Daftar Pustaka
Almond, Gabriel, 2000, “Kelompok Kepentingan dan Partai Politik”, dalam Mochtar Mas’oed dan Collin Mac Andrews (ed), Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Amirin, Tatang M, 2000, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada
Edwin, Donni 2005, Pemilukada Langsung :Demokratisasi Daerah dan Mitos Good
Governance, Jakarta : Patnership
Faturohman, Deden dan Wawan Sobari, 2004, Pengantar Ilmu Politik, Malang : UMM
Haris, Syamsuddin(ed), 2005, Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai Proses Nominasi dan Seleksi Calon Legislatif Pemilu 2004, Jakarta : Gramedia
Khoirudin, 2004, Partai dan Agenda Transisi Demokrasi : Menakar Kinerja Partai Politik Era Transisi Di Indonesia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Nasution, M. Arif, dkk, 2003, Sistem Sosial Indonesia, Medan : FISIP USU
Nawawi, Hadari dan H. Matini, 2000, Penelitian Terapan, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Poerwanta, 1996, Partai Politik di Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta
Prihatmoko, Joko J, 2005, Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Yogyakarta ; Pustaka Pelajar
Rush, Michael dan Phillip Althoff, 2003, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : Raja Grafindo PersadaSingarimbun, Masri, dan Sofyan Effendi, 1989, Metode Penelitian Survei, Jakarta : LP3ES
Surbakti, Ramlan, 1992, Memahami Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia Widia Sarana
Tangkilisan, Hesel, 2003, Kebijakan Publik yang Membumi, Yogyakarta : Lukman Offset dan YPAPI
Thoha, Miftah, 1983, Administrasi Kepegawaian Daerah, Jakarta : Ghalia Indonesia
Varma, SP, 1999, Teori Politik Modern, Jakarta:PT. Raja Grafindo
Zon, Fadli, 2008, Manifesto Partai Gerindra, Jakarta: DPP Gerindra
Sumber Lainnya :
http://pemkomedan.go.id/new/hal-selayang-pandang.html diakses pada tanggal 19 Juli 2016 pukul 21.29wib
http://www.wordpress.com/2015/03/25/deklarasi-pasangan-walikota-partai-Gerindra-kotamedan.html, tanggal 4 Juni 2016 pukul 20:00wib
16:00wib
BAB III
ANALISIS DATA
Pada bab ini penulis akan menyajikan data dan menganalisisnya, analisis ini dilakukan guna
memperoleh jawaban permasalahan berdasarkan data dan fakta yang terdapat di lapangan. Data
yang diperoleh tersebut dilakukan melalui teknik wawancara kepada fungsionaris Dewan Pimpinan
Cabang Partai Gerindra Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Wawancara yang dilakukan penulis
adalah dengan ketua DPC Gerindra kota Medan yaitu Bapak Bobby Octavianus Zulkarnaen dan ketua
tim pemenangan DPC partai Gerindra kota Medan bapak Rizwan Munte. Selain penyajian data
berdasarkan wawancara juga dilengkapi dengan penyajian fakta-fakta yang terjadi di lapangan
berdasarkan arsip-arsip yang dimiliki oleh DPC Partai Gerindra Kota Medan.
3.1. Partai Gerindra Pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2015
Pemilihan umum kepala daerah Kota Medan Tahun 2015 adalah pemilukada yang kesekian
kalinya terlaksana. Pada Pemilukada sebelumnya, Partai Gerindra beserta calon yang diusungnya
meraih posisi kedua pada Pemilukada Kota medan. Partai Gerindra berhasil memposisikan calon
sampai pada putaran kedua. Pasangan Sofyan Tan-Nelly Armayanti memperoleh 140. 676 suara atau
20.22 persen. Dengan perolehan hasil ini Sofyan Tan – Nelly Armayanti berhasil maju sampai putaran
kedua walaupun hasil akhirnya mereka hanya berujung pada posisi kedua.
Namun lima tahun berselang, tampaknya Partai Gerindra tidak dapat juga bersaing dengan
lawan-lawannya pada Pemilukada Kota Medan. Partai Gerindra pada Pemilukada Kota Medan Tahun
2015 berkoalisi dengan Partai Hanura, dan Partai Demokrat. Koalisi ini sebenarnya untuk memenuhi
Partai Gerindra dan partai koalisi tersebut mengusung pasangan calon Ramadhan
Pohan-Eddi Kusuma yang menempati nomor urut 2 hanya memperoleh136.817 Suara (28,32%), sangat jauh
tertinggal dari pasangan calon yang mencapai suara terbanyak.
Tabel 3.1
Perolehan Suara Akhir Pemilukada Kota Medan Tahun 2015
Kandidat Partai Pendukung Suara %
Dzulmi Eldin-Akhyar Nasution
PDIP,PKS,PAN,PKPI,NasDem, dan PBB 346.406 71,72% Ramadhan Pohan-Eddi
Kusuma
GERINDRA, DEMOKRAT, dan HANURA
135.608 28,28% Sumber : Data KPU Kota Medan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pasangan dari Partai Gerinda berada jauh dari dari
pesaingnya. Penurunan suara yang sangat drastis ini tentunya menjadi bahan masukan bagi Partai
Gerindra baik itu DPP, DPD, maupun DPC. Mengapa keadaan Partai Gerindra Kota Medan mengalami
tren yang semakin menurun dan masyarakat semakin berpaling untuk tidak lagi mempercayai Partai
Gerindra baik di tingkat eksekutif maupun legislatif. Khusus mengenai kekalahan telak Pasangan
Ramadhan Pohan-Eddi Kusuma di pemilukada lalu banyak kalangan baik dari internal Partai Gerindra
sendiri yang mengatakan bahwa kekalahan tersebut adalah kekalahan yang memalukan bagi Partai
Gerindra yang harus diperhatikan secara serius baik di pusat maupun di daerah. Kalangan internal
Partai Gerindra mengatakan bahwa kekalahan tersebut disebabkan oleh tidak tepatnya calon yang
diajukan oleh DPC Kota Medan karena tidak mewadahi dan mendengar suara keinginan konstituen,
sedangkan kalangan eksternal mengatakan bahwa kekalahan itu disebabkan oleh ketidakpuasan
masyarakat luas terhadap kinerja Partai Gerindra Kota Medan.
Salah satu pendapat internal adalah pendapat Anggota Fraksi Gerindra DPRD Kota Medan
bapak H Ikhwan Ritonga SE. Beliau menegaskan bahwa calon diusung oleh Gerindra tidak mengacu
pada realitas politik di akar rumput (grass-root), kekalahan ini bukan merupakan risiko perjuangan
sederhana saja, partai mencalonkan figur tepat dan bukan berdasarkan kedekatan pribadi, tapi
kader yang benar-benar dicintai rakyat43
Namun pengurus DPD Kota Medan memiliki pandangan yang berbeda mengenai hal itu,
menurut mereka ada faktor lain yang menyebabkan kekalahan di Pemilukada tersebut, seperti yang
disampaikan Bapak Bobby Octavianus Zulkarnaen sebagai Ketua DPC Gerindra Kota Medan .
Dari pemaparan pendapat Ikhwan Ritonga di atas secara tegas beliau menyiratkan bahwa
seharusnya Partai Gerindra tidak mencalonkan Eddi Kusuma untuk masuk dalam kompetisi tersebut,
tetapi lebih mendengar apa yang menjadi kemauan masyarakat kota Medan itu sendiri. Masyarakat
kota Medan umumnya tidak begitu mengenal sebenarnya sosok Eddi Kusuma, karena walaupun
beliau lahir dikota Medan tetapi beliau banyak menjalankan kiprah politiknya Jakarta dan banyak
membangun konsolidasi dengan masyarakat Simalungun pada saat dirinya masih menjadi Dirut di
PT. Indorayon. Alasan ini sebenarnya dapat dipahami karena sebenarnya masyarakat Kota Medan
lebih mengenal sosok tokoh dari Partai Gerindra yang lain yakni H Ikhwan Ritonga, beliau adalah
kader Partai Gerindra yang memulai karir politik nya dari bawah hingga dapat menjadi Wakil Ketua
DPRD Kota Medan, dan sudah lama malang melintang dalam kancah perpolitikan di daerah sumatera
utara, serta tentunya beliau adalah putra asli Kota Medan.
H Ikhwan Ritonga sendiri sebenarnya berkeinginan kuat untuk maju dalam persaingan
merebut kursi Kota Medan satu. Keinginan berliau tersebut sebenarnya sudah terealisasikan dengan
mendaftarkan diri pada partai Gerindra. Namun apa yang menjadi keinginannya ini tidak mendapat
sambutan hangat dari para pengurus DPD Kota Medan, dan lebih mendukung mengajukan calon
Eddi Kusuma berdasarkan kesepakatan oleh semua jajaran pengurus.
44
43
:
2016
44
Memang hasil ini sangat mengejutkan apalagi dibandingkan dengan perolehan tahun 20010 dimana calon yang diusung oleh Partai Gerindra memperoleh suara lebih dari 40%. Dengan hasil ini sepertinya Partai Gerindra akan melakukan evaluasi baik dibidang perkaderan maupun penjaringan guna mengusung calon. Partai Gerindra Kota Medan sendiri telah berusaha keras memenangkankan Pemilukada ini namun sepertinya kedewasaan masyarakat dalam menentukan pilihan belum tercapai. Masyarakat Kota Medan umumnya lebih memilih calon yang memberi mereka imbalan seperti uang tanpa melihat pengalaman, kapabilitas dan kemampuan calon tersebut. Hal ini sangat menciderai nilai-nilai demokrasi.
