• Tidak ada hasil yang ditemukan

60 Days Managing Habits and Mindset

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "60 Days Managing Habits and Mindset"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

60 Days

Managing Habits and

Mindset

Arie Frederik

Menjalani hidup

bertahun-tahun,

melakukan berbagai

rutinitas sehari-hari,

itulah aktivitas paling

utama dalam menjalani

hidup. Untuk menjadi

lebih baik tidak akan

pernah terjadi jika kita

menikmati apa yang

biasa kita lakukan.

Menikmati semua

kejadian tanpa

memahami makna

darinya. Permasalahan

dan himpitan masalah

bahkan kesenangan juga

memberikan pelajaran.

Kita perlu mengubah

kebiasaan dan cara

berpikir agar setiap

kejadian dari waktu ke

waktu menjadi lebih

baik dan siap

menghadapi hal yang

lebih besar.

(2)

60 Days Managing Habits and Mindset

2012

Arie Frederik Page 1

Hari ke-1 Bicarakanlah

Seringkali permasalahan menjadi semakin besar ketika hanya sekedar di rasakan tanpa diselesaikan. Apalagi masalah-masalah yang berkaitan dengan emosi dan persepsi kita. Permasalahan yang kita rasakan, tidak akan memberikan penyelesaian apa-apa. Permasalahan itu semakin lama dipendam akan semakin menggunung dan menumpuk di dalam hati kita. Ini tentu membuat permasalahan semakin hari semakin berat dan menyiksa kita.

Kita merasa memiliki permasalahan, namun permasalahan tersebut terkurung dalam mulut kita. Apa yang membuat kita marah dan kesal tidak teurngkap dengan jelas. Bukan tidak mungkin permasalahan yang kita hadapi hanya sekedar kekesalan pribadi kita sendiri dan tidak menjadi masalah bagi orang lain.

Seseorang bercerita kepada saya mengenai kekesalannya terhadap seorang temannya. Apa yang diceritakan cukup sederhana. Berawal dari janji untuk pulang bersama selepas jam kerja. Saat bel pulang kerja berbunyi, teman saya bercerita bahwa dia begitu kesalnya terhadap temannya karena tidak memberikan kabar setelah bel pulang dibunyikan. Teman saya kesal, diam dan tidak mau berbicara kepada temannya untuk beberapa saat.

Kekesalan yang dia rasakan membuat dirinya tenggelam dalam perasaannya sendiri dan tidak mau tahu kondisi apa yang sebenarnya terjadi. Mendengar situasi yang terjadi, saya lantas memberikan saran kepadanya untuk tanyakan apa yang membuat temannya itu terlambat dari janji yang sudah disepakati. Dengan nada kesal dia mengatakan “iya” atas saran saya. Beberapa saat kemudian, dia mengirimkan pesan kepada saya, karena komunikasi kita dari SMS dengan pesan bahwa temannya itu dipanggil atasannya sebelum bel pulang dan pembicaraan belum selesai hingga bel

(3)

pulang berbunyi. Karena sedang berhadapan dengan atasan, maka handphone pun tidak bisa diangkat untuk memberikan informasi.

Sederhana jika kita mau bersabar dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi. Sampai ada istilah cepatlah untuk bertindak dan lambatlah berkata-kata.

Kita biasanya cepat untuk mengungkapkan kekesalan dan emosi kemarahan kita. Kita selalu memiliki hal yang kita sukai dan tidak disukai dalam hidup ini. Begitu juga dalam berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Kita membuat kriteria khusus untuk orang yang bisa kita sukai dan yang tidak. Ketika kita menemukan orang-orang yang kita sukai, kita akan dengan cepatnya menceritakan kebaikan dari orang tersebut. Namun, sebaliknya jika kita bertemu dengan orang-orang yang masuk dalam kriteria tidak kita sukai. Kita pasti akan dengan cepat bereaksi dan reaktif untuk berkomentar hal-hal yang negatif tentang orang tersebut. Bahkan jika orang tersebut bersentuhan langsung dengan kita, kita langsung menjadi marah dan mengungkapkan ketidaksukaan kita terhadap mereka. Membenci mereka dan menolak mereka biasanya menjadi sikap pertama yang kita tunjukkan.

Sayangnya, kebencian dan kemarahan itu muncul dari ukuran yang kita ciptakan sendiri. Kita tidak melihat situasi dan kondisi yang berjalan bersama dengan kita, yaitu situasi yang mengiringi pertemuan. Kita tidak mau tahu mengapa kita begitu kesalnya melihat orang-orang yang tidak kita sukai. Ketidakmautahuan kita pun akan terus ada selama kita hanya berusaha menilai dan tidak bertanya.

Bicarakanlah apa permasalahannya! Didengar atau tidaknya pertanyaan anda, dijawab atau tidaknya pertanyaan anda itu urusan berikutnya. Kita tidak boleh terjebak dengan emosi kita sendiri dan dirantai serta diperbudak olehnya. Kita harus lepas dari jeratan emosi tak bertuan dalam diri kita. Jika kita biarkan emosi seperti itu menguasai diri kita, kita akan menghadapi hidup yang semakin berat. Mengapa bisa begitu? Kita dilahirkan dengan

(4)

60 Days Managing Habits and Mindset

2012

Arie Frederik Page 3

karakter unik masing-masing. Dalam perjalanan hidup kita, kita mengembangkan kebiasaan yang unik dari waktu ke waktu yang membuat kita mengalami hal-hal yang berbeda dari orang lainnya. Faktanya, tidak ada 2 orang pun hidup dalam aturan dan prinsip hidup yang sama persis. Selalu ada hal yang tidak disukai dan disukai oleh masing-masing kita. Hal ini yang membuat kita merasa bahwa kita harus hidup dengan hal-hal yang kita sukai saja karena berhadapan dengan hal yang tidak kita sukai butuh usaha, waktu dan pengorbanan untuk memahami.

Mengatasi hal itu kita sudah diberikan mulut untuk berbicara, untuk mendengar dan hati untuk memahami hal yang kita hadapi. Bicarakanlah dengan tenang tanpa emosi karena dengan berbicara, orang lain mengerti apa yang tidak kita sukai dan yang kita sukai. Walaupun ada orang-orang yang mampu memahami orang lain dari bahasa tubuhnya. Yakinlah setiap permasalahan akan dapat diselesaikan jika kita menahan mulut dan keinginan kita untuk mengungkapkan kemarahan kita. Buka kesempatan untuk berkomunikasi dan membicarakan hal-hal yang tidak kita ketahui. Karena marah atau kesal terhadap hal-hal yang tidak kita ketahui kepastiannya adalah jeratan emosi bagi kehidupan kita.

Sekarang kita perlu merendahkan diri untuk mau bertanya. Stop memelihara gengsi dalam diri untuk menanyakan dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

(5)

Hari Ke-2

Teguran, Tanda Cinta dan Perhatian

Kita sudah tahu bagaimana rasanya mendapat kritikan atas tugas yang kita kerjakan untuk pertama kalinya tanpa bimbingan dan arahan siapapun. Kita tahu rasanya tidak diperhatikan atasan di tempat kerja. Namun kita tetap dituntut untuk mengerjakan pekerjaan kita sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

Kita bisa menuntut dengan cepat sesuatu yang kita inginkan. Kita cepat untuk menyampaikan harapan kita kepada orang lain. Saat diketahui kesalahan yang kita lakukan, kita melupakannya dan segera membicarakan kepada mereka seperti apa yang kita inginkan atau harapkan.

Kita ingin dikenal orang lain, tapi kita tidak memperkenalkan diri kita terlebih dahulu.

Kita berharap orang mengenal diri kita dengan baik, namun kita tidak membuka diri dan menceritakan diri kita kepada mereka.

Kita menginginkan orang mendengarkan ucapan kita, namun kita tidak mengucapkan apa-apa untuk didengarkan.

Kita menginginkan orang lain memberikan hasil pekerjaan yang sesuai standar kualitas kita, tapi kita tidak pernah menunjukkan standar kualitas yang kita miliki kepada mereka.

Kita menyatakan ketidaksetujuan atas hasil kerja mereka, namun tidak menyampaikan bagaimana yang kita maksudkan.

Mereka berbeda dengan yang kita harapkan, kita hanya mencela dan marah namun tidak memiliki penjelasan atas kekesalan kita.

(6)

60 Days Managing Habits and Mindset

2012

Arie Frederik Page 5

Kita tidak menyukai suatu hal, namun kita marah kepada orang yang membawanya ke hadapan kita, dan kita tetap tidak menyampaikan ketidaksukaan itu kepada mereka.

Kita berharap hanya orang yang mengerti kita. Semua hal berdasarkan ukuran dan hitungan pribadi kita. Kita tidak memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mendapatkan penjelasan akan segala hal yang menyangkut diri kita. Kita berharap semuanya dapat dimengerti oleh orang lain yang bertemu dengan kita tanpa harus diberitahukan sebelumnya.

Kita tidak memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mendapatkan penjelasan akan standar diri kita. Kita sibuk dengan melakukan penilaian dan menuntut apa yang kita terima haruslah sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kita hanya memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memberikan apa yang kita inginkan, tapi kita tidak memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengenal kita. Kita memberikan kesempatan kepada mereka untuk mencari tahu kita, namun kita tidak menunjukkan rasa ingin tahu yang besar terhadap mereka.

(7)

Hari Ke-3

Pertahankanlah Komitmen

Seorang teman di kantor berulang tahun, sebut saja namanya Budi. Dia membawa beberapa macam makanan untuk di santap bersama-sama di kantor. Lantas seorang di dekat Budi bertanya, “dapat apa dari sang istri di

hari ulang tahun ini?”. Budi menjawab sambil tersenyum, “istri saya tidak ingat ulang tahun saya dan juga tidak mengucapkan selamat ulang tahun”.

