• Tidak ada hasil yang ditemukan

datang dari bawah (masyarakat). Dengan demikian partai politik merupakan instrumen kelas menengah untuk memperoleh dukungan dari bawah;

2. Krisis integritas. Hal ini dimulai ketika modernisasi di Eropa juga

menimbulkan ancaman berupa disintegrasi wilayah. Kemunculan partai politik

dimaksudkan untuk mengatasi krisis integrasi, terutama apa bila partai politik

memiliki basis dukungan yang lintas wilayah; dan

3. Krisis partisipasi. Hal ini telah membawa perubahan-perubahan besar di

bidang sosial, ekonomi dan sistem stratifikasi. Akibatnya penguasa yang

sudah kehilangan legitimasi juga kehilangan partisipasi masyarakat. Melalui

partai politik, rakyat bisa lebih berperan didalam penentuan kabijakan negara.

Di negara-negara yang menganut paham demokrasi, gagasan mengenai partisipasi rakyat mempunyai dasar ideologis bahwa rakyat berhak turut untuk menentukan siapa-siapa yang akan menjadi menjadi pemimpin yang nantinya menentukan kebijakan umum. Di negara-negara totaliter gagasan mengenai partisipasi rakyat didasari pada pandangan elite politiknya bahwa rakyat perlu dibimbing dan dibina untuk mencapai stabilitas yang langgeng. Untuk mencapai tujuan itu, partai politik merupakan alat yang baik.

Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik12

Pengertian partai politik juga mengarah kepada perkumpulan orang-orang yang seasas, sehaluan, setujuan di dalam bidang politik. Baik yang berdasarkan partai massa, yaitu partai politik yang mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggotanya

.

13

12

Miriam Budiardjo, Op.Cit., hal. 161. 13

Poerwanta, Partai Politik di Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta, 1996, hal. 6.

Selain kedua defenisi diatas banyak ragam pengertian partai politik, berikut disampaikan beberapa definisi mengenai partai politik dari beberapa pakar politik :

a. Menurut Carl J. Friedrich

Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabildengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemamnfaatan baik idealisme maupun kekayaan material.

b. Menurut Roger.H. Soltau

Partai politik adalah sekumpulan warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai satu kesatuan politik dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melakukan kebijakan mereka sendiri.

c. Menurut Sigmund Neuman

Partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya pada menguasai kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda. 14

1. They are groups of people-whom labels, are generally applied by both themselves and others. (berwujud kelompok-kelompok masyarakat yang beridentitas)

Selain menurut pakar diatas, dengan cara yang berbeda Austin Renney tidak membuat suatu batasan konseptual tentang partai politik dalam satu definisi, tetapi melihatnya lebih luas melalui karakteristik-karakteristik fundamental, yang setidaknya dimiliki oleh organisasi bernama partai politik, yaitu :

14

2. Some of people are organized,-that is, tey deliberately act together to achieve party goals.

(terdiri dari beberapa orang yang terorganisasi, yang dengan sengaja bertindak bersama-sama untuk mencapai tujuan-tujuan partai)

3. The larger society recognizes as legitimate the right of parties to organize and promote their causes. (masyarakat mengakui partai politik memiliki legitimasi berupa hak-hak untuk mengorganisasikan dan mengembangkan diri mereka)

4. In some of their goal-promoting activities, parties work through the mechanism of representative government. (beberapa tujuannya diantaranya mengembangkan aktivitas-aktivitas, partai bekerja melalui mekanisme-mekanisme “pemerintahan yang mencerminkan pilihan rakyat”)

5. A key activity of parties is thus selecting candidates for elective public office. (aktivitas partai politik ini adalah menyeleksi kandidat untuk jabatan publik). 15

setelah mengacu karakteristik pada partai politik selanjutnya dapat dilihat bahwa ada beberapa fungsi dari partai politik. Fungsi sering diartikan sebagai perbuatan, kegiatan atau pengaruh. Robert K. Merton (1968) mendefinisikan fungsi sebagai akibat yang dapat diamati yang menuju adaptasi atau penyesuaian dalam suatu sistem sosial. Fungsi bersifat netral sehingga fungsi dapat mengalami disfungsi, oleh karena itu Merton membagi dua jenis fungsi, yaitu fungsi manifes

dan fungsi laten.16

Sebagai sarana komunikasi, partai sebagai wadah dalam menyampaikan segala aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga aspirasi itu dapat menjadi suatu kebijakan umum yang dapat menjadi solusi atas berbagai