Memang secara jelas bahwa DPC Kota Medan hanya menerima calon yang merupakan
kader partai dan kurang menerima calon-calon yang bukan berasal dari Partai Gerindra. Jadi yang
kemudian terjadi adalah persaingan antara kader-kader partai, seperti yang diungkapkan Bapak
Bobby Octavianus Zulkarnaen45
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Partai Gerindra Nomor: JUKLAK-13/DPP/Gerindra/XI/2014
yaitu membahas tentang tata cara pemilihan umum kepala daerah dari Partai Gerindra. Berdasarkan
petunjuk pelaksanaan DPP Partai Gerindra Nomor : JUKLAK-13/DPP/Gerindra/XI/2014, maka dalam
skripsi ini penulis mengacu pada peraturan yang telah ditetapkan oleh Partai Gerindra dalam proses :
Partai Gerindra sebagai partai kader pastinya seluruh kegiatan
didalamnya ditentukan oleh para kadernya bahkan masa depan partai
ini ditentukan sendiri oleh kader-kadernya. Proses Perkaderan juga
sangat penting. Partai Gerindra harus mampu mencetak kader-kader
yang didasarkan pada kriteria mental ideologi, penghayatan visi, misi
dan platform partai, loyalitas, kepemimpinan dan militansi. Prosesnya
melalui pendidikan dan latihan kader agar betul-betul tersaring serta
tidak terjadi kader yang instan dan tidak loyal. Kader juga harus
mampu memberikan manfaat bagi masyarakat luas tidak hanya pada
diri sendiri.
3.2 Tahapan dan Pelaksanaan Penentuan Calon Walikota dan Wakil Walikota Kota Medan dari Partai Gerindra Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Nomor: JUKLAK – 13/DPP/Gerindra/XI/2014
45
ataupun tata cara Pemilkada. Sebagaimana proses yang terjadi, penulis akan menerangkan
bagaimana mekanisme Partai Gerindra dalam menentukan calon kepala daerah pilihannya
berdasarkan kualifikasi partainya.
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Partai Gerindra Nomor: JUKLAK-13/DPP/Gerindra/XI/2014
tentang tata cara Pemilukada Dari Partai Gerindra adalah merupakan perubahan dari juklak Nomor:
JUKLAK-02/DPP/Gerindra/X/2009. Evaluasi yang dilakukan Partai Gerindra ini adalah untuk
melakukan peningkatan kinerja dalam upaya rekruitmen calon kepala daerah dan wakil kepala
daerah agar tercapai sasaran sesuai dengan target yang ditetapkan. Maka dari itulah Partai Gerindra
melakukan penyempurnaan terhadap petunjuk pelaksanaan tersebut.
Partai Gerindra membuat aturan mengenai penjaringan dan seleksi calon kepala daerah
dan wakil kepala daerah dalam Petunjuk Pelaksanaan Nomor: JUKLAK-13/DPP/Gerindra/XI/2014
tentang Tata Cara Pemilihan Kepala Daerah. Juklak itu antara lain mengatur soal teknis dan
mekanisme pelaksanaan Pilkada sebagai pedoman bagi kader Partai Gerindra di daerah. Secara
umum, Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) juga mengatur soal pasangan calon yang diajukan oleh partai
politik atau gabungan partai politik yang memenuhi syarat sesuai ketentuan. Juklak DPP Partai
Gerindra tentang tata cara Pemilukada mentargetkan pasangan calon kepala daerah yang diusung
Partai Gerindra dan gabungan Partai Gerindra dengan Parpol lain adalah sekurang-kurangnya 55%
dari seluruh Pemilukada di tanah air.
Dalam penelitian ini, penyajian dan analisa data dilakukan melalui tahapan-tahapan supaya
tersusun secara sistematis guna mempermudah pemahaman tentang maksud penelitian ini. Proses
penentuan calon walikota dan wakil walikota yang dilakukan Partai Gerindra didasarkan pada
tahapan dan peraturan yang dijelaskan di dalam juklak Partai Gerindra Nomor:
JUKLAK-13/DPP/GERINDRA/XI/2014. Berdasarkan juklak Partai Gerindra tersebut dijelaskan bahwa proses
3.2.1. Tahap Penjaringan Nama Tokoh
Merupakan kegiatan inventarisasi nama-nama tokoh, baik kalangan kader internal maupun
eksternal Partai Gerindra, yang diperkirakan memiliki peluang di daerahnya untuk mejadi calon
kepala daerah/wakil kepala daerah, yang dilakukan oleh DPP Partai Gerindra berdasarkan
rekomendasi DPD Partai Gerindra Provinsi dengan memperhatikan masukan dari DPC Partai
Gerindra Kabupaten/Kota yang bersangkutan dan dilengkapi oleh Konsultan/Lembaga Survei yang
ditunjuk oleh DPP Partai Gerindra, untuk selanjutnya dilakukan survei elektabilitas terhadap mereka.
Kegiatan ini dilakukan selambat-lambatnya H-13 bulan sebelum hari pemungutan suara Pemilukada.
Dalam proses penjaringan ini, berdasarkan hasil pemantauan di lapangan yang telah
dilakukan didapat 14 nama bakal calon yang layak untuk memimpin Kota Medan. Para tokoh yang
masuk dalam penjaringan oleh Tim Pemilukada itu berasal dari berbagai latar profesi dan golongan.
Mulai dari birokrasi, politisi, mantan pejabat, pengusaha hingga masyarakat biasa. Berdasarkan surat
keputusan Tim Pemilukada DPC PG Kota Medan No. Kep-02/GR-MDN/Pemilukada/II/2014, berikut
nama-nama tokoh tersebut46
No
:
Tabel 3.2
Nama-nama Bakal Calon Wali Kota Medan
Nama Bakal Calon No Nama Bakal Calon
1 Hasyim, SE 11 Hilman Sidabutar
2 Ramdhan Pohan 12 Camelia Panduwinata
3 H. Zulham Effendi Siregar, ST 13 H. Ihwan Ritonga, SE
4 Ir. H. Abdullah Rasyid, ME 14 DR. Surya Perdana, SH, M.Hum
5 Brillian Moekhtar 15 Samuel Ronggur Panjaitan
46
6 Sofyan Tan 16 Dr. Yohny Anwar, SE, MM
7 Rahmat Shah 17 Eddy Kesuma
Sumber : Data Internal DPC Gerindra Kota Medan
Dari nama-nama yang disebutkan di atas adalah tokoh-tokoh yang memang dikenal baik
oleh masyarakat Kota Medan serta juga tokoh-tokoh yang sudah lama berkecimpung di dunia politik.
Namun dari nama-nama tersebut hanya ada tiga nama yang betul-betul melekat dengan Partai
Gerindra, karena disamping nama mereka adalah nama-nama tokoh yang juga dijagokan oleh partai
politik lain. Ketiga tokoh tersebut adalah Sofyan Tan, H. Ihwan Ritonga, SE, dan Eddy Kesuma yang
notabene adalah kader Partai Gerindra juga.
Oleh tim Pemilukada kemudian nama-nama yang terjaring tersebut dibahas dalam rapat
harian ditingkatnya masing-masing untuk selanjutnya ditetapkan sebagai bakal calon kepala daerah
yang terjaring. Pada tahap penjaringan ini DPP Partai Gerindra menyampaikan surat kepada DPD
Partai Gerindra provinsi dan DPC Partai Gerindra kabupaten/kota terkait agar mengirimkan daftar
nama-nama bakal calon kepala daerah yang dinilai potensial di daerah mana pemilihan kepala
daerah akan dilakukan. DPD Partai Gerindra provinsi dan DPC Partai Gerindra kabupaten/kota.
Fungsi DPD Partai Gerindra di daerah terbatas hanya pada mendata dan mengidentifikasi
nama-nama yang dipandang potensial, hal ini bisa kader Gerindra dan bisa juga kader di luar Partai
Gerindra.47
Merupakan kegiatan survei secara lengkap (kualitatif dan kuantitatif) dengan sample
sekurang-kurangnya 400 responden, yang dilakukan oleh lembaga survei independen yang ditunjuk
oleh DPP Partai Gerindra, terhadap beberapa nama tokoh yang telah dijaring tersebut. Kegiatan DPP Partai Gerindra yang akan menetapkan mana nama-nama yang potensial untuk
didukung oleh Partai Gerindra dengan mempertimbangkan profil dari masing-masing calon dan hasil
survei lembaga professional yang ditunjuk oleh Partai Gerindra.
3.2.2. Tahap Survei Awal
47
Diakses melalu
tersebut dilakukan selambat-lambatnya H-12 bulan sebelum hari pemungutan suara Pemilukada.
Lingkup survei ini termasuk hal-hal kualitatif, seperti perilaku pemilih di daerah, kriteria figur yang
diinginkan masyarakat, kinerja incumbent, permasalahan lokal yang menonjol, peta politik daerah,
dan lain-lain, termasuk juga dilakukan survei kuantitatif untuk mengukur tingkat elektabilitas bakal
calon yang telah terjaring tersebut di atas, serta memberi pertimbangan terhadap tokoh-tokoh
Partai Gerindra yang berpeluang menjadi kepala daerah. Lembaga survei yang ditunjuk harus
menjamin obyektifitas dan akurasi hasil survei dan Partai Gerindra berhak memberitahukan kepada
masyarakat bahwa lembaga survei tersebut bekerja kurang profesional. Mengenai hal ini Bobby
Octavianus Zulkarnaen mengatakan48
Merupakan kegiatan pembahasan dan penentuan kader-kader Partai Gerindra yang memiliki
peluang besar, yang dilakukan oleh DPP PG terhadap hasil survei awal tersebut, diseleksi dari :
Proses penjaringan diatur di JUKLAK–13/DPP/Gerindra/XI/2014
Tentang Tata Cara Pemilukada Dari Partai Gerindra. DPP Partai
Gerindra melakukan kerja sama dengan lembaga survei independen
untuk melakukan survei di Kota Medan, DPD Partai Gerindra Kota
Medan tidak dilibatkan dan tidak mengetahui kapan dan dimana survei
dilakukan. Maksud dari survei tersebut adalah untuk melibatkan
langsung masyarakat dan pastinya hasil survei merupakan pilihan
masyarakat.
