• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ini bukan masalah urutan, tapi ini masalah kualitas dan orang yang tepat

Dalam dokumen 60 Days Managing Habits and Mindset (Halaman 49-117)

60 Days Managing Habits and Mindset 2012

5. Ini bukan masalah urutan, tapi ini masalah kualitas dan orang yang tepat

Sekali lagi, ini bukan masalah urusan. Ini adalah masalah “bagaimana kita tetap konsisten dengan apa yang anda harapkan dari saat anda

60 Days Managing Habits and Mindset 2012

Arie Frederik Page 49

berusaha untuk mendapatkannya”. Jika anda merasa anda adalah orang yang tepat di awal, berarti anda juga harus tetap mempertahankan posisi anda sebagai orang yang tepat sampai anda mendapatkannya. Tidak peduli urutan anda ke berapa karena anda memang tidak harus menjadi urutan pertama untuk menghasilkan pekerjaan yang berkualitas. Cara yang tepat untuk mempertahankan diri sebagai orang yang tepat di satu posisi adalah berfokus pada hasil dan kualitas kerja bukan urutan yang anda sedang terima.

Tetaplah pertahankan kualitas diri anda yang sudah anda miliki. Namun seiring berjalannya waktu, teruslah kembangkan diri mengikuti tuntutan yang sedang berlangsung agar tetap dijalur yang sesuai. Jika anda merasa tidak mengetahui suatu informasi, itu adalah tanda bahwa anda harus mengembangkan diri anda lagi dan meninggalkan kenyamanan serta kepuasan akan prestasi yang sudah diperoleh saat ini.

Hari Ke-19 Sampai di hari ke 19

Membuat program sendiri tanpa paksaan orang lain selama 60 hari ternyata tidak mudah. Saya katakan dan rasakan sangat tidak menyenangkan. Demi satu artikel, saya harus tetap terjaga untuk beberapa menit sebelum tidur. Padahal mata sudah sangat mengantuk. Mengapa harus malam hari sebelum tidur? Ya, karena inilah komitmen yang saya meteraikan untuk diri saya.

Saya memilih untuk menulis sebuah artikel menutup hari saya. Saya menuliskan pelajaran apa yang saya dapatkan di hari itu. Mengenai perasaan, pikiran akan sebuah permasalahan yang tidak di dengarkan orang atau tanggapan akan sebuah kejadian di sekitar saya.

Saya percaya bahwa apa yang kita tuliskan akan terkenang dan di kenal lebih lama daripada apa yang kita ucapkan. Apa yang kita ucapkan akan berpindah kepala, tentu maknanya pun akan berubah mengikuti keinginan orang yang berbicara. Selain itu, mengungkapkan sesuatu dari kalimat yang diucapkan hanya akan mempengaruhi sebagian kecil orang di sekitar kita. Mereka adalah orang-orang yang berada di dekat kita dan mengenal kita. Bermakna atau tidak bermakna menurut orang itu, mereka akan menyadarinya setelah jauh dari kita. Berbeda halnya dengan tulisan yang kita buat. Jika saat ini sudah banyak media untuk menuliskan perasaan, pikiran atau sebuah komentar akan kejadian di sekitar kita. Ada twitter, youtube, dan lain sebagainya. Dalam sekali tulis akan dibaca banyak orang yang terkoneksi dengan kita.

Di hari ke-19 ini, tantangan terbesar adalah meninggalkan komitmen ini dan segera pergi tidur saat sampai di kamar. Santai dan tiduran sambil menikmati acara televisi sungguh terlihat menyenangkan dan menggoda. Kemudian mulai terpikir apa gunanya menuliskan artikel tersebut, belum

60 Days Managing Habits and Mindset 2012

Arie Frederik Page 51

tentu juga orang akan mau menerima tulisan kita. Saya berusaha untuk tetap pada komitmen walaupun permasalahan dan godaan begitu banyaknya.

Tetap menulis dan melanjutkan artikel demi artikel sampai pada hari ke-60. Bukan hasil yang dibaca, tapi komitmen akan sebuah keputusan yang diambillah yang ingin saya ajarkan ke diri saya sendiri. Menunggu orang lain mengajarkan saya, tentu menunggu waktu dan orang yang tepat. Tapi saya bisa melatih diri sendiri dengan menciptakan program sendiri.