Fungsi manifes merupakan fungsi yang dirumuskan secara eksplisit dan tegas, sedangkan fungsi laten tidak secara tegas dirumuskan, tetapi perasaan atau tingkah lakunya dapat diketahui yang kemudian dijalankan dalam sistem sosial.

Partai politik sebagai salah satu infrastruktur dalam sistem politik mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

15

Deden Faturohman dan Wawan Sobari. 2004. Pengantar Ilmu Politik. Malang : UMM. hal. 113-114. 16

permasalahan yang terjadi di masyarakat; sebagai sarana sosialisasi politik, sosialisasi politik adalah suatu proses yang dilalui sesorang dalam memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang ada dalam masyarakat tempat orang itu berada. Sosialisasi juga mencakup proses penyampaian norma-norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi lainnya. Sosialisasi politik berperan mengembangkan serta memperkuat sikap politik di kalangan warga masyarakat unutk menjalankan peran-peran politik tertentu; sebagai sarana rekrutmen politik,

fungsi rekrutmen politik merupakan fungsi penyeleksian rakyat unutk kegiatan politik dan jabatan pemerintah melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu atau sebagainya. Fungsi rekrutmen politik ini juga disebut sebagai fungsi seleksi kepemimpinan. Seleksi kepemimpinan dalam suatu struktur politik dilakukan secara terencana dan teratur sesuai dengan kaidah/norma-norma yang ada serta harapan dalam masyarakat; sebagai pengatur konflik,dalam suasana demokrasi, persaingan atau perbedaan pendapat dalam masyarakat merupakan soal yang wajar, jika terjadi konflik, partai politik berusaha untuk mengatasinya.”17

Dapat disimpulkan bahwa fungsi partai politik adalah menjadi penghubung antara pemerintah dan rakyatnya serta memberikan pendidikan politik terhadap masyarakat. Dari fungsi partai politik ini kita dapat memberikan penilaian terhadap kinerja partai politik apakah ada hubungan antara janji politiknya dengan kebijakan publik yang dihasilkannya. Meskipun demikian fungsi utama partai politik menurut Ramlan Surbakti ialah “mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu.”18 Hal yang sama dikemukakan oleh Monte Palmer dimana partai politik di negara berkembang berfungsi untuk menyediakan dukungan basis massa yang stabil, sarana, dan memelihara integrasi dan mobilisasi, dan memelihara kelangsungan kehidupan politik.19

Dalam partai politik ada sebuah sistem kepartaiaan dimana digunakan untuk mengetahui bagai mana cara partai itu berjalan. Sistem kepartaian adalah pola perilaku dan interaksi di antara sejumlah partai politik dalam sebuah sistem politik. Maurice Duverger20

17

Miriam Budiardjo, Op.Cit.,hal. 163-164. 18

Ramlan Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Grasindo. hal. 116. 19

Koiruddin, op. cit., hal. 86. 20

Miriam Budiardjo, Op.Cit.,hal. 167.

dalam bukunya yang berjudul Political Parties, menggolongkan sistem kepartaian menjadi tiga, yaitu sistem partai

tunggal, sistem dwi partai, dan sistem multi partai. Penggolongan sistem kepartaian berdasarkan jumlah partai dapat dikemukakan seperti berikut. Bentuk partai tunggal (totaliter, otoriter dan dominan), sistem dua partai dominan dan bersaing dan sistem multi partai. Dalam negara yang menerapkan bentuk partai tunggal totaliter terdapat satu partai yang tak hanya memegang kendali atas militer dan pemerintahan, tetapi juga menguasai seluruh aspek kehidupan masyarakat. Partai tunggal totaliter biasanya merupakan partai doktriner dan diterapkan di negara-negara komunis dan fasis.

