5 tahun) yang telah dikoreksi dikalikan dengan jumlah penduduk balita tahun 2013 ditiap provinsi yang ada di Indonesia, sehingga hasil dari perhitungan jumlah penduduk balita obesitas yang telah dikoreksi ini yang akan digunakan dalam rumus selanjutnya.

Diperkirakan jumlah balita obesitas di Indonesia yang ketika dewasa tetap mengalami masalah obesitas yaitu 1 425 800 balita laki-laki dan 1 550 376 balita perempuan. Setelah memperoleh data yang diperlukan maka data jumlah penduduk balita obesitas yang diprediksi obesitas saat dewasa berdasarkan jenis

kelamin dikalikan dengan upah/gaji harian, rata-rata hari dia tidak bekerja (rawat inap dan rawat jalan), dan tingkat partisipasi kerja, sehingga akan diperoleh potensi ekonomi produktivitas yang hilang akibat ketidakhadiran kerja. Potensi ekonomi produktivitas yang hilang ini merupakan potensi ekonomi yang hilang dari orang yang ketika balita mengalami obesitas dan saat dewasa tetap obesitas, sehingga potensi kehilangannya dikatakan double burden (double burden pada subjek atau individu yang sama). Berikut rumus perhitungan yang digunakan berasal dari penelitian Pitayatienanan et al.(2014) di Thailand, yaitu:

CPLa = Nilai ekonomi produktivitas ketidakhadiran kerja

n(l) = Jumlah penduduk balita laki-laki obesitas yang diprediksi obesitas saat dewasa

n(p) = Jumlah penduduk balita perempuan obesitas yang diprediksi obesitas saat dewasa

AW = Upah/gaji harian (Average wage) pada 245 hari kerja tahun 2013 Ʃndio(l) = Jumlah hari dia rawat inap dan rawat jalan (laki-laki)

Ʃndio(p) = Jumlah hari dia rawat inap dan rawat jalan (perempuan) Pj = Tingkat partisipasi kerja

Data upah/gaji yang digunakan adalah harian, Hal ini dikarenakan untuk melihat nilai ekonomi produktivitas dari pekerjaanya maka perlu dilihat ketidakhadiran kerja per harinya. Sehingga dibutuhkan informasi tentang jumlah hari kerja tahun 2013, diperoleh 245 hari kerja dari kalender kerja nasional tahun 2013. Data yang telah ada maka akan dimasukan dalam rumus di atas, jumlah balita berdasarkan jenis kelamin yang telah dikoreksi dikalikan dengan upah kerja harian, rata-rata hari dia tidak bekerja (rawat inap dan rawat jalan), dan tingkat partisipasi kerja maka diperolehlah potensi ekonomi produktivitas yang hilang akibat ketidakhadiran kerja atau potensi ekonomi yang hilang dari orang yang ketika kecil atau balitanya obesitas dan saat dewasa tetap obesitas.

Kerugian Ekonomi karena Biaya Perawatan Rumah Sakit

a. Menghitung nilai ekonomi produktivitas karena biaya perawatan

Menghitung nilai ekonomi produktivitas karena biaya perawatan yang dikarenakan oleh masalah kelebihan gizi (obesitas). Tahapan perhitungan awal menggunakan rumus, data, dan hasil perhitungan yang sama dengan langkah (a) saat menghitung kerugian ekonomi akibat ketidakhadiran kerja. Data yang diperlukan selanjutnya untuk digunakan pada rumus atau langkah selanjutnya adalah jumlah penduduk balita usia 3, 4, dan 5 tahun yang obesitas dan diprediksi obesitas saat dewasa (lihat lampiran 1), rata-rata biaya perawatan (rawat inap dan rawat jalan) yang dikeluarkan untuk kejadian comorbidities, dan proporsi kejadian comorbidities pada populasi obesitas. Setelah memperoleh data yang diperlukan maka data jumlah penduduk balita obesitas yang diprediksi obesitas saat dewasa berdasarkan jenis kelamin dikalikan dengan rata-rata biaya perawatan (rawat inap dan rawat jalan) yang dikeluarkan untuk kejadian comorbidities, dan proporsi

kejadian comorbidities pada populasi obesitas. Berikut rumus perhitungan yang digunakan berasal dari penelitian Pitayatienanan et al.(2014) di Thailand, yaitu:

CPLb = Nilai ekonomi produktivitas akibat biaya perawatan

n(l) = Jumlah penduduk balita laki-laki obesitas yang diprediksi obesitas saat dewasa

n(p) = Jumlah penduduk balita perempuan obesitas yang diprediksi obesitas saat dewasa

PKc = Proporsi kejadian comorbidities pada populasi obesitas

Rij(l)/(p) = Biaya perawatan (rawat inap dan jalan) laki-laki/perempuan

Ri(l)/(l) = Rata-rata biaya perawatan rawat inap pada laki-laki dan perempuan Rj(l)/(p) = Rata-rata biaya perawatan rawat jalan pada laki-laki dan perempuan

Data yang telah ada maka akan dimasukan ke dalam rumus di atas. Rata- rata biaya perawatan (rawat inap dan rawat jalan) yang dikeluarkan untuk kejadian comorbidities diperoleh dari data rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta, dokter, dan puskesmas. Proporsi kejadian comorbidities diperoleh dari beberapa PTM yaitu kanker, diabetes mellitus, hipertensi, ischemic heart disease (jantung ischemic), osteoarthritis, dan stroke pada populasi obesitas. Penelitian ini menggunakan enam comorbidities karena risiko penyakit-penyakit ini lebih tinggi serta umumnya terjadi pada masyarakat secara global (Pitayatienanan et al. 2014). 3. Masalah Gizi Ganda

