• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pabrik Es Siantar dalam membina dan mengembangkan kualitas pekerja.

2. Sebagai bahan informasi bagi pekerja khususnya di bagian produksi mengenai manfaat dan kegunaan alat pelindung diri.

3. Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan melatih pikiran yang sistematis bagi peneliti dalam menganalisa dan memecahkan suatu masalah.

4. Sebagai bahan informasi penelitian sejenis dan bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

8

Tinjauan Pustaka

Perilaku

Perilaku merupakan segala sesuatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan makhluk hidup yang bersangkutan. Jadi pada hakikatnya yang disebut dengan perilaku manusia adalah tindakan atau kegiatan manusia itu sendiri, yang secara langsung dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2012). Dalam artian luas, perilaku dapat diartikan sebagai segala sesuatu kelakuan atau pengalaman seseorang, sedangkan dalam artian sempit perilaku disebut sebagai respon dan reaksi seseorang yang dapat diamati secara umum atau objektif (Chaplin, 2005).

Benyamin Bloom (1974) dalam Notoatmodjo (2012) mengatakan kesehatan individu, kelompok, dan masyarakat sebagian besar dipengaruhi oleh perilaku. Notoatmodjo (2012) mengutip pendapat Skinner (1938), proses yang terjadi pada stimulus dengan organisme akan menghasilkan perilaku yang menimbulkan respons yang disebut dengan teori S-O-R (Stimulus – Organisme – Respon).

Berdasarkan bentuk respon yang menghasilkan stimulus pada perilaku dapat dibedakan menjadi dua bagian (Notoatmodjo, 2012) :

1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku ini terjadi jika pada stimulus terdapat respons yang bentuknya terpendam atau tertutup (convert). Pihak luar masih belum dapat mengamati sikap yang timbul dari reaksi ini dikarenakan perilaku ini masih berbentuk perhatian, pendapat, pengetahuan atau kesadaran.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku ini terjadi jika respon sudah menunjukkan tindakan langsung yang nyata, sehingga pihak luar sudah dapat mengamati dan melihat dengan mudah. Karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang diamati sangat mempengaruhi dalam pemberian respon, yang akhirnya menjadi alasan mengapa perilaku manusia mempunyai kerumitan dan jangkauan yang sangat luas. Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2012) mengatakan bahwa perilaku terbagi menjadi tiga ranah yang dimodifikasi menjadi knowledge (pengetahuan), attitude (sikap), dan practise (tindakan).

Pengetahuan

Proses pembelajaran yang menggunakan indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap kemudian menghasilkan pengetahuan. Dalam mengambil keputusan dan berperilaku, pengetahuan berperan untuk memberikan penguatan, sehingga individu akan mengadopsi perilaku baru dengan penuh kesadaran, keyakinan, dan didasari pengetahuan sehingga akan dapat bertahan lebih lama dan langgeng (Setiawati dan Dermawan, 2008).

Menurut Notoatmodjo (2012), pengindraan yang dilakukan oleh seseorang terhadap suatu objek akan menghasilkan pengetahuan. Pada pembentukan perilaku seseorang terdapat ranah yang sangat penting yaitu pengetahuan atau ranah kognitif yang mempunyai enam tahap yaitu :

1. Tahu (know)

Memikirkan kembali (recall) suatu substansi atau seluruh bahan dan rangsangan yang spesifik yang telah diterima dan dipelajari sebelumnya.

Kemampuan ini disebut tahu.

2. Memahami (comprehension)

Pemahaman yang dibutuhkan dalam menjelaskan dan menginterpretasikan secara baik dan benar mengenai materi sebuah objek yang dilihat dan telah dipelajari. Kemampuan ini disebut memahami.

3. Aplikasi (aplication)

Menggunakan dan mengaplikasikan materi berupa hukum-hukum, metode, prinsip dalam suatu konteks yang telah disimak pada keadaan atau konteks yang terjadi secara nyata. Kemampuan ini disebut aplikasi.