Selamat atas pencapaian di hari ke-19. Mari lanjutkan lagi komitmen dalam menulis artikel sampai hari ke-60. Bagikan pandangan diri dan hasil pemahaman dari proses berpikir dan merasa yang bermakna bagi orang-orang di sekitar.

Hari Ke-20

Jangan Memilih Menjadi Guru Jika Tidak Siap

Berbicara di depan umum memang mudah bagi sebagian orang yang ingin menjadi guru atau pengajar. Mengajarkan orang untuk menjadi sesuatu juga terlihat sangat mudah untuk dilakukan. Padahal dibalik itu semua terdapat tanggung jawab besar yang mengikuti sang guru.

Seorang pengajar tentu akan mengajarkan sesuatu kepada muridnya. Guru pencak silat akan mengajarkan anak didiknya untuk menguasai pencak silat. Dimulai dari latihan fisik, gerakan dasar sampai gerakan mahir. Tapi bayangkan yang akan terjadi, jika sang guru mengajarkan tetapi dalam kesehariannya sang guru tidak melakukan apa yang diajarkan kepada muridnya. Misalnya sang guru mengajarkan untuk berlatih fisik agar kuat, tetapi sang guru hanya keluar rumah dan berolahraga saat mengajar silat. Guru juga mengajarkan untuk melatih kesabaran dalam latihan, tetapi dalam kenyataannya guru adalah seorang yang tidak dapat mengontrol emosinya. Sungguh ironis dan bertolak belakang bukan.

Ada banyak tanggung jawab yang harus diemban oleh seorang guru. Tanggung jawab itu tidak terlihat secara kasat mata karena ini adalah sebuah tindakan. Sikap, perkataan dan perbuatan akan mencerminkan apakah guru tersebut benar-benar guru sejati atau bukan. Ada banyak guru yang hanya sekedar menjadi guru, namun ada juga yang benar-benar melibatkan diri untuk menjadi guru. Kenapa saya berkata begini? Saya pernah bertemu dengan seorang, bahkan lebih dari 2 orang yang sangat pandai dalam menyampaikan sebuah materi untuk mengajar. Begitu menariknya saat mereka berkata-kata di depan hadapan orang banyak. Padahal dalam kehidupan sehari-harinya, tidak ada satu hal pun dari ucapan dalam ajarannya diaplikasikan dalam diri sendiri.

60 Days Managing Habits and Mindset 2012

Arie Frederik Page 53

Apa artinya ini? Inilah yang saya sebut sekedar menjadi guru. Mereka mengajar bukan karena mereka ingin membagikan sebuah kehidupan, melainkan hanya sekedar berbicara dan memberitahukan apa yang diketahuinya. Mereka tidak benar-benar ingin membagikan apa yang diucapkan dan disampaikannya. Jika mereka ingin benar-benar mengajak orang lain, hal ini muridnya berubah menjadi lebih baik, tentu mereka akan melakukannya juga. Merekalah orang yang lebih dahulu tahu bahwa dengan melakukan hal itu, hidup mereka akan menjadi lebih baik.

Satu hal yang saya percaya mengenai guru adalah mereka sudah melakukannya lebih dahulu sebelum meminta kita melakukannya di hadapan mereka. Dengan kepercayaan ini tentu saya yakin bahwa guru sudah pernah merasakan bagaimana harus melakukannya. Mereka tidak hanya sekedar berkata-kata dan membuat orang senang dengan perkataan mereka. Bentuk dari komitmen mereka akan sebuah ajarannya adalah mereka melakukannya juga sebagai bukti bahwa mereka juga percaya akan apa yang mereka ajarkan kepada muridnya.