Perhitungan kerugian ekonomi yang merupakan langkah terakhir untuk melihat estimasi kerugian ekonomi akibat masalah stunting dan obesitas atau double burden of malnutrition pada balita di Indonesia berdasarkan prevalensi balita stunting dan obesitas menurut Riskesdas tahun 2013 yaitu dengan menjumlahkan kerugian ekonomi akibat masalah stunting dan obesitas, berikut rumus perhitungannya:

PKEMGG = Kerugian ekonomi akibat masalah gizi ganda

PKEstunting2% = Kerugian ekonomi akibat stunting pada penurunan produktivitas 2% PKEstunting9% = Kerugian ekonomi akibat stunting pada penurunan produktivitas 9% TPKEobesitas = Total kerugian ekonomi pada laki-laki dan perempuan akibat obesitas

Kerugian ekonomi akibat masalah gizi ganda ini dihitung dengan menjumlahkan hasil perhitungan dari kerugian ekonomi akibat stunting yang penurunan produktivitas 2% - 9%, dengan jumlah total kerugian ekonomi karena ketidakhadiran kerja dan total biaya perawatan kesehatan rumah sakit pada laki- laki dan perempuan akibat masalah obesitas. Hasil yang diperoleh adalah kerugian ekonomi akibat masalah gizi ganda pada penurunan produktivitas 2% dan 9%.

CPLb = n(l)/(p) x PKc x Rij(l)/(p)

Definisi Operasional

Masalah Gizi Ganda adalah keadaan di satu sisi kekurangan gizi yang

mengakibatkan masalah stunting dan disisi lain mengalami kelebihan gizi yang mengakibatkan masalah obesitas dengan prevalensi masalah keduanya tinggi dalam suatu wilayah/provinsi, serta yang terjadi secara bersamaan dalam suatu populasi di wilayah yang sama namun berbeda individu (diasumsikan tidak terjadi pada individu yang sama).

Balita adalah anak usia di bawah lima tahun atau anak usia 0-59 bulan.

Stunting adalah pertumbuhan linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk serta penyakit. Dicirikan dengan keadaan fisik tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga melampaui defisit -2 di bawah median panjang atau tinggi badan. Di mana dilihat dari tinggi badan menurut umur (TB/U), dengan kategori sangat pendek (Z-score <-3) dan pendek (Z-score ≥- 3 - < -2).

Kelebihan Berat (Overweight) adalah keadaan di mana berat badan seseorang

melebihi standar tinggi badannya Kelebihan berat badan dibandingkan dengan standar normal. Dimana dilihat dari berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dengan kategori gemuk (Z-score >2). Berat badan overweight bisa berasal dari otot, tulang, organ-organ vital, dan sebagainya.

Obesitas (Obesity) adalah kondisi kelebihan lemak tubuh, bila berat badan lebih

dari 120% berat badan standar atau penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang akhinya dapat mengganggu kesehatan, serta ada terjadi pertambahan atau pembesaran sel lemak tubuh mereka. Dimana dilihat dari berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dengan kategori gemuk (Z-score >3).

Produktivitas adalah penentu tingkat daya saing atau kemampuan seseorang

untuk melakukan berbagai aktivitas sehingga akan menimbulkan manfaat dan keuntungan sebagaimana yang diharapkan, khususnya keuntungan secara ekonomi yang dilihat dari tinggi rendahnya pendapatan/gaji/upah seseorang. Dalam penelitian ini diukur dengan upah/gaji (rupiah), kondisi kesehatan yaitu dari prevalensi masalah gizi, rata-rata hari tidak bekerja, tingkat partisipasi kerja.

Kerugian ekonomi akibat ketidakhadiran kerja adalah keadaan seseorang

yang kehilangan pendapatan selama dia tidak dapat masuk kerja karena kondisi kesehatannya terganggu akibat masalah obesitas. Dalam penelitian ini diukur dengan jumlah penduduk balita obesitas yang telah dikoreksi sehingga didapatkan jumlah balita obesitas yang ketika dewasa memiliki kemungkinan tetap obesitas, upah/gaji harian, rata- rata hari tidak bekerja dan tingkat pertisipasi kerja.

Upah adalah imbalan atas jasa yang telah dilakukan dan yang diterima dalam

bentuk uang (rupiah) dan dalam penelitian ini menggunakan data keadaan pekerja di Indonesia (pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air; bangunan; perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel; angkutan, pergudangan dan komunikasi; keuangan, asuransi,

usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan; dan jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan).

Kerugian Ekonomi adalah terjadinya kehilangan potensi pendapatan di suatu

daerah yang diakibatkan oleh akumulasi penurunan produktivitas karena masalah stunting dan peningkatan ketidakhadiran kerja sehingga terjadi penurunan produktivitas, serta peningkatan biaya perawatan (rawat inap dan rawat jalan) akibat masalah obesitas.

Discount Rate adalah suku bunga yang digunakan untuk menentukan nilai saat ini sampai nantinya dimasa akan datang yang diasumsikan nilainya sebesar 5% pada penelitian ini.

Dokumen terkait