4. Analisis (analysis)

Suatu bahan atau substansi yang terdapat pada elemen-elemen yang terdapat di dalam satu wadah yang kemudian akan saling dijabarkan dan dikaitkan. Kemampuan ini disebut analisis.

5. Sintesis (synthesis)

Suatu bentuk keseluruhan yang baru kemudian disusun dan dihubungkan ke dalam bagian-bagian yang utuh. Kemampuan ini disebut sintesis.

6. Evaluasi (evaluation)

Suatu materi atau objek dinilai dan dilakukan justifikasi agar pengkajian dan pendalaman memiliki bukti dalam perilaku yang langgeng terdapat kesadaran akan pengetahuan. Kemampuan ini disebut evaluasi.

Rogers mengatakan bahwa terjadi proses di dalam diri individu sebelum mengaplikasikan perilaku baru yaitu sebagai berikut :

1) Awareness, stimulus disadari dan diketahui terlebih dahulu 2) Interes, menghasilkan ketertarikan pada stimulus.

3) Evaluation, menguji apakah stimulus baik atau tidak.

4) Trial, stimulus mempengaruhi subjek untuk melakukan sesuatu.

5) Adoption, stimulus sudah berperan agar subjek melakukan sesuatu sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap.

Sikap

Salah satu penentu timbulnya perilaku adalah sikap, karena berhubungan dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi. Timbulnya pengaruh atau reaksi seorang dengan yang lain, objek-objek, dan situasi-situasi disebabkan oleh adanya sikap yang dipelajari dan diorganisir sesuai dengan pengalaman (Winardi, 2004).

Menurut La Pierre dalam Azwar (2007) sikap merupakan suatu motif perilaku, kecenderungan atau kesiapan memberi tanggapan, alternatif untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial. Secara sederhana, sikap diartikan sebagai respons yang dikondisikan terhadap dorongan stimuli sosial.

Sikap masih belum berbentuk aktifitas, masih sebagai reaksi tertutup dan merupakan alternatif dari tindakan suatu perilaku. Kesiapan dan penghayatan subjek untuk bereaksi terhadap objek di suatu lingkungan merupakan bagian dari sikap (Notoatmodjo, 2012).

Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2012) menjabarkan sikap mempunyai 3 bagian utama yaitu :

1. Kepercayaan, gagasan, dan rancangan.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi.

3. Kemungkinan untuk bertindak.

Ketiga bagian itu serentak membentuk sikap yang utuh (total attitude) yang ditentukan oleh pengetahuan, akal, keyakinan, dan emosi. Tingkatan dari sikap yaitu sebagai berikut :

a. Menerima (reciving), mengarahkan stimulus yang diterima.

b. Merespon (responding), bereaksi pada stimulus yang diterima.

c. Menghargai (valuing), mengadakan diskusi mengenai suatu masalah.

d. Bertanggung Jawab (responsible), menerima resiko atas yang telah dipilih.

Sikap dapat diukur langsung dengan cara mengadakan pertanyaan mengenai pendapat atau menyatakan sesuatu mengenai objek yang diperhatikan.

Pengukuran tidak langsung dengan cara menanyakan pendapat responden terhadap pernyataan-pernyataan hipotesis melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2012).

Alat Pelindung Diri

Pengertian alat pelindung diri. Ketika mesin, praktik kerja dan kontrol administratif tidak layak atau perlindungan yang diberikan tidak maksimal, pihak perusahaan wajib menyediakan dan mengajarkan kegunaan APD kepada pekerja.

Paparan bahaya yang mungkin terjadi di tempat kerja dapat di minimalkan dengan menggunakan seperangkat alat yang disebut dengan alat pelindung diri.

Contoh-contoh APD mencakup barang-barang seperti sarung tangan, pelindung kaki dan mata, alat pelindung telinga (penutup telinga, sarung tangan), topi keras, respirator, dan pakaian tubuh lengkap (OSHA, 2004).