Dengan tanggung jawab ini, guru akan bertanggung jawab terhadap muridnya. Mereka bertanggung jawab terhadap perkembangan muridnya. Walaupun sebagian orang beranggapan bahwa murid dibiarkan saja untuk berkembang sendiri. Perkembangan murid adalah tanggung jawab guru. Guru yang memberikan kontribusi akan perkembangan mereka. Ajaran yang baik tentu akan memberikan dampak yang baik, sebaliknya jika ajarannya itu tidak baik akan memberikan dampak yang baik. Inilah yang terjadi jika guru hanya menjadi sekedar guru, mereka akan mengajarkan kehidupan yang tidak nyata. Mereka mengajarkan khayalana dirinya akan kehidupan. Mereka menularkan khayalan kepada muridnya, sehingga muridnya pun hidup dengan khayalan seperti gurunya.

Hari Ke-21

Anda Hanya Punya Waktu 24 Jam Bersama Orang Yang Anda Kasihi, Apa Yang Akan Anda Lakukan?

Saya pernah bertemu dengan seorang yang berpikir bahwa hidupnya hanya tinggal sebentar lagi. Dia melakukan banyak hal yang baik demi orang lain. Dia melakukan itu semua dengan alasan hidupnya haruslah memberikan berkat bagi orang lain di sekitarnya. Dia melayani di kampus untuk memberikan kuliah umum, mengajarkan beberapa training tanpa mematok harga untuk waktunya. Semua diberikannya dengan ikhlas demi kebaikan orang lain. Uang yang diterima dari hasil training pun diserahkan ke kas organisasi.

Membayangkan waktu kita untuk hidup hanya sebentar lagi, atau kita menyadari bahwa besok kita akan meninggal, pasti menakutkan. Apalagi kita tidak pernah melakukan hal yang baik selama hidup ini. Ketakutan akan menghantui kita, bahkan dalam mimpi pun akan terbayang kematian menjemput kita. Malaikat pencabut nyawa terasa terus mengikuti kita setiap langkah dan berkata,” Sudah waktunya. Apakah engkau sudah siap?”.

Jujur saya katakan, jika hal ini terjadi kepada saya, saya pasti akan ketakutan dan memikirkan setiap waktu kehidupan yang telah saya lalui. Penyesalan akan menyelimuti hati saya. Kalau bisa berlari dari malaikat pencabut nyawa, saya pasti akan berlari sejauh mungkin yang saya bisa.

Jika hal itu benar-benar terjadi, apa yang akan kita lakukan demi orang-orang yang kita sayangi. Kenyataannya adalah kita tidak bisa menentukan kapan kita akan meninggal atau hidup berapa lama lagi. Kita selalu tidak tahu akan hari esok, karena hidup kita adalah hari ini, 24 jam waktu yang kita miliki.

Apa yang akan kita lakukan hari ini untuk orang-orang yang kita sayangi? Akankah kita tetap melakukan kekerasan kepada mereka? Kita

60 Days Managing Habits and Mindset 2012

Arie Frederik Page 55

mungkin saya tidak percaya, lalu tetap melakukan hal-hal yang hanya menyenangkan diri sendiri dan menyengsarakan orang lain. Atau kita dapat percaya dan melakukan hal-hal baik demi kebaikan orang lain. Semua anda buat hidup senang dengan perkataan anda yang memotivasi dan memberi semangat. Perbuatan anda yang membuat mereka belajar untuk lebih baik, bahkan menciptakan kebiasaan baik dan hidup lebih baik bagi semua orang.

Akhirnya, jika waktu anda hanya tersisa 24 jam, apa yang akan anda lakukan dan berikan untuk orang-orang yang anda sayangi dan orang di sekitar anda? Itu adalah keputusan anda.

Hari Ke-22

Hidup Memberi Dampak Positif

Seorang siswa SMA sebelum berangkat sekolah membantu orang-orang yang kelaparan di tengah jalan. Dia mengajak seorang nenek yang ditemuinya di jalan karena kelaparan untuk makan pagi. Tanpa di sadari ada seorang teman satu kelasnya yang melihat perbuatan tersebut. Apa yang dilakukannya membuat dia datang terlambat sampai di sekolah. Saat ditanya kenapa dia terlambat, dia menyembunyikan apa yang telah dilakukannya. Dia berkata bahwa dirinya bangun kesiangan dan jalanan macet. Teman yang melihat perbuatan dirinya kepada nenek-nenek di jalan tersebut menjadi berpikir betapa baiknya wanita itu. Dia tidak membicarakan perbuatan baiknya kepada orang lain. Sikap ini ternyata menarik teman-teman untuk menyukainya.

