• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masyarakat harus ditingkatkan kemampuannya (pengetahuan, sikap, keterampilan) dan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berpartisipasi

pemerataan hasil-hasil pembangunan secara adil sesuai dengan fungsi dan pengorbanan yang diberikan

3. Masyarakat harus ditingkatkan kemampuannya (pengetahuan, sikap, keterampilan) dan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berpartisipasi

dan di dalam setiap kegiatan pembangunan hingga pemanfaatan hasil-hasil

pembangunan.

1.5.3 Pariwisata

Istilah pariwisata terlahir dari bahsa sansekerta yang komponen-komponen terdiri dari Pari arinya penuh, lengkap, berkeliling, Wis (man) yang artinya rumah, property, kampung, komunitas. Atau artinya pergi terus menerus, mengembara.yang bila dirangkai menjadi satu kata melahirkan istilah pariwisata , berarti : pergi secara lengkap meninggalkan rumah(kampung) atau berkeliling terus-menerus. Dalam operasionalnya istilah pariwisata sebagai pengganti istilah tourisme (travel) di beri makna oleh pemerintah Indonesia : “ mereka yang meninggalkan rumah untuk mengadakan perjalan tanpa mencari nafkah di tempat-tempat yang di kunjungi sambil menikmati kunjungan mereka”.

Menurut Robert C.Lonati dalam Nyoman S.Pendit (2000:3) :

“ Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan persediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan , standar hidup serta menstimulasi sector-sektor produktif lainnya. Selanjutnya sebagai sector yang kompleks, ia juga merealisasi industri-industi klasik, seperti industri kerajinan tangan dan cendramata. Penginapan dan transportasi secara ekonomis juga dipandang sebagai industri”.

Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan-kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan-pelabuhan (laut/udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat, program-program kebersihan dan kesehatan, kelestarian lingkungan, dan sebagainnya, yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun wisatawan pengunjung dari luar.

Menurut Robert Mc. Instosh Shashi Kant Cupta dalam partono (2002:13)

“ pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan ini serta pengunjung lainnya”.

Menurut Prof. salah Wahab dalam Yoeti (1982:107)

“ Pariwisata adalah suatu aktivitas masnusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam suatu Negara itu

sendiri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang di alaminya di mana ia memperoleh pekerjaan tetap.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat yang lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang di kunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut , guna bertamasya dan berkreasi , melihat dan menyaksikan atraski wisata di tempat lain untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam yang mencakup :

1. Keseluruhan fenomena alam maupun buatan manusia yang di manfaatkan untuk kepentingan wisatawan.

2. Kegiatan yang ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama melakukan aktifitas perjalanan.

Dengan memperhatikan factor-faktor:

1. Perjalanan dilakukan untuk sementara waktu. 2. Perjalanan dilakukan dari satu tempat ketempat lain.

3. Perjelanan itu, walaupun ada bentuknya harus selalu dikaitkan dengan bertamasya dan rekreasi, melihat dan menyaksikan atraksi-atraksi wisata 4. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah

ditempat atau daerah yang dikunjungi dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut, dengan mendapatkan pelayanan

1.5.3.1 Perencanaan Pengelolaan Pariwisata

Perencana berarti memperhitungkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dimasa yang akan datang. Perencanan dan pengelolaan pariwisata berarti untuk memenuhi kebutuhan pariwisata masyarkat dimasa mendatang. Oleh karena itu kecenderungan pertumbuhan penduduk, persediaan lahan cadangan, pertumbuhan fasilitas dan kemajuan teknologi dengan menerapkannya harus dimasukkan didalam perencanaannya tersebut. Selain itu sumber daya pengelolaan pariwisata juga sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan industri pariwisata tersebut. Sebab dalam mengelola atau memanjemen pariwisata memerlukan keahlian dan pengalaman ,bahwa “ beberapa pun banyak modal yang dimiliki pembangunan tidak akan terlaksana kecuali disertai dengan sumber daya managerial yang mampu mengelola modal itu untuk pembangunan”.