Alat pelindung diri merupakan seperangkat alat yang ditujukan pada seluruh atau sebagian tubuh agar digunakan dalam hal perlindungan dari paparan bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008). Secara teknis APD tidak sepenuhnya dapat memberi perlindungan pada tubuh, tetapi dapat meminimalisir tingkat keseriusan dari kecelakaan kerja yang mungkin dapat terjadi.

Tujuan dan manfaat alat pelindung diri. Untuk mengurangi resiko dan memberi perlindungan pada tubuh dari ancaman penyebab penyakit dan kecelakaan kerja, maka penggunaan alat pelindung diri mengambil bagian peranan penting. Hal ini bermanfaat untuk pekerja dan juga untuk perusahaan.

1) Manfaat bagi tenaga kerja yaitu;

a. Pekerjaan menghasilkan rasa aman dan mengurangi bahaya-bahaya kerja.

b. Kecelakaan akibat kerja dapat di minimalisir.

c. Derajat kesehatan dapat diperoleh sesuai hak dan martabat sehingga mampu bekerja secara dinamis dan produktif.

d. Meningkatkan hasil produksi seiring dengan produktifitas pekerja. Hal ini akan menambah keuntungan berupa naiknya gaji atau jaminan sosial pada kesejahteraan.

2) Manfaat bagi perusahaan yaitu:

a. Meningkatkan mutu dan jumlah produksi sehingga keuntungan yang diperoleh juga bertambah.

b. Dapat menghemat biaya pengobatan dan pemeliharaan kesehatan pekerja c. Tercapainya produktivitas dan efisiensi yang optimal dikarenakan absentisme

yang minimal. (Tarwaka, 2014).

Kriteria dan karakteristik alat pelindung diri. Menurut Tarwaka (2008) beberapa kriteria dalam memilih APD adalah :

1. Sesuai dengan potensi bahaya yang ada sehingga dapat memberikan perlindungan yang efektif pada pekerja.

2. Mempunyai bahan yang ringan agar nyaman dan tidak menimbulkan beban saat digunakan.

3. Bentuknya dibuat menarik agar pekerja nyaman memakainya.

4. Tidak menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan pengguna.

5. Memiliki bentuk dan ukuran yang efisien dalam pemakaian.

6. Tidak menimbulkan gangguan pada indra dan kesehatan pengguna saat digunakan dalam jangka waktu panjang.

7. Tidak menimbulkan penurunan fungsi sensoris dalam menerima tanda-tanda peringatan.

8. Suku cadang mudah didapat.

9. Mudah disimpan dan dirawat.

10. Sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Karakteristik APD menurut Rijanto (2011) adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai keterbatasan yaitu tidak dapat menghilangkan bahaya pada sumbernya.

2. Alat pelindung diri harus diketahui kelemahannya, sehingga resiko bahaya yang timbul dapat dicegah terlebih dahulu.

3. Alat pelindung diri harus tepat guna dan harus selalu diawasi saat digunakan.

4. Pekerja harus sudah terlatih dalam menggunakannya.

Syarat-syarat alat pelindung diri. Menentukan APD yang teliti dan pas adalah persyaratan muthlak yang harus dilakukan. Pekerja dapat mengalami kecelakaan karena terpapar bahaya yang mungkin terjadi pada tempat dimana mereka bekerja. Dalam menentukan APD yang pas, perusahaan harus meninjau kemungkinan bahaya yang dapat terjadi, baik itu dapat dikendalikan atau dihilangkan, dan juga mampu memberi pemahaman mengenai cara kerja APD yang akan digunakan.

Menurut Rijanto (2010) ada beberapa syarat-syarat APD yang layak digunakan yaitu :

1. Nyaman dipakai.

2. Harus seringan mungkin sehingga tidak mengganggu kenyamanan pada saat digunakan.

3. Memberikan perlindungan terhadap bahaya yang kemungkinan dapat terjadi berdasarkan sumber bahaya dan tidak menimbulkan bahaya-bahaya lainnya.

4. Sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan dan suku cadang mudah didapat.

Anjuran ILO (1989) yang dikutip oleh Boediono (2003), terdapat dua hal penting yang harus dipenuhi semua jenis APD, yaitu:

1. Harus memberikan perlindungan terhadap apapun sifat bahaya yang kemungkinan dapat terjadi.

2. Harus awet saat digunakan dalam jangka waktu yang lama, agar meningkatkan rasa nyaman dan mobilitas yang maksimum.

Fungsi dan jenis alat pelindung diri. Menurut Tarwaka (2014) APD berfungsi untuk memberi perlindungan pada tubuh dari potensi resiko yang kemungkinan akan terjadi di tempat kerja saat melakukan pekerjaan. Beberapa macam APD yang digunakan pekerja berdasarkan pada fungsinya yaitu sebagai berikut :

1. Alat pelindung kepala (Headwear)

Saat mesin sedang hidup dan berputar, dapat memungkinkan terjadinya bahaya yang mengenai bagian kepala seperti rambut yang dapat terjerat. Bagian kepala juga dapat kemungkinan untuk terbentur, terpukul, dan kejatuhan benda tajam atau keras, serta kemungkinan banyaknya mikroorganisme yang dapat hinggap di kepala. Untuk itu diperlukan alat yang dapat melindungi daerah kepala. Terdapat beberapa jenis alat pelindung kepala antara lain :

a. Topi pelindung (Safety helmet)

Dalam memberi perlindungan dari benturan benda keras, maka pelindung kepala ini disesuaikan untuk itu. Topi pelindung harus tahan, tidak mudah terbakar, dan bersifat isolator listrik. Bahan dari topi ini dapat berupa plastik yang ringan, tahan panas dan benturan, serta bersifat isolator listrik.

Sedangkan bahan fiberglass dapat melindungi daerah kepala dari asam dan basa kuat. Anyaman penyangga terdapat pada bagian dalam topi pelindung untuk menyerap keringat dan mengatur sirkulasi udara.

b. Tutup kepala

Pada daerah kerja terdapat suhu yang ekstrim, api, dan korosi. Untuk itu diperlukan tutup kepala yang biasanya terbuat dari bahan asbestos, kulit dan kain yang tahan terhadap korosi dan air.

c. Topi (Hats / cap)

Saat mesin hidup dan berputar, penting untuk melindungi daerah kepala berupa rambut dari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi. Dalam memebri perlindungan itu, maka diperlukan pelindung kepala berupa topi yang umumnya terbuat dari kain katun.

2. Alat pelindung mata

Pada setiap tempat kerja pasti terdapat partikel-partikel kecil berupa debu dan gas/ uap serta bahan korosif lainnya yang memungkinkan mata akan terkena iritasi, juga terdapat radiasi gelombang elektromagnetik, serta kemungkinan terkena benturan atau pukulan benda keras. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan pada daerah mata maka diperlukan alat yang memebri perlindungan sebagai berikut :

a. Kacamata (spectacles)

Alat ini dapat memberi perlindungan pada daerah mata dari partikel-partikel kecil dan radiasi gelobang elektromagnetik.

b. Goggles

Alat ini dapat memebri perlindungan pada daerah mata dari partikel gas/

uap, debu, kemungkinan terkena percikan bahan kimia, dan radiasi gelombang elektromagnetik.

3. Alat pelindung telinga (ear protection)

Pada darah kerja akan terdapat suara-suara yang berintensitas tinggi yang dapat menurunkan fungsi pendengaran. Untuk itu diperlukan alat pelindung telinga dalam meminimalisir intensitas suara yang masuk. Alat pelindung telinga mempunyai beberapa jenis sebagai berikut :

a. Sumbat telinga (earplug)

Dalam mengurangi intensitas suara yang masuk ke dalam telinga, alat ini dapat digunakan karena alat ini dapat meminimalisir suara hingga 20 dB.

