• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masyarakat Multietnik

BAB I PENDAHULUAN

D. Masyarakat Multietnik

1. Konsep Masyarakat Multietnik

Menurut Sumardjan dalam Agussalim (2004: 34) mengemukakan Masyarakat adalah orang hidup bersama menghasilkan Kebudayaan. Menurut Koetjaraningrat dalam Agussalim (2004: 34) mengemukakan Masyarakat sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh rasa identitas yang sama. Sejalan dengan pendapat diatas, Ralph Linton dalam Agussalim (2004: 34) mengemukakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang bekerjasama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan hidup bersama dan menjadi satu kesatuan.

Menurut data hasil sensus pemerintah terakhir tahun 2010, penduduk Indonesia berjumlah 237.556.363 yang tersebar di berbagai pulau di Indonesia.

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki karateristik sebagai negara multietnik. Di Indonesia diperkirakan terdapat 316 suku bangsa dengan 250 bahasa daerah (Khafi, 2010: 35). Bangsa Indonesia menyadari dan menghormati adanya perbedaan-perbedaan tersebut. Tetapi perbedaan tersebut tidak dipermasalahkan karena sejak dulu bangsa Indonesia mempunyai semboyan

“Bhineka Tunggal Ika”, yang artinya berbeda-beda tapi tetap satu.

Kebhinekan itu tetap dalam ketunggal ikaan, yaitu niat kuat dan kemauan keras mewujudkan kesatuan Indonesia dengan wawasan nusantara. Atas dasar itu, maka bangsa Indonesia menyadari pentingnya persatuan bangsa, yang dalam arti satu tidak harus sama. Dengan keberagaman ini Indonesia patut berbangga dengan

kekayaan kebudayaan yang dimilikinya. Tetapi meskipun demikian, negara Indonesia harus berhati-hati karena jika tidak maka keberagaman etnik tersebut dapat menjadi bom waktu yang siap meledak dan menghancurkan persatuan bangsa Indonesia sendiri. Kesadaran etnik yang bermunculan di berbagai wilayah di tanah air akan mengarah pada perbenturan peradaban bangsa kita. Masalah- masalah sosial akan memunculkan konflik dalam masyarakat multietnik. Untuk itu diperlukan metode yang dapat digunakan untuk mengatasi konflik berbasis etnik.

Konflik yang selama ini terjadi di Indonesia, sebenarnya dapat dicegah sejak dulu melalui proses sosialisasi dan pendidikan tetapi karena kurangnya perhatian dari pemerintah dan masyarakat, akhirnya kedua proses tersebut tidak dapat berjalan dengan baik yang akhirnya mengakibatkan konflik seperti konflik Aceh, Ambon, kerusuhan Sampit dan konflik lainnya. Meskipun cara perundingan telah menyelesaikan konflik tersebut, tetapi jika masyarakat terlebih-lebih generasi muda tidak diberikan pendidikan solidaritas maka, konflik tersebut bukan tidak mungkin terjadi dimasa yang akan datang.

2. Masalah-masalah masyarakat multietnik

Keberagaman etnik di Indonesia, jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan terjadinya konflik dan pertentangan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Hal itu disebabkan oleh;

a) Menguatnya Primordialisme dan Etnosentrisme

Primordialisme adalah sebuah pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik mengenai tradisi, adat-istiadat,

kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertamanya. Dalam kehidupanya sehari-hari suatu individu atau kelompok etnik pasti akan melakukan interaksi sosial dengan masyarakat disekitarnya yang memilik etnik yang berbeda. Dalam interaksi tersebut para pelaku dari berbagai kelompok etnik akan menyadari bahwa terdapat perbedaan kelompok di antara mereka dan akan cenderung memamerkan perbedaan etnik masing- masing. Sikap primordialisme yang berlebihan tersebut akan memunculkan sikap etnosentrisme. Sikap etnosentrisme adalah sikap membandingkan kebudayaan lain dengan kebudayaan dirinya sendiri dengan menggunakan ukuran-ukuran yang berlaku di dalam kebudayaannya. Dengan sikap etnosentrisme ini maka seorang individu atau kelompok akan menganggap remeh kebudayaan lain karena dia merasa kebudayaannyalah yang terbaik.

b) Ketidakadilan Sosial

Ketidakadilan sosial merupakan masalah serius, karena dalam masalah ini akan ada pihak-pihak yang merasa diuntungkan dan pihak-pihak yang merasa dirugikan. Di zaman modern ini masyarakat semakin sadar dengan hak-hak yang harus mereka dapatkan. Bukan hanya hak di bidang politik tetapi juga hak di bidang ekonomi, misalnya pangan, kesehatan, atau pekerjaan. Ketidakadilan sosial ini dapat menyebabkan konflik karena kelompok yang merasa dirugikan atau disingkirkan akan menuntut hak-hak mereka dengan cara-cara yang mereka anggap benar, ada yang melalu cara damai seperti perundingan dan ada juga yang melalui jalan kekerasan seperti melakukan kerusuhan bahkan pembantaian terhadap individu atau kelompok

yang mereka anggap bertanggung jawab atas ketidakadilan sosial yang mereka alami.

3. Masyarakat Indonesia Sebagai Masyarakat Multietnik

Masyarakat Indonesia terdiri dari komunitas etnik yang berbeda-beda, Komunitas etnik tersebut hidup terpisah-pisah dan masing-masing memiliki moralitasnya sendiri. Secara antropologis masyarakat Indonesia terdiri dari 500 suku bangsa dengan ciri-ciri bahasa dan budaya tersendiri. Masyarakat Indonesia ditandai dengan beragamnya perangkat aturan nilai yang digunakan untuk menata kehidupan sosial manusia dan masing-masing aturan nilai tersebut hanya berlaku bagi orang-orang yang berada dalam budaya ataupun wilayah tertentu sehinggga tidak ada sabuk pengikat kehidupan bersama.

Menurut Smith (Marzali, 2007: 23), masyarakat multietnik diikat dengan adanya dominasi kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Jadi, dalam konteks ini Smith menjelaskan bahwa telah terjadi diskriminasi rasial di dalam masyarakat multietnik.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku, bahasa, agama, adat dan istiadat. Sehingga Indonesia dapat disebut sebagai negara yang plural atau bersifat majemuk. Oleh sebab itu, Indonesia sangat terkait erat dengan masalah keamanan dan ketentraman yang tentu lebih sulit menjaganya daripada ketentraman dan keamanan masyarakat yang homogen. Contohnya keragaman etnik dan agama di Ambon yang telah menimbulkan sebuah konflik. Hal ini disebabkan masyarakat yang bersifat etnosentris, yang justru menjadi faktor utama terjadinya berbagai keretakan hubungan antarwarga.

Dalam masyarakat ada dua kemungkinan yang dapat muncul yaitu kemungkinan menerima atau menolak kemajemukan. Sikap yang lebih baik adalah menerima kemajemukan sebagai bagian dari hidup masyarakat dan berusaha hidup berdampingan antar masyarakat yang satu dengan masyarkat lain yang berbeda ras, suku, budaya, agama, bahasa dan sebagainya.

Dokumen terkait