Melalui survei awal ini tampaknya hanya ada dua nama yang memiliki titik terang
untuk diajukan oleh DPC Partai Gerindra Kota Medan, yakni Ikhwan Ritonga dan Eddi
Kusuma. Ke dua tokoh ini berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan memiliki basis
dukungan yang cukup besar. Khusus untuk tokoh H. Ikhwan Ritonga sendiri memiliki
dukungan yang luas dan memang sangat dikenal oleh masyarakat Kota Medan serta sebagian
besar kalangan di masyarakat tersebut yang memprediksi beliau akan tampil sebagai
pemenang dalam Pemilukada tersebut.
3.2.3. Tahap Seleksi Bakal Calon Internal
48
beberapa nama kader Partai Gerindra yang dinilai oleh DPP PG memiliki peluang untuk
memenangkan Pemilukada di daerah tersebut, dan kemudian dipilih beberapa orang diantaranya
untuk dilakukan perkuatan elektabilitas. Kegiatan ini dilakukan selambat-lambatnya H-12 bulan
sebelum hari pemungutan suara Pemilukada.
3.2.4. Tahap Perkuatan Elektabilitas Bakal Calon
Merupakan kegiatan pendampingan konsultan politik terhadap kader-kader Partai Gerindra
yang telah dipilih dalam proses seleksi, karena memiliki peluang menang besar, sehingga yang
bersangkutan dapat melakukan upaya secara lebih terarah dalam rangka meningkatkan elektabilitas
selama enam bulan, dimana DPP PPG akan ikut melakukan kontribusi pendanaan sesuai perjanjian
dengan kader-kader yang bersangkutan. Kegiatan ini dilakukan dalam rentang waktu H-11 bulan
dengan H-8 bulan sebelum hari pemungutan suara Pemilukada.
3.2.5. Tahap Survei Kedua
Merupakan kegiatan survei untuk evaluasi perkembangan tingkat elektabilitas para
tokoh/bakal calon tersebut, dengan sample sekurang-kurangnya 400 responden, yang dilakukan oleh
Lembaga Survei independen yang ditunjuk atau disetujui oleh DPP PG, dilengkapi dengan evaluasi
perkembangan peluang kader-kader Partai Gerindra yang dipersiapkan tersebut sejauh mana dapat
memenangkan Pemilukada. Ada kemungkinan dilakukan perubahan bakal calon yang akan diperkuat
pada tahap lanjutan, apabila pada proses evaluasi dijumpai kemungkinan ada kader-kader Partai
Gerindra lain yang lebih berpeluang daripada yang dipersiapkan semula. Kegiatan tersebut dilakukan
selambat-lambatnya H-8 bulan sebelum hari pemungutan suara Pemilukada.
3.2.6. Tahap Perkuatan Elektabilitas Bakal Calon Lanjutan
Merupakan kegiatan pendampingan konsultan politik terhadap kader-kader PG yang
memiliki peluang besar sesuai hasil evaluasi survei kedua, sehingga yang bersangkutan dapat
melakukan upaya secara lebih terarah lagi dalam rangka meningkatkan eletabilitasnya selama enam
bulan berikutnya, dimana DPP PG akan ikut melakukan kontribusi pendanaan sesuai perjanjian
dengan kader-kader yang bersangkutan. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rentang waktu H-8 bulan
sampai H-6 bulan sebelum hari pemungutan suara pemilukada.
Setelah melaksanakan tahapan penjaringan tadi, selanjutnya Partai Gerindra melaksanakan
Tahap Penetapan Pasangan Calon, yang nantinya akan muncul calon yang secara resmi oleh Partai
Gerindra, dengan tahapan berikut :
A. Tahap Pendaftaran Bakal Calon
Merupakan kegiatan pendaftaran secara terbuka sebagai bakal calon kepala daerah/wakil
kepala daerah yang berminat untuk mengikuti proses rekrutmen calon kepala daerah/wakil kepala
daerah dari Partai Gerindra, termasuk nama bakal calon yang telah dipersiapkan oleh DPP PG
diarahkan untuk ikut mendaftarkan diri. Kegiatan ini dilakukan oleh DPD PG yang bersangkutan.
Kegiatan tersebut dilakukan selambat-lambatnya H-6 sebelum hari pemungutan suara pemilukada.
Sekretariat Tim Pemilukada kabupaten/kota terkait membuka pendaftaran untuk calon kepala
daerah kabupaten/kota sebagai berikut:
a. Tim Pemilukada provinsi atau Tim Pemilukada kabupaten/kota masing-masing daerah
melakukan rapat untuk mempersiapkan proses pendaftaran bakal calon kepala daerah/wakil
kepala daerah, dengan memperhatikan DPP Partai Gerindra, mengenai beberapa nama tokoh
yang perlu diupayakan agar ikut mendaftar.
b. Tim Pemilukada Provinsi atau Tim Pemilukada kabupaten/kota masing-masing daerah yang
kepala daerah provinsi atau kabupaten/kota dari Partai Gerindra, selambat-lambatnya 3 (tiga)
hari sebelum pendaftaran dibuka, melalui media massa lokal dan masa pendaftaran
berlangsung selama 7 (tujuh) hari.
c. Pendaftaran bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi / bakal calon kepala
daerah dan wakil kepala daerah kabupaten/kota tersebut dilakukan secara langsung oleh
masing-masing bakal calon yang bersangkutan (tidak berpasangan) pada masa pendaftaran
melalui Sekretariat Tim Pilkada provinsi atau Sekretariat Tim Pilkada kabupaten/kota yang
bersangkutan dengan mengambil formulir pendaftaran beserta kelengkapan dokumennya.
d. Bakal calon yang bersangkutan diwajibkan mengisi, menandatangani, dan mengembalikan
formulir pendaftaran melalui Sekretariat Tim Pilkada provinsi atau Sekretariat Tim Pilkada
kabupaten/kota yang bersangkutan sebelum batas waktu masa pendaftaran berakhir, dengan
melampirkan kelengkapan dokumen dari masing-masing bakal calon.
e. Seseorang dapat mendaftarkan diri di Partai Gerindra apabila yang bersangkutan belum
ditetapkan sebagai calon atau sedang tidak terdaftar sebagai bakal calon oleh partai lain,
kecuali yang bersangkutan mengundurkan diri dari pencaloan atau pendaftaran dari partai lain
tersebut.
f. Sebelum pendaftaran ditutup, DPD Partai Gerindra yang bersangkutan. Tim Pemilukada Daerah
terkait, melakukan pengecekan, apakah bakal calon yang telah direkomendasikan DPP PG telah
mendaftarkan diri atau belum. Apabila belum, maka Tim Pemilukada Daerah wajib
mengupayakan agar yang bersangkutan segera mendaftar.
g. Bakal calon yang bersangkutan diwajibkan mengisi, menandatangani dan mengembalikan formulir
pendaftaran melalui Sekretariat Tim Pemilukada Provinsi atau Kabupaten/Kota yang
bersangkutan sebelum batas waktu masa pendaftaran berakhir, dengan melampirkan
1) Surat pernyataan bagi bakal calon yang diisi memuat hal-hal sebagai berikut :
a. kesediaan yang bersangkutan sebagai calon kepala daerah atau sebagai wakil kepala daerah
b. tidak akan mengundurkan diri dari pencalonan
c. Bersedia diusulkan sebagai calon Kepala Daerah atau wakil Kepala Daerah dari Partai Gerindra
d. Kesanggupan mengundurkan diri dari jabatan apabila terpilih menjadi kepala daerah atau wakil
kepala daerah sesuai peraturan perundang-undangan.
e. Kesanggupan mengundurkan diri dari jabatan negeri bagi calon yang berasal dari pegawai
negeri sipil, anggota TNI dan anggota POLRI.
f. Kesanggupan untuk tidak aktif dari jabatannya bagi pimpinan DPRD tempat yang bersangkutan
menjadi calon di daerah yang menjadi wilayah kerjanya.
g. Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, setia kepada Pancasila, UUD 1945, cita-cita
proklamasi 17 Agustus 1945, dan NKRI
h. Belum pernah menjabat kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah 2 (dua) kali masa jabatan
yang sama.
i. Tidak dalam status Kepala Daerah
J. Bersedia menandatangani Perjanjian dengan Partai Gerindra, yang memuat komitmen
terhadap tujuan dan bersedia memajukan Partai Gerindra serta melaksanakan visi, misi dan
platform Partai Gerindra.
k. Bersedia mengundurkan diri untuk sementara dari jabatan ketua DPD PG Provinsi atau Ketua
DPC PG Kabupaten/Kota bagi calon yang berasal dari Ketua Partai Gerindra Provinsi atau Partai
Gerindra Kabupaten/Kota, terhitung sejak mulai tanggal pendaftaran di sekretariat Pelaksana
Pada tahap pendaftaran ini hanya ada satu calon tunggal yang mendaftarkan diri untuk
maju menjadi calon Walikota Kota Medan. Seperti yang telah dijelaskan diatas sebelumnya bahwa
ada dua orang yang merupakan bakal calon yang memiliki potensi untuk maju sebagai calon walikota
dari Partai Gerindra yakni H. Ikhwan Ritonga dan Eddi Kusuma.
