• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Pariwisata Pantai Muara Indah Gunungsitoli (Studi Pada Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda Dan Olahraga Kota Gunungsitoli -Nias)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Strategi Pengembangan Pariwisata Pantai Muara Indah Gunungsitoli (Studi Pada Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda Dan Olahraga Kota Gunungsitoli -Nias)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu Negara yang terdiri dari lima pulau besar, diantara nya Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Dan selain itu juga terdapat beribu pulau kecil yang terbentang dari Sabang sampai Marauke yang memiliki sumber daya alam yang melimpah serta memiliki keanekaragaman bahasa, suku, agama, adat istiadat, dan budaya. Selain memiliki sumber daya alam yang melimpah secara geografis Indonesia terletak cukup strategis yaitu berada di titik silang lalu lintas dan perdagangan dunia. Keanekaragaman serta kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia tersebut menjadi satu kesatuan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Melihat pada fakta tersebut diatas , seharus Indonesia mampu menjadi Negara yang maju dan mampu membawa rakyatnya hidup dalam kesejahteraan. Kekayaaan alam yang dimiliki Indonesia sangat melimpah. Apabila dapat dikelola dengan baik , hal ini dapat berpotensi besar dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan begitu masyarakat akan hidup dalam taraf yang baik, dan mampu bersaing dengan dunia luar. Selain itu, masyarakat tidak akan tergantung kepada Negara dalam hal ini adalah pemerintah.

(2)

Sektor pariwisata merupakan salah satu potensi produktif yang sampai saat ini terus dikembangkan sebagai sumber pendapatan. Karakteristik alam dan tata nilai kehidupan masyarakat sangat memungkinkan untuk dikembangkan sebagai potensi wisata. Sektor pariwisata yang menjadi kebanggan Indonesia adalah banyaknya objek wisata pantai yang tersebar diseluruh Indonesia, yang memiliki keindahan alam, keunikan budaya dan memiliki daya tarik tersendiri untuk mendatangkan wisatawan, baik wisatawan local maupun wisatawan luar negri untuk berkunjung ke objek wisata pantai di Indonesia. Sector pariwisata ini harus dikelola oleh orang-orang yang ahli dalam kepariwisataan, sehingga para ahli tersebut dapat menggali potensi objek wisata pantai sehingga mendatangkan keuntungan dan pendapatan yang besar bagi Negara.

Bahwa dalam suatu pembangunan kepariwisataan harus mempertimbangkan berdasarkan kewilayahan, pengembangan produk wisata lokal, pengembangan segmentasi yang berdasarkan potensi dan spesifikasi produk khusus.Kepulauan Nias merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) favorit bagi wisatawan baik domestik maupun luar negeri, terutama bagi penggemar wisata surfing yang sudah melegenda, atau pencinta eksotisme pantainya yang mempesona, maupun atraksi budaya dan seni tradisional yang selalu mengundang decak kagum setiap pengunjungnya.

(3)

Pasca pemekaran Kabupaten Nias menjadi 4 (empat) Kabupaten dan 1 Kota, konsentrasi kunjungan wisatawan sudah terfokus pada daerah tujuan wisata yang telah masuk dalam teritorial masing-masing daerah otonom. Seperti halnya Pantai Sorake dan Lagundri, serta Perkampungan Tradisional Bawomataluo yang sekarang sedang dalam proses menjadi desa warisan dunia oleh UNESCO di Kabupaten Nias Selatan, atau Pulau Asu yang dikenal sebagai “Paradise on the Earth” (Surga Dunia) di Kabupaten Nias Barat yang dulunya berada dalam wilayah Kabupaten Nias.

Kota Gunungsitoli yang memiliki posisi strategis sebagai Pintu Gerbang menuju ke-empat Kabupaten lainnya di Pulau Nias karena dua jalur transportasi vital yakni Bandar Udara Binaka dan Pelabuhan Angin berada dalam wilayahnya, namun posisi strategis terebut tidaklah mampu dimaksimalkan dalam hal meraup jumlah kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Tabel 1.1 :

Perbandingan Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Domestik ke Gunungsitoli dan Nias Selatan

Tahun Mancanegara Domestik

Gunungsitoli Nias Selatan Gunungsitoli Nias Selatan 2009 151 orang 6.889 orang 22.598 orang 18.078 orang 2010 174 orang 440 orang 22.652 orang 14.442 orang

2011 182 orang 1.250 orang 22.894 orang 14.475 orang

Sumber

(4)

mampu berbenah dan menangkap peluang ini maka secara otomatis Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan masyarakat Kota Gunungsitoli akan terdongkrak.

Dalam upaya menjaring wisatawan ke Kota Gunungsitoli, perlu adanya upaya ekstra keras dan berani tampil beda dalam memunculkan hal-hal yang baru dengan memanfaatkan dan mengembangkan potensi yang sudah ada. Muara Indah adalah satu kawasan objek wisata pantai yang juga berada dalam wilayah Kota Gunungsitoli, Kepulauan Nias, berjarak kurang lebih 16 km dari kota Gunung Sitoli

Gambar 1.1

Letak peta lokasi panti muara indah

Letak Peta: Kabupaten-Kota:

(5)

kesenian maupun budaya serta acara seremonial, seperti camping ground, kebaktian padang

Umumnya, Pantai Muara Indah ramai dikunjungi wisatawan pada hari libur/ hari besar lainnya. Sesuai dengan keterangan yang di peroleh penulis melalui wawancara dengan narasumber, Jumlah pengunjung wisatawan Muara Indah saat ini menurun dimana rata-rata pengunjung hanya 5-10 orang perhari. Ini dikarenakan sejak terjadinya pemekaran Kabupaten/Kota di Kepulauan Nias Provinsi Sumatera utara pada tahun 2009, kawasan ini menjadi perebutan status antara milik Kabupaten Nias atau milik Kota Gunungsitoli. Sekarang ini status Muara Indah sudah menjadi hak milik Pemerintahan Kota Gunungsitoli yang di kelola oleh Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga. Dikarenakan telah terjadinya pemakaran dikepulauan Nias, maka setiap Kabupaten berolmba dalam meningkatkan dan memasarkan kualitas industry pariwisata masing-masing daerah. Salah satu hal ini juga yang menyebabkan pengunjung wisatawan Muara Indah menurun.

(6)

Untuk meningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Gunungsitoli, khusunya dalam meningkatkan pariwisata diperlukan usaha-usaha dan membutuhkan strategi yang tepat guna. Strategi merupakan penentuan cara yang harus dilakukan agar memungkinkan memperoleh hasil yang optimal, efektif, dan dalam jangka waktu yang relatif singkat serta tepat menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam sisi lain perencanaan dan pengelolaan objek pariwisata di Kota Gunungsitoli masih mengandalkan pada instansi pemerintah dan swasta, yang tentunya manfaat ekonomi lebih banyak dinikmati oleh pemerintah pusat dan swasta, sedangkan kondisi masyarakat sekitar obyek wisata sendiri, yang masih minus dari segi ekonominya, perlu ditingkatkan kesejahteraan hidupnya. Hal ini terjadi, karena pemerintah masih menganggap kesiapan sumber daya manusia masyarakat local belum mampu mengelola wisata alam secara mandiri dan professional, sehingga pemberdayaan masyarakat local terkesan masih bersifat kurang tercukupi. Semestinya pemerintah mengikut sertakan masyarakat local dalam industry wisata alam diawali dengan program pembinaan, penyuluhan, pendampingan, dan bimbingan pada masyarakat local. Peran serta masyarakat dapat berupa kesempatan usaha jsa wisata, serta partisipasi dalam perencanaan dan pengelolaannya.

Dalam pengembangan daya tarik wisata diperlukan adanya dukungan publikasi dan promosi baik tingkat local, nasional, maupun internasional. Karena keberhasilan pengembangan maupun upaya peningkatan kualitas pariwisata tergantung pada keefektifan kegiatan promosi dan dibutuhkan adanya kegiatan pusat informasi wisata. Selain itu, keberhasilan pengingkatan kualitas objek daya tarik wisata sangat tergantung pada keseriusan pemerintah daerah serta kesadaran masyarakat. Keseriusan pemerintah daerah mulai dari perencanaan, pengembangan, dan pengendalian.