Setiap manusia mempunyai ukuran dan bentuk telinga yang berbeda, sehingga dalam pemilihan alat pelindung telinga jenis ini diperlukan ketelitian. Alat pelindung telinga jenis ini dapat terbuat dari kapas atau spons yang hanya dapat digunakan dalam sekali pakai (disposable), sedangkan yang terbuat dari bahan karet dan sintesis dapat digunakan hingga berulang kali.

b. Tutup telinga (earmuff)

Alat pelindung telinga ini dapat melindungi bagian luar pada telinga dari beturan atau percikan bahan kimia dan meminimalisir suara hingga 30 dB.

Alat ini berbentuk headband yang terdiri atas dua buah tutup yang isinya terdapat cairan atau busa yang berguna untuk menyerap suara yang

mempunyai intensitas dan frekuensi yang tinggi. Dalam penggunaan alat ini untuk jangka waktu panjang, akan menjadikan bantalan alat ini mengeras dan mengerut sehingga efektivitas nya akan menurun.

4. Alat pelindung pernafasan (respiratory protection)

Pada tempat kerja terdapat gas/uap, debu, dan udara yang sudah terkontaminasi racun dan korosi. Unuk itu diperlukan alat yang dapat memebri perlindungan pada daerah pernafasan. Dalam melakukan pemilihan alat ini dibutuhkan identifikasi terlebih dahulu terhadap kemungkinan bahaya atau takaran kontaminan yang terdapat di lingkungan kerja. Hal-hal yang perlu diketahui sebelum menggunakan alat ini yaitu:

a. Wujud dari kontaminan yang terdapat di udara apakah berupa gas/ uap, asap, debu, atau kombinasi dari beberapa bentuk tersebut.

b. Berapa kadar pencemaran yang ada di lingkungan kerja.

c. Berapa NAB yang diijinkan untuk setiap pencemaran yang terjadi.

d. Ketika terjadi iritasi pada pekerja maka ditinjau reaksi fisiologis dari penyebabnya.

e. Kadar oksigen yang terdapat di lingkungan kerja berdasarkan kecukupannya.

Terdapat beberapa jenis alat pelindung pernafasan yang umumnya digunakan yaitu sebagai berikut:

1) Masker

Lingkungan kerja terdapat partikel-partikel kecil yang tidak terlihat yang kemungkinan dapat mengganggu fungsi alat pernafasan, untuk itu diperlukan alat ini dalam meminimalkan paparan tersebut.

2) Respirator

Alat ini dapat memberi perlindungan dari terpaparnya saluran pernafasan terhadap debu, kabut, uap/ gas, dan gas berbahaya yang terdiri atas beberapa jenis yaitu antara lain :

a. Chemical Respirator

Respirator jenis ini berisi adsorban dan karbon arang aktif serta silica berbentuk gel yang berguna dalam memberi perlindungan terhadap kontaminasi gas/ uap dengan tingkat racun yang rendah. Khlor dan gas atau uap zat organik di adsorbs di tempat penyimpanan yang disebut canister.

b. Mechanical Filter Respirator

Dalam memberi perlindungan pada alat pernafasan diperlukan alat yang dapat menangkap partikel berupa filter. Filter pada alat ini terbuat dari fiberglass, wol, dan serat sintesis yang telah dilapisi dengan resin.

5. Alat pelindung tangan (hand protection)

Pekerja dalam melakukan pekerjaannya tidak lepas dari penggunaan tangan yang dapat mengalami hal-hal yang tidak diinginkan seperti terpercik bahan kimia berbahaya, benda panas dan dingin, tersengat listrik, tertusuk atau

tersayat. Untuk itu diperlukan alat untun memberi perlindungan pada daerah tangan dari hal tersebut. Alat pelindung ini dapat terbuat dari karet untuk perlindungan terhadap sengatan listrik dan bahan kimia, dari bahan kulit untuk perlindungan terhadap benda tajam, dan bahan kain/ katun untuk perlindungan terhadap benda panas/ dingin. Dalam memilih alat pelindung tangan yang tepat harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Mengetahui kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di tempat kerja.

b. Mengetahui daya tahan bahan alat pelindung sesuai dengan fungsinya.

c. Mengetahui kesesuaian terhadap objek yang dikerjakan.

d. Mengetahui bagian mana saja yang harus dilindungi.