Bentuk partai tunggal otoriter ialah suatu sistem partai yang di dalamnya terdapat lebih dari satu partai besar yang digunakan oleh penguasa sebagai alat untuk memobilisasi masyarakat dan mengesahkan kekuasaannya sedangkan partai-partai lain kurang dapat menampilkan diri karena ruang gerak dibatasi penguasa. Bentuk partai tunggal yang otoriter biasanya diterapkan di negara-negara berkembang yang menghadapi masalah-masalah integrasi nasional dan keterbelakangan ekonomi. Partai tunggal yang otoriter digunakan sebagai wadah persatuan segala lapisan dan golongan masyarakat, dan sebagai alat untuk memobilisasi masyarakat untuk mendukung kebijakan yang dibuat oleh penguasa. Apabila dalam bentuk partai tunggal totaliter, partailah yang menguasai pemerintahan dan militer maka dalam bentuk tunggal otoriter pemerintahan dan militer yang menguasai partai. Partai Uni Nasional Afrika Tanzania (UNAT), dan Partai Aksi Singapura merupakan contoh partai otoriter.

Bentuk partai tunggal dominan tetapi demokratis ialah suatu sistem kepartaian yang di dalamnya terdapat lebih dari satu partai, namun satu partai saja yang dominan (secara terus-menerus mendapat dukungan untuk berkuasa), sedangkan partai-partai lain tidak mampu menyaingi partai yang dominan, walaupun terdapat kesempatan yang sama untuk mendapatkan dukungan melalui pemilihan umum. Partai yang dominan itu biasanya lebih dahulu muncul untuk membina bangsa dan mengorganisasikan pembangunan ekonomi, dibandingkan dengan partai-partai lain yang muncul beberapa dekade kemudian untuk mengoreksi dan menyaingi partai dominan. Ketika

partai-partai oposisi muncul, partai-partai dominan sudah berakar dalam masyarakat dan organisasinya sudah melembaga. Partai liberal di Jeapang merupakan contoh partai dominan tetapi demokratik.

Sistem dua partai bersaing merupakan suatu sistem kepartaian yang di dalamnya terdapat dua partai yang saling bersaing unutk mendapatkan dan mempertahankan kewenangan pemerintah melalui pemilihan umum. Dalam sistem ini terdapat pembagian tugas diantara kedua partai yaitu partai yang memenangkan pemilihan umum menjadi partai yang memerintah, sedangkan partai yang kalah dalam pemilihan umum berperan sebagai kekuatan oposisi yang loyal sebagai kontrol atas partai yang menang. Negara yang menerapkan sistem dua partai bersaing adalah Amerika Serikat (Partai Republik dan Partai Demokrat) dan Australia (Partai Liberal dan Parati Buruh).

Sistem multi partai merupakan suatu sistem yang terdiri atas dua partai yang dominan. Sistem ini merupakan produk dari struktur masyarakat yang majemuk, baik secara kultural maupun secara sosial ekonomi. Setiap golongan masyarakat cenderung memelihara keterkaitan dengan asal-usul budaya dan memperjuangkan kepentingan melalui wadah politik sendiri. Karena banyak partai bersaing untuk mendapatkan dan memperahankan kekuasaan melalui pemilihan umum maka yang sering terjadi adalah pemerintahan koalisi dengan dua atau lebih partai yang sama-sama dapat mencapai mayoritas di parlemen. Untuk mencapai konsesnsus diantara partai yang berkoalisi itu memerlukan tawar-menawar dalam hal program dan kedudukan menteri.

Partai politik pada umumnya juga dapat diklasifikasikan menurut komposisi dan fungsi keanggotaannya ke dalam dua bagian, yaitu21

a. Partai Massa

:

Partai massa mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggota dengan elite kepemimpinan yang diseleksi secara ketat, oleh karena itu partai ini biasanya terdiri dari pendukung-pendukung dari aliran-aliran politik dalam masyarakat yang sepakat untuk bernaung dibawahnya dalam memperjuangkan program yang biasanya luas dan agak kabur.