B. Tahap Verifikasi Bakal Calon
Merupakan kegiatan penelitian berkas administrasi persyaratan seluruh bakal calon kepala
daerah/wakil kepala daerah yang telah mendaftarkan diri, oleh DPD PG di tingkatannya
masing-masing. Kegiatan tersebut dilakukan selambat-lambatnya H-6 bulan sebelum hari pemungutan suara
Pemilukada. Dalam rangka memenuhi kesiapan bakal calon kepala daerah Partai Gerindra Tim
Pilkada kabupaten/kota melakukan verifikasi terhadap seluruh bakal calon kepala daerah yang telah
mendaftarkan diri sebagai berikut:
a. Rapat Verifikasi
Rapat verifikasi dilakukan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah masa pendaftaran
berakhir dalam suatu rapat verifikasi oleh Tim Pilkada provinsi atau tim Pilkada kabupaten/kota,
yang dihadiri oleh seluruh anggota Tim Pilkada provinsi atau tim Pilkada kabupaten/kota yang
bersangkutan. Rapat verifikasi dipimpin oleh Ketua Tim Pilkada provinsi atau Ketua Tim Pilkada
kabupaten/kota yang bersangkutan. Dalam rapat verifikasi juga dilakukan beberapa kegiatan yang
harus dilakukan yaitu:
1. Proses Verifikasi, untuk mengecek keabsahan, kebenaran, dan kelengkapan
adminitsratif dari seluruh bakal calon yang telah mendaftarkan diri, dengan
berpedoman pada beberpa hal yaitu memenuhi persyaratan umum, memenuhi
persyaratan khusus dan apabila masih ada kelengkapan dokumen yang belum
terpenuhi oleh bakal calon yang bersangkutan, sepanjang bukan menyangkut
masih diberikan kesempatan untuk melengkapinya dan hal tersebut tidak
menyebabkan bakal calon tersebut gugur.
2. Hasil verifikasi selanjutnya dituangkan dalam satu daftar yaitu Daftar Bakal Calon yang
Lulus Verifikasi, yang disusun secara alfabetis berdasarkan pengecekan keabsahan,
kebenaran dan kelengkapan dokumen bakal calon yang mendaftarkan diri tersebut.
Jumlah nama-nama bakal calon yang lulus verifikasi dan tertuang dalam datar tersebut
tidak perlu dibatasi, melainkan sesuai jumlah bakal calon yang mendaftar dan lulus
verifikasi.
b. Penyampaian Hasil Verifikasi
Tim verifikasi yang bersangkutan selanjutnya menyampaikan Hasil Verifikasi nya kepada Dewan
Pimpinan Partai Gerindra sesuai tingkatannya.
c. Tahap Penetapan Nominasi Bakal Calon
Merupakan kegiatan penentuan nominasi bakal calon kepala daerah/wakil kepala daerah,
dari seluruh bakal calon yang telah lolos verifikasi bakal calon, dilakukan dalam Rapat Pleno DPC
setempat, untuk selanjutnya ditetapkan dan disampaikan ke DPP PG. Kegiatan tersebut dilakukan
selambat-lambatnya H-6 bulan sebelum hari pemungutan suara Pemilukada. Ketentuan dalam tahap
ini adalah :
a. Proses nominasi bakal calon dilakukan dalam Rapat Harian DPC Partai Gerindra sesuai
tingkatannya
b. Rapat membahas nama-nama dari Daftar Bakal Calon yang Lulus Verifikasi, di laporkan oleh Tim
verifikasi setempat, menghasilkan hanya satu nama nominasi bakal calon kepala daerah dan wakil
kepala daerah dari Partai Gerindra.
c. Bakal calon yang di rekomendasikan oleh Tim Verifikasi Partai Gerindra harus termasuk dalam
dalam daftar nominasi tersebut, maka DPP PG berhak untuk menambahkan yang bersangkutan
dalam daftar pada saat dilakukan proses pemilihan dan penetapan calon.
3.2.7. Tahap Survei Akhir
Kegiatan ini dilakukan selambat-lambatnya H-5 bulan sebelum hari pemungutan suara
Pemilukada. Kegiatan ini merupakan kegiatan survei untuk penentuan bakal calon yang akan dipilih
dan ditetapkan sebagai calon kepala daerah/wakil kepala daerah dari Partai Gerindra, dengan
sample sekurang-kurang 400 responden, yang dilakukan oleh lembaga survei independen yang
ditunjuk oleh DPP PG, terhadap nama-nama tokoh/bakal calon kepala daerah/wakil kepala daerah
sesuai perkembangan terakhir, termasuk di dalamnya seluruh nama nominasi bakal calon yang
diusulkan oleh DPD PG yang bersangkutan, dimana kader PG yang telah dipersiapkan dalam tahap
perkuatan bakal calon lanjutan ada di dalamnya. Tujuan dalam pelaksanaan tahapan ini adalah
untuk mengetahui tingkat elektabilitas seluruh tokoh/bakal calon kepala daerah menjelang
dilaksanakannya pemilukada. Selain itu survei ini termasuk melingkupi hal-hal kualitatif, seperti
kemajuan terhadap tingkat elektabilitas bakal calon yang dipersiapkan dari pandangan masyarakat di
daerah yang bersangkutan, serta peluang yang bersangkutan untuk mencapai target elektabilitas
yang diharapkan sehingga dapat memenangkan Pemilukada di daerah tersebut, kendala-kendala
yang dihadapi yang bersangkutan, dan lain-lain termasuk juga dilakukan survei kuantitatif untuk
mengukur tingkat elektabilitas seluruh tokoh termasuk bakal calon yang dipersiapkan tersebut,
sejauh mana posisinya diantara para bakal calon lainnya.
Survei yang terakhir ini adalah penentu bagi siapa bakal calon yang akan dicalonkan oleh
Partai Gerindra dalam Pemilukada Kota Kota Medan. Karena secara normatif Partai Gerindra
harusnya berlandaskan kepada hasil survei yang dilakukan secara independen dan profesional agar
rakyat. Survei ini menekankan pada aspek elektabilitas sang calon dan ditambah dengan persyaratan
lainnya. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Bobby Octavianus Zulkarnaen :
...yang menjadi rujukan dalam menentukan calon dalam
pemilukada sudah pasti faktor Elektabilitas dan popularitas.
Namun selain adanya persyaratan umum juga terdapat
persyaratan khusus yang ditetapkan Partai Gerindra, ada
beberapa yang termasuk dalam persyaratan khusus antara lain
mengakar, berkemampuan, mempunyai kemampuan finansial.
Semuanya diatur dalam JUKLAK tersebut dan menjadi
pedoman.
3.2.8. Tahap Pemilihan dan Penetapan Calon Terpilih
Merupakan kegiatan pemilihan calon kepala daerah dan/wakil kepala daerah, dilakukan
dalam Rapat Tim Pemilukada Pusat, bersama dengan Ketua DPD PG yang bersangkutan, untuk
menetapkan satu orang calon kepala daerah atau wakil kepala daerah, dari usulan nama hasil
nominasi calon yang disampaikan oleh DPD PG yang bersangkutan, serta perkembangan hasil survei
akhir. Kegiatan tersebut dilakukan selambat-lambatnya H-4 bulan sebelum hari pemungutan suara
Pemilukada. Kegiatan yang harus dilakukan :
a. Rapat Tim PEMILUKADA Pusat diselenggarakan oleh DPP Partai Gerindra atas usulan Bidang
Pemenangan Pemilu Wilayah terkait, dipimpin langsung oleh Ketua Umum DPP Partai
GERINDRA, dan dihadiri oleh Para Wakil Ketua Umum, Ketua KORBID Pemenangan Pemilu
Wilayah, Ketua KORBID Organisasi dan Daerah, Ketua KORBID Hukum dan HAM, Sekretaris
Jenderal, Wakil Sekjen KORBID Pemengan Pemilu Wilayah terkait, Wakil Sekjen KORBID
Organisasi dan Daerah, bendahara, dan Ketua DPD Partai GERINDRA yang bersangkutan. DPP
b. Agenda rapat adalah khusus untuk memilih dan menetapkan Calon Kepala Daerah dan/atau
Calon Wakil Kepala Daerah dari Partai GERINDRA, dengan susunan sebagai berikut:
1. Mendengarkan paparan lembaga Survei atas hasil survei akhir, khususnya yang berkaitan
dengan tingkat elektabilitas seluruh tokoh dan kemungkinan adanya bakal calon dari Partai
GERINDRA dapat memenangkan PEMILUKADA di daerah tersebut, serta rekomendasi posisi
yang akan diraih oleh Partai Gerindra dalam pemilukada yang bersangkutan dan strategi
untuk koalisi dengan calon dari partai lain.
2. Penyampaian nominasi bakal calon yang telah ditetapkan DPD Partai GERINDRA,
disampaikan oleh Ketua DPD Parta GERINDRA terkarit.
3. Pembahasan atas nominasi nama bakal calon yang telah ditetapkan DPD Partai GERINDRA
terkait, mengenai peluang masing-masing bakal calon dari Partai Gerindra untuk
memenangkan Pemilukada di daerah tersebut, khususnya bakal calon yang dipersiapkan dari
Partai Gerindra, serta berbagai kemungkinan lainnya. Rapat dapat menambahkan nominasi
nama bakal calon di luar daftar yang ditetapkan DPD Partai Gerindra, apabila dipandang ada
tokoh Partai Gerindra lain, atau tokoh independent yang cukup berpeluang menang namun
tidak termasuk dalam daftar.
