• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

6. Massa Karbon

Tabel 7. Nilai Rata-rata Massa Karbon Sampel Tebang Pada Berbagai Bagian Tanaman Bambu Belangke (Gigantochola pruriens W.)

No. Plot

Massa Karbon (Kg)

Total Massa Karbon (Kg) Sampel

Tebang Batang Ranting Daun

1 3,94 0,76 0,18 4,88 1 2 3,63 0,55 0,20 4,39 3 2,95 0,59 0,14 3,69 1 2,78 0,37 0,10 3,25 2 2 2,49 0,57 0,09 3,15 3 2,90 0,35 0,14 3,39 1 3,23 0,44 0,08 3,75 3 2 2,97 0,80 0,19 3,95 3 2,98 0,42 0,10 3,49 Rataan 3,10 0,54 0,13 3,80

Hasil penelitian pada Tabel 7. menunujukkan bahwa massa karbon tertinggi terdapat pada bagian batang dengan rataan sebesar 3,10 kg, disusul dengan bagian ranting dengan rataan sebesar 0,54 kg. Massa karbon terendah

terdapat pada daun dengan rataan sebesar 0,13 kg. Selanjutnya bila dilihat kandungan biomassa dari Tabel 6, dimana kandungan biomassa tertinggi terdapat

pada batang sebesar 7,80 kg menunjukkan adanya hubungan antara kandungan biomassa dengan massa karbon pada bambu. Hasil penilitian ini menunjukkan semakin tingginya biomassa yang terdapat pada bambu ini, maka semakin tinggi pula massa karbon yang terdapat dalam bambu tersebut.

Model Allometrik

Model allometrik merupakan suatu metode pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman dengan menghubungkan eksponensial atau logaritma anatar organ tanaman yang terjadi secara harmonis. Bagian tanaman yang sering dihubungkan dalam menentukan persamaan allometrik ini adalah diameter, tinggi, biomassa, serta massa karbon yang tedapat dalam bambu. Pada setiap tanaman yang berbeda maka cara untuk menentukan persamaan allometriknya juga berbeda. Dalam penelitian ini telah dilakukan pengambilan sampel bambu secara destruktif, dengan menebang 9 batang sampel tebang. Jenis sampel yang diambil adalah bambu dewasa.

Persamaan yang diperoleh tersebut merupakan hubungan antara biomassa atau massa karbon yang tedapat pada setiap bagian tanaman dengan diameter, tinggi total bambu Belangke (Gigantochola pruriens W.). Untuk pendugaan biomassa serta massa karbon akan menggunakan pendekatan diameter, dan tinggi total tanaman sehingga nanti diperoleh model yang akan terpilih. Model yang terpilih meruapakan model yang terbaik dari persamaan allometrik yang telah di buat. Model allometrik yang berhasil dibangun untuk menduga akan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Model Allometrik Untuk Menduga Biomassa Setiap Bagian Tanaman dan Total Biomassa Dari Setiap Bagian Bambu Belangke (Gigantochola pruriens W.)

Bagian Model Allometrik S P R-Sq (%)

Batang W= 78,186-22,327D+1,735D2 0,59635 0,490 63,5 W= 15,177D-1,298 0,63597 0,029* 51,6 W= 10,721-0,006D2H 0,63218 0,028* 52,2 W= 16,682 D-1,210 H-0,134 0,66731 0,095 54,3 Ranting W= 91,266-29,771D+2,445D2 0,369 0,049* 63,5 W= 2,491 D-0,142 0,5608 0,744 1,6 W= 2,147-0,001D2H 0,5553 0,628 3,5 W= 4,329D-0,035H-0,164 0,57207 0,676 12,2 Daun W= 4,392-1,120D+0,081D2 0,24191 0,741 9,5 W=1,458D0,141 0,22445 0,429 9,1 W=1,065-0,001D2H 0,21645 0,295 15,5 W= 2,297 D-0,092 H-0,075 0,22477 0,477 21,9 Total Tanaman W=173,889-53,233D+4,262D2 1,15534 0,111 52,0 W=19,123 D-1,580 1,32106 0,154 26,8 W= 13,932-0,008D2H 1,28313 0,120 30,9 W= 23,306D-1,336 H-0,373 1,353309 0,285 34,2

Keterangan W= biomassa D= Diameter Setinggi Dada (Dbh) (cm) H= Tinggi Total (cm) P= Signifikansi

R-Sq = Koefisien Determinasi S= Standart Error

*= Berbeda nyata (P 0,01-0,05) pada selang kepercayaan 95% Dari persamaan allometrik biomassa yang telah dibangun dapat di lihat hubungan antar bagian tanaman. Model allometrik biomassa dibangun dengan tujuan untuk mengetahui taksiran biomassa dari setiap bagian bambu belangke (Gigantochola pruriens W.). Model ini menghubungkan antara biomassa batang, ranting, dan daun dengan diameter setinggi dada (Dbh) dan tinggi total (H).