Semua yang ada langsung tersenyum sambil bingung. Bagaimana bisa Budi membawa beberapa macam makanan yang ada di hari ulang tahunnya untuk teman-teman kerja sementara sang istri tidak mengingatnya. Setelah kita tanyakan kepada Budi ternyata dirinya pun suka lupa dengan hari ulang tahun istrinya dan juga tidak mengucapkan selamat ulang tahun. Wajar dan seimbang bagi mereka karena saling melupakan. Impas.

Hal yang membuat lucu adalah Budi mengaku bahwa selama berpecaran dia selalu mengingat tanggal ulang tahun pacarnya yang sekarang sudah menjadi istrinya.

Orang yang kita pilih tentu orang yang kita harapkan akan menikah dengan kita kelak. Ini adalah sebuah perjuangan dan harapan kita. Namun tidak selamanya kita bertahan dalam komitmen untuk menjalin hubungan tersebut. Saat masih pacaran dan penjajakan, semua hal yang bisa diusahakan pasti akan dilaksanakan dengan semangat. Semua hal tentang calon pasangan akan dicari agar tidak melakukan kesalahan. Semua usaha ditunjukkan agar dia percaya dan yakin kita bersungguh-sungguh.

Bagitu juga dalam kehidupan kita, dalam hal pekerjaan, hal-hal yang diinginkan, kesehatan dan masih banyak lagi harapan dalam diri kita. Kita berharap mendapatkan pekerjaan yang baik sebelum mendapatkan pekerjaan. Kita berharap mendapatkan segala hal yang belum kita miliki, dan kita pun meminta kesehatan dalam keadaan sakit yang melumpuhkan kita. Kita

(8)

60 Days Managing Habits and Mindset

2012

Arie Frederik Page 7

meminta harta dan kekayaan dalam keadaan kekurangan. Namun, apakah kita tetap berpegang pada niat dan komitmen kita sebelum mendapatkan semua hal itu?

Jawabannya: BELUM TENTU!

Kita perlu mengoreksi diri kita untuk hal seperti ini. Kita terkadang tidak memegang teguh komitmen kita setelah masa-masa sulit kita lewatkan. Saat kita dihimpit kesulitan, kita berharap lepas dari himpitan tersebut. Setelah lepas dari himpitan permasalahan tersebut, kita tiba-tiba menjadi amnesia akan masa-masa sulit yang pernah kita hadapi. Kita menjalani hidup sesuka kita tanpa menghindari jurang kesulitan yang pernah kita masuki atau bahkan berjalan mendekatinya lagi.

Hal yang paling banyak terjadi berkaitan dengan komitmen yang tidak konsisten adalah dalam pekerjaan. Setelah kita menyelesaikan kuliah kita, kita lantas mencari-cari informasi lowongan pekerjaan di manapun, ke siapapun dengan niat mendapatkan pekerjaan secepat mungkin. Kita berdoa agar Tuhan pun memberikan pekerjaan kepada kita yang baik. Berusaha dengan giat untuk lolos dalam tiap tahapan seleksi masuk kerja. Namun, apa yang terjadi setelah kita diterima bekerja? Kita mulai menggerutu jika ada hal yang sedikit saja menyimpang dari harapan kita. Kita mulai menyesali keputusan untuk bekerja di tempat kerja sekarang dan mulai membayangkan betapa enaknya jika pada waktu itu memilih pekerjaan yang lainnya. Kita mulai membandingkan suasana yang kita alami dengan orang lain. Tidak lagi menjalankan komitmen dengan niat tulus dan baik.

Kita terkadang melupakan niat kita untuk bekerja. Kita pernah berniat dan menanamkan dalam hati untuk bekerja dengan baik jika mendapatkan pekerjaan. Namun, setelah mendapatkan pekerjaan, kita menyia-nyiakannya sesuka hati kita. Kita melakukan pekerjaan dengan tidak maksimal dan tidak sunggu-sungguh. Kita bekerja dengan prinsip kerjakan saja apa adanya. Tidak

(9)

perlu melakukan inovasi ataupun memberikan ide demi perkembangan dan kemajuan pekerjaan kita.

Perjuangan dan usaha kerja keras kita untuk mendapatkan sesuatu yang berharga kita sia-siakan. Itu berarti kita tidak memegang teguh komitmen kita dalam berusaha mencapai keberhasilan. Kita hanya mampu berusaha untuk mendapatkannya, namun tidak ingin berusaha lebih dalam mempertahankannya. Walaupun kita mengenal mempertahankan lebih sulit daripada berusaha mendapatkannya. Kekuatan kita memegang komitmen untuk mempertahankan kualitas diri kita akan diketahui diketahui dan dipercaya.

(10)

60 Days Managing Habits and Mindset

2012

Arie Frederik Page 9

Hari ke-4

Putuskan Rantai Masalah

Rasa benci dan dendam pasti ada kepada orang yang melakukan hal yang tidak menyenangkan terhadap kita. Apalagi ada orang yang berbangga dengan apa yang telah dicapai saat ini, sementara kita dilupakan bahkan direndahkan sebagai orang yang telah memberikan dukungan atas keberhasilan mereka. Kesal mungkin menguasai hati kita. Kita merasa dendam dan harus menunjukkan sikap yang sama ketika suatu saat mereka membutuhkan kita lagi. Dendam berlanjut.

Suatu ketika, ada keluarga yang begitu baiknya terhadap suadara mereka. Seperti biasa, orang yang kita berikan bantuan, saudara sekalipun akan melupakan bantuan ketika permasalahan mereka sudah berlalu dari hidup mereka. Kesenangan akan meliputi kehidupan mereka. Mereka pun akan mencari orang-orang yang dianggap setara dengan mereka yang akan menguntungkan mereka. Sementara kita dilupakan begitu saja oleh mereka.

Tidak mengharapkan balasan atas sikap dan perbuatan yang sudah kita berikan kepada mereka. Namun kita tentu sudah merasakan bagaimana rasanya diperlakukan seperti itu. Kita tentu tidak ingin merasakannya untuk kedua kali atau ketiga kalinya dalam hidup. Kita tentu berusaha untuk tidak menemukan perlakuan seperti itu dari orang-orang yang kita kenal. Kita memilih orang-orang yang dapat kita percaya. Namun, kita tidak cepat percaya kepada orang lain karena ada banyak hal yang kita lakukan demi menghindari diperlakukan rendah.

Kita tidak perlu mengemis agar mereka mengingat jasa kita. Kita biarkan apa yang sudah kita berikan membantu mereka. Tidak kita minta kembali pun apa yang sudah kita berikan akan tetap membuat mereka berkembang. Jasa yang sudah kita berikan akan terus mengalir dalam setiap kehidupan mereka dalam wujud yang tidak terlihat. Kita juga tidak ingin

(11)

merasakan hal itu dalam kehidupan kita. Alangkah baiknya jika kita pun berpikir untuk tidak meniru sikap seperti itu dan memperlakukannya kepada orang lain atau kepada mereka yang telah melupakan kita.

Saat kita memutuskan untuk tidak melakukan apa yang kita terima, berarti kita sudah membebaskan diri dan kehidupan kita dari lingkaran setan dendam. Kita akan mendapatkan hal yang sama berulang kali jika kita melakukan hal sebaliknya. Kita menunjukkan sikap yang sama dengan apa yang pernah kita terima. Kita menjadi sama dengan orang yang telah melakukannya kepada kita. Kita menjadi tidak ada bedanya dengan mereka. Kita juga adalah mereka dengan sikap yang sama. Artinya kita tidak menunjukkan sikap untuk merubah keadaan.

Kita membuat permasalahan seolah-olah selesai dengan pembalasan yang kita berikan. Berikutnya kita tentu akan menerima hal sama di lain waktu tanpa kita sadari. Kita memunculkan situasi permasalahan yang berulang. Sekarang kita butuh penyelesaian terhadap permasalahan ini. Kita tidak ingin merasakan situasi seperti ini, apalagi diperlakukan secara langsung oleh orang yang kita percaya.

Membalas adalah keinginan terbesar dari setiap orang yang mengalami perlakuan seperti ini. Terkadang pula kita merasa tidak suka jika harus membalas mereka dengan sikap yang sama. Tapi keinginan itu sungguh terlalu besar untuk ditolak. Namun, kita harus tetap mempertahankan diri dan menolak keinginan tersebut karena itu akan memancing permasalahan yang lebih besar dan turun-temurun untuk generasi kita.

Kita perlu untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan memberikan perlakuan sebaliknya dari apa yang kita terima. Sesungguhnya hati kita pun menolak untuk membalas dendam terhadap mereka dengan hal yang sama. Untuk itu, kita berikan mereka perlakuan yang sebaliknya untuk menunjukkan kepada mereka bahwa kita tetap bisa hidup tenang dan tidak terpengaruh oleh apa yang mereka lakukan. Kita memberikan arang panas ke

(12)

60 Days Managing Habits and Mindset

2012

Arie Frederik Page 11

atas kepala mereka agar berpikir dan merasa malu atas perbuatan mereka sendiri.

Tetap hidup dalam ketulusan hati. Tidak ada manusia yang dapat membalas apa yang telah kita berikan kepada orang lain. Ikhlas dan tulus dalam pemberian. Saling mengasihi demi keharmonisan hubungan dengan sesama saudara kita. Jangan menunjukkan sikap dan perbuatan yang sesungguhnya kita sendiripun tidak ingin merasakannya. Karena jika kita tidak ingin merasakan sikap yang kita lakukan, tentu orang lain pun tidak ingin diperlakukan seperti itu. Namun tunjukkanlah sikap sebagaimana kita ingin diperlakukan, pasti semua adalah hal yang baik dan menyenangkan bagi diri kita. Perlakukanlah orang lain juga seperti itu.