4. Penetapan posisi yang akan diraih dalam Pemilukada, sebagai berikut:
a. Apabila terdapat kader Partai Gerindra, karena tingkat elektabilitasnya tertinggi, atau
tidak tertinggi tapi selisihnya dengan yang tertinggi dari kader partai lain atau calon
independen masih dalam batas yang dapat dijangkau, maka rapat dapat memutuskan
bahwa Partai GERINDRA akan mencalonkan kader Partai GERINDRA tersebut sebagai
Calon Kepala Daerah.
b. Apabila tidak ada kader Partai GERINDRA ataukah tokoh independen yang memiliki
peluang menang, karena tingkat elektabilitasnya relatif berat untuk dapat mengungguli
tokoh dari partai lain, maka rapat dapat memutuskan bahwa Partai Gerindra akan
5) Pemilihan dan penetapan calon kepala daerah dan/ wakil kepala daerah dari Partai GERINDRA,
dilakukan dalam Rapat Tim Pemilukada Pusat sebagai berikut:
a) Membahas nama-nama bakal calon berdasarkan rangking tingkat elektabilitas bakal calon yang
telah dinominasi, serta berdasarkan posisi yang akan diraih oleh Partai GERINDRA dalam
Pemilukada tersebut.
b) Kriteria yang menjadi pedoman untuk menetapkan calon terpilih adalah :
- tertinggi elektabilitasnya atau cukup tinggi dari antara seluruh tokoh, untuk posisi calon kepala
daerah, atau cukup tinggi elektabilitasnya, untuk calon wakil kepala daerah;
- loyalitasnya terhadap Partai GERINDRA tidak diragukan, karena yang bersangkutan adalah
kader Partai GERINDRA, ataupun tokoh independen yang bersedia menjadi fungsionaris Partai
Gerindra.
c) Pimpinan rapat menawarkan nama calon terpilih secara musyawarah kepada seluruh peserta
rapat, dan apabila tidak ada yang berkeberatan maka yang bersangkutan ditetapkan secara
aklamasi menjadi Calon Kepala Daerah, dan/ Calon Wakil Kepala Daerah dari Partai GERINDRA
untuk rnengikuti Pemilukada di daerah yang bersangkutan.
d) Apabila nama calon terpilih yang ditawarkan tersebut tidak disepakati secara aklamasi, maka
dalam menetapkan calon terpilih, akan dilakukan proses pemilihan melalui pemungutan suara
yang dilakukan secara terbuka dalam Rapat Tim Pemilukada Pusat tersebut.
e) Tata cara pemilihan dilakukan sebagai berikut :
1. Nama-nama bakal calon yang akan dipilih diseleksi terlebih dahulu, sebanyak-banyaknya
5 (lima) nama, sesuai urutan tingkat elektabilitasnya, yang dambil dari Daftar Nominasi
Bakal Calon yang ditetapkan oleh DPD Partai GERINDRA bersangkutan.
a. Ketua Umum
b. Wakil Ketua Umum
c. Wakil Ketua Umum
d. Ketua KORBID Pemenangan Pemilu Wilayah yang bersangkutan
e. Ketua KORBID Organisasi dan Daerah
f. Ketua KORBID Kaderisasi dan Keanggotaan
g. Ketua KORBID Hukum dan HAM
h. Sekretaris Jenderal
i. Wakil Sekjen KORBID Pemenangan Pemilu Wilayah terkait
j. Wakil Sekjen KORBID Orgaoisasi dan Daerah
k. Wakil Sekjen KORBID Kaderisasi dan Keanggotaan
l. Wakil Sekjen KORBID Hukum dan HAM
m. Bendahara
h. Ketua DPD Partai GERINDRA terkait
3. Pimpinan rapat mengumumkan terlebih dulu jumlah suara keseluruhan, dari unsur
peserta yang berhak memilih sesuai butir 2 dan telah mengisi daftar hadir.
4. Apabila unsur peserta sesuai butir (2) berhalangan hadir, maka yang bersangkutan
dapat di wakilkan oleh unsur wakil sekretaris jenderalnya masing-masing. Namun
apabila yang bersangkutan tidak memberikan mandat kepada wakil Sekretaris
5. Pemungutan suara dilakukan oleh peserta rapat sesuai butir (3) dan (4), untuk memilih
1 (satu) nama, diantara daftar bakal calon sesuai butir (l)
6. Bakal calon yang mendapatkan suara terbanyak, terpilih menjadi Calon Kepala Daerah
dan/ Wakil Kepala Daerah dari Partai GERINDRA dan ditetapkan sebagai calon resmi
yang akan maju dalam PEMILUKADA didaerah yang bersangkutan.
6). Hasil pemilihan dan penetapan calon kepala daerah dan/ calon wakil kepala daerah dari Partai
Gerindra terpilih ini selanjutnya dituangkan dalam Berita Acara Pemilihan dan Penetapan Calon
Kepala Daerah dan/ Wakil Kepala Daerah dari Partai GERINDRA.
Tahap penetapan dan pemilihan calon ini adalah tahap yang paling dinantikan oleh para
bakal calon yang ingin maju melalui kendaraan Partai Gerindra. Karena di akhir tahap ini lah akan
dimunculkan satu nama yang nantinya benar-benar mewakili DPD Partai Gerindra dalam kompetisi
di kancah Pemilukada. Proses penetapan calon walikota ini dilakukan oleh Partai Gerindra
berdasarkan hasil Rapat Tim Pemilukada Pusat. Keputusan yang diambil oleh DPP PG itu akhirnya
menetapkan nama Eddi Kusuma untuk menjadi calon Walikota dari Partai Gerindra dalam
Pemilukada Kota Kota Medan 2015. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Bobby Octavianus
Zulkarnaen49
Terdapat 13 unsur peserta rapat yang memiliki hak suara untuk
menetapkan calon yang akan diusung oleh Partai Gerindra yaitu
Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, Ketua KORBID
Pemenangan Pemilu Wilayah yang bersangkutan, Ketua
KORBID Organisasi dan Daerah, Ketua KORBID Kaderisasi
:Penetapan diambil keputusannya di DPP Partai Gerindra Pusat
yang ditandatangai langsung oleh Ketua Umum dan Sekretaris
Jenderal. Penetapan dikeluarkan tanggal 5 Juli 2015 yang
merekomendasikan pasangan Ramadhan Pohan dan Eddi
Kusuma sebagai calon Walikota dan Wakil Walikota Kota
Medan dari Partai Gerindra. Untuk peran dari Partai Gerindra
Kota Medan yaitu adanya perwakilan yang memiliki hak suara
pada Rapat Tim Pemilukada tanggal 2 Juli.
49
dan Keanggotaan, Ketua KORBID Hukum dan HAM,
Sekretaris Jenderal, Wakil Sekjen KORBID Pemenangan
Pemilu Wilayah yang bersangkutan, Wakil Sekjen KORBID
Organisasi dan Daerah, Wakil Sekjen KORBID Kaderisasi dan
Keanggotaan, Wakil Sekjen KORBID Hukum dan HAM,
Bendahara dan Ketua DPD Partai Gerindra terkait.
Dari penjelasan di atas dapat kita kaji bahwa sebenarnya DPP Partai Gerindra lah yang
berwenang secara luas dan terpusat untuk menentukan calon yang akan maju sebagai kepala daerah
baik itu untuk tingkat gubernur maupun bupati/walikota, DPD Partai Gerindra di daerah hanya
berwenang untuk melakukan inventarisir dan hasil nya direkomendasikan ke DPP untuk selanjutnya
dipilih yang paling layak dan sesuai. Namun sepertinya hal ini merupakan hal yang sangat
bertentangan dengan ide dan cita-cita demokrasi yang ingin dicapai dalam tubuh partai politik di
Indonesia. Sepantasnya keputusan politik juga didesentralisasikan ke daerah sehingga menghargai
dan menghormati apa yang menjadi kebutuhan di daerah itu sendiri. Namun Partai Gerindra punya
alasan lain untuk menanggapi hal ini.
Ada beberapa hal penyebab Partai Gerindra lebih memilih kebijakan sentralisasi dalam
memilih calon kepala daerah untuk maju pada pemilukada.50
50
Dapat dilihat pa
Pertama, mendorong target
penguasaan untuk pemilukada. Kemampuan memenangkan dan menempatkan pemimpin daerah
pada akhirnya merupakan tiket untuk pemenangan pertarungan pada pemilukada, karena memiliki
jaringan dan menguasai birokrasi. Kedua, pemilukada hanya memilih satu orang, pada akhirnya
persaingan berlangsung sengit. Dalam proses pemenangan pemilukada, Dewan Pimpinan Pusat
(DPP) lebih memiliki kontrol dan kekuasaan yang besar. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) dapat secara
langsung melakukan pengelolaan kesuksesan pemilukada melalui pemilihan kandidat yang dinilainya
lebih populer dan memiliki peluang kemenangan lebih besar. Hal ini memungkinkan pihak Dewan
Pimpinan Pusat (DPP) untuk melakukan monitoring dan pengarahan secara langsung pada Tim
Sukses Pilkada DPD untuk melakukan berbagai strategi kebijakan pemenangan pemilukada.
Keputusan yang terpusat dalam penentuan calon walikota dalam Pemilukada Kota Medan
ini, tampaknya menimbulkan banyak polemik ditubuh Partai Gerindra sendiri. Penentuan Eddi
Kusuna menjadi calon walikota dari Partai Gerindra ditanggapi dengan kekecewaan dari banyak
kalangan, termasuk dari internal sendiri maupun dari masyarakat Kota Medan. Banyak juga yang
mengatakan bahwa kekalahan yang memalukan yang dialami Partai Gerindra dalam Pemilukada
Kota Medan disebabkan oleh tidak tepatnya keputusan yang dikeluarkan oleh DPP PG dalam
menentukan calon yang akan bertarung dalam pesta demokrasi tersebut.
