• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASALAH WAWASAN KEBANGSAAN

Dalam dokumen Diklat Prajabatan Gol. III WAWASAN NKRI3 (Halaman 59-62)

MASALAH WAWASAN KEBANGSAAN

Melihat berbagai permasalahan yang dihadapi, khususnya di bidang politik, mungkin bangsa Indonesia pada suatu saat di masa depan akan terpecah belah sama halnya seperti keadaan yang terjadi di Uni Soviet dan Yugoslavia ? Pertanyaan ini juga mempertaruhkan eksistensi bangsa Indonesia. Sebagian orang menjawabnya "mungkin saja" dan sebagian lagi mungkin juga menjawab "tidak mungkin". Jawaban yang jujur atas pertanyaan yang mendasar ini akan berpulang kembali kepada kita bangsa Indonesia.

Sebagaimana telah diuraikan pada bab di muka, bahwa wawasan kebangsaan mengandung kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memahami keberadaan jati dirinya sebagai satu bangsa juga dalam memandang dirinya dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai falsafah bangsanya yakni Pancasila. Selain itu juga wawasan ini menentukan cara suatu bangsa mendayagunakan kondisi geografis negaranya, sejarah, sosial budaya, ekonomi dan politik serta pertahanan keamanan dalam menjamin cita-cita dan menjamin kepentingan nasionalnya.

Apabila disimak esensi wawasan kebangsaan tersebut, maka yang paling mendasar dituntut kepada orang per orang, kelompok dan atau masyarakat adalah :

Adanya komitmen yang benar-benar dilandasi dengan semangat kebersamaan, senasib dan sepenanggungan:

Adanya semangat persatuan dan kesatuan untuk menghadapi berbagai tantangan baik lokal, regional maupun internasional yang senantiasa dilandasi cita-cita bersama yang terkait dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Nilai-nilai karakter bangsa dalam negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kekuatan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sehubungan dengan itu, kalau bangsa Indonesia ingin tetap bersatu dalam wadah negara Kesatuan Republik Indonesia, semakin kokoh dan teguh berdiri di tengah-tengah bangsa lain di dunia, keinginan itu sendiri bukanlah suatu jaminan. Kecuali ada upaya yang secara sadar dilakukan oleh seluruh bangsa Indonesia untuk memelihara dan mengembangkan faktor-faktor yang dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta upaya-upaya untuk mencegah faktor-faktor yang dapat menghambat bahkan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Jadi ada dimensi pemeliharaan, pencegahan, dan pengembangan.

Faktor-faktor yang dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dapat kita sebut sebagai peluang-peluang yang harus kita pelihara dan kembangkan sedangkan faktor-faktor yang dapat menghambat bahkan memecah belah persatuan dan kesatuan dapat kita sebut sebagai hambatan-hambatan yang harus kita cegah. Itulah yang menjadi tantangan dalam rangka pembinaan wawasan kebangsaan dewasa ini.

Hal-Hal Yang Harus Dipelihara

1. Keutuhan dan kedaulatan wilayah negara dari Sabang sampai Merauke;

2. Pancasila dan UUD tahun 1945 sebagai acuan dasar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;

3. Konsep wawasan nusantara dan ketahanan nasional sebagai acuan operasional;

4. Kekayaan budaya bangsa Indonesia termasuk hasil-hasil pembangunan nasional sebagai perwujudan cipta, rasa dan karsa bangsa Indonesia.

Hal-Hal Yang Harus Dicegah

1. Pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan antar suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, golongan masyarakat, dimana yang satu merasa superior dan inferior terhadap lainnya, yang satu merasa kuat atau lemah terhadap yang lainnya. Perasaan ingin menang sendiri atau dalam bahasa Jakarta disebut: Enak di elu, nggak enak di gue. Pikiran dan perasaan seperti itu jelas bertolak dari fanatisme kelompok atau golongan yang sempit dan sangat bertentangan dengan wawasan kebangsaan yang ingin diberikan ruang gerak dan kesempatan yang sarna untuk bertumbuh atas dasar saling mengakui, menghargai, melengkapi, dan memperkaya.

2. Pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan seperti itu dapat menumbuhkan kecemburuan sosial yang mengarah pada pertentangan/konflik sosial dan pada gilirannya dapat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.

3. Kesenjangan pembangunan antar wilayah harus dicegah karena kemajuan pembangunan yang terlalu pesat disatu daerah sementara di daerah Iainnya sangat tertinggal dapat menimbulkan kecemburuan sosial. Secara umum kesenjangan pembangunan antar wilayah ini dikelompokkan dalam kelompok Indonesia Kawasan Barat dan Timur.

4. Kesenjangan sosial dan ekonomis antar golongan penduduk harus dicegah melalui upaya sungguh-sungguh untuk mengentaskan kemiskinan. Dengan demikian diharapkan jumlah penduduk miskin atau yang berpenghasilan sangat rendah akan semakin atau berkurang, sambil mencegah agar golongan elit yang sangat kaya tidak bertambah kaya lagi.

5. Upaya-upaya untuk mengekang proses demokratisasi dan desentralisasi dengan alasan stabilitas dan kesatuan bangsa yang berlebih-lebihan harus dicegah. Namun upaya mendorong agar demokrasl dapat tumbuh secara wajar dan desentralisasi dapat dikembangkan secara proporsional kepada daerah-daerah, perlu diberikan ruang gerak dan peluang yang cukup memadai untuk mengembangkan aspirasi, prakarsa, kreativitas, dan partisipasinya.