1) Sarung tangan steril

Pada perlakuan bedah, alat pelindung tangan harus di sterilkan atau di disinfeksi dengan tingkatan yang tinggi agar tidak menjadi pencemar.

2) Sarung tangan rumah tangga (gloves)

Fungsi sarung tangan berdasarkan bahan-bahannya yaitu:

a. Untuk melindungi daerah tangan dari benda yang memiliki suhu panas dan dingin, maka menggunakan sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, kain/ katun, dan wool.

b. Dalam memberi perlindungan terhadap kemungkinan tersengat listrik maka menggunakan sarung tangan yang terbuat dari kulit.

c. Radiasi elektromagnetik juga dapat mengenai daerah tangan, untuk memberi perlindungan dari hal itu diperlukan sarung tangan yang telah diberi pelapis timbal (Pb)

d. Pentingnya memberi perlindungan pada daerah tangan dari kemungkinan terkena bahan kimia berbahaya, maka sarung tangan dengan bahan poli vinyl chlorida merupakan alat pelindung tangan yang sesuai dan juga berguna sebagai oksidator.

6. Alat pelindung kaki (feet protection)

Daerah kaki merupakan bagian penting dari tubuh yang harus diberikan perlindungan, dikarenakan daerah kaki paling rentan terkena benda keras/ tajam/

panas, larutan kimia, dan arus listrik. Dalam memberi perlindungan pada daerah kaki diperlukan alat pelindung kaki yang mempunyai beberapa jenis sebagai berikut :

a. Sepatu steril

Pada daerah kerja yang melakukan tindakan bedah, laboratorium, ICU, isolasi, dan otopsi diperlukan alat pelindung kaki khusus yang telah di sterilkan agar tidak terkontaminasi.

b. Sepatu kulit

Pada setiap tempat kerja terdapat kemungkinan bahaya dari benda keras dan berat, panas, dan lantai yang licin. Dalam melindungi daerah kaki dari hal tersebut maka alat pelindung yang sesuai terbuat dari bahan kulit.

c. Sepatu boot

Timbulnya dermatitis, adanya bahan kimia yang merusak, dan adanya arus listrik di tempat kerja dapat mengenai pekerja saat melakukan pekerjaannya. Untuk melindungi pekerja dari hal tersebut maka menggunakan sepatu khusus.

7. Pakaian pelindung (body protection)

Berdasarkan sumber bahaya seperti percikan api, suhu panas dan dingin, bahan kimia berbahaya diperlukan alat yang dapat memberi perlindungan pada bagian tubuh. Terdapat beberapa jenis pakaian pelindung berdasarkan bahannya antara lain :

a. Seragam kerja

Seragam kerja yang tahan terhadap panas yang bersifat isolasi terbuat dari wool, katun, asbes.

b. Celemek

Pakaian pelindung yang terbuat dari plastik atau karet yang tahan air dan dan bahan-bahan kimia.

c. Apron

Pakaian yang melindungi bagian tubuh dengan bahan timbal untuk menyerap radiasi.

8. Sabuk pengaman keselamatan (safety belt)

Terdapat pekerjaan yang dilakukan di ketinggian dan dapat mengakibatkan kemungkinan terjatuh, untuk itu diperlukan alat ini agar mengurangi potensi bahaya pada pekerja saat melakukan pekerjaannya.

Pengenalan alat pelindung diri pada pekerja. Begitu manajemen memutuskan untuk menggunakan APD, maka langkah-langkah berikut dapat dilakukan (Rijanto, 2011)

1. Buat kebijakan tertulis tentang pemakaian APD dan mensosialisasikan kepada pekerja dan tamu.

2. Pilih jenis APD yang sesuai.

3. Laksanakan suatu program pelatihan agar pekerja mengetahui cara pemakaian dan perawatan yang benar APD yang digunakannya.