Keputusan tersebut dinilai sepihak oleh masyarakat dan dari kalangan internal partai sendiri,
dikarenakan tidak menghargai apa yang menjadi keinginan masyarakat Kota Medan. Sebagain besar
masyarakat Kota Medan lebih menginginkan tokoh H. Ikhwan Ritonga, Sofyan Tan atau pun Gus
Irawan yang juga kader Partai Gerindra dan putra asli daerah Medan untuk maju sebagai calon
walikota yang diusung oleh Partai Gerindra dan diprediksikan bakal memenangkan pertarungan
dalam pemilukada tersebut. Namun yang didapat oleh sebagian besar masyarakat adalah
kekecewaan karena aspirasi mereka tidak direspon dan malah mencalonkan tokoh yang kurang
mereka kenal dan bukan putra kelahiran Kota Medan.
Ketidaksepakatan dari masyarakat dengan Partai Gerindra tersebut mendapat respon dari
masyarakat dengan berniat memajukan tokoh Sofyan Tan. Niat tersebut awalnya disambut baik oleh
Sofyan Tan dengan maju melalui calon perseorangan, dan beliau sudah mengumpulkan kartu tanda
penduduk (KTP) dari masyarakat sebagai persyaratan untuk maju melalui calon perseorangan.
Namun di belakangan hari tanpa sebab yang jelas beliau mengurungkan niat nya untuk maju sebagai
calon independen dengan alasan masih menghargai keputusan yang dibuat oleh Partai Gerindra dan
menunjukkan dirinya adalah seorang kader yang loyal dan berbakti kepada partai.
Menanggapi polemik yang terjadi di tubuh Partai Gerindra ini, fungsionaris DPC PG Kota
dan faktor-faktor lainnya sehingga DPP Partai Gerindra memilih sosok Eddi Kusuma dari pada Sofyan
Tan. Seperti yang dikutip dari wawancara dengan Bapak Bobby Octavianus Zulkarnaen51
Berdasarkan hasil kajian dan wawancara yang telah dilakukan dapat kita lihat bahwa
sebenarnya tokoh Ikhwan Ritonga lebih memiliki popularitas, loyalitas dan pengetahuan yang
cukup mumpuni untuk memimpin Kota Kota Medan. Namun hal itu semuanya dikembalikan
:
Elektabilitas dan popularitas sudah pasti menentukan siapa
yang akan dimajukan menjadi calon walikota. Namun selain
adanya persyaratan umum juga terdapat persyaratan khusus
yang ditetapkan Partai Gerindra, ada beberapa persyaratan
khusus yang harus dipenuhi antara lain mengakar,
berkemampuan, mempunyai kemampuan finansial. Semuanya
diatur dalam JUKLAK tersebut dan menjadi pedoman.
Mengenai isu putra daerah yang lebih disetujui masyarakat yang tidak direspon oleh
Partai Gerindra, Bobby Octavianus Zulkarnaen mengatakan :
Memang ada hubungan antara elektabilitas, popularitas dan isu
putra daerah. Dan itu sudah tentu akan menjadi pertimbangan.
Putra daerah memang diakui mempunyai banyak keunggulan
antara lain lebih mengetahui kondisi sosiologis masyarakat
Kota Medan atau dengan kata lain lebih menguasai medan yang
akan ditempuh. Putra daerah juga sudah pasti lebih populer
namun belum tentu mempunyai elektabilitas yang lebih tinggi.
Bapak Bobby Octavianus Zulkarnaen juga menambahkan :
Terdapat dua kriteria utama yang menjadi pedoman dalam
penentuan. Yang pertama adalah elektabilitas yang paling
tinggi diantara seluruh kader yang akan maju lalu yang kedua
adalah loyalitas yang paling tinggi terhadap Partai Gerindra.
Putra daerah memang menjadi salah satu faktor kuat untuk
mengusung calon namun tidak selalu menjadi indikator utama.
Memang Pak Ikhwan Ritonga memiliki popularitas yang lebih
tinggi dibanding Pak Eddi Kusuma dikarenakan lamanya beliau
menetap dan berkecimpung dibidang organisasi di Kota Medan.
Namun itu tadi, keputusan berada pada 13 unsur pemegang hak
suara melalui Rapat Tim Pemilukada.
51
ke DPP PG, dan tidak menjadi bahan masukan bagi DPP Partai Gerindra untuk memutuskan
calon yang benar-benar menjadi idaman masyarakat Kota Medan.
3.2.9. Tahap Penentuan Pasangan Calon
Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh DPP PG bersama calon terpilih yang bersangkutan,
untuk melengkapi pasangan calon terpilih menjadi pasangan calon resmi yang akan ditetapkan oleh
DPP PG, dan dimungkinkan calon pasangannya ini adalah kader partai lain, dengan ketentuan
sebagai berikut :
1) Apabila calon terpilih dari Partai Gerindra adalah calon Kepala Daerah, maka akan dilakukan
penetapan calon wakil kepala daerah, berdasarkan hasil kompromi antara DPP PG dengan calon
kepala daerah terpilih dari Partai Gerindra.
2) Apabila calon terpilih dari Partai Gerindra adalah calon Wakil Kepala Daerah, maka akan
dilakukan penetapan calon kepala daerah, berdasarkan hasil kompromi antara DPP PG dengan
calon wakil kepala daerah terpilih dari Partai Gerindra. Kegiatan ini dilakukan
selambat-lambatnya H-4 bulan sebelum hari pemungutan suara Pemilukada.
3.2.10. Tahap Pengesahan Pasangan Calon
Merupakan kegiatan pengesahan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah
oleh DPP PG, untuk selanjutnya menjadi calon resmi yang akan diusulkan oleh Partai Gerindra atau
oleh Gabungan Partai Gerindra dengan partai politik lain ke KPUD setempat. Apabila pasangan calon
yang bersangkutan berasal dari kader partai lain, maka akan dilakukan perjanjian koalisi pasangan
calon antara Partai Gerindra dengan partai lain yang bersangkutan. Kegiatan ini dilakukan
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan analisa data yang dilakukan penulis mengenai penjaringan calon
kepala daerah (Studi Penjaringan Calon Walikota dan Wakil Walikota Dari Partai Gerindra Pada
Pemilukada Kota Kota Medan 2015). Maka dapat diambil kesimpulan :
1. Lahirnya UU No. 32/2004 tentang otonomi daerah memberikan perubahan yang cukup
besar, perubahan tersebut terlihat dari peran partai politik dimana partai politik merupakan
sarana bagi kader ataupun masyarakat luas untuk dapat mencalonkan diri sebagai kepala
daerah.
2. Dalam melaksanakan penjaringan calon walikota Partai Gerindra menggunakan sistem
pencalonan terbuka, yaitu dengan memberikan akses yang sama bagi anggota atau pengurus
partai politik dan anggota komunitas atau kelompok-kelompok lain di masyarakat.
3. Mekanisme penetapan calon kepala daerah yang terjadi di DPC Partai Gerindra Kota Medan
belum dapat dikatakan berjalan demokratis. Hal ini disebabkan karena DPC Partai Gerindra
Kota Medan hanya berwenang menginventarisir nama-nama tokoh yang ada di Kota Medan
dan mengirimkannya ke DPP Partai Gerindra. Kemudian hanya DPP Partai Gerindra lah yang
berwenang memutuskan calon tetap walikota Kota Medan dari Partai Gerindra, dan ini
menunjukkan juga DPP kurang memperhatikan aspirasi dari arus bawah yakni masyarakat
Kota Kota Medan yang lebih cenderung memilih calon yang mereka kenal dengan baik. Dan
pemilihan serta penetapan tersebut tidak melibatkan kepengurusan Partai Gerindra di
4. Dalam rangka Pemilukada Kota Kota Medan 2015 Partai Gerindra tidak menetapkan bakal
calon yang loyal dan lebih dikenal dan dipopulerkan masyarakat Kota Medan. Tetapi lebih
berdasarkan keputusan DPP Partai Gerindra Sumut yang sepihak menentukan Eddy Kusuma
yang bukan berasal dari putra daerah Kota Medan. Kesalahan dalam menentukan calon
kepala daerah ini menyebabkan kekalahan yang telak bagi Partai Gerindra.
2. Saran
Dari hasil penelitian ini penulis menemukan beberapa point penting yang harus diperhatikan
oleh Partai Gerindra untuk perbaikan pada masa yang akan datang terutama hal-hal yang
menyangkut pemilihan kepala daerah. Pont-point tersebut antara lain :
1. Sistem rekrutmen dan penjaringan kepala daerah dari Partai Gerindra hendaknya lebih
memperhatikan aspirasi dari arus bawah, yakni masyarakat luas yang menjadi konstituen
dan menjadi obyek dalam pemilukada untuk menentukan kepala daerah mereka sendiri,
karena bagaimana pun masyarakat setempat lah yang lebih mengetahui apa yang menjadi
kebutuhan mereka
2. Hendaknya keputusan yang bersifat sentralistik yang dijalankan oleh Partai Gerindra dalam
menentukan calon kepala daerah di setiap daerah melalui DPP harusnya direvisi, karena
tidak mencerminkan proses demokratisasi dalam tubuh partai politik itu sendiri serta
mengabaikan aspirasi dari arus bawah.
3. Untuk memenangkan pemilukada di masa yang akan datang, Partai Gerindra harus
benar-benar menyiapkan tim pemenang yang benar-benar-benar-benar kuat dan memiliki loyalitas yang tinggi
terhadap partai, dan mulai merancang strategi pemenangan jauh sebelum diadakannya
pemilukada.