Hal-Hal Yang Harus Dikembangkan

Proses untuk membina wawasan kebangsaan, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, membentuk dan mempertahankan jati diri bangsa Indonesia, haruslah ditempuh melalui rekayasa sosial dan jangan dibiarkan menentukan arahnya sendiri. Dan proses itu haruslah ditumbuh kembangkan dari nilai nilai moralitas Pancasila yang diaktualisasikan dengan

perkembangan zaman. Proses ke arah itu dilaksanakan melalui pembangunan nasional yang bercirikan konsepsi wawasan nusantara sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan untuk memperkuat ketahanan nasional.

Perkembangan pembangunan itu selalu membawa perubahan ke arah yang diinginkan. Supaya perubahan itu bergerak secara teratur ke arah yang diinginkan, perubahan itu sendiri harus direncanakan dan dikendalikan oleh mereka yang merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan perubahan, yaitu manusia. Sedangkan perubahan itu sendiri harus bermakna memberikan suatu kehidupan yang lebih baik, kesejahteraan, kemakmuran, dan keadilan yang lebih baik.

Perubahan seperti itu dapat ditempuh melalui rekayasa sosial. Bangsa Indonesia di dalam proses sejarahnya telah mengalami berbagai kontak budaya antar bangsa, suku bangsa, dan kelompok etnis. Kontak-kontak budaya yang berlangsung sepanjang masa itu dimungkinkan oleh letak silang kepulauan nusantara yang terletak di antara dua benua dan dua samudera. Dalam kontak-kontak budaya yang diartikan sebagai interaksi kebudayaan telah terjadi integrasi antara unsur-unsur luar dan unsur-unsur yang berasal dari kebudayaan daerah yang diangkat untuk memperkaya khasanah kebudayaan nasional. Dalam hubungan ini semua kebudayaan daerah baik yang besar, kuat, dan mapan maupun yang kecil, lemah dan belum mapan harus diberikan ruang gerak dan kesempatan yang sama untuk hidup dan bertumbuh kembang sebagai bagian dari budaya bangsa kita

yang ikut memperkaya dan memperindah taman sari khasanah kebudayaan nasional.

Dalam hubungan ini pula beberapa gagasan strategis yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut:

1. Menggali, menghimpun, mengindentifikasikan, mendes- kripsikan berbagai aspek budaya, menyusun peta bahasa dan peta etnografi melalui suatu pusat studi nasional yang juga memiliki sistem informasi budaya secara nasional;

2. Mengadakan kontak lintas budaya dan media apresiasi antar budaya dengan prinsip saling mengakui, saling menghargai, saling melengkapi untuk memperkaya khasanah budaya nasional;

3. Pengarahan pendidikan anak sejak dini untuk memahami dan menghargai budaya lokal dan juga memahami dan menghargai budaya dari kelompok suku bangsa lain;

4. Terus mengembangkan pendidikan agar secara aktual dapat selalu menjawab tuntutan dan kebutuhan yang sesuai dengan perkembangan zaman sebagai upaya sadar mewariskan nilai- nilai luhur budaya bangsa yang berwawasan kebangsaan;

5. Meningkatkan daya adaptasi masyarakat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan meningkatkan nasionalisme bangsa dan wawasan kebangsaan, mudah-mudahan hal-hal yang menyangkut fanatisme golongan yang bersumber pada priomardialisme dapat terkikis secara berangsur-angsur.

Rangkuman

Wawasan kebangsaan senantiasa dibina dan dipelihara sehingga tetap terpelihara persatuan dan kesatuan, kebersamaan, saling menghargai serta merasa tidak ada perasaan ingin menang sendiri, ingin menonjolkan diri dan lain sebagainya.

Untuk wawasan kebangsaan dimaksud haruslah ditempuh melalui Rekayasa Sosial dan jangan dibiarkan menentukan arahnya sendiri. Proses ini haruslah ditumbuh kembangkan dari nilai-nilai moralitas Pancasila yang diaktualisasikan dengan perkembangan zaman. Proses ke arah ini dilaksanakan melalui pembangunan nasional yang berciri konsepsi wawasan nusantara sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan untuk memperkuat ketahanan nasional.

Latihan

Jawablah soal-soal latihan dibawah ini secara jelas dan ringkas dengan mengacu pada butir-butir yang telah diajarkan.

1. Jelaskan masalah-masalah yang timbul dalam Wawasan kebangsaan.

2. Bagaimana upaya untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, jelaskan !

REFERENSI

1. Lembaga Pengkajian Strategi dan Pembangunan & PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, Jakarta, 1994 "Pendidikan Wawasan Kebangsaan", Tantangan dan Dinamika Perjuangan Kaum Cendekiawan Indonesia.

2. Dimensi Rohani dan Wawasan Kebangsaan Dalam

Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bintoro

Tjokroamidjojo, 1996.

3. Bahan Penataran dan Prajabatan Golongan III yang mengenai :

a. Wawasan Kebangsaan dan Kebangkitan Nasional;

b. Wawasan Nusantara;

c. Nilai-nilai Kejuangan;

d. Ketahanan Nasional Indonesia.

4. Sistem Pemerintahan Republik Indonesia, Moerdiono, 1991, yang berkenaan Integritas Nasional.

5. Sistem Pemerintahan Indonesia, Kansil, 1987. 6. Dasar-dasar Ilmu Tatanegara, Budiyanto, 1997. 7. Ilmu Politik dan Perspektifnya, Hari Cahyoyo, 1986.

8. Cinta Negara Persatuan Indonesia, Disunting oleh Soeprapto- Saafroedin Bahar-Ismail Arianto, BP-& Pusat, 1995.

9. Pancasila Sebagai Ideologi, Disunting oleh: Oetojo Oesman dan Alfian, BP-7 Pusat, 1993.

Dalam dokumen Diklat Prajabatan Gol. III WAWASAN NKRI3 (Halaman 59-62)

Dokumen terkait