21

Kelemahan dari partai massa ialah bahwa masing-masing aliran atau kelompok yang bernaung di bawah partai ini cenderung unutk memaksakan kepentingan masing-masing, terutama pada saat krisis, sehingga persatuan dalam partai dapat melemah atau hilang sama sekali sehingga salah satu golongan memisahkan diri dan mendirikan partai baru.

b. Partai Kader

Partai kader mementingkan keketatan organisasi dan disiplin kerja anggotanya. Proses seleksi terhadap anggota-anggota partai dilakukan secara ketat dengan memperhatikan berbagai aspek seperti keterampilan, prestise, pengalaman politik, serta pengaruh-pengaruhnya yang diharapkan bisa menarik pendukung/pemilih sebanyak-banyaknya dalam pemilu. Pimpinan partai biasanya menjaga kemurnian doktrin politik yang dianut dengan jalan mengadakan saringan terhadap calon anggotanya dan memecat anggotanya yang menyeleweng dari garis partai yang telah ditetapkan. Selain berdasarkan komposisi dan fungsi anggotanya, Gabriel Almond menggolongkan partai politik berdasarkan basis sosial dan tujuannya. Menurut basis sosialnya, partai politik dibagi menjadi empat tipe, yaitu22

a. partai politik yang beranggotakan lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat, seperti kelas atas, menengah dan bawah ;

:

b. partai politik yang anggotanya berasal dari kalangan kelompok kepentingan tertentu, seperti petani, buruh, dan pengusaha ;

c. partai poltik yang anggota-anggotanya berasal dari pemeluk agama tertentu, seperti Islam, Katholik, Protestan, dan Hindu ; dan

d. partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari kelompok budaya tertentu, seperti suku bangsa, bahasa, dan daerah tertentu.

Berdasarkan tujuan, partai politik dibagi menjadi tiga, yaitu23

22

Gabriel Almond, 1978, “Kelompok Kepentingan dan Partai Politik”, dalam Mochtar Mas’oed dan Collin Mac Andrews (ed). 2000. Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. hal. 58. 23

Ibid., hal. 60.

a. partai perwakilan kelompok, artinya partai yang menghimpun berbagai kelompok masyarakat untuk memenangkan sebanyak mungkin kursi dalam parlemen seperti Barisan Nasional di Malaysia ;

b. partai pembinaan bangsa, artinya partai yang bertujuan menciptakan kesatuan nasional dan biasanya menindas kepentingan-kepentingan sempit seperti Partai Aksi Rakyat di Singapura ; dan

c. partai mobilisasi, artinya partai yang berupaya memobilisasi masyarakat ke arah pencapaian tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh pemimpin partai, sedangkan partisipasi dan perwakilan kelompok cenderung diabaikan.

Dalam melihat partai politik di Indonesia, Koiruddin mengkategorikan sebagian besar partai politik di Indonesia termasuk jenis partai catch-all. Koiruddin mengatakan bahwa :

partai catch all merupakan jenis partai gabungan antara partai kader dan massa. Mereka berusaha menampung kelompok sosial sebanyak-banyaknya untuk menjadi anggotanya. Tujuannya memenangkan pemilu berkait dengan berkembangnya kelompok kepentingan dan penekan, dan ideologinya tidak terlalu kaku. Meskipun demikian mereka juga melakukan kaderisasi di internal elit pengurusnya sehingga konsekuensinya adalah terabaikannya proses pendidikan politik.”24

Menurut Ramlan Surbakti “rekrutmen politik ialah seleksi pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususya”.25

Rekrutmen politik merupakan proses dimana partai mencari anggota baru dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses politik melalui organisasi-organisasi massa Fungsi rekrutmen sangat penting karena merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan. Selain itu, fungsi rekrutmen politik sangat penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang mampu melaksanakan peranannya, kelangsungan sistem politik akan terancam.