Model allometrik kandungan karbon dibangun dengan tujuan untuk mengetahui taksiran massa karbon yang terdapat pada setiap bagian bambu belangke (Gingantochola pruriens W.). Model ini akan menghubungkan massa karbon pada batang, ranting, daun dengan diameter setinggi dada (Dbh), dan tinggi total (H).

Tabel 9. Model Allometrik Untuk Menduga Kandungan Karbon Setiap Bagian

Tanaman dan Total Biomassa Dari Setiap Bagian Bambu Belangke

(Gigantochola pruriens W.)

Bagian Model Allometrik S P R-Sq (%)

Batang C= 26,561-7,334D+1,569D2 0,39039 0,198 41,7 C= 6,296D-0,571 0,37542 0,081 37,1 C= 4,125-0,002D2H 0,40776 0,162 25,8 C= 5,208D-0,634H0,097 0,38799 0,191 32,5 Ranting C= 26,953-8,766D+0,719D2 0,11950 0,067 59,4 C= 0,855D-0,056 0,17127 0,674 2,7 C= 0,720+0,000D2H 0,16842 0,529 5,5 C= 1,526D-0,017H-0,060 0,17009 0,557 17,7 Daun C=1,093-0,286D+0,020D2 0,04975 0,594 15,9 C= 0,353D-0,039 0,04621 0,296 15,4 C= 0,240+0,000D2H 0,04369 0,177 24,3 C= 0,557D-0,027H-0,018 0,04474 0,314 32,0 Total Tanaman C= 54,606-16,386+1,2977D2 0,47524 0,152 46,6 C= 7,504D-0,666 0,44926 0,118 31,3 C= 5,085-0,003D2H 0,51769 0,160 26,1 C= 0,53878D-0,678H-0,019 0,53878 0,323 31,4

Keterangan C= Karbon D= Diameter Setinggi Dada (Dbh) (cm) H= Tinggi Total (cm) P= Signifikansi

R-Sq = Koefisien Determinasi S= Standart Error

*= Berbeda nyata (P 0,01-0,05) pada selang kepercayaan 95% Berdasarkan persamaan allometrik Tabel 8. dan Tabel 9. dapat dilihat bahwa model allometrik biomassa dan kandungan karbon yang telah dibentuk mengikuti fungsi logaritma dan regresi linier sederhana dengan menggunakan peubah bebas diameter (D), dan tinggi total (H). Pemilihan model terbaik dilakukan setelah menguji beberapa model dimana model-model tersebut dibagi menjadi beberapa model yang menggunakan satu peubah bebas, yaitu diameter dan model yang menggunakan dua peubah bebas yaitu diameter dan tinggi total. Berdasarkan kriteria statistik maka didapatkan persamaan allometrik terbaik untuk

kandungan biomassa dan massa karbon yaitu W=β01D+β2D2 . Model penduga terbaik dalam pendugaan biomassa bambu belangke adalah model

allometrik dengan penduga diameter yaitu W= 173,889-533,233D+4,262D2 dan

model penduga terbaik dalam pendugaan massa karbon adalah C= 54,606-D-16,386+1,297D2. Standard error (S) terkecil yaitu 1.1 untuk

kandungan biomassa dan 0,4 untuk massa karbon. R-Square terbesar pada kandungan biomassa adalah 52% dan 46,6% untuk massa karbon.

Dari hasil persamaan terbaik yang telah dipilih diatas menandakan bahwa model tersebut memiliki kebaikan dalam pendugaan biomassa dan massa karbon. Hal tersebut diartikan bahwa 52% dan 46,6% keragaman biomassa dan massa karbon bambu belangke (Gigantochloa pruriens W.) dapat dijelaskan oleh pengaruh peubah bebas diameter. Sisa 48% untuk biomassa di pengaruhi oleh lingkungan dan 43,4% untuk massa karbon dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Dari persamaan diatas, sebaiknya dilakukan juga uji kenormalan dari nilai sisaan apakah terpenuhi sebagai salah satu asumsi model persamaan regresi tersebut dapat dipergunakan secara baik. Dengan adanya uji kenormalan nilai tersebut adakann dapat dilihat data tersebut menyebar dengan normal atau tidak. Berikut gambar visualisasi kenormalan sisaan persamaan regresi terbaik yang telah dibentuk disajikan pada Gambar 3. dan Gambar 4.

Gambar 3. Visualisasi plot uji kenormalan sisaan model allometrik terpilih biomassa bambu belangke (Gigantochloa pruriens W.)

Gambar 4. Visualisasi plot uji kenormalan sisaan model allometrik terpilih massa karbon bambu belangke (Gigantochloa pruriens W.)