(13)

Hari Ke-5

Simpan Komentar, Pengetahuan Kita Terbatas

Ada satu pesan yang pernah di ajarkan oleh Nabi Salomo atau Sulaiman. Beliau adalah nabi dan raja yang memiliki kebijaksanaan yang luar biasa tanpa ada satu orangpun yang diberikan berkat kebijaksanaan sama ataupun melebihi beliau dimuka bumi ini. Beliaulah satu-satunya manusia paling bijaksana di muka bumi ini. Dalam pesannya tersebut, beliau mengatakan bahwa “Lambatlah untuk berbicara namun cepatlah untuk mendengarkan”. Ini adalah pesan yang sangat penting dan kadang kita abaikan.

Sebagai manusia yang belajar, kita akan merasa semakin pintar dan pandai setiap waktu setelah kita mempelajari sesuatu. Kita juga akan merasa bisa mengukur dan menilai orang-orang yang tidak sama dengan kita dengan dasar bahwa kita memiliki pengetahuan lebih.

Dengan apa yang kita ketahui, kita merasa bahwa diri kita dapat mengeluarkan pendapat seperti yang kita pahami. Kita dapat mengutarakan bagaimana seharusnya orang lain hidup dan mengikuti cara pandang kita.

Kita memiliki cara pandang yang berbeda dengan orang lain. Semua hal yang kita miliki berbeda dengan orang lain walau terkadang terlihat sama dan serupa. Kita mengenal orang lain, namun tidak mengenal secara mendalam. Kita hanya mengenal dan mengetahui apa yang diungkapkan oleh orang tersebut. Hati orang siapa yang tahu.

Kita memiliki keterbatasan dalam memahami dan mengerti orang lain. Kita tidak dapat mengerti dan memahami orang lain lebih dari orang itu sendiri. Artinya, bagaimanapun kita berusaha untuk mengerti orang lain, kita tetap tidak akan mengerti mereka 100%. Kitalah yang paling mengerti diri kita sendiri, begitupun juga mereka. Merekalah yang paling mengerti diri mereka, bukan orang lain.

(14)

60 Days Managing Habits and Mindset

2012

Arie Frederik Page 13

Dalam keterbatasan ini, terkadang kita masih melupakan pesan dari Nabi Salomo atau Sulaiman untuk menahan suara dan cepatlah mendengar. Kita tetap melakukan evaluasi dan penilaian terhadap orang lain di sekitar kita. Kita sangat cepat menilai orang lain, padahal terkadang informasi yang kita dapatkan tentang seseoranng hanya sepotong, bahkan hanya dalam rentang waktu yang sangat singkat dari waktu kita mengenal mereka.

Kita merasa sudah tahu semuanya hanya dalam waktu singkat, padahal kita salah besar dalam hal ini. Kita tidak mengetahui sepenuhnya dan tidak bisa berkomentar dengan begitu gagahnya. Kita tidak memiliki dasar untuk menilai orang lain. Untuk itulah, ada pesan agar berdiam diri jika ada keinginan untuk mengkritik orang lain. Ingatlah bahwa informasi yang kita miliki untuk menilai sangatlah sedikit. Waktu yang kita gunakan dalam menilai pun terlalu singkat. Janganlah cepat-cepat untuk menilai, namun berusahalah untuk mencari tahu kebenarannya. Cari tahu sampai semua jelas, lalu berkomentarlah. Celakanya, kejelasan itu tidak akan ada masanya, karena kita berjalan di antara waktu yang terus mengalami perubahan.

Keinginan untuk cepat memberikan penilaian hanya akan menimbulkan masalah. Kita perlu informasi yang jelas dan lengkap untuk menilai orang lain. Jika kita merasa sudah memberikan penilaian kepada orang lain, berikanlah dengan informasi yang jelas dan keyakinan bahwa anda benar dan anda tidak pernah melakukan kesalahan. Namun, jika kita merasa bahwa kita tidak memiliki informasi yang lengkap dalam menilai, tahanlah diri untuk tidak berbicara. Lebih baik diam daripada berceloteh tanpa makna. Diam itu emas dan emas itu berharga.

(15)

Hari Ke-6

Kualitas Pekerjaan Adalah Cermin Kualitas Diri

Untuk yang sudah sibuk bekerja, sangat penting bagi kita untuk menyadari hal ini. Kita terlibat dengan berbagai tanggung jawab dan pekerjaan. Tanggung jawab kita harus di selesaikan dalam batas waktu tertentu dengan kualitas yang baik. Semua pekerjaan dan tanggung jawab itu adalah pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan kompetensi diri anda.

Apa yang kita kerjakan mencerminkan kualitas diri kita masing-masing. Kualitas diri kita tentu akan muncul kepermukaan dari setiap karya yang kita kerjakan. Nah, dari pekerjaan inilah kita melakukan berbagai hal dengan menggunakan logika, pikiran, hati dan nilai-nilai diri kita. Semua hal yang ada dalam diri kita ikut terlibat dalam setiap aktivitas yang kita lakukan.

Keterlibatan segala aspek diri kita, dari pikiran, hati dan nilai-nilai yang kita anut serta budaya yang kita miliki membawa kita menjadi lebih nyata. Jika anda mengerjakan tanggung jawab anda dengan sembarangan, itulah diri anda yang sembarangan. Ketidakteraturan yang anda tunjukkan dalam bekerja adalah lanjutan dari diri anda yang tidak teratur alias sembarangan dalam banyak hal. Jika anda menerima tanggung jawab anda dengan setengah hati, akan sangat jelas menunjukkan bahwa anda adalah orang yang tidak pernah sepenuh hati melakukan pekerjaan yang anda terima.

Kita perlu memikirkan dan mempersiapkan diri kita untuk jangka panjang. Kita juga perlu dan sangat diharapkan untuk memperhatikan hal-hal yang sudah ada di depan mata kita. Setiap hal yang kita kerjakan dari hal terkecil inilah yang membentuk kualitas diri kita. Bukan kita menyelesaikannya, tapi seberapa baiklah kita menyelesaikan tanggung jawab di hal kecil yang menambahkan kualitas dalam diri kita. Untuk itu, jangan pernah meremehkan hal kecil yang harus kita kerjakan, karena dari hal itulah kualitas diri kita terpancar. Lebih komplit lagi, bahwa hasil dari pekerjaan kita

(16)

60 Days Managing Habits and Mindset

2012

Arie Frederik Page 15

yang melalui proses panjang itulah yang menunjukkan kualitas kita. Bukan sekedar hasil, tapi bagaimana kita secara konsisten dan menunjukkan hasil-hasil yang sangat baik dalam setiap prosesnya.

(17)

Hari ke-7

Kekayaan Bukan Ukuran Kecukupan

Sejak kecil semua anak-anak sudah diajarkan untuk bercita-cita. Berbagai macam cita-cita mereka inginkan, mulai dari presiden, dokter, tentara, guru, tapi jarang kita akan mendapatkan jawaban untuk menjadi ustads, pendeta, room, apalagi petani. Terlepas jawaban yang mereka berikan murni keinginan mereka ataupun bukan. Kita tidak bisa memungkirinya karena mereka mendapatkan informasi itu dari cerita, televisi ataupun permintaan orang tua mereka.

Keinginan mereka selalu ingin menjadi lebih baik. Kehidupan di masa akan datang akan jauh lebih menyenangkan daripada kehidupan sekarang. Jika sekarang ada banyak hal yang tidak bisa dimiliki, pasti di masa depan berharap dan berusaha agar semua yang diinginkan dapat dimiliki segera tanpa masalah. Ini adalah harapan yang selalu dimiliki orang. Semua hal ini tentu berhubungan dengan kekayaan atau harta.

Sebagai orang yang tidak memiliki banyak uang, atau hidup hanya kekecukupan untuk satu hari saja, akan sangat menyenangkan bila membayangkan menjadi orang kaya. Hidup terasa bagitu menyenangkan dan tidak ada masalah dalam keinginan. Ingin makan enak, tinggal beli tanpa peduli uang akan keluar berapa. Namun, dalam kehidupan sebenarnya untuk membeli makan saja sudah terasa sulit dan banyak pertimbangan. Walaupun demikian, semua yang kita butuhkan selalu tercukupi.

Mungkin kita perlu untuk memisahkan kebutuhan dan keinginan. Ini akan membantu kita menyeleksi apakah yang kita harapkan adalah keinginan atau kebutuhan kita.

Semua yang kita inginkan ataupun kita butuhkan di dunia saat ini harus dibayar dengan sejumlah uang. Itu artinya kekayaan. Orang yang kaya akan bisa memenuhinya sedangkan yang tidak hanya bisa “gigit jari”.

(18)

60 Days Managing Habits and Mindset

2012

Arie Frederik Page 17

Melihat gemerlapnya kehidupan yang bergelimang harta sungguh menyenangkan. Hanya di saat kita tidak memiliki harta yang bergelimang, kekayaan menjadi tujuan utama kita untuk hidup senang. Semua usaha kita ditujukan kepada harta. Tidak semua orang merasa seperti itu, bahkan orang kaya sekalipun tidak bisa menikmati kekayaan yang sudah mereka kumpulkan. Mereka tertidur di ruang perawatan atau harus bolak-balik ke rumah sakit dalam jangka waktu tertentu. Ada juga di tengah kekayaannya, mereka malah tidak menikmati hidup karena tidak bisa bertemu keluarga, tidak bisa berinteraksi dengan anak dan istri secara intensif. Lebih parahnya di tengah kekayaan, keluarga terpecah dan saling membenci satu sama lain, tidak ada kejujuran dan keterbukaan dalam keluarga. Hidup juga penuh ketakutan karena diancam oleh orang lain.