(7)

Setelah penulis melakukan observasi awal pada lokasi penelitian, ada beberapa permasalahan yang terjadi di Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Gunungsitoli dalam pengembangan Pariwisata Pantai Muara Indah, diantaranya.

Pertama, kurangnya Sumber Daya Manusia yang berbasis kepariwisataan di Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (DISPARBUDPORA) Kota Gunungsitoli.

Kedua, tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana dalam hal sistem informasi seperti website, untuk mempromosikan obyek pariwisata yang ada di Kota Gunungsitoli.

Ketiga, kurangnya pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) di Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Gunungsitoli, untuk perkembangan pariwisata.

Keempat, Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga di Kota Gunungsitoli, kurang kerjasama dengan masyarakat DARWIS ( Sadar Pariwisata), untuk mengadakan pertemuan baik secara formal maupun informal dengan tujuan mengembangkan pariwisata yang ada di Kota Gunungsitoli.

Kelima, Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Gunungsitoli telah membuat desain/maket pengembangan objek wisata Pantai Muara Indah dalam perencanaan pembangunannya membutuhkan dana yang begitu besar, kurangnya dana membuat proses perencanaan pembangunan Pantai Muara Indah terhambat.

Keenam, kurangnya pembinaan dan pengawasan secara berkala dilapangan oleh Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Gunungsitoli. Sehingga Pantai Muara Indah sangat sepi dari pengunjung. Biasanya ramai pada saat hari libur dan hari besar lainnya, namun pada hari biasa pengunjung diperkirakan rata-rata dalam seharinya 5-10 orang bahkan terkadang dalam sehari pengunjung tidak ada menurut pedagang yaitu bapak Helumbowo Zendrato yang berjualan di Pantai Muara Indah Kota Gunungsitoli.

(8)

Pantai Muara Indah ( Studi pada Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Gunungsitoli - Nias )”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengangkat rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1.

Bagaimanakah Strategi Pengembangan Pariwisata Pantai Muara Indah

yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga

Kota Gunungsitoli - Nias

2.

Bagaimanakah Analisis SWOT yang diteliti terhadap Strategi

Pengembangan Objek Pantai Muara Indah Kota Gunungsitoli – Nias

1.3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentunya ingin mencapai suatu sasaran yang hendak dicapai atau suatu tujuan yang diharapkan untuk menghasilkan suatu hasil penelitian. Suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan empiris pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan itu sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban terhadap perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, adapun yang menjadi tujuan peneliti adalah sebagai berikut:

1.

Menggambarkan Strategi Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda

dan Olahraga Kota Gunungsitoli melalui dokumen strategi

pengembangan yang telah dibuat dalam mengembangkan objek

wisata Pantai Muara Indah.

(9)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan hasil penelitian yang dilakukan. Adapun yang menjadi manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1.

Bagi penulis, bermanfaat untuk mengembangkan kemampuanmenulis

karya ilmiah dalam menganalisa permasalahan di lapangan;

2.

Bagi instansi, penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber

informasi dan pengetahuan tentang startegi manajemen dinas pariwisata

dalampengembangan objek wisata Pantai Muara Indah di Kota

Gunungsitoli – Niasselain itu sebagai sumbangan pemikiran, saran dan

sebagai bahanpertimbangan bagi Dinas Pariwisata Kebudayaan

Pemudan dan Olahraga Kota Gunungsitoli-Nias

3.

Secara akademis, penelitian ini diharapkan akan mampu

menyumbangkhasanah ilmiah dan kepustakaan baru dalam penelitian

sosial.

1.5. Kerangka Teori

Untuk menerangkan suatu permasalahan yang terjadi dalam masyarakat maka diperlukan asumsi-asumsi, konsep ataupun proposisi-proposisi yang secara ilmiah telah diteliti untuk kemudian dihubungkan dengan konsep-konsep yang lainnya. Asumsi-asumsi, konsep ataupun proposisi-proposisi ini yang oleh Masri Singarimbun didefinisikan sebagai teori. Kerangka teori membantu peneliti dalam mengkonstruksi pemahaman terhadap realita yang ada dalam masyarakat yang akan diteliti.

1.5.1. Strategi

(10)

ditetapkan sebelumnya. Selain itu pula bahwa strategi adalah suatu cara atau langkah-langkah yang harus ditempuh oleh perusahaan dalam mencapai tujuannya dalam menentukan persaingan dengan para kompetitornya.

Strategi secara umum adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang befokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Sedangkan secara khusus strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompensasi inti di dalam bisnis yang dilakukan, untuk mengetahui defenisi mengenai startegi lebih mendalam, berikut ini beberapa definisi yang menurut para ahli mengenai strategi :

Menurut William F. Glueck Lawarance Jauch, strategi adalah :

“ sebuah rencana yang disatukan, luas dan diintegrasi, yang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan direncanakan untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi”.

Menurut kamus Wikipedia :

“ Starategi diartikan sebagai suatu perencanaan jangka panjang suatu kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Hutabarat dan Huseini (2008) menyatakan bahwa definisi strategi dari aspek manajemen adalah : arah dan cakupan jangka panjang organisasi untuk mendapatkan keunggulan melalui konfigurasi sumber daya alam dan lingkungan yang berubah untuk mencapai kebutuhan pasar dan memenuhi harapan pihak yang berkepentingan”.

Menurut Chandler dalam Freddy Ranguti (2001)

(11)

tujuan tersebut. Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi disusun”. Menurut Learned, Cristen, Andrews, dan Guth, dalam Freddy Ranguti (2001) “ Strategi merupakan alat untuk meciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu focus strategis adalah memutuskan apakah strategi itu harus ada ataupun tidak ada”

Dapat disimpulkan bahwa dari definisi diatas tersebut memberikan penjelasan strategi merupakan suatu rencana permanen atau cara terbaik dan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk sebuah kegiatan di dalamnnya termasuk formulasi tujuan dan kumpulan rencana kegiatan untuk memperoleh suatu keberhasilan. Hal ini mengidentifikasikan adanya upaya memperkuat daya saing pekerjaan kegiatan dalam mengelola organisasi dan mencegah pengaruh luar.

Cara berfikir strategic yang terjadi pada intensitas dan tingkat kekompleksan yang semakin besar inilah yang kemudian memunculkan suatu kebutuhan akan adanya suatu pola atau model yang lebih terstruktur dan sistematis yang membantu para pembuat keputusan (decision Maker) untuk secara lebih sederhana dapat memandang dan menganalisis permasalahan serta merumuskan suatu strategi yang mampu memberikan hasil terbaik. Hal inilah yang kemudian dikenal dengan istilah manajemen strateg

1.5.1.1. Ciri-ciri dan Manfaat Strategi

(12)

1.5.1.1.1. Ciri – Ciri Strategi

2.

Mempengaruhi setiap tingkat manajemen.

Keputusan dari rangkaian kegiatan strategi akan mempengaruhi setiap

tingkat manajemen strategi mulai dari manajemen tertinggi hingga

manajaemen terendah dari organisasi. Namun pemberlakuan dari strategi

tersebut menjadi tanggung jawab seorang manajemen tertinggi.

3.

Menimbulkan pengaruh dalam jangka panjang.

Pembuatan putusan-putusan strategi dapat dibuat dalam waktu yang lebih

singkat namun sebuah keputusan yang di buat dalam waktu singkat

tersebut akan berpengaruh terhadap jangka panjang dari akivitas sebuah

organisasi.

4.

Berwawasan masa depan.

Putusan strategi dimaksudkan untuk pedoman pelaksanaan kegiatan

dimasa yang akan datang oleh karenanya putusan strategi didasari oleh

sebuah analisis yang menyangkut masa yang akan datang seperti peluang,

ancaman, kekuatan dan kelemahan dari organisasi.

5.

Mempengaruhi seluruh bagian organisasi.

Bagian dari organisasi merupakan sebuah system yang saling berhubungan

antara satu dengan yang lain. Maka ketika putusan-putusan startegi

mempengaruhi satu bidang maka secara otomatis akan mempengaruhi

bidang yang lain. Tentunya besar kecilnya pengaruh tergantung kepada

seberapa besar tingkat keterkaitan atau ketergantungan satu bidang

dengan bidang lainnya.

6.

Berwawasan terbuka.

Setiap kegiatan yang terjadi dalam sebuah organisasi tentu saja selalu

dipengaruhi oleh berbagai hal yang terdapat di luar orgaisasi. Oleh

karenanya keputusan strategi itu harus berwawasan terbuka karena dapat

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di luar organisasi.