Dari Gambar 3. dan Gambar 4. terlihat visualisasi sebaran dimana nilai sebaran dikatakan menyebar secara normal apabila antara nilai sisaan dengan probability normalnya membentuk pola garis linier melalui pusat sumbu. Hal itu terlihat pada Gambar 3. dan 4. bahwa pola penyebaran data yang dihasilkan membentuk garis lurus, sehingga syarat penyebaran data sisaan secara normal terpenuhi.

Potensi Biomassa Dan Cadangan Karbon Tanaman Bambu Belangke (Gigantochloa prurients W.)

Tabel 10. Potensi Biomassa dan Cadangan Karbon Pada Bambu Belangke

(Gigantochloa pruriens W.) No. Plot Total Biomassa (Kg) Total Biomassa (Ton/Ha Total Massa Karbon (Kg)

Total Massa Karbon (Ton C/Ha) 1 711,92 16,51 260,93 6,52 2 660,60 15,45 242,49 6,06 3 617,92 49,76 226,25 5,66 Total 1990,44 49,76 729,67 18,24 Rataan 663,48 16,59 243,22 6,08

Berdasarkan Tabel 10. dapat dilihat rata-rata total biomassa dan masa karbon yang terkandung dalam bambu belangke. Rata-rata total biomassa yang

didapat dalam penelitian ini adalah sebesar 16,59 ton/ha dan selanjutnya total massa karbon yang didapat sebesar 6,08 ton/ha. Hasil penelitian ini lebih rendah bila dibandingkan dengan penelitian Wicaksono (2012) pada bambu petung (Dendrocalamus asper Backer) yang meperoleh kandungan biomassa sebesar ±33,045 ton/ha dengan serapan karbon sebesar ±16,525 ton/ha pada tegalan. Selain itu hasil penelitian ini juga lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian Baharuddin (2013) mengenai analisis potensi bambu parring (Gigantochloa atter) sebagai penyerap dan penyimpan karbon di HTR Tanralili Kabupaten Maros yang memperoleh jumlah biomassa 64,07 ton/ha dengan serapan karbon 31,33 ton/ha dengan diameter rata-rata sebesar 7,5 cm. Perbedaan hasil biomassa dan cadangan karbon ini dikarenakan struktur dan perawakan serta lingkungan bambu yang diteliti sangat berbeda. Jika dilihat dari Tabel 1. diameter rata-rata bambu belangke yang diperoleh sebesar 5,61 cm, hal ini menunjukkan adanya perbedaan diameter yang cukup besar dari bambu tersebut,dan diduga berpengaruh terhadap kandungan biomassa dan cadangan karbon yang terkandung didalamnya.

Pernyataan diatas juga didukung dengan pendapat Malau (2015) yang mengatakan bahwa biomassa tiap bagian pohon akan meningkat secara proporsional dengan semakin besarnya diameter pohon sehingga biomassa juga akan meningkat. Selain itu pertambahan diameter juga akan menentukan jumlah karbon yang dikandung oleh suatu vegetasi. Perbedaan hasil biomassa dan cadangan karbon ini disebabkan karena adanya pengaruh diameter dan kondisi tempat tumbuh serta perbedaan jenis bambu. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin besar diameter suatu vegetasi maka akan semakin

besar kandungan biomassa dan massa karbon yang terkandung didalamnya, dikarenakan laju fotosintesis. Baharuddin (2013) juga mengatakan bahwa adanya kecenderungan pertambahan biomassa dengan bertambahnya diameter bambu. Dengan adanya kecenderungan tersebut maka variabel diameter dapat dijadikan sebagai penduga terhadap total biomassa bambu parring yang diteliti.

Selanjutnya kondisi lingkungan juga bisa dikatakan sangat berpengaruh terhadap jumlah kandungan biomassa dan massa karbon yang terdapat dalam bambu. Secara spesifik kandungan biomassa akan berbeda pula pada setiap jenis bambu yang berbeda, kondisi tempat tumbuh yang berbeda, serta pengelolaan yang berbeda. Kondisi tempat tumbuh yang baik tentunya akan dapat meningkatkan pertumbuhan bambu yang akan berpengaruh juga terhadap kandungan biomassa dan massa karbon yang ada didalamnya.

Secara keseluruhan hasil penelitian ini lebih rendah bila dibandingkan dengan serapan karbon hutan alam. Hutan alam memiliki kandungan biomassa dan cadangan karbon yang paling tinggi. Berdasarkan hasil penelitian Pebriandi (2013) yang melakukan penelitian pada hutan lindung Sentajo memperoleh hasil massa karbon sebesar 223,177 toh/ha, dengan serapan karbon 92,897 ton. Tingginya massa dan serapan karbon tersebut sangat berkaitan dengan diameter dan kerapatan serta faktor lingkungan pada hutan alam. Hutan tanaman rakyat khususnya tanaman bambu juga memiliki potensi yang baik dalam menyerap karbon. INBAR (2009) mengatakan hal in dikarenakan hutan tanaman bambu ini sifatnya dipanen sehingga tegakan terus beregenerasi.

Dokumen terkait