Sekarang, mari pahami kehidupan kita. Apa yang sebenarnya kita butuhkan dalam hidup ini? Apa kebutuhan yang anda ingin penuhi saat ini? Apakah kekayaan adalah standar kecukupan anda dalam hidup? Ingat, hidup ini bukan hanya mengenai materi karena materi ini adalah ciptaan manusia sendiri yang akhirnya mengikat diri sendiri. Kecukupan dalam hidup juga berkaitan dengan emosi, relasi dan ketenangan dalam hidup.

Hiduplah dalam kecukupan. Hidup berkecukupan bukanlah melihat apa yang dimiliki oleh orang lain, melainkan melihat apa yang kita miliki, kemudian ucapkan syukur. Pegang apa yang kita miliki, gunakan semaksimal mungkin karena itulah yang akan mencukupi hidup kita. Jangan tertipu oleh harta dan kekayaan, hidup kita akan selalu berkecukupan jika kita tetap berusaha dan bersyukur dengan apa yang kita miliki. Pengejaran akan kekayaan akan membutakan mata hati kita, melupakan keluarga dan hubungan serta emosi kita untuk merasa berkecukupan dan menikmati hidup dalam kenyamanan bersama orang-orang yang kita kasihi.

(19)

Hari Ke-8

Siapa yang Mengatur Hidupmu?

Kepada siapa kita menggantungkan hidup ini? Kepada apa hidup kita diberikan?

Apa yang menggerakkan kehidupan kita? Untuk apakah kehidupan kita?

Untuk apa pendidikan yang kita miliki?

Apakah kita sudah memberikan kontribusi untuk lingkungan kita walaupun itu hanya hal kecil?

Ketika ada masalah dalam hidup kita, apakah permasalahan itu akan mengakhiri hidup kita?

Siapa yang bisa menentukan hidup kita akan susah ataupun menyenangkan?

Apakah ada hal di sekitar kita yang dapat membuat kita kehilangan hidup kita?

Adakah permasalahan yang dapat mengurangi nyawa kita dalam hidup ini?

Terkadang kita menyerahkan hidup kita kepada orang lain yang tidak kita kenal. Kita memberikan kekuatan itu kepada mereka. Kita memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengatur hidup kita, sampai kita merasa bahwa diri kita akan sangat bergantung kepada mereka dan apa yang mereka lakukan terhadap kita.

Kita melepaskan tanggung jawab kita terhadap diri sendiri. Kita merasa bahwa kita tidak memiliki kemampuan apa-apa untuk menyelematkan diri

(20)

60 Days Managing Habits and Mindset

2012

Arie Frederik Page 19

dan hidup karena kebijakan yang orang lain buat, walaupun itu tidak mempengaruhi hidup kita secara langsung. Kita tidak bisa membiarkan diri tetap dalam kelemahan, dan ketidakberdayaan. Hidup kita tidak diatur oleh orang lain, tidak juga ditentukan dari kebijakan yang mereka buat. Akan tetapi, bergantung dari bagaimana kita menjalani hidup kita dengan sebaik-baiknya. Hidup kita ini hanya sementara di dunia ini, kita diberikan nyawa dan roh kehidupan oleh Tuhan. Tuhanlah yang menentukan kita tetap hidup atau harus meninggalkan dunia ini. Seberapa pun pintar dan pandainya kita. Seberapa kaya dan berlimpahnya kita, tidak dapat menentukan kehidupan kita menjadi seperti apa tanpa camput tangan Tuhan. Apalagi orang lain yang tidak mengenal kita secara sungguh-sungguh.

Apapun yang orang lain lakukan terhadap kita, bagaimana pun mereka membuat kebijakan yang menyusahkan diri kita. Kita seolah-olah merasa ditekan dan ditempatkan ke keadaan sulit, tapi yakinlah bahwa kita tidak hidup dari mereka dan ditentukan oleh mereka. Kita hidup karena Tuhan dan diciptakan untuk hidup di dunia ini dengan sebuah tujuan dan misi khusus. Misi tersebut adalah hidup dengan syukur, menikmati hidup dan memberikan seluruh apa yang kita miliki untuk kebaikan dan kesungguhan, serta membuat kehidupan di dunia semakin indah dan damai dengan penuh kasih.

Cobalah lihat kembali ke diri kita. Siapakah dan apakah yang memberikan kehidupan? Apakah hidup kita ditentukan oleh segala hal yang kita miliki? Atau hidup kita ditentukan oleh apa yang dilakukan oleh orang lain? Bagaimanapun jawaban yang anda temukan? Mulailah berpikir bahwa kemampuan diri kita sangat terbatas dan orang lain tidak pernah memberikan nyawa dan kehidupan kepada kita. Permasalahan yang kita hadapi juga tantangan untuk kita hadapi dan selesaikan dengan cara kita, agar kita menjadi lebih baik dan kuat menjalani hidup. Tidak hidup dalam permainan yang diciptakan oleh orang lain, melainkan menjalani hidup yang kita ciptakan sendiri.

(21)

Hari Ke-9

Kita Terkadang Tidak Memahami Maksud Orang Tua Kita

Tingkah dan sikap orang tua selalu tidak menyenangkan jika kita berpikir sesuai dengan keinginan kita. Mereka terasa kuno dan tidak sesuai dengan kondisi zaman. Mereka hanya memaksakan kehendak mereka terhadap kita. Mereka tidak mau mengerti keadaan kita sebagai anaknya.

Pernahkah terpikirkan oleh kita, mengapa mereka rela mengerjakan apa pun agar kita dapat makan setiap harinya? Atau berpikir mengapa mereka setia menceramahi kita walaupun berulang kali kita menolak mendengar bahkan memarahi mereka dalam kebencian kita.

Orang tua telah meluangkan waktu begitu banyak untuk mendidik dan mengajarkan kita tentang kehidupan. Kita tidak pernah mendengarkan didikan mereka. Cara terbaik untuk menyadari keberadaan orang tua kita adalah dengan jauh dari mereka dan hidup sendirian. Kita pasti akan menyadari betapa pentingnya mereka. Anda akan mengingat setiap perkataan yang pernah kita abaikan saat bersama mereka. Kita pasti berharap dapat bersama-sama dengan mereka lagi.

Saat mereka meminta kita berusaha lebih, kita berpikir bahwa mereka akan menyiksa kita. Di saat kita harus melakukan pekerjaan lebih dari yang saudara kita lakukan, kita tidak menyadari bahwa mereka sedang mengajarkan pengorbanan kepada kita. Saat kita memiliki sesuatu yang lebih dari kita, kita diajarkan untuk tidak egois dan hidup berbagi. Tidak hanya berpikir mengenai diri sendiri, tapi kita berpikir bahwa mereka memaksa kita mengurangi hak kita. Di saat kita berbuat salah, kita diberi nasihat dan diminta untuk mendengarkan, kita menolak dan mengeraskan hati. Mereka dengan sabar dan terus mengajarkan kita untuk rendah hati dan tidak sombong dengan kemampuan kita.

(22)

60 Days Managing Habits and Mindset

2012

Arie Frederik Page 21

Kita hanya menganggap mereka kuno dan berpendidikan rendah. Namun, jika kita sadari, mereka menahan diri mereka dalam banyak hal karena mereka telah menyiapkan pendidikan untuk kita yang telah mendapatkan pendidikan lebih tinggi dari mereka. Itulah kebanggaan mereka saat kita berada di posisi lebih dari mereka. Saat ada masalah, terkadang kita tidak mau mendengarkan pendapat apapun yang mereka ucapkan. Kita berpandangan bahwa apa yang mereka ucapkan hanya akan memancing emosi dan kemarahan. Lantas kita membentak mereka untuk diam karena kita merasa bisa melakukan semuanya sendiri tanpa masukan dari mereka. Kita telah menjadi sombong. Merekalah yang dengan setia membantu kita dapat berpikir baik dan menjadi pintar. Merekalah segalanya. Mereka yang memperhatikan kebutuhan saat kita jauh dari mereka. Mereka yang mencemaskan diri kita saat jatuh sakit. Mereka juga yang terus merindukan kita saat kita jauh dan di dalam perjuangan keras menjalani kehidupan.

Kita terlalu somobong dan meninggikan diri sehingga tidak menganggap mereka ada. Kita tidak ingin memahami sikap mereka terhadap kita. Kita hanya tidak ingin menuruti apa yang mereka minta. Kita hanya ingin melakukkan apa yang sesuai dengan keinginan kita. Kita tidak ingin merubah sikap dan kebiasaan kita karena harus menyesuaikan dengan keinginan mereka.

Tidak ada cara yang lebih bisa digunakan untuk memahami dan menghargai mereka sebagai orang tua. Bagaimanapun suara mereka, bagaimanapun kesehatan mereka, bagaimanapun rewelnya mereka, mereka adalah orang tua kita. Orang yang telah membesarkan kita. Mereka juga yang berjuang demi kemajuan kita, bekerja dan berusaha memberikan yang terbaik kapada kita. Kita hanya perlu tenang dan mendengarkan mereka, karena sekuno apapun perkataan mereka, itu adalah nasihat dan doa mereka bagi kita sebagai anaknya. Jangan cepat marah akan nasihat mereka, karena kemarahan dan emosi adalah tanda bahwa keegoisan dan kesombongan

(23)

sedang menguasai hidup kita. Rasa tinggi hati telah menjadi jiwa kita menjalani hidup.

(24)

60 Days Managing Habits and Mindset

2012

Arie Frederik Page 23

Hari Ke-10

Katakan Apa Yang Telah Dilakukan, Bukan Yang Direncanakan

Banyak rencana yang berkembang di kepala kita. Kita terkadang sampai tidak bisa membendungnya dari otak kita. Kita tidak memiliki kemampuan untuk membendung perkembangan rencana dan ide. Kita bisa memberinya makan dan membiarkan mereka bertumbuh dan berkembang menjadi sebuah kenyataan di luar kepala kita.