24

Koiruddin, op. cit., hal. 80. 25

yang melibatkan golongan-golongan tertentu, seperti golongan buruh, petani, pemuda, mahasiswa, perempuan dan sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa rekrutmen politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai. Hal ini seperti yang ditegaskan oleh Mochtar Mas`oed bahwa rekrutmen politik merupakan fungsi penyeleksian rakyat untuk kegiatan politik dan jabatan pemerintahan melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu, pendidikan dan ujian. 26

Putnam juga mengemukakan bahwa ada beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam proses seleksi elit politik, yaitu

Pelaksanaan fungsi rekrutmen politik yang dilakukan oleh partai politik biasanya berdasarkan atas prestasi dalam ujian kecakapan dan kemampuan, tetapi tak jarang juga berdasarkan status orang yang direkrut tersebut.

27

1. keahlian teknis, dimana keahlian ini sangat dibutuhkan untuk melaksanakan peranan-peranan politik yang rumit dalam kaitannyadengan peranan-peranan dan proses sosial.

:

2. keahlian berorganisasi dan persuasi, dimana keahlian inisangat penting untuk pembuatan keputusan politik atau kebijaksanaan pemerintah yang umumnya dilakukan oleh kaum elit, karenanya dibutuhkan ketrampilan negoisasi atau mobilisasi orang atau pejabat yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya.

3. loyalitas dan reliabilitas politik yang menyangkut derajat kepercayaan politik dari berbagai kekuatan atau golongan masyarakat, karena hal ini akan sangat membantu dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.

Dengan memiliki kriteria tersebut diatas, maka orang-orang yang direkrut itu akan banyak mendapatkan kemudahan dalam menjalankan tugas-tugasnya apabila nanti dapat ikut terpilih dan berhak untuk menduduki jabatannya yang baru.

26

Hesel Tangkilisan. 2003. Kebijakan Publik yang Membum. , Yogyakarta : Lukman Offset dan YPAPI. hal. 188

27

Sistem rekrutmen politik menurut Nazaruddin Syamsudin dapat dibagi dua, yaitu : pertama,

rekrutmen terbuka, yaitu dengan menyediakan dan memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara untuk ikut bersaing dalam proses penyeleksian. Dasar penilaian dilaksanakan melalui proses dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, melalui pertimbangan-pertimbangan yang obyektif rasional, dimana setiap orang yang memenuhi syarat untuk mengisi jabatan politik yang dipilih oleh rakyat mempunyai peluang yang sama dalam melakukan kompetisi untuk mengisi jabatan baik jabatan politik maupun administrasi atau pemerintahan. Kedua, rekrutmen tertutup, yaitu adanya kesempatan untuk masuk dan dapat menduduki posisi politik tidaklah sama bagi setiap warga negara, artinya hanya individu-individu tertentu yang dapat direkrut untuk menempati posisi dalam politik maupun pemerintahan. Dalam cara yang tertutup ini orang mendapatkan posisi elit melalui cara-cara yang tidak rasional seprti pertemanan, pertalian keluarga, dan lain-lain.28

Sedangkan menurut Miftah Thoha bahwa ada tiga sistem yang sering digunakan dalam proses rekrutmen, yaitu 29

1. Sistem Patronit (patronage system)

:

Sistem patronit dikenal sebagai sistem kawan, karena dasar pemikirannya dalam proses rekrutmen berdasarkan kawan, dimana dalam mengangkat seseorang unutk menduduki jabatan, baik dalam bidang pemerintahan maupun politik dengan pertimbangan yang bersangkutan masih kawan dekat, sanak famili dan ada juga karena asal daerah yang sama. Sistem kawan ini juga didasarkan atas dasar perjuangan politik karena memiliki satu aliran politik, ideologi dan keyakinan yang sama tanpa memperhatikan keahlian dan ketrampilan.

2. Sistem Merita (merit system)

Sistem ini berdasarkan atas jasa kecakapan seseorang dalam usaha mengangkat atau menduduki pada jabatan tertentu sehingga sistem ini lebih bersifat obyektif karena atas

28Ibid., hal. 189. 29

dasar pertimbangan kecakapan. Dengan dasar pertimbangan seperti ini, maka acapkali sistem ini di Indonesia dinamakan sistem jasa. Penilaian obyektif tersebut pada umumnya ukuran yang dipergunakan ialah ijazah pendidikan, sistem seperti ini sering disebut dengan

“spoil system”.