(13)

Manajer tertinggi merupakan orang yang paling bertanggung jawab dalam

berjalannya sebuah organisasi. Namun tidak jarang terjadi dalam

pengambilan keputusan sehari-hari manajer tingkat yang lebih rendah

harus membuat berbagai keputusan dalam kegiatannya oleh karena itu

putusan strategi menjadi sebuah landasan kerangka berpikir dari manajer

tingkat yang lebih rendah untuk mengambil sebuah keputusan sehingga

tidak bertentangan dengan manajer tertinggi dan arah tujuan organisasi.

8.

Membutuhkan sumber daya.

Sebuah keputusan strategi akan memerlukan penambahan sumber daya

yang relevan untuk mendukung dan menjalankan strategi tersebut.

1.5.1.1.2. Manfaat Strategi

Sebuah strategi dibuat dalam sebuah organisasi tentu saja memiliki manfaat untuk organisasi tersebut, baik itu menyangkut tentang bagaimana organisasi dapat berjalan, dapat berkembang menunjukkan pertumbuhan kearah yang positif, mampu bertahan bahkan mampu untuk menjadi sebuah sector organisasi yang unggul dibandingkan organisasi lainnya. Oleh karena itu Crown Dirgantaro (2001) memberikan beberapa manfaat dari strategi untuk memperjelas pernyataan diatas, seperti di bawah ini :

1.

Sebagai sarana untuk mengkomunikasikan tujuan organisasi dan

menentukan jalan mana yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan.

2.

Untuk meningkatkan keuntungan organisasi walaupun kenaikan

keuntungan organisasi bukan secara otomatis dengan menerapkan

strategi.

3.

Membantu mengidentifikasi, memprioritaskan dan mengeksploitasi

peluang.

4.

Menyiapkan pandangan terhadap manajemen problem.

5.

Menggambarkan

framework

untuk meningkatkan koordinasi dan

control terhadap aktivitas.

(14)

7.

Memungkinkan keputusan utama untuk mendukung tujuan yang

ditetapkan.

8.

Memungkinkan alokasi waktu dan sumber daya yang efektif.

9.

Membantu perilaku yang lebih terintegrasi.

1.5.1.2. Tingkatan Strategi

Strategi sebagai upaya untuk mencapai tujuan organisasi juga mengenal berbagai macam tingkatan strategi, strategi yang ada dalam organisasi itu sendiri terdiri dari dua macam yaitu strategi direncanakan (intended strategy) ataupun strategi yang tidak direncanakan (emergent strategy). Strategi yang direncakan adalah strategi yang telah dirumuskan sebelum dilakukan sebuah kegiatan, sedangkan strategi yang tidak direncakan adalah strategi yang muncul kemudian merupakan sebuah solusi terhadap perubahan-perubahan yang tidak diperkirakan pada saat dilakukan perencanaan.

Dalam setiap organisasi terdapat empat tingkatan strategi (Pontas M Pardede,Op.Cit 317) :

a)

Enterprise Strategy

atau Strategi Kemasyarakatan

Strategi ini berkaitan dengan respons masyarakat. Strategi enterprise akan

terlihat bagaimana relasi antara organisasi dan masyarakat luas, sejauh

interaksi itu dilakukan akan dapat memberikan keuntungan bagi organisasi

Strategi itu juga menampakkan bahwa organisasi sungguh-sungguh

bekerja dan berusaha untuk memberi pelayanan yang baik terhadap

kebutuhan masyarakat.

b)

Corporate Strategy

atau Strategi Tingkat korporasi

Strategi ini berkaitan dengan misi organisasi, sehingga sering disebut

Grand Strategy

yang meliputi bidang yang digeluti oleh suatu organisasi.

Bagaimana misi itu dijalankan merupakan sebuah kunci utama dari srategi

ini. Pada tingkatan ini keputusan-keputusan strategi dan perencanaan

strategi yang selayaknya juga disiapkan oleh setiap organisasi.

(15)

Strategi pada tingkat ini menjabarkan bagaimana merebut pasaran di

tengah masyarakat,serta dapat menciptakan suatu perbedaan dengan

organisasi lain. Yang mana hal tersebut dimaksudkan untuk dapat

memperoleh keuntungan-keuntungan menunjang berkembangnya

organisasi ke tingkat yang lebih baik.

d)

Functional Strategy

atau Strategi di tingkat Fungsional.

Strategi tingkat fungsional berbeda dengan strategi tingkat lainnya,

starategi ini bermanfaat bagi para anggota organisasi untuk mengarahkan

perilaku anggota organisasi sedemikian rupa sehingga strategi-strategi

digerakkan olehnya. Strategi ini merupakan strategi pendukung dan untuk

menunjang suksesnya strategi lain. Ada tiga jenis strategi functional yaitu :

a)

Strategi functional ekonomi, yaitu mencakup fungsi-fungsi yang

memungkinkan organisasi hidup sebagai satu kesatuan ekonomi yang

sehat, antara lain yang berkaitan dengan keuangan, pemasaran, sumber

daya, penelitian dan pengembangan.

b)

Strategi functional manajemen, mencakup fungsi-fungsi manajemen

yaiu

planning, organizing, implementating, controlling, staffing,

leading, motivating, communicating, decision making,

respresenting,

dan

integrating

.

c)

Startegi isu Stratejik, fungsi utamanya ialah mengontrol lingkungan,

baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang

belum diketahui atau yang selalu berubah

1.5.1.3. Perumusan Strategi

Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategis dan keuangan perusahaan, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut dalam rangka menyediakan customer value terbaik.

(16)

1.

Mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki oleh perusahaan di

masa depan dan menentukan misi perusahaan untuk mencapai visi

yang dicita-citakan dalam lingkungan tersebut.

2.

Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur

kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan

dihadapi oleh perusahaan dalam menjalankan misinya.

3.

Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success factors)

dari strategi-strategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya.

4.

Menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi berbagai

alternatif strategi dengan mempertimbangkan sumberdaya yang

dimiliki dan kondisi eksternal yang dihadapi.

5.

Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka

pendek dan jangka panjang.(Hariadi,2005).

1.5.1.4 Manajemen Strategi

Manajemen Strategi berasal dari dua kata yakni kata manajemen dan strategi. Manajemen Strategi merupakan sebuah ilmu yang pada akhir abad ke-20 menjadi sangat terkenal dan popular. Bahkan dianggap sebagai kunci sukses bagi para manajer. Manajemen strategi merupakan semua aktivitas yang menyebabkan timbulnya perumusan sasaran-sasaran dari organisasi, pemilihan strategi dan sebuah evaluasi dari tindakan yang memungkinkan untuk tercapainya tujuan dari organisasi secara maksimal.

Menurut Husein Umar (1999) :

(17)

Menurut Budi Santoso:

“Manajemen Strategi adalah perencanaan berskala besar yang berorientasi pada jangka panjang (Visi) dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak, agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (Misi) dalam usaha menghasilkan sesuatau yang berkualitas yang diarahkan pada optimalisasi pencapian tujuan dan berbagai sasaran organisasi.

Untuk memudahkan pemaham mengenai manajemen strategi Purnomo Setiawan memberikan visualisasi mengenai proses manajemen strategi seperti terlihat dibawah ini.

Tabel 1.2 :

Proses Manajemen Strategi

Hunger dan Wheleen (2003:11)

Dari gambar yang ditampilakan untuk mempermudah pemahaman maka akan dijelaskan satu persatu :

a.

Analisis Lingkungan

(18)

b.

Menentukan dan menetapkan arah organisasi

Dalam konteks pembahasan mentukan dan menetapkan arah tujuan organisasi akan membahas pertama yakni mengapa organisasi tersebut berdiri dan kemudian apa yang menjadi tujuan organisasi tersebut.

c.

Formulasi Strategi

Formulasi strategi bermakna pada perumusan strategi-strategi yang

ditempuh untuk mencapai tujuan yang telah dikemukakan sebelumnya.

Kemudian dari berbagai strategi yang dirumuskan dilakukan pemilihan

startegi yang relevan dengan keadaan organisasi.

d.

Implementasi Strategi

Setelah sebuah strategi diformulasikan, strategi tersebut tentunya

dikembangkan secara logis dalam bentuk tindakan nyata hal inilah yang

disebut dengan implementasi strategi atau penerapan strategi dalam

aktivitas organisasi.

e.