Memiliki rencana bukan suatu keanehan. Rencana akan menjadi suatu keanehan jika itu hanya berakhir sebagai rencana di kepala kita. Kita tidak pernah mengusahakannya menjadi suatu kenyataan. Kenyataan yang bisa di rasakan oleh indra mata dan kulit kita. Rencana keluar dari kepala kita dan tumbuh menjadi sesuatu yang juga dirasakan oleh orang lain.

Memiliki banyak ide terkadang membuat orang merasa sombong. Seakan-akan dirinyalah orang yang paling pintar dan memiliki ide-ide brilian. Namun, apa gunanya memiliki rencana dan ide segar terbaik tanpa aksi untuk mewujudkannya. Semua rencana dan ide terbaik sekalipun hanya akan berakhir di dalam mimpi, atau tenggelam di tengah tulisan ide lainnya di buku harian kita. Tidak ada yang terbukti dan menjadi kenyataan.

Hanya rencana. Tidak ada kebanggaan di dalamnya.

Kita terkadang terjebak untuk mengumbar rencana yang kita miliki. Kita terus menceritakan apa yang ada di kepala kita kepada orang lain. Namun semua yang kita ceritakan bukanlah hal penting selain impian yang kita biarkan hidup di kepala kita. Orang lain pun hanya mendengarkan itu sebagai lelucon dan dongeng yang kita ceritakan tanpa bukti nyata. Ini adalah kondisinya, karena apa yang kita rencanakan belum berbentuk apa-apa selama itu masih berbentuk rencana.

(25)

Masalahnya adalah mewujudkan rencana menjadi sebuah kenyataan sangatlah sulit. Bagi kita yang tidak terbiasa dan terlatih untuk mewujudkan ide-ide kita. Bagi yang terbiasa dan mengetahui caranya, mereka akan melenggang dengan tenang mewujudkan semua impian mereka. Mengapa perlu mengatakan apa yang telah kita lakukan?

Ini menjadi hal yang menarik buat kita pelajari bahwa mengatakan apa yang kita rencanakan saja itu terlihat seperti omong kosong yang belum terbukti kebenarannya. Tapi hal ini tidak salah, karena semua hal indah berasal dari rencana dan impian dalam pikiran kita. Namun, menceritakan apa yang telah kita lakukan adalah sebuah pencapaian. Kita telah berhasil mewujudkan rencana dan ide-ide dalam pikiran kita menjadi suatu kenyataan di dunia yang nyata. Dengan menceritakan apa yang telah kita lakukan, kita mengurangi isi cerita yang berbau manipulatif, karena semuanya sudah berjalan dan terbukti.

Namun, tetaplah bermimpi dan merencanakan sesuatu yang besar. Setelah memiliki itu semua, jangan pernah puas dan berhenti. Sekarang berusaha untuk mewujudkannya. Anda menghabiskan waktu anda yang berharga jika hanya berhenti sampai di rencana. Mari kita berjalan dan mewujudkan rencana yang sudah kita kuasai menjadi kenyataan. Mengubah rencana dan ide menjadi kenyataanlah hal penting.

Untuk mewujudkan itu semua, janganlah berpikir bahwa kita dapat melakukannya sendirian. Kita membutuhkan berbagai hal yang tidak ada dalam diri kita. Kita membutuhkan orang lain, kita membutuhkan tenaga mereka, pemikiran mereka dan usaha mereka. Kita juga membutuhkan hal-hal lain yang membantu keberhasilan untuk mewujudnyatakan rencana dan ide kita yang miliki.

(26)

60 Days Managing Habits and Mindset

2012

Arie Frederik Page 25

Hari Ke-11

Mengikuti Tampak Lebih Mudah Daripada Memimpin

Kita pasti tahu bagaimana rasanya berada di dalam sebuah organisasi. Organisasi yang lengkap dengan pemimpin dan anggota. Pasti banyak dinamika yang kita dapatkan dan rasakan. Dari pengalaman yang menyenangkan sampai pengalaman yang tidak menyenangkan alias menyedihkan. Terkadang membuat kita kehilangan semangat dan menimbulkan kebencian yang mendalam dan bertahan lama.

Itulah kehidupan organisasi. Ada pemimpin, ada anggota. Ada kesenangan ada juga kesedihan. Ada cinta dan ada kebencian. Ada yang bekerja, ada juga yang hanya duduk diam menunggu hasil. Dinamika yang bisa ditebak namun sulit diselesaikan.

Terkadang kita juga tidak menempatkan diri kita sesuai dengan porsi yang seharusnya kita pegang. Saat kita menjadi anggota, kita terkadang berhalusinasi terlampau tinggi sebagai pemimpin yang bertanggung jawab memikirkan segala aspek tentang organisasi. Namun, saat kita berada di posisi pemimpin, kita kebingungan dan mulai menempatkan diri sebagai anggota biasa yang tidak perlu memikirkan kehidupan organisasi, visi maupun anggota.

Kita berpikir bahwa terlalu banyak celah pemimpin saat kita di posisi sebagai anggota dan pengikut. Kita merasa bahwa semua celah itu hanya bisa ditutupi oleh ide-ide dan kemampuan kita. Bahkan, kita menganggap pemimpin kita itu tidaklah layak memimpin karena celah dan kekurangan mereka. Kita membenci dan memusuhi pemimpin kita. Terkadang kita berpikiran “masa hal seperti ini saja tidak bisa diselesaikan?”

Ini hanya pemikiran kita. Pemikiran seorang anggota yang tidak merasakan dan tidak mengemban tanggung jawab sebagai pemimpin

(27)

sesungguhnya. Semua kita ukur dari keinginan kita. Sederhana saja yang kita pikirkan. Namun, pemimpin, tidak pernah memikirkan hal yang sederhana saja. Mereka harus memikirkan saat ini dan keberlangsungan di masa akan datang. Keputusan yang salah saat ini tentu akan berdampak pada keadaan berikutnya. Jika itu benar, tentu akan membuka jalan baru. Jika keputusan yang diambil salah, itu berarti akan mempersempit jalan organisasi untuk mencapai tujuan utama organisasi.

Kita kadang berpikir bahwa menjadi pengikut atau anggota biasa itu tidak sulit. Menjadi pemimpinlah yang sulit. Padahal, setiap pemimpin pasti pernah menjadi pengikut. Saat menjadi anggota biasa, ada banyak yang kita harus redam dalam diri kita. Kita harus meredam keinginan kita untuk memaksakan pendapat dan ide kita, walaupun itu diijinkan.

Kita harus berada di posisi lebih rendah karena kita membantu pemimpin kita untuk mencapai tujuan utama organisasi. Kita berusaha sebisa mungkin mengikuti dan melakukan dengan baik petunjuk dari pemimpin kita. Otoriter kelihatannya, namun pemimpin memiliki kendali dan control terhadap jalannya organisasi. Meredam kemungkinan penyimpangan yang terjadi. Kita harus berkomunikasi dengan baik kepada atasan dan berusaha memahami visi yang sedang ingin dicapai. Selain itu, pemimpin juga bertanggung jawab terhadap anggota-anggotanya.

Dalam kondisi seperti ini, terkadang kita hanya menilai berdasarkan perasaan kita. Kita tidak menggunakan dasar yang jelas untuk menilai pemimpin kita. Jika menyenangkan kita, pasti pemimpin akan mendapatkan respon positif dari anggotanya. Namun, jika pemimpin melakukan kesalahan, negatiflah yang akan diterima sepanjang hidupnya.

Sebagai pengikut, kita harus meredam diri kita untuk merasa sebagai penguasa organisasi. Menahan diri untuk merasa jagoan dan bisa segalanya. Mungkin saja kita bisa, tapi saat kita menduduki jabatan pemimpin kita benar-benar bisa melakukannya. Kita hanya bisa membicarakan pemimpin

(28)

60 Days Managing Habits and Mindset

2012

Arie Frederik Page 27

kita jika apa yang organisasi capai, pemimpin kita yang mendapat pujian. Kita merasa iri karena seharusnya yang dipuji adalah anggota yang mengerjakannya. Kita ingin terlihat menonjol dan lebih bertanggung jawab dari pemimpin kita. Sesungguhnya, tugas kecil pun sudah kita abaikan saat ingin berkuasa dan menjadi pemimpin hanya dalam penilaian negatif ambisi berdasarkan pemujaan atas kemampuan diri sendiri.

Kita harus belajar menjadi tim pendukung yang membantu pemimpin dan menyukseskan pencapaian visi dan cita-cita organisasi. Keberhasilan organisasi akan identik dengan keberhasilan pemimpin. Keberhasilan pemimpin sesungguhnya adalah keberhasilan anggota yang telah bekerja keras menjalankan misi mencapai tujuan utama organisasi. Keberhasilan pemimpin pasti karena ada dukungan dari anggota yang secara konsisten dan loyal mendukung organisasi.

Menjadi pengikut menuntut kita belajar menahan diri dan menjadikan diri kita lebih dewasa dalam mengatur emosi. Setelah kita berhasil membangun emosi yang dewasa, kita akan sampai kepada posisi kepemimpinan. Di saat itulah kita akan berlatih dan mengembangkan diri untuk mengatur anggota dan tujuan organisasi dengan kedewasaan emosi kita. Sebagai pemimpin, kedewasaan emosi sudah harus dimiliki, sama seperti anggota yang terus mendewasakan diri dan emosi untuk menyukseskan sebuah visi. Tanggung jawab lebih sebagai pemimpin adalah kita harus mengatur jalan untuk mencapai visi kita dengan baik. Mengatur anggota dan cara untuk mencapai visi dalam kesuksesan.

