• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH, GAMBARAN UMUM, DAN ELEMEN MUSIK HIPHOP,

2.6 Masuknya Hiphop Ke Medan

Ada beberapa nama yang akan disebut-sebut menjadi ikon Hiphop Medan dewasa ini. Penilaian ini didasarkan pada eksistensi mereka. Bukan hanya eksistensi sebenarnya, tapi juga bagaimana mereka menjawab eksistensi mereka itu dengan karya. Baik mereka-mereka yang bergerak di empat batang tubuh Hiphop itu sendiri: Rapper (Microphone Controller), Grafity, Turntablis dan Breaker.

Di Medan, hiphop telah merebak dan menjamur sekitar pertengahan tahun 1993. Waktu itu di awali dengan bergabungnya Dj Terbaik di Medan dalam satu komunitas kecil yang bernama Frontol. Mereka adalah DJ Donald, DJ Dedi, DJ Danny, dkk. Mereka sering tampil di klub-klub lokal sampai akhirnya mereka juga selalu muncul di sebuah acara radio “DJ on The Air” di sela-sela penampilan mereka juga di selingi dengan Rap freestyle bersama tiga MC lainnya yakni Doan, Donny & Ivan.

Tahun 1994 komunitas ini menggebrak medan dengan sebuah acara hip hop pertama di kota medan “DeeJay On The Street”. Acara ini mempertemukan pecinta musik jenis ini yang jaman itu masih dianggap asing dan aneh. Ada sekitar sepuluh orang DJ dan tujuh orang MC (Ivan, Doan, Deddy, Anca, Ali, Aji) yang tampil. Sayang karena kesibukan masing-masing personil, Frontol akhirnya

vakum. Komunitas - komunitas Hip hop lain mulai muncul di tahun 1995 ditandai dengan munculnya Grup Rap 25 R.O.D, MRC (medan rapper community). Kedua grup ini selalu mendapatkan predikat juara dalam festival Rap di medan saat itu, yang akhirnya sepakat untuk menggabungkan diri dengan nama Sonik Rap. Selain itu ada juga grup rap yang namanya P-RAD rapper, sebuah grup rap yang isinya enam orang MC.

Namun perkembangan Hiphop pada masa itu tidaklah berjalan mulus, perjuangan hiphop untuk menunjukkan jati diri masih bergantung kepada DJ, Rapper, dan B-Boy yang juga masih mencari jalan untuk bisa menunjukkan keberadaan Hiphop hingga bisa diterima oleh masyarakat luas. Perjuangan itu belum berakhir hingga akhir tahun 2003, Ucok Munthe kembali ke medan dan membawa serta Rap versinya, namun sebelumnya telah ada Rapper, Bboy di medan yang begitu tenar, beberapa diantaranya Deenee, 061 Crew, Jaypey, Reza Husein, Illegal Rhimes, DJ Ronald dan DJ Rico, Medan Street B’Boyz (MSB), IBO Breakinz, Popgank Anak Lantai, Kinniku Squad, Oroginal Baby Rock, S.O.G, Crushxable maupun Lowbat. Sempat juga terbentuk komunitas bernama “Medan Hiphop Community”. Namun komunitas ini sempat lama vakum. Namun kembali dibangkitkan dengan munculnya komunitas baru yang memiliki motivasi sama; komunitas yang lahir dari akar Hiphop, di antaranya: “One Voice Hiphop Movement”, “Utama Side”, “POULAYA”, “Cash Family”, “Pangkalan Brandan Rap” dan “V Double L.A”.