Pengendalian Strategi

Pengendalian strategi bermakna kepada pemantauan dan pengevaluasian

proses manajemen strategi, dengan maksud untuk memperbaiki dan

memastikan bahwa system yang telah berfungsi sebagaimana semestinya.

Setalah memahami makna dari strategi dan makna yang terkandung dalam manajemen strategi maka ada beberapa pembahasan yang akan lebih diperhatikan dalam strategi yakni mengenai formulasi strategi, Implementasi strategi dan evaluasi strategi.

1.5.1.4.1Formulasi Strategi

(19)

eksternal lingkungan dari organisasi yang mana untuk mempermudah analisis isu lingkungan internal dan eksternal organisasi diperlukan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah analisis yang memberikan gambaran mengenai kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang berpengaruh dalam organisasi. Dengan dilakukannya analisis ini akan memperoleh gambaran kearah mana organisasi akan dibawa dan hal-hal apa yang menjadi langkah-langkah untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.

Tujuan organisasi pada umumnya dituangkan dalam Visi, Misi dan Tujuan organisasi. Visi menunjukkan suatu keadaan atau tingkatan prestasi yang diinginkan atau diharapkan oleh organisasi yang akan terwujud pada satu titik waktu tertentu dimasa yang akan datang. Sedangkan misi merupakan sebuah penjelasan mengenai apa yang akan dilakukan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya. Misi ini akan membantu dalam hal memfokuskan organisasi lama pencapaian tujuan, mencegah terjadinya konflik dalam organisasi, memberikan dasar bagi pengalokasian sumber daya yang ada serta sebagai dasar untuk pengembangan organisasi.

Dengan demikian tujuan organisasi dapat disimpulkan sebagai apa yang menjadi alasan organisasi tersebut berdiri serta menunjukkan apa yang akan dicapai dan diwujudkan oleh organisasi dengan mendirikan organisasi tersebut.

1.5.1.4.2. Implementasi Strategi

(20)

Tabel 1.3 :

Berbagai Kemungkinan Formulasi dan Implementasi Strategi

Formulasi Strategi

BAIK BURUK

BAIK SUCCES ROULETTE

Implementasi

Strategi TROUBLE FAILURE

BURUK

Thomas V. Bonoma (1996:102)

Agar lebih jelas mengenal berbagai kemungkinan yang terjadi antara formulasi dan implementasi strategi diatas, maka berikut akan diterangkan satu demi satu. Keterangan gambar :

1.

Success

Apabila organisasi mampu memformulasikan strategi dengan baik serta

mampu mengimplementasiakan dengan baik pula, maka

output-

nya

dinamakan

“Succes”

, dimana hasil inilah yang paling diinginkan oleh

organisasi.

2.

Roulette

Merupakan suatu kondisi dimana formulasi strategi yang dilakukan kurang

baik atau cenderung buruk, akan tetapi dengan usaha dan penyesuaian di

sana-sini organisasi mampu untuk mengimplementasikannya dengan baik.

3.

Trouble

(21)

4.

Failure

Situasi yang paling diinginkan karena strategi yang telah diinformulasikan

dengan buruk juga diimplementasikan secara kurang baik.

Dari gambar yang disajikan diatas tampaklah bahwa keberhasilan strategi tidak hanya ditentukan oleh sebuah formulasi strategi yang baik, tetapi pengaruh juga terhadap bagaimana organisasi dan mengimplementasikan formulasi strategi yang di buat.

1.5.1.4.3. Evaluasi Strategi

Evaluasi (evaluating) adalah proses penilaian akan efektifitas strategi yang telah diterapkan terhadap hasil yang diperoleh apakah sesuai dengan apa yang diharapkan atau tidak. Apabila dari hasil evaluasi menunjukkan bahwa formulasi strategi dan implementasi strategi serta hasil yang diperoleh merupakan sebuah tujuan yang ingin dicapai telah sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh organisasi maka organisasi akan meninjau kembali letak kesalahan dari strategi tersebut apakah rumusan strategi yang bermasalah atau justru pada tahap implementasi yang salah. Data yang diperoleh dari hasil evaluasi tersebut akan digunakan sebagai analisis situasi program di masa mendatang.

Dengan demikian, manajemen strategi ini menitik beratkan pada kegitan untuk memantau dan mengevaluasi peluang dan kendala lingkungan, disamping memahami kekuatan dan kelemahan organisasi. Kegiatan formulasi, implementasi dan evaluasi strategi merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang kuat untuk mewujudkan tujuan organisasi.

1.5.1.5. Analisis SWOT

(22)

perusahaan justru dapat menciptakan pasar baru yang bisa dikuasai sepenuhnya oleh perusahan. Analisis SWOT terdiri atas:

a) Strength, yaitu kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan yang memungkinkan perusahaan tersebut dapat menguasai pasar yang dituju.

b) Weakness, yaitu kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam suatu perusahaan yang bisa menurunkan kinerja perusahaan.

c) Opportunity, yaitu peluang-peluang yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan dalam menyusun strateginya untuk meningkatkan kemampuan perusahaan.

(23)

ANCAMAN (T) Threats

Identifikasi Ancaman

ST:

Strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

WT:

Strategi yang bertujuan untuk meminimalkan

kelemahan dengan menghindari ancaman.

Sri Agustinus Wahyudi (1996:105)

a) Strategi SO (Strenght Oppurtunity), memperoleh keuntungan dari peluang yang tersedia dilingkungan eksternal.

b) Strategi WO (weakness Oppurtunity), memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang lingkungan dari luar.

c) Strategi ST (Strenght Threat), menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk menghindari ancaman yang datang dari lingkungan luar.

d) Strategi WT (Weakness Threat), memeperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman yang datang dari lingkungan luar.

(24)

1.5.1.6 Analisis SWOT Sebagai Alat Strategi

Analisis SWOT merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis strategi yang telah dibuat. Dalam menganalisis, analisis SWOT digunakan untuk membandingkan antara faktor eksternal dan faktor internal.

Tabel 1.5 :

Diagram Silang Analisis SWOT

1. Mendukung Strategi Turn Around 2. Mendukung Strategi Agresif

3. Mendukung Stratgei Defensif 4. Mendukung Startegi Diversifikasi

(Sumber : Ranguti : 1997 :47 )

a) Kuadran I : Mendukung Strategi SO

Merupakan situasi yang sangat menguntungkan karena organisasi mempunyai berbagai peluang dan kekuatan internal sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang diterapkan dalam mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy)

b) Kuadran II : Mendukung Strategi WO

Organisasi Mengahadapi peluang yang besar, dilain pihak menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Contoh strategi pada strategi turn around : integrasi horizontal melalui pembelian fasilitas persaingan, aliansi untuk memperkecil kelemahan internal organisasi yang memanfaatkan peluang-peluang eksternal.

Kelemahan l

Berbagai Peluang

Kekuatan Internal

(25)

c) Kuadran III : Mendukung Strategi WT

Organisasi berada dalam kondisi yang sangat tidak menguntungkan, menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal, organisasi harus melakukan strategi bertahan (defensive) agar organisasi tetap eksis, dengan melakukan berbagai pembenahan internal guna menghadapi ancaman yang akan datang. Contoh strategi defensive : meneger, mengurangi hutang dengan menjual salah satu divisi (divertasi) mengurangi biaya operasi dengan mengurangi pegawai (rasionalisasi).

d) Kuadran IV : Mendukung Strategi ST

Organisasi masih memiliki berbagai kekuatan internal, meskipun disisi lain menghadapi berbagai ancaman. Strategi yang harus dikembangkan adalah menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang dalam waktu jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi : penggunaan R&D (Rosearch & Development) untuk menciptakan produk atau jasa yang ditawarkan oleh organisasi pesaing (penghindaran kompetensi secara langsung).

1.5.2. Pembangunan

(26)

Tema pertama adalah koordinasi, yang berimplikasi pada perlunya suatu kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tema kedua adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam seluruh aspek kehidupan. Ada pun mekanismenya menuntut kepada terciptanya kelembagaan dan hukum yang terpercaya yang mampu berperan secara efisien, transparan, dan adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti pembangunan harus berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilai-nilai moral dan etika umat.

Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam :

Siagian

memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”.

Ginanjar Kartasasmita

memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu

proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan

secara terencana”.

Rogers and Shoemaker

Pembangunan ialah “ Suatu jenis perubahan social, dimana ide-ide baru di

perkenalkan pada suatu system social untuk menghasilkan pendapatan

perkapita dan tingkat kehidupan yang lebih tinggi melalui metode

produksi yang lebih modern dan organisasi social yang lebih baik.

Pembangunan adalah modernisasi pada tingkat system nasional

Dissaynake

(27)

berusaha melibatkan sebanyak mungkin anggota masyarakat dalam

usaha ini dan menjadikan mereka penentu dari tujuan mereka sendiri

Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran yang mengidentikkan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan dengan 2westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan, di mana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan.

Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisikan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan.

Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro (commuinity/group). Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi.Sebagaimana dikemukakan oleh para ahli di atas, mendefinisikan arti pembangunan ialah sebuah proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat tanpa merusak lingkungan alam dan cultural, sehingga saya pun menarik garis besar bahwa pembangunan dapat di kategorikan sebagai perkembangan.

(28)

Selanjutnya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu-ilmu sosial, para Ahli manajemen pembangunan terus berupaya untuk menggali konsep-konsep pembangunan secara ilmiah. Secara sederhana pembangunan sering diartikan sebagai suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang dimaksud adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang pula ada yang mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga pertumbuhan. Seiring dengan perkembangannya hingga saat ini belum ditemukan adanya suatu kesepakatan yang dapat menolak asumsi tersebut. Akan tetapi untuk dapat membedakan keduanya tanpa harus memisahkan secara tegas batasannya, Siagian (1983) dalam bukunya Administrasi Pembangunan mengemukakan, “Pembangunan sebagai suatu perubahan, mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang, sedangkan pembangunan sebagai suatu pertumbuhan menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam pembangunan.”

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan/perluasan (expansion) atau peningkatan (improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat.

1.5.2.1. Pelaku-pelaku Pembangunan

Rahim (Schramm dan Lerner,1976) dalam buku Pembangunan berbasis masyarakat (2014), mengungkapkan bahwa di dalam setiap proses pembangunan, pada dasarnya terdapat dua kelompok atau “sub-sistem’ pelaku-pelaku pembangunan , yang terdiri atas :

(29)

2.

Masyarakat luas yang berpartisipasi dalam proses pembangunan, baik

dalam bentuk : pemberian input (ide, biaya, tenaga, dll), pelaksanaan

kegiatan, pemantauan, dan pengawasan, serta pemanfaatan hasil-hasil

pembangunan.

Yang dimaksud dengan sub-sistem “pemerintah dan penggerak” adalah : semua aparat pemerintahan, penyuluh (change agent), pekerja social, tokoh-tokoh masyarakat (formal dan informal) aktifitas LSM/LPSM yang terlibat dan berkewajiban untuk :

1.

Bersama-sama warga masyarakat merumuskan dan mengambil keputusan

dan memberikan legitimasi tentang kebijakan dan perencanaan

pembangunan.

2.

Menginformasikan dan atau menerjemahkan kebijakan dan perencanaan

pembangunan kepada seluruh warga masyarakat.

3.

Mengorganisir dan menggerakkan partisipasi masyarakat.

4.

Bersama-sama masyarakat melakukan pemantauan dan pengawasan

terhadap pelaksanaan pembangunan.

5.

Mengupayakan pemerataan hasil-hasil pembangunan kepada seluruh

warga masyarakat, khusus yang terlibat langsung sebagai pelaksanaan dan

atau dijadikan sasaran utama pembangunan secara adil.

Sedangkan yang dimaksud dengan sub-sistem masyarakat atau pengikut, adalah : sebagian besar warga masyarakat yang tidak termasuk dalam sub-sistem “pemerintah/penggerak” diatas, yang berkewajiban untuk :

1.

Menyampaikan ide-ide atau gagasan tentang kegiatan pembangunan yang

perlu dilaksanakan, dan cara mencapai tujuan pembangunan yang

diharapkan, baik secara langsung maupun perwakilannya yang sah dalam

suatu forum yang diselenggarakan untuk keperluan tersebut.

(30)

pemerataan hasil-hasil pembangunan secara adil sesuai dengan fungsi dan

pengorbanan yang diberikan.

3.

Memberikan masukan atau umpan balik tentang kegiatan pembangunan

yang telah dilaksanakan.

4.

Menerima dan memanfaatkan hasil-hasil pengembangan.

Sehubung dengan itu, demi keberhasilan pembangunan kedua kelompok pelaku-pelaku pembangunan perlu menjalin hubungan psikologis yang akrab, sehingga dapat terjalin komunikasi atau berinteraksi secara efektif. Di samping itu, antara pelaku-pelaku pembangunan di dalam setiap kelompoknya masing-masing juga perlu melakukan hal yang sama.

Tentang hal ini, beberapa hal berikut ini perlu mendapat perhatian dari kedua sub-sitem pelaku-pelaku pembangunan :

1.

Aparat pemerintahan/penguasa, di dalam pengambilan keputusan tentang

kebijkan dan perencanaan pembangunan harus senantiasa mau:

mendengarkan, memahami, dan menghayati aspirasi masyarakat,

memahami kondisi-kondisi dan masalah-masalah yang sedang dan akan

dihadapi masyarakat.

2.

Masyarakat harus selalu diberitahu tentang apa yang sedang dan telah

direncakan oleh penguasa, serta diberitau cara-cara yang telah dipilih

untuk melaksanakan pembangunan yang direncanakan itu. Untuk

selanjutnya, masyarakat harus akrif mempersiapkan diri untuk

berpartisipasi di dalam proses pembangunan tersebut.

(31)

1.5.3 Pariwisata

Istilah pariwisata terlahir dari bahsa sansekerta yang komponen-komponen terdiri dari Pari arinya penuh, lengkap, berkeliling, Wis (man) yang artinya rumah, property, kampung, komunitas. Atau artinya pergi terus menerus, mengembara.yang bila dirangkai menjadi satu kata melahirkan istilah pariwisata , berarti : pergi secara lengkap meninggalkan rumah(kampung) atau berkeliling terus-menerus. Dalam operasionalnya istilah pariwisata sebagai pengganti istilah tourisme (travel) di beri makna oleh pemerintah Indonesia : “ mereka yang meninggalkan rumah untuk mengadakan perjalan tanpa mencari nafkah di tempat-tempat yang di kunjungi sambil menikmati kunjungan mereka”.

Menurut Robert C.Lonati dalam Nyoman S.Pendit (2000:3) :

“ Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan persediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan , standar hidup serta menstimulasi sector-sektor produktif lainnya. Selanjutnya sebagai sector yang kompleks, ia juga merealisasi industri-industi klasik, seperti industri kerajinan tangan dan cendramata. Penginapan dan transportasi secara ekonomis juga dipandang sebagai industri”.

Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan-kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan-pelabuhan (laut/udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat, program-program kebersihan dan kesehatan, kelestarian lingkungan, dan sebagainnya, yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun wisatawan pengunjung dari luar.

Menurut Robert Mc. Instosh Shashi Kant Cupta dalam partono (2002:13)

“ pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan ini serta pengunjung lainnya”.

Menurut Prof. salah Wahab dalam Yoeti (1982:107)

(32)

sendiri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang di alaminya di mana ia memperoleh pekerjaan tetap.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat yang lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang di kunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut , guna bertamasya dan berkreasi , melihat dan menyaksikan atraski wisata di tempat lain untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam yang mencakup :

1. Keseluruhan fenomena alam maupun buatan manusia yang di manfaatkan untuk kepentingan wisatawan.

2. Kegiatan yang ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama melakukan aktifitas perjalanan.

Dengan memperhatikan factor-faktor:

1. Perjalanan dilakukan untuk sementara waktu. 2. Perjalanan dilakukan dari satu tempat ketempat lain.

3. Perjelanan itu, walaupun ada bentuknya harus selalu dikaitkan dengan bertamasya dan rekreasi, melihat dan menyaksikan atraksi-atraksi wisata 4. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah

ditempat atau daerah yang dikunjungi dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut, dengan mendapatkan pelayanan

(33)

1.5.3.1 Perencanaan Pengelolaan Pariwisata

Perencana berarti memperhitungkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dimasa yang akan datang. Perencanan dan pengelolaan pariwisata berarti untuk memenuhi kebutuhan pariwisata masyarkat dimasa mendatang. Oleh karena itu kecenderungan pertumbuhan penduduk, persediaan lahan cadangan, pertumbuhan fasilitas dan kemajuan teknologi dengan menerapkannya harus dimasukkan didalam perencanaannya tersebut. Selain itu sumber daya pengelolaan pariwisata juga sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan industri pariwisata tersebut. Sebab dalam mengelola atau memanjemen pariwisata memerlukan keahlian dan pengalaman ,bahwa “ beberapa pun banyak modal yang dimiliki pembangunan tidak akan terlaksana kecuali disertai dengan sumber daya managerial yang mampu mengelola modal itu untuk pembangunan”.