(29)

Hari Ke-12

Bersungguh-Sungguh Untuk Apa Yang Kita Miliki

Apa yang sangat ingin kita lakukan? Apa pula yang sangat ingin kita miliki?

Apakah kita sudah melakukan hal terkecil untuk mencapai hal kita ingin lakukan?

Apakah kita sudah memiliki semua saat ini?

Tentu kita sudah sering mendengarkan bahwa hal-hal besar selalu dicapai dari hal-hal kecil terlebih dahulu. Begitu juga, untuk dapat berlari kencang pasti dimulai dari sebuah langkah kecil. Sama halnya ketika kita ingin memacu kendaraan motor kita di kecepatan 100 km/jam, kita harus memulai dan merasakan terlebih dahulu kendaraan kita dengan kecepatan 10 km/jam, 40 km/jam sampai akhirnya mencapai kecepatan 100 km/jam.

Kita terkadang tidak menerima proses di hal-hal kecil tersebut. Kita hanya menginginkan segala sesuatunya langsung menjadi besar. Kita mengharapkan segala sesuatu yang terlihat indah dan dimiliki oleh orang lain ataupun yang pernah kita lihat. Namun, kita tidak pernah merasa memiliki apa yang sudah kita punya. Kita sudah memahami semuanya dimulai dari hal kecil, namun kita tetap mengharapkan hal besar tanpa sebuah proses.

Kita menginginkan semuanya terjadi instan. Kita tidak ingin berusaha. Berharap semua bisa didapat dalam sekali kedip. Tidak perlu usaha dan kerja keras. Tidak perlu berkeringat dan berlelah pikiran karena semua ada di depan mata.

Kita memikirkan apa yang tidak kita miliki. Kita hanya memikirkan apa yang belum kita miliki. Semua yang ada di depan mata kita dan tidak kita miliki selalu tampak lebih menarik dan indah. Kita berusaha memilikinya

(30)

60 Days Managing Habits and Mindset

2012

Arie Frederik Page 29

bahkan tidak tertarik untuk menjaga apa yang sudah kita miliki. Kita tidak lagi memiliki apa yang sudah kita miliki.

Memang memiliki apa yang sudah kita punya itu membuat kita tidak pernah puas. Namun, dengan begitu kita tidak pernah bersyukur atas apa yang sudah kita miliki. Kita selalu berharap dan berharap. Mencari dan mencari segala yang belum kita miliki.

Bersyukur dengan apa yang kita miliki tidak pernah mudah dilakukan. Hidup terasa kuno dan tertinggal zaman jika kita hanya bersyukur. Kita dinilai tidak memiliki semangat untuk berhasil dalam rasa syukur kita. Padahal syukur sesungguhnya bukanlah ambisi untuk memenuhi harapan dan keinginan diri kita sendiri. bukan juga keinginan untuk memenuhi ambisi kita menunjukkan keberhasilan yang sudah kita capai kepada orang lain. Namun, bersyukur yang sesungguhnya adalah berterima kasih akan apa yang sudah kita miliki. Lalu menjaganya dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati kita. Di sampaing itu, kita berjalan maju untuk membagikan harapan kita kepada orang lain agar orang lain pun merasakan rasa syukur kita. Yang pada akhirnya ikut bersyukur atas apa yang sudah mereka miliki, kemudian terus bangkit dan mencapai semua yang baru dengan tidak melupakan apa yang sudah dimiliki.

(31)

Hari Ke-13 Rantai Kehidupan

Kita pernah mendengar cerita tentang teman kita yang dipukul oleh orang tak dikenal. Lantas kita pun menjadi emosi dan merasa tidak terima. Kita juga pernah mendengar beberapa orang di tipu di berita, kita menjadi ikut merasa takut dan waspada serta merasa kasihan terhadap korban. Saat kita melihat tetangga kita mengalami kesedihan atau penderitaan yang mendalam, kita juga merasakan kepedihan dan kesusahan yang mereka alami. Begitu juga saat menonton gosip ada artis yang sedang bergembira karena hari pernikahan, kita juga merasa senang dan tersenyum melihatnya. Seolah-olah kita juga merasakannya.

Kita tidak merasakan langsung, tapi kita ikut merasakan apa yang terjadi. Kita tahu bahwa apa yang terjadi di sekitar kita akan mempengaruhi hidup kita. Saat kita berbuat baik kepada orang lain, akan banyak orang yang merasakan kebahagiaan itu. Orang yang menerima perbuatan baik tentunya akan senang, keluarga, tetangga bahkan orang yang tahu dan berada jauh pun akan merasakan kebahagiaannya.

Hidup kita seolah-olah dihubungkan oleh seutas benang merah yang saling mengikatkan diri kita ke orang lainnya. Mulai dari yang kita kenal sampai kepada yang tidak kita kenal, bahkan yang jauh sekalipun. Saat satu pribadi mengalami goncangan dalam hidupnya, semua orang akan ikut tergoncang dan merasakan bahwa ada goncangan yang dialami oleh seseorang. Jika mereka berada di dekatnya mareka akan tahu, namun jika mereka jauh, mereka hanya bisa merasakan apa yang terjadi.

Tidak ada yang bisa hidup sendirian tanpa terhubung oleh orang lain di sekitar kita. Semua terhubung dan saling memberi dampak dari setiap gerakan hidupnya. Oleh karena itu, jika kita bergerak memberi dampak negatif, kita menyalurkan semua informasi negatif bagi orang lain. Mereka pun

(32)

60 Days Managing Habits and Mindset

2012

Arie Frederik Page 31

akan merasakan hawa negatif dari luar dirinya. Sebaliknya jika kita bergerak memberi dampak positif.

Melihat kondisi ini, tentu kita berharap bahwa apa yang terjadi adalah yang positif, mendukung dan saling membangun. Pergerakan ini akan membuat kehidupan dipenuhi oleh hal-hal positif, mendukung dan membangun satu sama lainnya.

Permasalahan yang kita hadapi sekarang adalah kita merasa bahwa hidup kita sendirian. Kita tidak hidup untuk orang lain. Hidup kita adalah hidup kita dan hidup mereka adalah hidup mereka. Kita tidak bertanggung jawab terhadap kehidupan orang lain. Tentu hal ini membuat situasi menjadi negatif. Mengapa? Karena jika kita hidup dalam pandangan bahwa kita tidak berdampak bagi orang lain, kita tidak pernah memikirkan pengaruh dari perbuatan kita bagi orang lain di sekitar kita.

Kita hidup hanya memikirkan bagaimana kehidupan kita menjadi bahagia dan tenang. Bahkan berharap dipenuhi oleh kelimpahan. Hidup akan diisi oleh segala hal yang kita inginkan. Namun, kita tidak pernah memikirkan apakah kehidupan dan gerakan yang kita tampilkan memberikan nuansa kehidupan yang kita rasakan. Kita lupa kalau setiap gerakan yang kita buat itu akan menggerakan “benang merah” yang menghubungkan diri kita ke orang lain di sekitar kita. Apapun yang kita lakukan akan mengguncang kehidupan orang lain.

Mungkin akan lebih bagi baik kita untuk menyadari bahwa hidup kita terus memberi dampak kepada orang lain sadar ataupun tidak. Apakah hal itu bersifat baik atau buruk, membangun atau tidak. Kitalah yang memutuskan apakah kita ingin mengguncang orang lain dengan hal-hal yang baik dan membangun atau tidak.

Kita sering melihat beberapa orang seperti Dan Roberts, seorang kebangsaan Amerika rela turun ke daerah pesisir pantai untuk mengajar

(33)

mereka bermain sirkus, bahkan sampai memberikan kesempatan kepada beberapa anak didiknya untuk belajar langsung ke Amerika. Ini dilakukannya karena melihat keterbatasan yang dimiliki oleh anak-anak di daerah sana. Dia juga memberikan bantuan beasiswa untuk anak didiknya agar dapat terus sekolah. Atau seorang wanita yang memberikan hidupnya untuk anak-anak keterbelakangan mental, di saat mereka tidak pernah dilirik oleh orang-orang lainnya. Dengan gerakan ini, bukan Cuma mereka yang merasakan kebahagiaan, keluarga dan orang-orang yang tahu pun akan terharu dan merasa begitu hebatnya orang yang bisa memberikan hidupnya untuk hal-hal seperti itu.

Kita juga bisa melakukan hal-hal yang buruk jika kita menginginkannya. Kita berteriak dan membuat orang lain kesal, atau bahkan marah karena perbuatan kita. Misalnya, kita mencuri di satu rumah, apa yang akan terjadi, kita tidak akan dihajar oleh pemilik rumah. Kita akan mendapatkan lebih, karena kita akan dihajar oleh orang sekampung. Atau kita memukul seorang anak kecil yang bermain di halaman rumah kita. Kita juga tidak akan dihajar oleh orang tua sang anak. Hal terburuk bisa terjadi, karena semua rakyat di Indonesia akan berteriak memaki anda atas perbuatan anda terhadap seorang anak kecil.

Keputusan ada di tangan kita masing-masing. “Benang Merah Kehidupan” tersebut akan terus terikat di antara kita selama kita hidup. Benang itu akan terus bergguncang mengikuti setiap pergerakan sikap yang kita tunjukkan dalam kehidupan kepada orang lain di sekitar kita. Semoga kita memberikan dampak yang positif, membangun dan mendukung terciptanya kehidupan luar biasa dan dipenuhi kebahagiaan yang sama pada semua orang. Kebahagiaan yang dirasakan oleh satu orang juga dirasakan oleh setiap orang.