Menurut Soewarno (2002:378)mengemukakan bahwa : “ pengelolaan adalah mengendalikan atau menyelenggarakan berbagai sumber daya serta berhasil guna untuk mencapai sasaran”. Objek dan daya tarik wisata umumnya terdiri dari hayati dan non hayati dimana masing-masing memerluka pengelolaan sesuai dengan kualitas dan kuantitasnya pengelolaan objek dan daya tarik wisata harus memperhitungkan berbagai sumber daya wisatanya secara berdayaguna agar tercapainya sasaran yang diinginkan.

Tujuan perencanaan dan pengembangan pariwisata yang lebih lanjut demi meningkatkan kemakmuran secara serasi dan seimbang bisa tercapai seoptimal mungkin apabila pemerintah ikut berperan. Peran pemerintah dalam perencanaan dalam pengelolan wisata sangat menentukan perkembangan suatu objek wisata contonya dapat kita lihat dalam penyediaan infrastruktur dan memperluas jaringan kerja aparatur pihak pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan promosi umum keluar negri. Selain itu juga pemerintah berpartisipasi dalam hal penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan.

Berkembangnya suatu kawasan wisata tidak terlepas dari usaha-usaha yang dilakukan melalui kerja sama para stakeholder kepariwisataan, masyarakat dan pemerintah.

Menurut Munasef (1995:1) :

“ pengembangan pariwisata merupakan segala kegiatan dan usaha yang terkoordinasi untuk menarik wisatawan, menyediakan sarana dan prasarana, barang dan jasa , fasilitas yang di perlukan guna melayani kebutuhan wisatawan”.

Menurut Happy Marpaung (2002:79) menyatakan bahwa :

“ Hal yang perlu di perhatikan dalam pengembangan suatu daya tarik wisata yang potensial harus dilakukan penelitian, infentarisasi dan evaluasi sebelum fasilitas swasta di kembangkan.Hal ini penting agar perkembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai.

A. Yoeti (1982:285) menyatakan bahwa :

“ ada tiga faktor yang dapat menentukan berhasilnya pengembangan pariwisata sebagai satu industri, ketiga faktor tersebut diantaranya : tersedianya objek wisata , adanya fasilitas aksesibilitas, dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat. Sedangkan Amenitas yaitu tersedianya fasilitas-fasilitas seperti tempat penginapan, restoran, hiburan, transportasi lokal yang memungkinkan wisatawan berpergian ditempat-tempat tersebut sehingga serta alat komunikasi. Objek wisata merupakan akhir perjalanan wisata yang harus memenuhi syarat aksebilitas, artinya objek wisata harus mudah dicapai.

Dalam pengembangan kepariwisataan perlu diperhatikan kualitas lingkungannya agar pengembangan kepariwisataan tidak merusak lingkungan sebagaimana dikemukakan oleh Soemarwoto (2001:309) “ Pariwisata adalah industri yang lingkungan hidupnya sangat ditentukan oleh baik buruknya lingkungan”. Tanpa lingkungan yang baik maka tak mungkin pariwisata dapat berkembang. Karena itu pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan terjaganya mutu lingkungan, sebab dalam industri pariwisata lingkungan itulah yang dijual. Pengembangan pariwisata disuatu wilayah ditentukan oleh tiga faktor yaitu : tersedia objek dan atraksi pariwisata, aksesibilitas dan fasilitas amenitas. Dalam membangun ketiga faktor tersebut harus diperhatikan terjaganya mutu lingkungan.

1.5.3.2 Batas Wilayah Pesisir/ Pantai

Wilayah pesisir atau pantai ialah suatau wilayah peralihan antara daratan dan lautan (Dahuri dkk, 2001 dalam Mulyadi, 2005). Apabila ditinjau dari garis pantai (coastline), suatau wilayah pesisir ( pantai ) memiliki dua macam batas (boundaries), yaitu : batas yang sejajar garis pantai (long shore) dan batasan yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross shore) (Mulyadi 2005:25)

Untuk keperluan pengelolaan, penetapan batas-batas wilayah pesisir yang sejajar garis pantai relatif mudah. akan tetapi penetapan batas-batas wilayah suatu wilayah pesisir yang tegak lurus terhadap garis pantai, sejauh ini belum ada kesepakatan. Disamping itu batas wilayah pesisir pantai dari suatu negara ke negara lain juga berbeda. Hal ini dapat dipahami karena setiap negara memiliki karakteristik lingkungan, sumber daya, dan sistem pemerintahan sendiri.