Apa yang wanita itu lakukan memberikan pelajaran dan semangat kepada orang lain untuk melakukan hal yang sama. Melakukan kebaikan kepada orang lain dalam kebaikan yang sebenarnya. Bukan kebaikan demi tujuan pribadi, tetapi kebaikan yang sesungguhnya, rela berkorban dan tanpa pamrih.

Pernahkan kita memikirkan kehidupan kita? Apakah kita sudah memberikan contoh kehidupan yang baik bagi orang-orang di sekitar kita? Ataukah kita hidup dengan segala perbuatan yang menyusahkan orang lain? Tidak ada yang bisa menilai kita selain diri kita sendiri. Kita sendiri yang dapat menilai apakah perbuatan kita selama ini sudah ditujukan bagi kebaikan orang lain.

Dampak apakah yang sudah kita berikan kepada orang lain selama hidup kita di tengah mereka. Memberikan dampak negatif yang merusak mereka ataukah memotivasi dan semangat yang membuat mereka menjalani

60 Days Managing Habits and Mindset 2012

Arie Frederik Page 57

hidup dengan semangat luar biasa. Apakah kita mengajari mereka hanya dengan perkataan, atau dengan perbuatan kita langsung.

Kita menularkan sesuatu kepada orang lain di sekitar kita. Jika kita membawa suasana hati dan kehidupan yang pahit dan kelam, orang-orang akan merasakan kegelapan dan kepahitan dalam hidup kita. Semakin kita bersama mereka, kita menularkan kegelapan. Sebaliknya jika kita membawa contoh kehidupan yang baik dan memberikan semangat kepada mereka, kita telah mengajarkan mereka cara menjalani hidup dengan baik dan semangat. Melakukan hal-hal yang baik demi orang lain, membuat orang lain merasakan kehidupan ini baik dan menularkan kebaikan kepada orang lainnya di dekat mereka.

Dampak apa yang sudah kita berikan kepada orang di sekitar kita? Sikap, perilaku dan perbuatan seperti apa yang sudah kita contohkan kepada mereka. Penting atau tidaknya kita di mata mereka, terkenal atau tidaknya kita, kita memberikan dampak bagi kehidupan mereka.

Hari Ke-23

Kita Tidak Tahu Kapan Membuka Jas Hujan

Mengendarai sepeda motor memang menyenangkan. Apalagi beramai-ramai bersama teman. Mengelilingi suatu daerah, mencari daerah baru yang belum pernah dikunjungi untuk bersantai ataupun untuk berwisata. Sangat menyenangkan. Sama halnya dengan mengendarai motor untuk satu tujuan khusus. Misalnya, saat berada di rumah kita harus menuju suatu toko komputer karena ingin membeli sebuah laptop baru. Saat jalan kita pasti senang jika suasana di jalan tidak ramai, cuaca tidak panas dan juga tidak hujan.

Perjalanan terasa sangat santai dan mendukung perjalanan jika suasana baik. Namun demikian, kita tetap harus bersiap-siap dengan cuaca di jalan. Kita tidak pernah tahu kapan harus membuka jas hujan di tengah jalan. Kita tidak mungkin memakai jas hujan saat matahari sedang terik menyengat tubuh kita. Kita juga tidak bijak jika harus membiarkan tubuh kita diguyur hujan saat hujan turun. Kita pasti kebasahan.

Inilah contoh kehidupan kita. Kita perlu melihat dan menyesuaikan segala sesuatu dengan keadaan sekeliling kita. Saya terkesan dengan sebuah slogan di Sampoerna Academy, yaitu Learn Today, Lead Tomorrow. Kita perlu mempersiapkan diri kita kapanpun dan tentang apapun. Saat kita sudah memiliki cukup pengetahuan, jangan kita lantas sombong dan berusaha menunjukkannya dimanapaun. Kita menunjukkannya demi kesombongan kita. Kita pasti akan membutuhkan pengetahuan kita, tapi kita tidak bisa memaksakannya untuk diketahui orang lain.