Menurut Soewarno (2002:378)mengemukakan bahwa : “ pengelolaan adalah mengendalikan atau menyelenggarakan berbagai sumber daya serta berhasil guna untuk mencapai sasaran”. Objek dan daya tarik wisata umumnya terdiri dari hayati dan non hayati dimana masing-masing memerluka pengelolaan sesuai dengan kualitas dan kuantitasnya pengelolaan objek dan daya tarik wisata harus memperhitungkan berbagai sumber daya wisatanya secara berdayaguna agar tercapainya sasaran yang diinginkan.

Tujuan perencanaan dan pengembangan pariwisata yang lebih lanjut demi meningkatkan kemakmuran secara serasi dan seimbang bisa tercapai seoptimal mungkin apabila pemerintah ikut berperan. Peran pemerintah dalam perencanaan dalam pengelolan wisata sangat menentukan perkembangan suatu objek wisata contonya dapat kita lihat dalam penyediaan infrastruktur dan memperluas jaringan kerja aparatur pihak pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan promosi umum keluar negri. Selain itu juga pemerintah berpartisipasi dalam hal penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan.

(34)

Menurut Munasef (1995:1) :

“ pengembangan pariwisata merupakan segala kegiatan dan usaha yang terkoordinasi untuk menarik wisatawan, menyediakan sarana dan prasarana, barang dan jasa , fasilitas yang di perlukan guna melayani kebutuhan wisatawan”.

Menurut Happy Marpaung (2002:79) menyatakan bahwa :

“ Hal yang perlu di perhatikan dalam pengembangan suatu daya tarik wisata yang potensial harus dilakukan penelitian, infentarisasi dan evaluasi sebelum fasilitas swasta di kembangkan.Hal ini penting agar perkembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai.

A. Yoeti (1982:285) menyatakan bahwa :

“ ada tiga faktor yang dapat menentukan berhasilnya pengembangan pariwisata sebagai satu industri, ketiga faktor tersebut diantaranya : tersedianya objek wisata , adanya fasilitas aksesibilitas, dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat. Sedangkan Amenitas yaitu tersedianya fasilitas-fasilitas seperti tempat penginapan, restoran, hiburan, transportasi lokal yang memungkinkan wisatawan berpergian ditempat-tempat tersebut sehingga serta alat komunikasi. Objek wisata merupakan akhir perjalanan wisata yang harus memenuhi syarat aksebilitas, artinya objek wisata harus mudah dicapai.

(35)

1.5.3.2 Batas Wilayah Pesisir/ Pantai

Wilayah pesisir atau pantai ialah suatau wilayah peralihan antara daratan dan lautan (Dahuri dkk, 2001 dalam Mulyadi, 2005). Apabila ditinjau dari garis pantai (coastline), suatau wilayah pesisir ( pantai ) memiliki dua macam batas (boundaries), yaitu : batas yang sejajar garis pantai (long shore) dan batasan yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross shore) (Mulyadi 2005:25)

Untuk keperluan pengelolaan, penetapan batas-batas wilayah pesisir yang sejajar garis pantai relatif mudah. akan tetapi penetapan batas-batas wilayah suatu wilayah pesisir yang tegak lurus terhadap garis pantai, sejauh ini belum ada kesepakatan. Disamping itu batas wilayah pesisir pantai dari suatu negara ke negara lain juga berbeda. Hal ini dapat dipahami karena setiap negara memiliki karakteristik lingkungan, sumber daya, dan sistem pemerintahan sendiri.

Maka untuk kepentingan pengelolaan adalah kurang begitu penting untuk menetapkan batas-batas fisik suatu wilayah pesisir secara kaku (rigid). Akan lebih berarti, jika penetapan batas-batas suatu wilayah pesisir didasarkan atas faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan (pemanfaatan) dan pengelolaan ekosistem pesisir dan lautan beserta segenap sumber daya yang ada didalamnya, serta tujuan pengelolan itu sendiri. Jika tujuan pengelolaan adalah untuk mengendalikan atau menurunkan tingkat pencemaran perairan pesisir kearah darat hendaknya mencakup suatu daratan daerah aliran sungai dimana pembuangan limbah disini akan mempengaruhi kualitas perairan pesisir.

(36)

1.5.3.3 Perencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu

Perencanaan terpadu dimaksudkan untuk mengkoordinasikan dan mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor dalam perencanaan pembangunan dalam kaitannya dengan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan. Perencanaan terpadu biasanya dimaksudkan sebagai suatu upaya secara terprogram untuk mencapai tujuan yang dapat mengharmoniskan, keterlibatan masyarakat, dan pembangunan ekonomi. seringkali keterpaduan juga diartikan sebagai koordinasi antara tahapan pembangunan diwillayah pesisir dan lautan yang meliputi : Pengumpulan dan analisis data, perencanaan, implementasi, dan kegiatan konstruksi

Dalam konteks perencanaan pembangunan sumber daya alam yang lebih luas, perencanaan sumber daya secara terpadu sebagai suatu upaya secara bertahap dan terprogram untuk mencapai tingkat pemanfaatan sistem sumber daya alam secara optimal dengan memperhatikan semua dampak lintas sektoral yang mungkin timbul. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pemanfaatan optimal adalah suatu cara pemanfaatan sumber daya pesisir dan lautan yang dapat menghasilkan keuntungan ekonomis secara berkesinambungan untuk kemakmuran masyarakat.

Sementara itu, Mulyadi (2005:28) menyarankan bahwa keterpaduan dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam, seperti pesisir dan lautan, hendaknya dilakukan pada tiga tataran (level): teknis, konsultatif, dan koordinasi. pada tataran teknis, segenap pertimbangan teknis, ekonomi, sosial, dan lingkungan hendaknya secara seimbang atau proposional dimasukkan kedalam setiap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sumber daya pesisir dan laut

Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan (pembanguan) secara terpadu (integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan. Dalam konteks inti, keterpaduan (integration) mengandung tiga dimensi Sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis.

(37)

1.5.3.4 Potensi Pembangunan Wilayah Pesisir

Potensi pembangunan yang terdapat diwilayah pesisir lautan secara garis besar dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :

1. Sumber daya dapat pulih (renewable resource)

2. Sumber daya tidak dapat pulih (non-renewable resource) 3. Jasa-jasa lingkungan (environment service)

Sumber daya dapat pulih terdiri atas hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan rumput laut, serta sumber daya perikanan laut. Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting diwilayah pesisir dan lautan. Pemanfaatan untuk industri dan sebagai komoditas ekspor baru berkembang pesat dalam beberapa dasarwarsa terakhir ini. Sumber daya perikanan laut sebagai sumber daya yang dapat dieksploitasi secara terus menerus tanpa batas. Secara nasional potensi lestari sumber daya perikanan lautan sebesar 6,7 juta ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 48% (Mulyadi , 2005 : 44)

Sumber daya tidak dapat pulih meliputi seluruh mineral dan geologi, misalnya mineral terdiri dari tiga kelas, yaitu A (mineral strategis misalnya minyak, gas) B (mineral vital, meliputi emas, timah, nikel, bauksit) dan kelas C (mineral, industri, termasuk bahan bangunan dan galian seperti granit) (Mulyadi,2005:46). Berbagai potensi sumber daya mineral wilayah pesisir dan lautan Indonesia merupakan penghasil devisa utama dalam beberapa dasarwarsa terakhir.