4. Solidaritas dan semangat kebersamaan hendaknya perlu ditingkatkan diantara sesama
kerja-kerja kolektif, karena pada hakikatnya visi, misi dan tujuan memerlukan kerja-kerja sama yang
BAB II
LOKASI PENELITIAN
2.1. Sejarah Kota Medan
Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar yang berada di Indonesia. Dengan luas
mencapai 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara, Kota
Medan menjadi kota terbesar yang ada di wilayah Provinsi Sumatera Utara.
Di awal berdirinya, kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya
berawa-rawa. Terdapat beberapa sungai-sungai yang melintasi kota Medan yang bermuara ke Selat
Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Babura, Sei Sekambing, Sei Putih, Sei Belawan, Sei Deli, dan Sei
Sulang saling. Guru Patimpus mendirikan Kota Medan pada tahun 1590. Tahun 1833 orang Eropa
yang pertama sekali mengunjungi Deli adalah John Anderson dan menemukan kampung yang
bernama Medan. Saat itu kampung ini berpenduduk 200 orang yang dipimpin oleh seseorang yaitu
bernama Tuanku Pulau Berayan yang bermukim disana untuk mengutip pajak dari sampan-sampan
yang membawa lada yang menuruni sungai. Kemudian pada tahun 1886 Medan secara resmi
mendapatkan status sebagai kota, dan pada tahun berikutnya residen pesisir timur serta Sultan Deli
berpindah ke Medan.
Medan berubah menjadi kota penting diluar Pulau Jawa pada tahun 1909, terutama setelah
pemerintah kolonial belanda membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Saat itu
Dewan Kota yang pertama terdiri dari dua belas anggota orang Eropa, dua orang bumi putra, dan
seorang Tionghoa.
Usaha perkebunan berkaitan erat dengan pembukaan lahan bagi perkebunan tembakau
yang dirintis oleh Jacobus Nienhuys dan berpusat dipertemuan dua alur sungai (Sungai Babura dan
Sungai Deli) yaitu suatu wilayah yang disebut dengan Medan Putri. Tujuan kedatangan Neinhuys ke
Deli adalah sebagai suatu rangkaian perjalanan mencari lahan untuk perkebunan tembakau sebagai
tugas dari perusahaan dagang. Pada perkembangan lanjutan, cikal-bakal Kota Medan ditentukan
oleh pemberian konsensi tanah oleh Sultan Mahmud kepada Neinhuys yang turut menyeret
pengakuan atas hak tanah-tanah rakyat yang termasuk dalam konsesi tersebut Konsensi tanah
masa itu. Pada tahun 1870 kegiatan perkebunan atas konsensi tanah tersebut atau disebut juga
Perkebunan Deli Mij telah menjadi luas37
37
Pemdasu. Sumetera Utara Dalam Lintasan Sejarah.hal.314-319 .
Akhir abad ke-19 dan awal abad 20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan. Pada
gelombang pertama kedatangan orang Tionghoa dan jawa sebagai kuli kontrak perkebunan. Tapi
setelah tahun1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, sebab
sebagian besar dari meraka lari meninggalkan perkebunan dan sering membuat kerusuhan.
Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang
Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan.
Lalu pada gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau, mandailing dan Aceh. Mereka
datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, melainkan untuk berdagang,
menjadi guru dan ulama.
2.2. Letak Geografis Kota Medan
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah
Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki
luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota
Medan terletak pada 3°30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu
topografi Kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di
atas permukaan laut. Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota
Medan telah melalui beberapa kali perkembangan.
Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September
1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59
Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur
Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga
kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan
kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 kecamatan dengan
116 kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Pesetujuan Dalam
Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan
Gambar 2.1: Peta Kota Medan
Perkembangan terkhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera
Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 kelurahan di
Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 35
Tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan,
dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administratif
ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis,demografis dan sosial ekonomis.
Tabel 2.1
Luas Lahan Peruntukan di Kota Medan38
No Jenis Lahan Persentase
1 Permukiman 36,3 %
2 Perkebunan 3,1 %
3 Lahan Jasa 1,9 %
4 Sawah 6,1 %
5 Perusahaan 4,2 %
6 Kebun Campuran 45,4 %
7 Industri 1,5 %
8 Hutan Rawa 1,8 %
Wilayah Kota Medan hampir seluruhnya berbatasan langsung dengan Daerah Kabupaten
Deli Serdang, yaitu sebelah barat, timur dan selatan. Sepanjang wilayah utara berbatasan langsung
dengan Selat Malaka, yang diketahui sebagai salah satu jalur lalu lintas terpadat didunia. Kabupaten
Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA), khususnya
dibidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis Kota Medan didukung oleh
daerah-daerah yang kaya sumber daya alamnyaseperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun,
Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan
Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerja sama dan kemitraan sejajar,
saling menguntungkan, saling memperkuat dangan daerah-daerah sekitarnya.39
Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal 2.3. Gambaran Kultural Kota Medan
38
Sumber : Medan dalam Angka 2014
39
Kota Medan telah memiliki keragaman suku (etnis), dan agama. Oleh karenanya, budaya masyarakat
yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai – nilai budaya tersebut tentunya
sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri menghambat
kemajuan (modernisasi), dan sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang
heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah,
alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan sebagainya, justru memberikan kontribusi besar
bagi upaya pengembangan industri pariwisata di Kota Medan.40
Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) berdiri pada 6 Februari 2008, merupakan partai
berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pendirianya terkait dengan kondisi bangsa,
dimana mayoritas rakyatnya masih berkubang dalam penderitaan dan sistem politik yang tak
kunjung mampu melaksanakan perekonomian nasional untuk mengangkat harkat dan martabat
masyarakat Indonesia dari kemeleratan.
2.4. Sejarah Berdirinya Partai Gerindra
[image:34.595.245.388.457.632.2]41
Gambar 2.2: Logo Partai Gerindra
Bahwa cita-cita luhur untuk membangun dan mewujudkan tatanan masyarakat Indonesia
yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis, adil dan makmur serta beradab dan berketuhanan
yang berlandaskan Pancasila, sebagaimana termaktub di dalam Pembukaan UUD 1945, merupakan
40
http://pemkomedan.go.id/new/hal-selayang-pandang.html diakses pada tanggal 19 Juli 2016 pukul 21.29 41
tujuan bersama dari seluruh rakyat Indonesia. Cita-cita kemerdekaan tersebut hanya dapat dicapai
dengan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa, serta membangun segala kehidupan
secara seimbang lahir dan batin dengan landasan Pancasila. Selanjutnya kehidupan bangsa yang
lebih maju, modern, dan mandiri menuntutpembaruan terus‐menerus melalui usaha-usaha yang
disesuaikan dengankemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan zaman dengan tetap
memelihara nilai‐nilai luhur dan kepribadian bangsa Indonesia.
Dalam menghadapi perkembangan zaman dan globalisasi, identitas dan jatidiri bangsa tetap
menjadi fondasi utama untuk memperjuangkan kepentingannasional dan tatanan baru. Terjadinya
penyelewengan terhadap cita-citaProklamasi 17 Agustus 1945 dan UUD 1945 di berbagai bidang
perlu dikoreksi.Haluan baru dan tatanan baru bagi kehidupan bangsa dan Negara Republik Indonesia
harus dilandaskan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945. Hakikat tatanan baru
adalah sikap mental yang menuntut pembaharuan danpembangunan yang terus‐menerus dalam
rangka melaksanakan Pancasila dan UUD 1945.
Sejak Proklamasi kemerdekaan, bangsa Indonesia masih bergulat memerangi kemiskinan
dan kemelaratan serta berjuang untuk tegaknya keadilan.Sistem politik dan ekonomi tidak mampu
menutup kesenjangan antara kaum miskin dan kaum kaya, yang akhirnya menciptakan jurang
ketidakadilan. Ketikakondisi mayoritas rakyat berkubang dalam penderitaan, sistem politik kita tak
kunjung mampu merumuskan dan melaksanakan kebijakan politik, sosial, dan ekonomi untuk
mengangkat harkat dan martabat rakyat Indonesia. Sistem politikkita tidak mampu membangun
kepemimpinan nasional yang kuat, yang dapat mengantarkan rakyat Indonesia ke gerbang
kemakmuran yang berkeadilan.
Pada sisi lain, sejak era reformasi, sistem perekonomian kita semakin liberal dan kapitalistik.
Sistem ekonomi kerakyatan yang diletakkan dasarnya olehpara pendiri bangsa melalui Pasal 33 UUD
1945 semakin ditinggalkan. Kondisiini telah menyebabkan kehidupan rakyat pada umumnyajauh dari
kekuatankekuatanpolitik dan kekuatan asing, tidak untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Jumlah
kemiskinan dan pengangguran tetap menjadi masalah utama.Karena itu, tidak ada pilihan lain, kita
harus mewujudkan kemandirian bangsadengan membangun sistem ekonomi kerakyatan.
Budaya bangsa harus menjadi jati diri dan kekuatan bersama. Wawasan kebangsaan
mempererat persatuan dan kesatuan manusia Indonesia. Perbedaan diantara kita tidaklah menjadi
sebab untuk terpecah belah, tetapi hendaknya menjadirahmat dan kekuatan bangsa Indonesia.