Lengkapi diri kita setiap saat dengan apapun. Dengan itu, kita siap menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi di sekitar kita. Mungkin terlihat tidak berguna, tapi yakinlah suatu saat akan berguna. Tidak berguna hanya karena kita merasa sombong dan berpikir singkat akan khidupan. Ingin

60 Days Managing Habits and Mindset 2012

Arie Frederik Page 59

memiliki hasil secara instan. Berjalanlah terus sambil melengkapi diri akan segala hal di hidup kita. Jangan lengah dan bertahanlah, berusahalah agar saat badai menyerang kita sudah memiliki perlengkapan untuk menghadapinya.

Hari Ke-24

Orang Kalah Yang Teriak Dan Menangis Karena Tersaingi

Bersukacita saat menang dan menyerang saat kalah. Mungkin ini kondisi saat persaingan terjadi. Jika kita berpikir jernih, apakah seperti ini sikap sportif dalam sebuah kompetisi?

Orang-orang yang menang akan bersenang-senang dalam hidupnya dengan membawa cerita kemenangannya. Sementara orang yang kalah hanya bisa diam dan merenungi kekalahannya.

Apakah hidup adalah sebuah persaingan? Apakah hidup ini sebuah perlombaan untuk menunjukkan kesuksesan diri?

Hidup bukanlah sebuah persaingan dan perlombaan untuk saling menunjukkan kesuksesan diri. Hidup adalah bagaimana kita menjalani hidup. Bagaimana kita menggunakan waktu kita dalam setiap momen kehidupan.

Orang yang memandang hidup sebagai persaingan akan selalu merasa tidak senang jika kalah. Berusaha untuk mendapatkan posisi terbaik dalam setiap waktu, apapun caranya. Orang yang kalah akan merasa bahwa selalu kalah. Merasa tersaingi oleh orang-orang yang lebih tinggi dari mereka dimanapun posisi mereka saat ini. Mereka tidak pernah puas dengan pencapaian mereka. Terus mencari dan mencari adalah istilah yang tepat bagi mereka yang kalah.

Kekalahan yang mereka rasakan membuat mereka berpikir bahwa hidup adalah bagaimana memenangkan kompetisi, bukan bagaimana membangun diri dan mengembangkan kemampuan diri. Mereka akan melupakan bagaimana mereka harus hidup. Mereka juga lupa bagaimana membuat waktu-waktu dalam hidupnya bermakna.

Kekalahan hanyalah sebuah ilusi dalam pikiran kita saat kita melupakan keberadaan diri di dunia dan beralih untuk mencapai segala hal

60 Days Managing Habits and Mindset 2012

Arie Frederik Page 61

yang terlihat menyenangkan di luar sana, walaupun kita sebenarnya tahu bahwa itu hanya sebuah kesenangan sesaat.

Hari Ke-25

Kesombongan Menutup Pintu Keberhasilan

Sangat tidak menyenangkan berada di sisi orang yang sombong. Setiap perkataannya hanyalah meninggikan diri sendiri, membanggakan kelebihan. Tidak ingin mendengarkan perkataan orang lain. Mereka hanya ingin menunjukkan diri di hadapan orang lain.

Dalam ajaran agama selalu di tekankan untuk menghindari kesombongan. Memang seperti itulah adanya. Sampai disebutkan bahwa kesombongan adalah sifat utama setan dan iblis serta sumbe kejatuhan.

Dalam ilmu psikologi, kesombongan ini menimbulkan sebuah dinamika psikologis bagi pelakunya. Kesombongan ini disebabkan oleh banyak hal. Tapi bukan penyebabnya yang akan kita bahas. Kita akan membahas bahwa kesombongan itu akan menutup pintu keberhasilan bagi diri kita.

Saat kita menjadi sombong, sebenarnya kita menutup diri kita untuk informasi yang baru. Tertutupnya kita akan informasi baru ini akan mengurangi nilai tambah bagi diri kita untuk terus menyesuaikan diri dengan perkembangan yang sedang berjalan. Kita telah menolak untuk berkembang dalam hidup karena sudah merasa puas dengan keadaan yang ada saat ini.