3. Sistem Karir (career system)

Sistem ini sudah lama dikenal dan dipergunakan secara luas unutk menunjukkan pengertian suatu kemajuan sesorang yang dicapai lewat usaha yang dilakukan secara dini dalam kehidupannya baik dunia kerja maupun politik.

Sistem rekrutmen politik memiliki keseragaman yang tiada terbatas, namun pada dasarnya ada dua cara khusus seleksi pemilihan yakni, melalui kriteria universal dan kriteria partikularistik. Pemilihan dengan kriteria universal merupakan seleksi untuk memainkan peranan dalam sistem politik berdasarkan kemampuan dan penampilan yang ditunjukkan lewat tes atau ujian dan prestasi. Sedangkan yang dimaksud dengan kriteria partikularistik adalah pemilihan yang bersifat primordial yang didasarkan pada suku, agama, ras, keluarga, almameter atau faktor status. 30

Oleh karena itu, Seligman memandang rekrutmen sebagai suatu proses yang terdiri dari Berkaitan dengan itu maka untuk menciptakan rekrutmen yang sehat berdasarkan sistem politik yang ada sehingga membawa pengaruh pada elit politik terpilih membutuhkan adanya mekanisme yang dapat menyentuh semua lapisan, golongan serta kelas sosial masyarakat.

31

1. Penyaringan dan penyaluran politik yang mengarah pada eligibilitas (pemenuhan syarat pencalonan).

:

2. Pencalonan atau proses dua tahap yang mensyaratkan inisiatif dan penguatan. 3. Seleksi, yakni pemilihan calon elit politik yang sebenarnya.

30

Michael Rush dan Phillip Althoff. 2003. Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : Raja Grafindo Persada. hal. 185.

31

Untuk menciptakan sistem politik yang kokoh maka mekanisme dan prosedur rekrutmen harus benar-benar dilakukan berdasarkan aturan yang benar pula, dengan memperhatikan elemen-elemen tertentu. Pemenuhan persyaratan tersebut membawa dampak terhadap figur yang dikehendaki dengan harapan dapat menyiasati kehendak atau aspirasi dari masyarakat atau kelompoknya. Hal penting yang mempengaruhi dan diprioritaskan adalah latar belakang pendidikan, kemampuan, keahlian, bakat serta memiliki dedikasi yang tingggi serta profesionalisme.

` 5.2 Teori Elite

SP. Varma menegaskan bahwa teori elite ialah berdasarkan pada kenyataan bahwa setiap masyarakat terbagi dalam 2 kategori yang mencakup:32

Hal ini sejalan dengan apa yang dijelaskan Gaetano Mosca dimana dalam setiap masyarakat terdapat kelas penduduk yaitu kelas yang menguasi dan kelas yang dikuasai.

1. Sekelompok kecil manusia yang berkemampuan dan karenanya menduduki posisi untuk memerintah; dan

2. Sejumlah besar massa yang ditakdirkan untuk diperintah.

Lebih jauh ia menjelaskan konsep dasar teori yang lahir di eropa ini mengemukakan bahwa didalam kelompok penguasa (the ruling class) selain ada elite yang berkuasa (the ruling elite) juga ada elit tandingan, yang mampu meraih acuh dengkekuasaan melalui massa jika elite yang berkuasa kehilangan kemampuannya untuk memerintah. Dalam hal ini massa memegang sejenis kontrol jarak jauh atas elite yang berkuasa, tetapi karena mereka tak begitu unakan pengaruh acuh dengan permainan kekuasaan, maka tak bisa diharapkan mereka akan menggunaka pengaruhnya.

33

32

SP. Varma. 1999. Teori Politik Modern. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. hal.197 33

Robert. D. Putnam. 2001. Studi Perbandingan Elite Politik dalam Mochtar Mas’oed, Colin Macandrew, Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gadjah Mada Universty Press. hal 77

1. Kelas pertama, yang jumlahnya selalu lebih kecil, menjalankan semua fungsi politik, memonopoli kekuasaan dan manikmati keuntungan yang diberikan oleh kekuasaan itu,

Dokumen terkait