Partai Gerindra dideklarasikan pada tanggal 6 Februari 2008 di Jakarta. Partai Gerakan Indonesia
Raya (Gerindra) hadir di tengah masyarakat karena terpanggil untuk memberikan amal
baktinyakepada Negara dan rakyat Indonesia. Partai Gerindra adalah partai rakyat yangberjuang
untuk tegaknya Pancasila, UUD 1945 sebagaimana ditetapkan pada 18Agustus 1945, dan utuhnya
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Partai Gerindra adalah partai rakyat yang mendambakan Indonesia yang bangun jiwanya,
dan bangun badannya. Partai Gerindra adalah partai rakyat yangbertekad memperjuangkan
kemakmuran dan keadilan disegala bidang. Partai Gerindra menyatakan diri tampil di pentas
demokrasi untuk perubahan kepemimpinan nasional, dan perubahan tata laksana penyelenggaraan
Negara. Partai Gerindra mendukung segala upaya untuk pembangunan bangsa (nation building) dan
karakter manusia Indonesia.42
Partai Gerindra senantiasa berjuang bersama rakyat serta menjadikan kekuatan rakyat
sebagai kekuatan utama dalam membangun bangsa dan masyarakat Indonesia. Berangkat dari hal Partai Gerindra bertekad memerdekakan rakyat Indonesia dari penjajahanbekonomi dan
politik yang membelenggu dan merampas kehormatan manusia Indonesia. Partai Gerindra
menjunjung tinggi kebebasan intelektual sebagaiamanah Pancasila dan UUD 1945. Partai Gerindra
memposisikan diri sebagai partai gerakan yang mandiri, produktif, dan berpijak pada kearifan lokal,
dalamupaya menciptakan masyarakat adil, makmur, dan sejahtera. Sebagai gerakan,
42
tersebut, Prabowo berinisiatif membangun sebuah wadah baru yang kemudian lahirlah partai baru
yang dengan nama Gerindra. Prabowo sendiri tidak ikut sebagai Pendiri (dibelakang layar) karena
masih terikatdengan Partai Golongan Karya (Golkar). Pendiriannya dilakukan oleh
sekelompokpendukungnya seperti Fadli Zon, Suhardi, Ahmad Muzani dan Muchi PR. Barusetelah
keluar dari Partai Golkar, Prabowo akhirnya resmi menjadi anggota Partai tanggal 12 Juli 2008.
2.4.1. Visi dan Misi Partai Gerindra
Keberadaan Partai Gerindra dalam pentas politik nasional memiliki visi“menjadi partai politik
yang mampu menciptakan kesejahteraan rakyat, keadilan sosial, dan tatanan politik negara yang
melandaskan diri pada nilainilai nasionalisme dan religiusitas dalam wadah Negara Kesatuan
RepublikIndonesia.” Untuk mewujudkan visi tersebut, Partai Gerindra mengemban misi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain:
1.
Mempertahankan kedaulatan dan tegaknya Negara Kesatuan RepublikIndonesia
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
2.
Mendorong pembangunan nasional yang menitikberatkan padapembangunan
ekonomi kerakyatan, pertumbuhan ekonomi yangberkelanjutan, dan pemeratan
hasil-hasil pembangunan bagi seluruh wargabangsa dengan mengurangi
ketergantungan kepada pihak asing.Membentuk tatanan sosial dan politik
masyarakat yang kondusif untukmewujudkan kedaulatan rakyat dan
kesejahteraan rakyat.
3.
Menegakkan supremasi hukum dengan mengedepankan praduga takbersalah
dan persamaan hak di depan hukum.
4.
Merebut kekuasaan pemerintahan secara konstitusional melalui Pemilu
2.4.2. Prinsip Dasar Partai Gerindra
Dalam mewujudkan visi dan misi, Partai Gerindra mengacu pada prinsiprinsip
dasar sebagai berikut :
1. Prinsip Disiplin
Disiplin merupakan prinsip dasar dari seluruh pejuangan Partai Gerindradalam mencapai
tujuan bersama. Dengan disiplin, seluruh sumber daya terfokus dan terorganisir sehingga mencapai
usaha maksimal. Dalam mencapai tujuan berbangsa dan bernegara, Partai Gerindra senantiasa
mengedepankan disiplin dalam setiap gerak dan langkah.
2. Prinsip Kedaulatan
Kedaulatan merupakan perwujudan sejati dari sebuah kemerdekaan, yang meliputi
kedaulatan atas diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.Menghargai dan
menghormati kedaulatan setiap entitas merupakan landasan penting dalam tata pergaulan sosial,
politik, dan ekonomi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Partai Gerindra bersikap dan
bertindak berdasarkan penghormatan dan penghargaan terhadap kedaulatan setiap individu serta
menjagadan mempertahankan kedaulatan bangsa.
3. Prinsip Kemandirian
Kemandirian dimaknai sebagai bekerja dan berkarya berdasarkankemampuan diri sendiri
dan tidak menggantungkan diri pada bantuan pihak lain.Kemandirian juga dimaknai sebagai
manifestasi dari kepercayaan diri dan penghargaan atas diri sendiri serta menempatkan setiap
individu sebagai entitas yang memiliki kemampuan dan karya. Partai Gerindra bersikap dan
4. Prinsip Persamaan Hak
Dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara, setiap individu memilikipersamaan hak
yang dilindungi oleh konstitusi dan peraturan perundangan yang berlaku. Tak ada yang dikecualikan
dan dibedakan haknya, kecuali dikarenakan oleh karya dan kerja individu itu sendiri. Partai Gerindra
bersikap dan bertindak dengan mengedepankan persamaan hak setiap individu dan
mengembangkan sikap anti diskriminasi.
5. Prinsip Kerjasama dan Gotong Royong
Sikap kerjasama dan gotong royong yang dilandasi oleh penghormatanatas kedaulatan,
kemandirian, dan persamaan hak dalam mengerjakan dan menuntaskan sebuah pekerjaan sejatinya
merupakan kebutuhan setiap manusia sebagai makhluk sosial. Tidak ada individu yang bias hidup
tanpa membutuhkan individu lain. Partai Gerindra sangat menyadari pentingnya kerjasama, karena
itudalam setiap sikap dan tindakan, Partai Gerindra mengedepankan danmengembangkan kerjasama
dan gotong royong dengan entitas masyarakat lainnya sebagai landasan pergaulan berbangsa dan
bernegara.
6. Prinsip Musyawarah
Musyawarah merupakan ciri khas budaya bangsa Indonesia yang luhur.Musyawarah
memberikan penghormatan kedaulatan individu dan mengedepankan kepentingan masyarakat
diatas kepentingan pribadi. Musyawarah harus dijadikan jalan utama dalam memecahkan setiap
2.5.STRUKTUR KEPENGURUSAN DPC GERINDRA KOTA MEDAN
Adapun struktur kepengurusan DPC Gerindra Kota Medan adalah sebagai berikut :
Ketua : BOBBY O. ZULKARNAEN, SE
Sekretaris : JHON SARI HALOHO, SH, MM
Bendahara : CUI TJING HUI (AWI)
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pemilihan kepala daerah (Pemilukada) secara langsung merupakan sistem baru dalam
praktek ketatanegaraan di Indonesia. Penerapan pemilihan kepala daerah langsung merupakan salah
satu akibat dari perubahan politik yang terjadi di Indonesia. Tujuan utamanya adalah pengambilan
kedaulatan rakyat dalam memilih pemimpin dalam Negara, baik presiden dan kepala daerah provinsi
serta kabupaten/kota.
Dengan lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan peraturan
pemerintah (PP) No.6 Tahun 2005 tentang tata cara pemilihan, pengesahan, pengangkatan dan
pemberhentian kepala daerah, merupakan landasan hukum bagi pelaksanaan pemilihan kepala
daerah secara langsung.1 Melalui pemilihan kepala daerah langsung berarti mengembalikan hak-hak
dasar masyarakat di daerah untuk berpartisipasi dalam proses politik dalam rangka rekrutmen politik
lokal secara demokrasi.2 Rakyat memiliki kedaulatan penuh atas hak politiknya dalam memilih
pemimpin mereka. Semangat pemilihan kepala daerah secara langsung adalah memberikan ruang
yang luas bagi partisipasi politik masyarakat untuk menentukan kepala daerah sesuai dengan aspirasi
dan kebutuhan di daerah masing-masing sehingga diharapkan kebijakan-kebijakan dari pemerintah
nantinya sesuai dengan harapan dan keinginan rakyat pada umumnya.3
Tahun 2005, merupakan awal perubahan besar terjadi, dimana untuk pertamakalinya Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah, dipilih secara langsung oleh rakyat. Peristiwa ini menandai
babakan baru dalam sejarah politik daerah di Indonesia. Adapun pemilihan umum Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah secara langsung diatur dalam UU No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah
1
Daniel.S.Slossa. 2005. Mekanisme Persyaratan dan Tata Cara Pemilukada Secara Langsung, Yogjakarta: Media Presindo. hal. 9
2
Ramlan Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Widia Sarana. hal. 131 3
Pasal 56. Dalam Pasal 56 ayai (1) dikatakan : “Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam
satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil.”
Demokrasi di tingkat lokal mulai mekar, dimana pada tahun 2005 untuk pertama kalinya
dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia digelar perhelatan akbar “Pemilihan Umum Kepala
Daerah Langsung”, baik gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati maupun walikota dan
wakil walikota. Pemilukada langsung merupakan hasil kerja keras dalam perwujudan demokrasi,
walaupun banyak hal yang menjadi konsekuensinya seperti biaya yang besar, energi, waktu, pikiran
dan lain sebagainya. Namun, keberhasilan pemilukada untuk melahirkan kepemimpinan daerah yang
murni secara demokratis, sesuai kehendak dan tuntutan rakyat sangat tergantung pada sikap
kritisme dan rasionalitas rakyat sendiri.4
Berdasarkan UU No. 22/2007 tentang Penyelenggara Pemilu, pemilihan umum Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah (pemilukada) juga dimasukkan sebagai bagian dari kategori pemilu.
Pemilihan umum Kepala Daerah langsung merupakan suatu capaian yang baik dalam proses
demokrasi di Indonesia. Melalui pemilihan umum Kepala Daerah langsung berarti mengembal