(38)

1.5.3.5 Permasalahan Pembangunan Wilayah Pesisir

Pengelolaan sumber daya wilayah pesisir dan lautan di Indonesia dari sudut pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dihadapakan pada kondisi yang mendua, atau berada dipersimpangan jalan. Disatu pihak, ada beberapa kawasan pesisir yang telah dimanfaatkan atau dikembangkan dengan intensif. Akibatnya indikasi telah terlampauinya daya dukung atau kapasitas berkelanjutan (potensi lestari) dari ekosistem pesisir dan lautan. Seperti pencemaran, tangkap lebih (over fishing), degradasi fisik habitat pesisir, dan observasi pantai telah muncul dikawasan pesisir.

Aktivitas perekonomian utama yang menimbulkan permasalahan pengelolaan sumber daya dan lingkungan wilayah pantai dan lautan yaitu :

1. Perkapalan dan transportasi (tumpahan minyak, limbah padat dan kecelakaan) 2. Perikanan (over fishing, pencemaran pesisir, pemasaran dan distribusi, modal

dan tingkat keahlian)

3. Budidaya peraturan (ekstensivikasi dan konservasi hutan) 4. Pertambangan (penambang pesisir dan terumubu karang) 5. Kehutanan (penebang dan konservasi hutan)

6. Industri (reklamasi dan pengerukan tanah)

(39)

1.5.3.6 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Wilayah Pesisir

Tujuan jangka panjang pembangunan wilayah pesisir pantai di Indonesia secara umum antara lain :

1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perluasan lapangan kerja dan kesempatan usaha

2. Pengembangan program dan kegiatan yang mengarah kepada peningkatan dan pemanfaatan secara optimal dan lestari sumber daya di wilayah pesisir dan lautan

3. Peningkatan kemampuan peran serta masyarkat pantai dalam pelestarian lingkungan

4. Peningkatan pendidikan, latihan, riset, dan pengembangan di wilayah pesisir dan lautan

(Mulyadi, 2005:67)

Sementara itu, sasaran pembangunan wilayah pesisir dan lautan adalah terwujudnya kedaulatan atas wilayah perairan Indonesia dan yuridikasi nasional dalam wawasan nusantara, terciptanya industri kelautan yang kokoh dan maju yang didorong oleh kementrian usaha yang erat antara badan usaha koperasi. Negara dan swasta serta pendayagunaan sumber daya laut yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, maju dan professional dengan iklim usaha yang sehat serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga terwujud kemampuan untuk mendayagunakan potensi laut guna peningkatan kesejahteraan rakyat secara optimal, serta terpilihnya kelestarian lingkungan hidup.

1.5.3.7 Dasar Pertimbangan Pengembangan Daerah Pantai

(40)

hasil laut lainnya (batu karang, tanaman laut, hutan mangrove, garam laut, dan lain-lain) serta potensi keindahan alam pantai yang dapat dinikmati

(Mulyadi 2005 :72)

1.5.3.8 Tipologi Perkembangan Daerah Pantai Ada dua jenis utama dari pola pekembangan pantai

"pertama, perkembangan daerah pantai yang intensif maupun yang efektif secara continue disepanjang daerah pantai. Pola perkembangan demikian terutama terjadi disepanjang daerah pantai di Pulau Jawa dan sebagian di Pulau Sumatera. Perkembangan tersebut terjadi karena telah berkembang jaringan sarana dan perhubungan darat yang menghubungkan daerah-daerah sepanjang pantai. Kedua, perkembangan intensif yang terjadi karena berpencar dikota-kota tertentu yang secara historis mempunyai potensi perekonomian. Dalam pola yang kedua ini perkembangan dan pertumbuhan hanya terjadi secara intensif pada lokasi-lokasi tertentu saja dengan orientasi kedalaman

(Mulyadi, 2005: 86)

Pada umunya, pola perkembangan demikian terjadi di daerah-daerah diluar Jawa dan Sumatera dimana sarana perhubungan darat yang menghubungkan daerah-daerah pantai yang masih sangat kurang.

Dari segi fungsinya, daerah pantai dapat berkembang sebagai suatu kota, suatu desa, suatu pusat kegiatan rekreasi dan sebagai suatu kegiatan fungsional khusus seperti industri, stasiun angkatan laut, pusat pengelolaan atau kegiatan khusus lainnya.(Mulyadi, 2005:84)

1.5.3.9 Pengaturan dan Pengendalian Pengembangan Daerah Pantai

(41)

berbagai permasalahan baik sosial, budaya dan politik, ekonomi maupun permasalahan fisik. Oleh karena itu pemantauan dan pengembangan penggunaan tanah pantai adalah penting sekali

(Mulyadi, 2005:89)

1.5.3.10 Konsepsi Dasar Pengembangan dan Pengendalian Pantai

Berdasarkan kecenderungan dan kemungkinan perkembangan fungsi pantai, laut dan daerah sekitarnya, secara konseptual usaha pengembangan dan pengendalian tanah pantai dapat dipertimbangkan sebagai berikut :

• Pengembangan pantai secara mengelompok.

• Sehubung dengan usaha pemanfaatan dan penggunaan tanah pantai tesebut, usaha pengaturan dan pengendalian perlu pula dilandasi oleh peraturan-peraturan serta pengendalian yang baik (Mulyadi, 2005:96)

1.5.4. Pengembangan Pariwisata

Pengembangan adalah salah satu bagian manjemen yang menitik beratkan padaimplementasi potensi budaya harus dilaksanakan dengan rentang waktu, berapalangkah sistematis yang dapat mengarah pada pencapaian hasil,dan hasil yangdicapai diharapkan pada perencanaan manajeman dengan kegiatan yang sangatspesetif untuk mencapai tujuaan visi, tujuan, dan sasaran dari rencana tersenut. Pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan penggunaan berbagai sumber daya pariwisata mengintegrasikan segala bentuk aspek diluar pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung akan kelangsungan pengembangan pariwisata.(Swarbooke1996:99)terdapat beberapa jenis pengembangan, yaitu :

(42)

b.

Tujuan baru, membangun atraksi pada situs yang sebelumnya telah

digunakan sebaai atraksi.

c.

Pengembangan baru secara keseluruhan pada keberadaan atraksi yang

dibangun untuk menarik pengunjung lebih banyak dan untuk membuat

atraksi tersebut dapat mencapai pasar yang lebihluas, dengan meraih

pangsa pasar yang baru.

d.

Pengembangan baru pada keberadaan atraksi yang bertujuan untuk

meningkatkan fasilitas pengunjung atau mengantisipasi meningkatnya

pengeluaran sekunder oleh pengunjung.

e.

Penciptaan kegiatan-kegiatan baru atau tahapan dari satu tempat ke tempat

lain dimana kegiatan tersebut memerlukan modifikasi bangunan dan

struktur.

Dalam bukunya berjudul “ Dasar-dasar pariwisata”, Gamal Suwantoro(2007), menyatakan pengembangan bertujuan untuk mengembangkan produk yang pelayanan yang berkualitas, seimbang, bertahan. Berdasarkan definisi di atas, yang dimaksud dengan strategi pengambangan adalah upaya-upaya yang dilakukan dengan tujuan memajukan, memperbaiki,danmeningkatkan kondisi kepariwisataan suatu obyek dan daya tarik wisata sehingga mampu menjadi mapan dan ramai untuk dikunjungi oleh wisatawan serta mampu memberikan suatu manfaat baik bagi masyarakat di sekitar obyek dan daya tarik dan lebih lanjut akan menjadi pemasukan bagi pemerintah.

Menurut Happy Marpaung (2002:19) :

" Perkembangan kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tempat tujuan wisata. Dalam perkembangan infrastruktur dan failitas rekreasi, keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat tujuan wisata"

(43)

pendapatan untuk wisatawan akibatnya akan menjadikan pengalaman yang unik dari tempat wisata. Menurut Baud-Bovy (1998:7) dampak pariwisata pada suatu kawasan dilihat dari aspek sosial-budaya, ekonomi lingkungan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.6

DAMPAK PEMBANGUNAN PARIWISATA DILIHAT DARI ASEPK SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN

Dampak Positif Dampak Negatif

Lingkungan Alami :

• Adanya gerkan untuk mengkonservasi lingkungan, seperti penciptaan taman-taman alam (yang menempatkan keindahan alam, hewan langka, dan lain-lain sebagai atraksi utama bagi para wisatwan

• Adanya inisiatif untuk menyediakan perawatan dan pemurnian sistem pembuangan limbah

Lingkungan Alami :

• Adanya perubahan ekosistem • Tingkat urbanisasi yang tinggi yang

menyebabkan degradasi pemandangan alami.