Maka untuk kepentingan pengelolaan adalah kurang begitu penting untuk menetapkan batas-batas fisik suatu wilayah pesisir secara kaku (rigid). Akan lebih berarti, jika penetapan batas-batas suatu wilayah pesisir didasarkan atas faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan (pemanfaatan) dan pengelolaan ekosistem pesisir dan lautan beserta segenap sumber daya yang ada didalamnya, serta tujuan pengelolan itu sendiri. Jika tujuan pengelolaan adalah untuk mengendalikan atau menurunkan tingkat pencemaran perairan pesisir kearah darat hendaknya mencakup suatu daratan daerah aliran sungai dimana pembuangan limbah disini akan mempengaruhi kualitas perairan pesisir.

Sementara itu, jika tujuan pengelolaan suatu wilayah pesisir adalah untuk mengendalikan erosi (abrasi) pantai, maka batas kearah darat cukup hanya sampai pada lahan pantai yang terkena abrasi, dan batas kearah laut adalah daerah yang terkena pengaruh distribusi sedimen akibat proses abrasi, yang biasanya terdapat pada darah pemecah gelombang (breakwater zone) yang paling dekat dengan garis pantai. Dengan demikian meskipun untuk kepentingan pengelolaan sehari-hari (day-to-day management) kegiatan pembangunan dilahan atas atau di laut lepas biasanya ditangani oleh instansi tersendiri, namun untuk kepentingan perencanaan pembanguann wilayah pesisir, segenap pengaruh-pengaruh atau keterkaitan tersebut harus dimasukan pada saat menyusun perencanaan pembangunan wilayah pesisir.

1.5.3.3 Perencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu

Perencanaan terpadu dimaksudkan untuk mengkoordinasikan dan mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor dalam perencanaan pembangunan dalam kaitannya dengan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan. Perencanaan terpadu biasanya dimaksudkan sebagai suatu upaya secara terprogram untuk mencapai tujuan yang dapat mengharmoniskan, keterlibatan masyarakat, dan pembangunan ekonomi. seringkali keterpaduan juga diartikan sebagai koordinasi antara tahapan pembangunan diwillayah pesisir dan lautan yang meliputi : Pengumpulan dan analisis data, perencanaan, implementasi, dan kegiatan konstruksi

Dalam konteks perencanaan pembangunan sumber daya alam yang lebih luas, perencanaan sumber daya secara terpadu sebagai suatu upaya secara bertahap dan terprogram untuk mencapai tingkat pemanfaatan sistem sumber daya alam secara optimal dengan memperhatikan semua dampak lintas sektoral yang mungkin timbul. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pemanfaatan optimal adalah suatu cara pemanfaatan sumber daya pesisir dan lautan yang dapat menghasilkan keuntungan ekonomis secara berkesinambungan untuk kemakmuran masyarakat.

Sementara itu, Mulyadi (2005:28) menyarankan bahwa keterpaduan dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam, seperti pesisir dan lautan, hendaknya dilakukan pada tiga tataran (level): teknis, konsultatif, dan koordinasi. pada tataran teknis, segenap pertimbangan teknis, ekonomi, sosial, dan lingkungan hendaknya secara seimbang atau proposional dimasukkan kedalam setiap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sumber daya pesisir dan laut

Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan (pembanguan) secara terpadu (integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan. Dalam konteks inti, keterpaduan (integration) mengandung tiga dimensi Sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis.

Mengingat bahwa suatu pengelolaan (management) terdiri dari tiga tahap utama : perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi: maka jiwa atau nuansa keterpaduan tersebut perlu diterapkan sejak tahap perencanaan sampai evaluasi.

1.5.3.4 Potensi Pembangunan Wilayah Pesisir

Potensi pembangunan yang terdapat diwilayah pesisir lautan secara garis besar dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :

1. Sumber daya dapat pulih (renewable resource)

2. Sumber daya tidak dapat pulih (non-renewable resource) 3. Jasa-jasa lingkungan (environment service)

Sumber daya dapat pulih terdiri atas hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan rumput laut, serta sumber daya perikanan laut. Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting diwilayah pesisir dan lautan. Pemanfaatan untuk industri dan sebagai komoditas ekspor baru berkembang pesat dalam beberapa dasarwarsa terakhir ini. Sumber daya perikanan laut sebagai sumber daya yang dapat dieksploitasi secara terus menerus tanpa batas. Secara nasional potensi lestari sumber daya perikanan lautan sebesar 6,7 juta ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 48% (Mulyadi , 2005 : 44)

Sumber daya tidak dapat pulih meliputi seluruh mineral dan geologi, misalnya mineral terdiri dari tiga kelas, yaitu A (mineral strategis misalnya minyak, gas) B (mineral vital, meliputi emas, timah, nikel, bauksit) dan kelas C (mineral, industri, termasuk bahan bangunan dan galian seperti granit) (Mulyadi,2005:46). Berbagai potensi sumber daya mineral wilayah pesisir dan lautan Indonesia merupakan penghasil devisa utama dalam beberapa dasarwarsa terakhir.

Wilayah pesisir dan lautan Indonesia juga memiliki berbagai macam jasa lingkungan yang sangat potensial bagi kepentingan pembangunan dan bahkan kelangsungan hidup manusia. Jasa-jasa lingkungan yang dimaksud meliputi kawasan pesisir dan lautan sebagai tempat rekreasi dan pariwisata, media transportasi dan komunikasi, sumber energy, sarana pendidikan dan penelitian, pertahanan keamanan, penampung limbah, pengaturan iklim(climate regulator), kawasan perlindungan (konservasi dan preservasi) dan sistem penunjang.

1.5.3.5 Permasalahan Pembangunan Wilayah Pesisir

Pengelolaan sumber daya wilayah pesisir dan lautan di Indonesia dari sudut pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dihadapakan pada kondisi yang mendua, atau berada dipersimpangan jalan. Disatu pihak, ada beberapa kawasan pesisir yang telah dimanfaatkan atau dikembangkan dengan intensif. Akibatnya indikasi telah terlampauinya daya dukung atau kapasitas berkelanjutan (potensi lestari) dari ekosistem pesisir dan lautan. Seperti pencemaran, tangkap lebih (over fishing), degradasi fisik habitat pesisir, dan observasi pantai telah muncul dikawasan pesisir.

Aktivitas perekonomian utama yang menimbulkan permasalahan pengelolaan sumber daya dan lingkungan wilayah pantai dan lautan yaitu :

1. Perkapalan dan transportasi (tumpahan minyak, limbah padat dan kecelakaan) 2. Perikanan (over fishing, pencemaran pesisir, pemasaran dan distribusi, modal

dan tingkat keahlian)

3. Budidaya peraturan (ekstensivikasi dan konservasi hutan) 4. Pertambangan (penambang pesisir dan terumubu karang) 5. Kehutanan (penebang dan konservasi hutan)

6. Industri (reklamasi dan pengerukan tanah)

7. Pariwisata (pengembangan infrastruktur dan pencemaran air) (Mulyadi, 2005:54)

1.5.3.6 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Wilayah Pesisir

Tujuan jangka panjang pembangunan wilayah pesisir pantai di Indonesia secara umum antara lain :

1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perluasan lapangan kerja dan kesempatan usaha

2. Pengembangan program dan kegiatan yang mengarah kepada peningkatan dan pemanfaatan secara optimal dan lestari sumber daya di wilayah pesisir dan lautan

3. Peningkatan kemampuan peran serta masyarkat pantai dalam pelestarian lingkungan

4. Peningkatan pendidikan, latihan, riset, dan pengembangan di wilayah pesisir dan lautan

(Mulyadi, 2005:67)

Sementara itu, sasaran pembangunan wilayah pesisir dan lautan adalah terwujudnya kedaulatan atas wilayah perairan Indonesia dan yuridikasi nasional dalam wawasan nusantara, terciptanya industri kelautan yang kokoh dan maju yang didorong oleh kementrian usaha yang erat antara badan usaha koperasi. Negara dan swasta serta pendayagunaan sumber daya laut yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, maju dan professional dengan iklim usaha yang sehat serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga terwujud kemampuan untuk mendayagunakan potensi laut guna peningkatan kesejahteraan rakyat secara optimal, serta terpilihnya kelestarian lingkungan hidup.

1.5.3.7 Dasar Pertimbangan Pengembangan Daerah Pantai

Pada suatu faktor yang umum dapat dikemukakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan daerah pantai terjadi karena potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah pantai yang dapat dimanfaatkan secara ekonomis, seperti perikanan dan

hasil laut lainnya (batu karang, tanaman laut, hutan mangrove, garam laut, dan lain-lain) serta potensi keindahan alam pantai yang dapat dinikmati

(Mulyadi 2005 :72)

1.5.3.8 Tipologi Perkembangan Daerah Pantai Ada dua jenis utama dari pola pekembangan pantai

"pertama, perkembangan daerah pantai yang intensif maupun yang efektif secara continue disepanjang daerah pantai. Pola perkembangan demikian terutama terjadi disepanjang daerah pantai di Pulau Jawa dan sebagian di Pulau Sumatera. Perkembangan tersebut terjadi karena telah berkembang jaringan sarana dan perhubungan darat yang menghubungkan daerah-daerah sepanjang pantai. Kedua, perkembangan intensif yang terjadi karena berpencar dikota-kota tertentu yang secara historis mempunyai potensi perekonomian. Dalam pola yang kedua ini perkembangan dan pertumbuhan hanya terjadi secara intensif pada lokasi-lokasi tertentu saja dengan orientasi kedalaman

(Mulyadi, 2005: 86)

Pada umunya, pola perkembangan demikian terjadi di daerah-daerah diluar Jawa dan Sumatera dimana sarana perhubungan darat yang menghubungkan daerah-daerah pantai yang masih sangat kurang.

Dari segi fungsinya, daerah pantai dapat berkembang sebagai suatu kota, suatu desa, suatu pusat kegiatan rekreasi dan sebagai suatu kegiatan fungsional khusus seperti industri, stasiun angkatan laut, pusat pengelolaan atau kegiatan khusus lainnya.(Mulyadi, 2005:84)

1.5.3.9 Pengaturan dan Pengendalian Pengembangan Daerah Pantai

Melihat pada potensi yang dimiliki oleh daerah pantai dan lautnya baik secara ekonomis, jelaslah daerah tersebut akan merupakan daya terik potensial yang sangat kuat dalam perkembangan fisiknya potensi dengan sendirinya akan mengakibatkan

berbagai permasalahan baik sosial, budaya dan politik, ekonomi maupun permasalahan fisik. Oleh karena itu pemantauan dan pengembangan penggunaan tanah pantai adalah penting sekali

(Mulyadi, 2005:89)

1.5.3.10 Konsepsi Dasar Pengembangan dan Pengendalian Pantai

Berdasarkan kecenderungan dan kemungkinan perkembangan fungsi pantai, laut dan daerah sekitarnya, secara konseptual usaha pengembangan dan pengendalian tanah pantai dapat dipertimbangkan sebagai berikut :

• Pengembangan pantai secara mengelompok.

• Sehubung dengan usaha pemanfaatan dan penggunaan tanah pantai tesebut, usaha pengaturan dan pengendalian perlu pula dilandasi oleh peraturan-peraturan serta pengendalian yang baik (Mulyadi, 2005:96)

1.5.4. Pengembangan Pariwisata

Pengembangan adalah salah satu bagian manjemen yang menitik beratkan padaimplementasi potensi budaya harus dilaksanakan dengan rentang waktu, berapalangkah sistematis yang dapat mengarah pada pencapaian hasil,dan hasil yangdicapai diharapkan pada perencanaan manajeman dengan kegiatan yang sangatspesetif untuk mencapai tujuaan visi, tujuan, dan sasaran dari rencana tersenut. Pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan penggunaan berbagai sumber daya pariwisata mengintegrasikan segala bentuk aspek diluar pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung akan kelangsungan pengembangan pariwisata.(Swarbooke1996:99)terdapat beberapa jenis pengembangan, yaitu :

a. Keseluruhan dengan tujuan baru, membangun atraksi di situs yang tadinya

Dokumen terkait