(34)

60 Days Managing Habits and Mindset

2012

Arie Frederik Page 33

Hari Ke-14

Ini Masalah Kemauan, Bukan Kemampuan Dan Keinginan Belaka

Setiap orang lahir dengan kemampuan dan bakat yang luar biasa. Bakat dan kemampuan tersebut diperoleh sebagai hasil pembelajaran maupun turun dari orang tua sebagai faktor bawaan karena orang tua. Dengan bakat dan kemampuan tersebut, kita dapat mengenali dan melakukan sesuatu dengan baik.

Saat berjanji akan bertemu, karena hujan kita membatalkan janji yang telah disepakati. Begitu juga karena jarak yang jauh kita menghindari pertemuan karena alas an kelelahan. Sama halnya dengan belajar dan memberikan kualitas terbaik dalam bekerja. Kita berkata bahwa kita bisa melakukannya dengan baik. Kita juga tidak mau dinilai tidak bekerja dengan sungguh-sungguh. Padahal kita dikenal memiliki potensi untuk melakukan lebih baik.

Lantas permasalahannya apa? Permasalahannya bukan pada kemampuan dan potensi yang kita miliki. Permasalahannya adalah pada “kemauan” yang diiringi kemampuan dan potensi. Ingat semua orang memiliki potensi dan kemampuan sejak lahir maupun selama perjalanan hidupnya. Jika kita hanya memiliki kemampuan dan potensi namun tidak memiliki kemampuan untuk berkarya, ini hanya membuat kemampuan kita terpendam dalam diri tanpa bentuk yang dikenali. Begitu juga, kita memiliki kemampuan yang besar namun tidak mengetahui dan mengenali serta pengetahuan akan kemampuan kita, hanya harus bekerja labih keras.

Apapun yang kita lakukan itu bergantung pada kemauan kita untuk menggunakan potensi dan kemampuan kita. “Kita sebenarnya bisa melakukannya lebih baik, namun kita tidak mau melakukannya”. Lantas mengapa kita tidak mau melakukannya? Inilah bukti bahwa kita terkadang

(35)

menyimpan kemauan kita untuk tidak melakukan hal yang seharusnya kita kerjakan.

Kita terkadang selektif dalam melakukan sesuatu. Kita hanya melakukan apa yang kita senangi. Apa yang kita senangi inilah yang memancing kita untuk MAU melakukannya. Dengan kemampuan selektif dalam memilih apa yang akan dilakukan inilah yang membuat kita terkadang hanya MAU melakukan apa yang kita sukai dan menghindari apa yang tidak kita sukai. Akhirnya kita akan membatasi diri kita untuk MAU melakukan apa yang hanya kita ingin lakukan, bukan apa yang seharusnya kita hadapi dan lakukan saat itu. Hal ini membuat kita tidak menyesuaikan diri dengan keadaan yang sedang kita hadapi. Kita hanya berpikir mengenai masa depan dan masa lalu. Memilih apa yang pernah kita lakukan sebelumnya dan kita bisa melakukannya. Kita merasa dapat melakukannya dengan baik. Kita memikirkan masa depan, karena kita berharap dapat melakukan hal yang sama dengan keadaan yang sama dengan masa lalu, karena itulah masa kesuksesan yang pernah kita raih.

Kita hidup dalam kondisi yang tidak bisa dikendalikan sesuka hati kita. Kita harus menghadapi situasi dan tantangan di muka kita saat ini. Tidak bisa mengharapkan kejadian masa lalu terulang kembali sama persis karena itu sudah berlalu. Kita tidak bisa juga mengharapkan terjadi lagi di masa datang, karena perjalanan waktu membawa banyak hal mengalami perubahan.

Apa yang seharusnya kita lakukan adalah hiduplah di hari ini. Hari ini berarti menunjukkan kemauan untuk menggunakan potensi dan kemampuan kita dalam menghadapi segala sesuatu. Menunjukkan kemauan untuk menggunakan potensi kemampuan melakukan dengan sebaiknya apa yang seharunya kita kerjakan dan lakukan. Kemauan yang benar adalah kemauan akan hari ini. Kemauan akan masa depan berdasar pada hari ini. Kemampuan ini akan membuka potensi dan kemampuan menjadi lebih besar, serta siap menghadapi “apa yang harus dihadapi dan dilakukan pada saat itu”.

(36)

60 Days Managing Habits and Mindset

2012

Arie Frederik Page 35

Hari Ke-15

Bekerja Bukan Hanya Menyelesaikan Pekerjaan Kita

Menyelesaikan pekerjaan kita dengan sangat baik adalah harapan semua karyawan. Kita bahkan berharap hasil pekerjaan kita diberi pujian oleh atasan kita. Sungguh menyenangkan. Semua pekerjaan yang kita terima akan berhasil dengan baik. Tidak ada celah sedikitpun bahkan sama persis dengan apa yang diminta.

Bekerja bukan hanya menyelesaikan pekerjaan yang diperintahkan untuk kita selesaikan. Pekerjaan adalah prioritas kita. Ada hal-hal yang juga mendukung dan sangat perlu diperhatikan selama kita mengerjakan pekerjaan kita. Hal-hal itu akan membantu penyelesaian pekerjaan yang kita terima. Ada rekan kerja, alat bantu pekerjaan. Kita juga membutuhkan bantuan rekan kerja kita untuk bekerja dengan baik. Sebelum mendapatkan bantuan dari rekan kerja, kita tentu perlu menjalin relasi dengan mereka.

Menjalin relasi tidak mudah. Kita membutuhkan pengorbanan dalam membangun sebuah hubungan. Ada banyak yang perlu dibayar untuk membangun sebuah hubungan relasi yang positif dengan rekan kerja. Walaupun terlihat mudah, kita tetap membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menciptakan sebuah kepercayaan dan kerja sama.

Kita harus bisa membangun kerja sama dalam bekerja. Kita tidak bekerja sendirian untuk berhasil. Kita bekerja sebagai sebuah tim besar demi sebuah tujuan bersama. Oleh karena inilah kita tidak hanya sekedar menyelesaikan pekerjaan kita dalam bekerja.

Kita perlu menjalin relasi dengan rekan kerja, kita perlu membangun sebuah kerja sama, menumbuhkan kepercayaan kepada rekan kerja, dan belajar mempercayai rekan kerja. Kita juga butuh mengerti dan memahami pikiran atasan kita, mengerti situasi yang berlangsung di tempat kerja dan

(37)

masih banyak hal lainnya. Kita perlu belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik. Mulai dari atasan sampai kepada karyawan level terendah.

Dalam kondisi ini, tugas utama kita harus tetap selesai dengan baik. Itulah mengapa kita harus memahami bahwa dalam bekerja kita tidak hanya mempersoalkan tugas yang harus kita selesaikan. Ada banyak hal yang perlu diperhatikan dan diselesaikan. Belajar bersama, berkembang bersama dalam satu pemahaman yang sama terhadap jalanya bisnis dan visi tempat kita bekerja. Melatih diri dalam mengatur emosi dan perasaan sehingga menjadi semakin professional setiap waktu.

(38)

60 Days Managing Habits and Mindset

2012

Arie Frederik Page 37

Hari Ke-16

Pengalaman Tidak Selalu Berlaku Untuk Masa Depan

Pernahkah anda bertemu dengan seorang teman yang pernah mengalami sebuah pengalaman tidak menyenangkan dalam berhubungan dengan orang lain. Sebut saja namanya Putri. Putri bersama keluarganya pernah mempercayai saudaranya untuk mengatur keuangan bisnis mereka. Semua urusan keuangan dalam usaha yang mereka jalankan sudah menjadi tanggung jawan saudaranya itu. Artinya mereka hanya mendapatkan laporan dari saudaranya dan membayar upah untuk saudaranya yang sudah membantu mereka.

Dalam perjalanan waktu, di tengah kesuksesan usaha mereka, terjadi hal yang tidak diinginkan oleh semua orang. Mereka ditinggal kabur oleh saudaranya dengan membawa semua uang yang dihasilkan dari bisnis tersebut.

Kejadian ini membuat trauma tersendiri bagi mereka sekeluarga. Mereka kecewa terhadap saudara sendiri. Saudara yang harusnya dipercaya dan bisa diandalkan, ternyata menikam dari belakang juga. Yang lebih pahitnya adalah yang ditikam saudara sendiri. Sungguh menyakitkan.

Putri dan keluarganya menjadi terpuruk dan trauma karena kejadian ini. Usaha mereka yang bangkit dan jaya perlahan menurun dan ditinggal pelanggan. Ini disebabkan karena mereka masih merasa kecewa terhadap saudara dan tidak mempertahankan usaha tetap berjalan dengan baik tanpa saudaranya itu. Kehilangan hasil dari usaha membuat mereka merasa tertekan dan mengingat kejadian tersebut setiap waktu.

Pengalaman ini pun digeneralisasikan terhadap semua saudaranya. Mereka tidak pernah lagi mempercayakan sesuatu kepada saudara sendiri.

(39)

Mereka menjadi sulit untuk mempercayai orang lain. Mereka menganggap tidak ada lagi yang bisa dipercayai, keluarga tidak, apalagi orang lain.

Mereka mencoba untuk membangun kembali usaha dan bisnis mereka, namun mereka menjadi kesulitan untuk mengembangkannya. Mereka berpikir bahwa sulit untuk menyerahkan kepercayaan kepada orang lain. Mereka bekerja terus-menerus dengan kemampuan sendiri. Hal-hal penting dikendalikan sendirian. Akhirnya mereka merasa kelelahan dan makin frustrasi karena tidak berkembang menjadi lebih baik. Mereka pun menyerah dan tidak lagi memulai bisnis mereka.

Overgeneraslisasi terhadap masa lalu dan pengalaman bukanlah sikap yang tepat dalam menghadapi hari ini dan masa depan. Tidak ada situasi dan keadaan psikologis manusia yang abadi di dunia ini. Sikap orang-orang pun tidak pernah abadi. Semua selalu berubah mengikuti situasi dan keadaan di sekitarnya.

Tekanan hidup, permasalahan yang dihadapi, tingkat kepenatan psikologis, hubungan sosial yang dibina bisa membuat sikap orang berubah-ubah tak menentu. Bisa bertahan dengan satu sikap dalam setiap keadaan juga tidak baik. Bahkan terkadang dinilai tidak bisa menyesuaikan diri. Merubah sikap setiap saat pun tidak baik, karena kita hanya menjadi bunglon dan tidak punya pendirian. Walaupun kita dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan yang kita hadapi.

Pengalaman buruk dan tidak menyenangkan biasanya akan menjadi tembok penghalang kita. Sebaliknya pengalaman yang menyenangkan akan kita kenang selalu, dan pasti akan diulang. Mengapa bisa begitu? Kita memilih pengalaman yang menyenangkan saja. Sementara pengalaman tidak menyenangkan kita buang dan kita anggap berbahaya, sehingga setiap kondisi kita generalisasikan dalam setiap keadaan.

(40)

60 Days Managing Habits and Mindset

2012

Arie Frederik Page 39

Faktanya, situasi masa lalu sudah berubah dari situasi hati ini. Situasi hari ini sudah pasti berbeda dengan situasi dan keadaan di masa akan datang. Bahkan tidak diketahui situasi apa yang kita terima di masa depan. Masa depan selalu menjadi misteri yang tak pernah terpecahkan oleh manusia.

Pengalaman masa lalu memang meninggalkan kenangan yang tidak menyenangkan. Membuat kita terus mengenang kejadian yang menyusahkan perasaan dan hidup kita. Kehidupan saat ini dalam dimensi waktu sendiri. Sudah melewati dimensi waktu sebelumnya dan belum memasuki dimensi waktu masa depan. Dimensi waktu saat ini memiliki situasi dan kondisi lingkungan yang berbeda, hubungan sosial yang berbeda, permasalahan dan tekanan yang juga berbeda.

Berada dalam dimensi waktu saat ini membuat kita harusnya tidak terpuruk dalam pengalaman masa lalu kita. Kita bisa menggunakannya sebagai bahan evaluasi untuk keberhasilan di masa depan. Apa yang dialami di masa lalu dipelajari dan ditemukan titik permasalahannya dan diselesaikan dengan baik di saat ini. Tujuannya adalah agar kejadian yang tidak menyenangkan dimasa lalu tidak pernah terulang lagi. Kita terkadang lupa dengan kehidupan kita saat ini. Kita hanya hidup di kejadian yang tidak menyenangkan di hidup kita dan hidup dalam khayalan kehidupan yang menyenangkan bebas dari permasalahan versi keinginan kita. Kita tidak lagi menyadari bahwa pengalaman itu adalah kenangan, bukan keadaan yang harus dihidupi saat ini. Hidup kita saat ini adalah kehidupan kita yang sebenarnya. Kehidupan yang lepas dari bayangan masa lalu dan bebas dari khayalan akan kehidupan ideal yang kita ciptakan sendiri dalam pikiran dan perasaan.

Menjalani kehidupan saat ini bukan perkara mudah. Kita selalu diiringi oleh cerita-cerita dan pengalaman di masa lalu. Kita juga dihantui oleh

(41)

bayang-bayang harapan akan kehidupan di masa depan yang belum jelas bentuknya. Menjalani hidup sebenarnya di dimensi waktu saat ini, dimensi waktu yang real. Semua keadaan lingkungan nyata, orang-orang sekitar kita semuanya nyata, benda yang kita sentuh juga adalah barang-barang nyata.

Hidup dalam kenyataan adalah hidup di hari ini, saat ini dan dimensi waktu sekarang. Melakukan semuanya sebaik mungkin adalah cara terbaik menjalani hidup. Sampai ada istilah bahwa hidup kita di masa depan ditentukan di hari ini. Selamat menjalani hari yang istimewa setiap hari. Hari ini adalah sebuah hadian terindah bagi kita. Hari yang penuh kejutan dan kenyataan yang menyenangkan untuk diterima dan dijalani.

(42)

60 Days Managing Habits and Mindset

2012

Arie Frederik Page 41

Hari Ke-17

Pindah ke Lain Hati, Never!

Pernah di tengah ketenangan situasi bekerja, seseorang membahas topik yang menurut saya sangat menarik untuk direnungkan. Apa yang dibahas adalah “Bagaimana kita tahu kalau pasangan kita, entah itu pacar atau sudah menjadi istri/suami?”.

Sebagai seorang yang memiliki kepercayaan akan kemampuan seseorang, saya agak tertantang untuk ikut dalam diskusi. Saya sangat percaya dengan apa yang kita hadapi dan jalani selama di dunia adalah sejauh kemampuan kita. Sekuat tenaga yang kita miliki. Itu artinya adalah semaksimal kita. Sayangnya, kita tidak pernah tahu sampai sejauh mana kemampuan kita. Oleh karena itu, saya yakin untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan kita adalah dengan mengerahkan semua kekuatan kita dan bertahan sampai kita lelah dan tidak mampu lagi bertahan. Itu artinya sampai kita bertemu dengan ajal kita.

Nah, sekarang jika kita yang dihadapkan pada pertanyaan yang sama, bagaimana kita tahu itu adalah pasangan kita? Apa yang akan kita jawab?

Beberapa orang menjawab dengan tenang dan tanpa ada berpikir, “ya

kalau sudah merasa tidak cocok lagi, berarti dia bukan jodoh kita, akhiri saja”.

Ada lagi yang menjawab, “kita tahu bahwa dia jodoh kita atau bukan adalah

dengan menjalani dan lihat apakah kita mampu menjalani dan menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Jika kita tidak bisa sepakat menyelesaikan masalah itu artinya dia bukanlah jodoh kita”.

Logikanya, sebelum kita memilih pasangan kita, pasti kita sudah melewati masa penjajakan atau yang dikenal dengan PDKT. Kita telah mengenal karakter pasangan kita walaupun belum sempurna. Bahkan orang-orang yang telah menjalani kehidupan rumah tangga yang lama mengatakan

(43)

bahwa ketika kita hidup dengan pasangan, itulah waktu bagi kita untuk belajar mengenal pasangan kita. Tidak ada batas waktu untuk saling mengenal. Setiap hari adalah pelajaran dan waktu untuk PDKT.

Kembali lagi, apa yang telah kita putuskan dan kita pilih seharusnya kita pertahankan dengan sebaiknya. Tidak ada orang yang akan bertemu dengan orang lain yang memiliki karakter sama dengan diri kita masing-masing. Setiap orang pasti berbeda dan tidak akan pernah sama. Itu artinya, jika kita menyerah tanpa berusaha lalu mengatakan bahwa dia bukan jodoh kita, itu berarti bahwa kita telah menyerah dan tidak berusaha untuk mempertahankan apa yang telah kita pilih.

Mengatakan bahwa dia bukan jodoh kita tidaklah semudah yang kita inginkan. Kita bisa saja tergiur saat kita menemukan yang lain lantas kita mengatakan bahwa yang sebelumnya bukan jodoh kita. Bukan karena kita telah berusaha menjalin hubungan yang baik, tapi karena kita mengharapkan yang lain. Kita tidak ingin menghadapi masalah yang timbul. Kita hanya mengharapkan semua berjalan dengan suasana menyenangkan. Saat situasi mulai susah kita memilih untuk berpisah dan mencari orang lain yang bisa memberikan kesenangan. Kita pun mengatakan bahwa yang sebelumnya bukanlah jodoh kita.

Dalam pandangan saya, seharusnya kita tidak memutuskan apakah dia jodoh kita atau bukan. Kita telah memutuskan untuk memilih dan menjalin hubungan special dengan seseorang. Suka ataupun duka adalah resiko yang harus kita hadapi. Perbedaan dalam pandangan adalah hal yang wajar karena kita adalah pribadi yang berbeda walaupun sudah hidup bersama. Kita menghadapi permasalahan, harus diselesaikan bersama, bukan berlari dan mencari yang lain.

Kita menyetujui keyakinan diri kita sendiri. ukuran yang kita ciptakan sendiri. Saat menghadapi permasalahan, kita menganggap sudah tidak ada kecocokan lagi dalam hubungan karena memiliki cara pandang yang berbeda.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam makalah ini dibahas tiga macam matriks bobot untuk model STAR(1;1), yaitu: matriks bobot seragam, matriks bobot seperjarak kuadrat dan matriks bobot spasial,

Berdasarkan uraian tersebut di atas, di- pandang perlu bagi penulis untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan penggunaan metode pembelajaran Siklus Belajar 5E

Bila jarak kedua pusat lingkaran tersebut 15 cm dan panjang jari-jari lingkaran kecil 4 cm, maka perbandingan luas lingkaran kecil dengan luas lingkaran besar adalah …

Linakes adalah Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang profesional (dengan kompetensi kebidanan), dimulai dari lahirnya bayi, pemotongan tali pusat sampai

Contoh perangkat lunak yang patuh dengan lisensi GPL misalnya kalau source code dari produk A tersedia dan produk A didistribusikan secara GPL juga, atau kalau produk A

Begitu pula dengan hasil observasi siswa menunjukkan adanya peningkatan pada tanggung jawab, kerjasama dan kedisiplinan saat pembelajaran dengan memperoleh nilai

Untuk Lapis aspal resap pengikat (prime coat), pekerjaan ini terdiri dari pengadaan dan pemakaian suatu bahan pengikat aspal dengan kekentalan rendah yang tepilih diatas satu

Untuk memperoleh sertifikat bagi pelatihan yang diselenggarakan di Pusat ( Unit kerja Departemen Kesehatan atau institusi pusat), untuk pelatihan standar nasional terlebih