• Polusi laut (tidak hanya dari kegiatan pariwisata)

• Erosi pantai (pembangunan dermaga) • Pengurangan luas hutan alami, Polusi udara,

penambahan jumlah sampah.

• Penggunaan air tanah yang berlebihan • Polusi air tanah

Lingkungan Sosial Budaya :

• Peningkatan harga pembelian dan penyewaan properti dikawasan tersebut • Adanya peningkatan pendapatan, • Terbukanya kesempatan untuk bekerja

dan melakukan transaksi bisnis • Adanya persinggungan dengan adanya

kemajuan stndar kebudayaan dan pendidikan

Lingkungan Sosial-Budaya :

• Kehilangan identitas dan kebudayaan tradisional.

• Pertumbuhan tingkat kemakmuran yang terlalu cepat (dengan menjual properti yang ada)

• Adanya persaingan ekonomi yang tidak seimbang antara kegiatan pariwisata dengan kegiatan lainnya.

Lingkungan Perkotaan :

• Tingginya angka urbanisasi

• Adanya keseragaman atau kesamaan dari beberapa kawasan pariwisata

• pengembangan kawasan wisata yang melebihi kapasitas kawasan tersebut • Pembangunan bangunan secara ilegal

Lingkungan Perkotaan :

• Kemajuan jaringan komunikasi dan transportasi

• Adanya perhatian yang lebih mengenai penampilan kota secara keseluruhan • Rehabilitasi bangunan-bangunan yang

(44)

• Degradasi lingkungan perkotaan. • Perubahan tingkat estetika secara negatif • Polusi udara dan suara

perkotaan.

Sumber : (Mulyadi,2005:8)

Berdasarkan potensi dan peluang yang ada, maka pengembangan pariwisata perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan pemberdayaan ekonomi rakyat. Dalam kerangka itu pariwisata perlu mengembangkan paket-paket wisata baru seperti agrowisata atau ekowisata. Jenis wisata semacam ini selain tidak membutuhkan modal yang besar juga dapat berpengaruh langsung bagi masyarakat sekitar. Masyarakat dapat diikutsertakan dan keuntungan yang diperolehpun dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar.

Pengembangan pariwisata yang menunjang pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1.

Perlu ditetapkan berbagai peraturan yang berpihak pada peningkatan

mutu pelayanan pariwisata dan kelestarian lingkungan wisata, bukan

berpihak pada kepentingan pihak-pihak tertentu. Selain itu perlu

diambil tindakan yang tegas bagi siapa saja yang melakukan

pelanggaran terhadap aturan yang telah ditetapkan.

2.

Pengelolaan pawisata harus melibat masyarakat setempat.

3.

Promosi yang dilakukan harus beragam.

4.

Perlu menentukan DTW-DTW utama yang memiliki keunikan

dibanding dengan DTW lain, terutama yang bersifat tradisional dan

alami. Kebetulan saat ini obyek wisata yang alami dan tradisional

menjadi sasaran utama para wisatawan asing.

(45)

hal sangat penting bagi keamanan kelancaran dan kesuksusan

pariwisata.

6.

Perlu dilakukan pemerataan arus wisatawan bagi semua DTW yang

ada di seluruh Indonesia. Dalam hal ini pemerintah juga harus

memberikan perhatian yang sama kepada semua DTW. Perhatian

terhadap DTW yang sudah mandiri hendaknya dikurangi dan

memberikan perhatian yang lebih terhadap DTW yang memerlukan

perhatian lebih.

7.

Menggugah masyarakat sekitar DTW agar menyadari peran, fungsi

dan manfaat pariwisata serta merangsang mereka untuk memanfaatkan

peluang-peluang yang tercipta bagi berbagai kegiatan yang dapat

menguntungkan secara ekonomi. Masyarakat diberikan kesempatan

untuk memasarkan produk-produk lokal serta membantu mereka untuk

meningkatkan keterampilan dan pengadaan modal bagi usaha-usaha

yang mendatangkan keuntungan.

8.

Sarana dan prasarana yang dibutuhkan perlu dipersiapkan secara baik

untuk menunjang kelancaran pariwisata. Pengadaan dan perbaikan

jalan, telephone, angkutan, pusat perbelanjaan wisata dan fasilitas lain

disekitar lokasi DTW sangat diperlukan.

(46)

1.5.4.1. Tiga Paradigma Utama dalam Pengembangan Pariwisata

1.

Economically viable

, yaitu harus mampu meningkatkan pendapatan,

memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.

Socially acceptable

, yaitu harus mampu mewujudkan keadilan social,

melestarikan serta memperkokoh jati diri, kemandirian bangsa,

memperkaya kepribadian, mempertahankan nilai-nilai agama, serta

berfungsi sebagai media menciptakan ketertiban dan kedamaian dunia

(objek wisata yang potensial, jika dikelola dengan baik akan menyedot

minat wistawan mancanegara untuk berkunjung, berkumpul,saling

mengenal dan menjalin persahabatan antar sesama).

3.

Environmentally sustainable

, yaitu harus memperhatikan kelestarian

lingkungan dan berkesinambungan. Oleh karena itu pembangunan

pariwisata berbasisi masyarakat (

community based tourism

) menjadi

“azimat” yang harus dipegang oleh para penentu dan pelaksana kebijakan

pembangunan pariwisata.

1.5.4.2. Pariwisata Berkelanjutan

Berikut akan disampaikan definisi dari konsep pariwisata berkelanjutan dari berbagai sumber untuk mendalami hubungan-hubungan yang terjalin diantara berbagai pihak untuk mewujudkan kegiatan pariwisata yang berkelanjutan , Definisi pariwisata berkelanjutan yang lain adalah :

(47)

lingkungan, jika kita memaksimalkan dampak yang positif dan meminimalkan yang negatif"

Menurut Hall,pengembangan yang berkelanjutan berhubungan dengan :

“equity, theneeds of economically marginal populations, and the idea

oftechmological and social limitations on the ability of environment tomeet

present and future needs”.

Pembangunan pariwisata berkelanjutan

diartikan sebagai proses pengembangan yang tidak mengesempingkan

kelestarian sumberdaya yang dibutuhkan untuk pembangunan di masa

akan datang.

Pengertian Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan inisering diartikan

sama dengan wisata alternatif, yang diidentifikasi sebagai:“

Forms of tourism

that are consistent with natural, social, and communityvalues and which allow

both hosts and guests to enjoy positive and worthwhileinteraction and shared

experiences

(Eadington and Smith, 1992)Dalam Pembangunan Pariwisata

Berkelanjutan, penekanan berkelanjutan bahkan tidak cukup dengan

kebarlanjutan ekologis dan berkelanjutan ekonomi. Yang tidak kalah

pentingnya adalah berkelanjutan kebudayaan, karena kebudayaan merupakan

salah satu sumber daya yang sangat penting dalam pembangunan

kepariwisataan.

Perkembangan yang dilakukan dalam kerangka pariwisata mulai saat ini harus memperhitungkan dengan rinci ketersediaan sumber daya dan failitas-fasilitas penunjangnya, serta kemampuan daya tampung dari lingkungan yang digunakan untuk menghindari kerusakan yang disebabkan oleh eksploitasi.

Gambar

Tabel 1.1 :
Gambar 1.1
Tabel  1.2 :
Tabel 1.3 :
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai Pengurus Provinsi PASI DIY masa bakti 2006-2010 Jabatan : ANGGOTA KOMttK.

3.4 Mengemukakan  makna bersatu  dalam  keberagaman di  lingkungan sekitar 4.4 Berperilaku sesuai  dengan makna  bersatu dalam  keberagaman di  lingkungan sekitar

PERSATUAN ATLETIK SELURUH INDONESIA. Diberikon

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

[r]

kerjasama semua pihak berkepentingan juga diperlukan untuk memastikan budaya keselamatan yang menyeluruh dalam perubatan diagnosis

campuran tersebut telah direndam menggunakan white spirit, sehingga komposisi resipren menjadi berkurang dan meyebabkan komposisi antara polipropilena dan. resipren

Lampiran 11. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana xxi.. Secara administratif, pulau ini masuk wilayah Desa Tejang, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi