• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam proses pemilihan umum legislatif banyak sekali permasalahan yang terjadi. hampir disetiap proses memunculkan masalah yang cukup pelik. Akan tetapi dengan adanya deadline pada setiap tahapan, mau tidak mau pihak penyelenggara harus mampu menyelesaikannya dengan cepat. Oleh karena itu KPU Kabupaten Sarolangun dengan segenap personil mengerahkan seluruh kemampuan guna menyelesaikan masalah di setiap tahapannya.

Pada akhirnya KPU Kabupaten Sarolangun memang mampu menyelesaikan masalah dengan cepat. Berikut permasalahan dan penyelesaiannya pada beberapa tahapan yang terjadi:

1. Penataan Organisasi

Dalam penataan organisasi KPU Kabupaten Sarolangun tidak memiliki banyak permasalahan karena organisasi di KPU Kabupaten Sarolangun sudah sangat solid. Mulai dari anggota KPU Kabupaten Sarolangun hingga sekretariatnya dapat berpadu dalam setiap kegiatan.

2. Pendaftaran pemantau dan pemantauan

Di Kabupaten Sarolangun tidak ada lembaga pemantauan yang mendaftarkan diri. Sehingga tidak ada pemantau pemilu di Kabupaten Sarolangun.

3. Pembentukan badan penyelenggara

Dalam pembentukan badan penyelenggara, KPU Kabupaten Sarolangun memiliki kendala dalam hal rekruitmen PPS, KPPS dan Pantarlih. Dalam rekrutmen PPS, calon anggota PPS merupakan hasil rekomendasi kepala desa dan badan permusyawaratan desa (BPD). Hasil rekomendasi ini tidak diikuti dengan kualitas yang memadai dari calon-calon tersebut. Kebanyakan

dari mereka adalah keluarga dan kerabat dari kepala desa maupun BPD. Oleh karena itu dalam penyelesaiannya KPU Sarolangun berinisiatif untuk menambah rekomendasi yang ditetapkan dalam peraturan KPU dari 3 orang rekomendasi menjadi enam orang. Sehingga KPU dapat memilih calon yang benar-benar berkualitas.

4. Seleksi anggota KPU

Seleksi calon anggota KPU Kabupaten Sarolangun berjalan lancar meski sedikit alot. Calon-calon yang ada telah memenuhi syarat dan mumpuni. Pada tahap wawancara 10 besar, salah satu calon yaitu H. M. Chatib Agus mengundurkan diri dari proses tersebut dikarenakan sakit.

5. Sosialisasi, publikasi dan pendidikan pemilih

Tahapan sosialisasi, publikasi dan pendidikan pemilih tidak memiliki kendala berarti. Setiap proses berjalan lancar. Namun kendala tersendiri terjadi pada kegiatan relawan demokrasi. Kesulitan mengkoordinir relawan dalam melaksanakan sosialisasi di tingkat masyarakat karena kebanyakan relawan bekerja sendiri-sendiri dan berkelompok. Hal ini terjadi tidak lain karena sedikitnya waktu bagi para relawan untuk saling mengenal sehingga tidak ada kekompakan diantara mereka. Kedepan hendaknya rapat kerja bersama relawan demokrasi harus di buat sekreatif mungkin dan secara berkala sehingga muncul kekompakan dan komitmen dari relawan.

6. Pengelolaan data informasi dan;

Kesulitan mengelola data informasi ialah terletak pada Sumber daya dan peralatan yang tidak mumpuni. Di KPU Kabupaten Sarolangun sendiri tidak banyak yang menguasai bidang data informasi dan ahli teknologi informasi seperti pengelolaan website. Selain itu jaringan internet yang lambat dan

waktu yang padat sehingga kegiatan ini sering terabaikan. Dalam melaksanakan hal ini KPU Kabupaten Sarolangun hanya melaksanakannya seadanya. Kebanyakan data-data informasi diunggah di facebook khusus dengan akun Media Center KPU Sarolangun.

7. Logistik

Tahapan logistik merupakan tahapan yang lumayan menguras tenaga dan pikiran. Jumlahnya yang banyak dan pendistribusiannya yang carut marut menjadi penyebabnya. Banyak logistik yang terlambat diterima oleh KPU Kabupaten Sarolangun. Namun hal ini dapat segera diselesaikan dengan mengerahkan seluruh pegawai kesekretariatan dibantu oleh pegawai magang dari sekolah menengah kejuruan (SMK), sehingga semua pekerjaan bidang logistik data terlaksana.

8. Pendaftaran dan Verifikasi Peserta Pemilu

Pendaftaran dan verifikasi peserta pemilu adalah salah satu tahapan yang banyak menyisakan masalah. Baik penyelenggara maupun peserta pemilu terlihat tidak siap dalam melaksanakannya. Pada pihak penyelenggara aplikasi yang seharusnya mempermudah tahapan ini justru mempersulit diri sendiri. Karena aplikasi yang dikenal dengan nama SIPOL tidak jalan dan tidak terpakai. Banyak KPU Kabupaten/Kota yang memakai cara manual dalam mendata dan memverifikasi partai politik. untuk di sarolangun sendiri masih memakai SIPOL namun dibantu juga dengan rekap manual.

Pada pihak partai politik, tidak banyak partai politik yang mampu menghadirkan data valid terkait verifikasi Kartu Tanda Anggota (KTA). Sehingga melalui desakan partai, KPU RI melakukan perubahan tahapan agar syarat minimal partai dapat tercapai.

9. Pemutakhiran Data Pemilih dan Penyusunan Daftar Pemilih

Data pemilih memiliki permasalahan yang sama dengan tahapan – tahapan pemilu sebelumnya yaitu banyaknya pemilih yang tidak terdaftar. Hal ini bukan seratus persen kesalahan KPU karena data kependudukan yang diterima KPU yang selanjutnya akan diverifikasi masih belum maksimal. Sehingga masih banyak penduduk yang tidak terdata. Penyelesaian yang di berikan oleh KPU pusat ialah dengan membuat daftar pemilih khusus tambahan yaitu bagi pemilih yang tidak terdaftar yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) setempat dapat mencoblos.

10. Pencalonan Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD kabupaten/kota. Tahapan pencalonan adalah tahapan yang cukup panjang. Setidaknya ada 8 (delapan) bulan proses pencalonan, Daftar Calon Tetap (DCT) hingga penyelesaian sengketa DCT. Dalam proses ini ada 2 (dua) calon yang mendapat tanggapan dari masyarakat. yaitu nama Maria Susanti dari partai Nasdem tentang keabsahan ijazah dan umur yang bersangkutan dan tanggapan dari Ansori tanggal 16 Juli 2013 terhadap calon anggota DPRD Kabupaten Sarolangun atas nama A. Muis dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tentang keabsahan ijazah.

Setelah melakukan klarifikasi dengan partai politik yang bersangkutan, untuk Maria Susanti, partai Nasdem memutuskan untuk mengganti calon yang bersangkutan. Sedangkan untuk kader PDIP atas nama A. Muis KPU Kabupaten Sarolangun memutuskan bahwa yang bersangkutan memenuhi syarat karena adanya surat keterangan dari Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Sarolangun tentang keabsahan ijazah aliyah. Sampai dengan tanggal 1 Agustus 2013 batas akhir penerimaan kekurangan berkas

pemberhentian dan/atau pengunduran diri sebagai kepala desa, tercatat satu orang tidak melengkapi bahan tersebut yaitu atas nama Muhammad Rusdi Calon Anggota DPRD Kabupaten Sarolangun dari Partai Gerindra.

11. Pemungutan dan Penghitungan Suara

Dalam pemungutan dan penghitungan suara banyak sekali terjadi permasalahan di tingkat lapangan. Akan tetapi yang menjadi titik paling krusial ialah pada penghitungan suara di TPS. Banyaknya kolom dan berkas yang harus diisi menyebabkan KPPS kewalahan dalam pengisian form model C1 yang menjadi dasar rekapitulasi di tingkat PPS, PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi dan KPU RI. Banyak sekali kesalahan dalam pengisian form tersebut. Dampaknya ialah pada data hasil scan form C1 yang dikirim ke tingkat pusat melalui aplikasi. Hal ini terjadi akibat tidak maksimalnya bimbingan teknis dalam pengisian form tersebut. Kedapannya bimbingan teknis harus lebih ditingkatkan lagi kualitasnya.

12. Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara

Dalam rekapitulasi permasalahanya adalah diberikannya wewenang kepada PPS untuk merekapitulasi hasing penghitungan suara. Karena pada tahap inilah rentan terjadi kecurangan dan perubahan data. Selain itu logistik yang berada di kantor desa pada tahap rekap di PPS rentan diubah baik dari penyelenggara maupun dari peserta pemilu yang bekerjasama dengan penyelenggara. Oleh karena itu baiknya kegiatan tersebut ditiadakan. Bahkan sampai tingkat PPK sekalipun. Baiknya rekapitulasi penghitungan suara hanya dilakukan di tingkat KPU Kabupaten/kota hingga pusat guna keterbukaan publik. Waktu pelaksanaannya ditambah agar semua rekap terlaksana dengan baik.

BAB VIII PENUTUP 1. Kesimpulan

Dalam melaksanakan UUD RI Tahun 1945 menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD, berarti bahwa rakyat memiliki kedaulatan, tanggung jawab, hak dan kewajiban untuk secara demokratis memilih pemimpin yang akan membentuk pemerintahan guna mengurus dan melayani seluruh lapisan masyarakat. Sesuai ketentuan pasal 22 E ayat (6) UUD RI tahun 1945, pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD dan DPRD diselenggarakan berdasarkan azas luber, jujur dan adil.

Rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara dan dengan sistem pemilu proposional dengan daftar calon terbuka terbatas. Tahapan pemilu legislatif di Kabupaten Sarolangun menuai berbagai kritikan dalam penyelenggaraan Pemilu, namun Pemilu di Kabupaten Sarolangun berjalan dengan sukses serta demokratis, sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

2. Rekomendasi Pelaksanaan

Berdasarkan pelaksanaan tahapan pemilu DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dengan ini KPU Kabupaten Sarolangun memberikan rekomendasi:

1. Menghilangkan rekapitulasi penghitungan suara di tingkat PPS.

2. Memberikan alokasi anggaran terhadap bimbingan teknis penghitungan suara di KPPS.

4. Penyempurnaan Aplikasi Sidalih. 5. Menghilangkan PAM TPS

6. Pemilu selanjutnya menggunakan E-Voting.

Demikanlah laporan ini kami buat untuk menjadi bahan acuan perbaikan untuk pemilu selanjutnya, semoga Allah SWT merahmati kita semua Aamiin.

Dokumen terkait