Perkembangan Hiphop yang paling signifikan adalah di tahun 2004 sampai sekarang dimana Ucok Munthe yang merupakan legend musik hiphop di kota

Medan, telah meliris album solonya “ Aku dan Diriku “, dan juga album kompilasi “ Hiphop Tanpa Tembok “ bersama rapper lainnya, yang sangat mempengaruhi perkembangan hiphop. Dikeluarkannya album pertamanya merupakan sebuah bukti nyata eksistensi Ucok Munthe sendiri, karena menurutnya seseorang layak dikatakan rapper jika mampu mengekspresikan apa yang ia lihat dan ia rasa dengan style - rapnya sendiri, yang juga tidak selalu mengalunkan karya rapper lain. Sekalipun memang itu tak ada salahnya.

Ucok Munthe bersama teman-temannya: Rodo, Jaypey, Botag (kini menjadi pelopor hiphop di Tapanuli Tengan/Pandan), Alm. Josia, Crish Panggabean atau lebih dikenal Crisco, dan juga bersama group Rap Illegal Rhimes terus mempertahankan serta menyebarkan hiphop ke seluruh penjuru Medan, bahkan Sumatera utara.

Gbr. 2.10 Cover Album Ucok Munthe “ Aku Dan Diriku “

Nama lain yang turut memberikan pengaruh dalam perkembangan hiphop di kota medan adalah Joko Priyono yang lebih dikenal JayPey. Perjalanan kariernya

dimulai sejak 2001 saat itu nge-rap dalam sebuah band yang digelutinya selama dua tahun, kemudian tahun 2003 dia pindah ke Medan, dan tahun 2004 bertemu dengan Ucok Munthe dan belajar mengenai hiphop dan sejarahnya sehingga wawasannya mengenai hiphop terbuka lebar. Tahun 2004 - 2006 banyak group yang dibentuk dan diikuti oleh Jaypey hingga akhirnya tahun 2006 seorang rapper temannya Josia meninggal dunia, ia kemudian memutuskan untuk ber-solo karier, dibuktikan dengan di keluarkannya album pertamanya, dan di tahun 2007 bersama Ucok Munthe, Illegal Rhimes, Reza Hussein, dan Mouzafir ( Rapper asal Medan yang meneruskan kuliah di Kuala Lumpur dan sekarang menjadi Produser Hiphop) mengeluarkan album “ The Message”. Di tahun yang sama Jaypey juga kembali mengorbitkan komunitas Hiphop yang merupakan reinkarnasi dari “Medan Hiphop Community” yang sempat vakum beberapa lama dengan nama baru “One Voice Hiphop Movement”. Kini, Jaypey tidak lagi sibuk dengan rap, ia sekarang memfokuskan dirinya untuk menjadi Sound Engineering untuk Hiphop Kota Medan sejak tahun 2008.

Selain nama-nama diatas, yang membawa pengaruh besar terhadap perkembangan hiphop di kota Medan, ada juga nama Methosa Crew, dan Jere. Mereka juga membawa dampak yang sangat berarti untuk hiphop Kota Medan.

Menurut Ucok Munthe, Jere merupakan salah seorang rapper yang adalah harta terbesar yang dimiliki oleh Hiphop Kota Medan, dan tidak tertutup kemungkinan menjadi harta Hiphop Indonesia.

Jere yang memulai kariernya sejak dia SMP tahun 2006 dengan group nya Doubleside, tahun 2007 ia juga menjadi salah seorang rapper yang ikut

memberikan partisipasi dalam pembuatan album kompilasi “ Hiphop tanpa Tembok “ dan kemudian di bulan oktober tahun 2008 ia mengeluarkan album solo pertamanya semasa SMA “Metamorfosis”, dan di tahun 2010 bersama group nya Dwell Fam menegeluarkan album ”Fight For Dwell Well”.

Selain itu ada juga nama Poulaya, MHC, Aq Flow, 165 Nation, Albar MC, Point20, Forsa Semoitik, dll yang sekarang turut memberikan pengaruh besar akan perkembangan hiphop kota medan, bahkan memberikan pengaruh juga terhadap perkembagan hiphop di beberapa kota besar, seperti Aceh, Pekanbaru, dll.

Dokumen terkait