Saat kita mulai meninggikan diri kita terhadap orang lain, kita mengembangkan pemikiran bahwa kita sudah berada di atas orang lain. Kita tidak lagi perlu untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik lagi. Hal ini membuat kita menjadi tidak produktif dan hanya membanggakan masa lalu. Kita hanya membanggakan kenangan dan kelebihan kita di masa lalu. Padahal, tanpa kita sadari apa yang telah kita lalui di masa lalu akan menjadi tidak berguna seiring berjalannya waktu dalam kehidupan kita.

Jadi, saat kita meninggikan diri kita akan menutup diri dan menolak untuk berkembang menjadi lebih baik. Hal ini akan membuat kita kehilangan

60 Days Managing Habits and Mindset 2012

Arie Frederik Page 63

kesempatan untuk mencapai keberhasilan. Sebaliknya, merendahkan hati akan membuat kita tetap membuka hati dan pikiran kita untuk menerima setiap kesempatan dan perkembangan dalam kehidupan. Itu artinya memberikan kesempatan kepada kita untuk menerima informasi baru dan mencapai kemajuan.

Hari Ke-26

Tidak Ada Ukuran Pasti Dalam Menilai Sesama

Terkadang kita berkomentar negatif tentang orang lain. Dengan penuh bangga kita mengucapkan pendapat kita mengenai mereka. Bercampur dengan emosi dan dukungan dari orang sekitar kita, kita pun menjadi semakin semangat dalam berkata-kata. Tanpa kita sadar kita telah mengucapkan penilaian untuk diri kita sendiri. Namun, kita tidak menyadarinya.

Kita menilai orang lain bukan berarti kita lebih baik dari mereka. Mereka yang kita komentari juga belum tentu lebih buruk dari kita. Mungkin mereka memiliki lebih banyak kelebihan daripada kita. Atau jangan-jangan kita berkomentar negatif tentang mereka hanya karena kita sirik kepada mereka dan tidak bisa melakukan seperti yang mereka tunjukkan.

Saat kita bergaul dan berada di tengah-tengah teman dekat yang memiliki kebiasaan bercerita tentang hal-hal yang jorok dan porno, ada satu teman kita yang ternyata sudah berubah dan tidak terlalu intens lagi dengan hal-hal seperti itu, kita akan menanggapinya dengan negatif. Dia menunjukkan apa yang tidak kelompok sukai. Dia berbeda sendiri.

Saat kita menilai mereka, kita hanya menggunakan perasaan pribadi dan kebiasaan kelompok kita. Hal ini berarti bisa membuat penilaian lain jika kita berada di kelompok yang berbeda. Kita tidak pernah memiliki aturan baku untuk menilai orang lain baik atau tidak. Yang kita tahu adalah sedikit informasi mengenai mereka yang kita lihat saat bertemu dan bertatap muka mengenai mereka. Saat kita berada jauh dari mereka, penilaian kita hanya berdasarkan informasi tidak jelas. Kita melihat gerak-geriknya lalu berkomentar. Atau kita hanya mendengar selentingan ucapan orang lain tentang mereka. Sungguh tidak bijak.

60 Days Managing Habits and Mindset 2012

Arie Frederik Page 65

Saya sangat yakin bahwa penilaian yang kita tujukan kepada seseorang akan berubah. Kita tidak pernah memiliki batasan penilaian yang jelas. Saat kita mengalami suatu kondisi tertentu, semua ukuran yang kita ciptakan untuk menilai orang lain pasti akan ikut berubah. Oleh karena itu, saat kita bertemu dengan orang yang tidak kita sukai, penilaian kita akan berubah dan bisa membuat kita akrab sama mereka. Namun, perubahan ini hanya akan terjadi jika kita menyadari bahwa waktu itu berjalan terus dan setiap detik selalu ada perubahan keadaan. Itu artinya semua akan memberikan penjelasan berbeda saat kita memiliki sikap terbuka akan segala perubahan yang terjadi dalam hidup kita.

Tidak ukuran pasti dalam berhubungan dengan orang lain. Hidup kita diiringi oleh berbagai hal yang hanya pribadi sendiri ketahui dan rasakan. Orang lain tidak merasakan. Kita butuh waktu dan intensitas pertemuan,

Dalam dokumen 60 Days Managing Habits and Mindset (Halaman 49-117)

Dokumen terkait