4. Terapkan dan control penggunaan APD.

Manajemen harus memberikan pengarahan kepada pekerja mengenai:

a. Manfaat APD yang tersedia berdasarkan potensi bahaya di tempat kerja.

b. Bahaya potensial yang akan diterima jika tidak menggunakan APD.

c. Cara menggunakan dan merawat APD.

d. Pengawasan dan sanksi mengenai penggunaan APD.

e. Menghindari kerusakan dan menjaga mutu dengan memelihara APD dengan baik dan benar.

f. Agar bebas dari kontaminasi, APD harus disimpan dalam kondisi bersih di tempat yang telah tersedia.

Masalah dalam penggunaan alat pelindung diri. Menurut Santoso (2004), adapun yang menjadi masalah dalam penggunaan APD yaitu :

1) Pekerja enggan menggunakan dengan alasan a. Belum menyadari dan mengerti fungsi APD.

b. Merasa panas, berat, dan sesak saat dipakai sehingga dapat mengganggu pekerjaan.

c. Tidak menarik untuk dipakai dan dipandang.

d. Bahannya tidak sesuai.

e. Tidak diberikan sanksi.

f. Melihat atasan tidak memakai

1) Perusahaan tidak menyediakan dengan alasan

a. Tidak mengerti bahkan pura-pura tidak mengerti fungsi penggunaan APD.

b. Sia-sia karena pekerja tetap tidak mau memakai.

c. Bahan tidak sesuai dengan bahaya yang akan ditimbulkan.

d. Karena alat tersebut mahal maka perusahaan memilih yang murah dengan menyampingkan kualitas.

Menurut Suma’mur (2014) beberapa hal yang penting untuk diperhatikan saat menggunakan APD adalah :

1. Mutu harus diuji terlebih dahulu sebelum dipasarkan, apakah sudah memenuhi standar atau belum, agar memenuhi jaminan alat tersebut sesuai dalam penggunaannya sebagai alat pelindung.

2. Kesesuaian APD dengan pekerja itu sendiri dan berdasarkan kemungkinan bahaya yang terdapat pada tempat kerja, agar dapat memberikan perlindungan yang maksimal.

3. Ukuran harus tepat berdasarkan para pekerja sehingga tidak menimbulkan gangguan pada saat digunakan di tempat kerja.

4. Agar memberikan manfaat yang maksimal dan sesuai, maka alat harus digunakan dengan baik dan benar.

Dasar hukum penggunaan alat pelindung diri. Pentingnya menggunakan APD harus menjadi kewajiban bagi setiap orang yang berada di tempat kerja. Hal ini sesuai dengan UU No.1 Tahun 1970 mengenai keselamatan kerja yang berisi :

a. Pasal 3 ayat 1 butir f, menyatakan syarat-syarat pemberian APD.

b. Pasal 9 ayat 1 butir c, menyatakan pengurus wajib menjelaskan pada pekerja tentang hal-hal yang berkenaan dengan APD.

c. Pasal 12 butir b, menyatakan kewajiban dan hak pekerja untuk menggunakan APD.

d. Pasal 14 butir c, menyatakan kewajiban pengurus untuk menyediakan APD dalam usaha pencegahan penyakit akibat kerja.

Kewajiban pekerja dalam menggunakan APD juga terdapat pada PERMENAKERTRANS No.01 Tahun 1981 dalam pasal 5 ayat 2 mengenai wajibnya melapor penyakit akibat kerja sebagai usaha dalam mencegah penyakit

Kewajiban pekerja dalam menggunakan APD juga terdapat pada PERMENAKERTRANS No.01 Tahun 1981 dalam pasal 5 ayat 2 mengenai wajibnya melapor penyakit akibat kerja sebagai usaha dalam mencegah penyakit

Dokumen terkait