• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORITIS TENTANG RAS DAN MASYARAKAT MULTIKULTURAL

B. Masyarakat Multikultural

1. Konsep dan Pengertian Masyarakat Multikultural

Kata masyarakat multikultural terdiri dari tiga kata yaitu masyarakat, multi, dan kultural. Masing-masing mempunyai arti dan pengertian yang berbeda-beda, baik secara etimologi maupun secara terminologi. Untuk mengawali pengertian dan konsep masyarakat multikultural tentunya terlebih dahulu dikemukakan pengertian masyarakat.

Kata masyarakat secara etimologi berasal dari akar kata Arab syaraka yang berarti ikut serta atau berpartisipasi. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata Latin socius, yang berarti kawan.83 Sedangkan secara terminologi ada beberapa pengertian masyarakat yang dijelaskan oleh para ahli. Di antaranya adalah:

a. Menurut Linton (ahli antropologi)

Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup bekerja sama sehingga dapat mengorganisasi dirinya dan

79 Asri Oktavianty, dkk, Reformasi Hukum Terhadap Kebijakan Diskriminasi Ras dan Etnis di Indonesia, hal. 163-179.

80 Rida Ahida, Keadilan Multikultural, hal. 255.

81 Siswono Yudo Husodo, Warga Baru Kasus Cina di Indonesia , hal. 36.

82 Sumanto Al Qurtuby, Arus Cina-Islam-Jawa, hal. 205.

83 Koentjaraningrat, Ilmu Pengantar Antropologi, Jakarta: PT. Rieneka Cipta, 2009, hal. 118.

berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

b. Menurut MJ. Herskovits

Masyarakat adalah kelompok individu yang dikoordinasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu.

c. Menurut JL. Jillin dan JP. Jillin

Masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar mempunyai kebiasaan tradisi sikap dan perasaan persatuan yang sama.

d. Menurut Koentjoroningrat

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

e. Menurut R. Linton

Setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dalam kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.84

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Juga dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa di antara ciri-ciri mayarakat adalah: pertama, adanya interaksi antara warga-warganya. Kedua, adanya adat istiadat, norma, hukum, dan aturan-aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah laku warga. Ketiga, adanya kontinuitas waktu. Dan yang keempat, adanya rasa identitas kuat yang mengikuti semua warga.85

Yang berikutnya adalah pengertian multikultural. Secara etimologi kata multikultural dibentuk dari kata multi yang berarti banyak dan kultural yang memiliki arti budaya. Keragaman budaya itulah arti dari multikultural. Dan kebudayaan atau kultural (culture) adalah keseluruhan sistem, gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.86 Istilah multikultural digunakan untuk menggambarkan kesatuan berbagai etnis masyarakat yang berbeda dalam suatu negara. Istilah ini memiliki tiga unsur yaitu budaya, keragaman budaya dan cara khusus untuk

84 Syafrudin, Sosial Budaya Dasar, Jakarta: TIM, 2009, hal. 25.

85 Koentjaraningrat, Ilmu Pengantar Antropologi, hal. 116.

86 Koentjaraningrat, Ilmu Pengantar Antropologi, hal. 144.

mengantisipasi keanekaragaman budaya tersebut. Kesadaran akan adanya keragaman budaya disebut sebagai kehidupan multikultural.87

Ada beberapa definisi mengenai masyarakat multikultural yang dikemukakan oleh para ahli yaitu sebagai berikut:

a. Menurut Furnifall

Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam satu kesatuan politik.

b. Menurut Clifford Gertz

Masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang terbagi dalam sub-subsistem yang kurang lebih berdiri sendiri dan masing-masing subsistem terkait oleh ikatan-ikatan primordial.

c. Menurut Nasikun

Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang bersifat majemuk sejauh masyarakat tersebut secara struktur memiliki sub-subkebudayaan yang bersifat diverse (berbeda) yang ditandai oleh kurang berkembangnya sistem nilai yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat dan juga sistem nilai dari satu-kesatuan sosial, serta seringnya muuncul konflik-konflik sosial.88

Selain berbagai definisi yang dikemukakan para ahli di atas, masyarakat multikultural dapat juga diartikan sebagai satu tatanan masyarakat yang berusaha menyikapi keberagaman kelompok kultural yang ada secara adil dan fair dengan mengakui dan memperlakukan seluruh kelompok kultural secara sama, dan mewujudkan dialog yang terbuka secara lintas kultural.89 Sehingga di dalamnya setiap individu merasa dihargai sekaligus merasa bertanggung jawab untuk hidup bersama komunitasnya. Jadi secara hakiki dalam istilah masyarakat multikultural itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik.90 Pengertian lainnya adalah suatu masyarakat yang terdiri dari berbagai elemen, seperti suku, ras, agama, pendidikan, ekonomi, politik, bahasa dan lain-lain yang hidup dalam satu kelompok masyarakat yang memiliki satu pemerintahan.91

87 Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, hal. 75.

88 Bambang Rustanto, Masyarakat Multikultur di Indonesia, hal. 40.

89 Rida Ahida, Keadilan Multikultural, hal. 27.

90 Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, hal. 75.

91 Bambang Rustanto, Masyarkat Multikultur di Indonesia, hal. 40.

Konsep tatanan masyarakat multikultural sama sebagaimana halnya dengan konsep tatanan masyarakat yang mempunyai ciri-ciri. Masyarakat kultural juga mempunyai ciri utama disamping ciri-ciri lain yang menjadikannya berbeda dengan konsep masyarakat majemuk misalnya.

Ciri utamanya adalah adanya interaksi antara warga-warganya, adanya adat istiadat, norma, hukum, dan aturan-aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah laku warga, adanya kontinuitas waktu, dan adanya rasa identitas kuat yang mengikuti semua warga.92 Untuk ciri-ciri yang khususnya akan dikemukakan selanjutnya.

Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu pada masyarakat multikultural tersebut juga memiliki beberapa unsur yang menjadi karakter utamanya. Unsur-unsur pada masyarakat multikultural tersebut yaitu: pertama, katagori sosial adalah kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri atau suatu kompleks ciri-ciri objektif yang dapat dikenakan pada manuisa itu. Kedua, golongan sosial adalah suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri terentu, mempunyai identitas sosial yang terikat oleh suatu sistem nilai, sistem norma, dan adat istiadat tertentu. Ketiga, komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang sama. Keempat, kelompok adalah orang yang memiliki kepentingan yang sama dan memiliki beberapa landasan interaksi yang sama. Kelima, perkumpulan yaitu badan hukum yang merupakan kumpulan orang didirikan untuk mewujudkan kesamaan maksud dan tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.93

Dalam perkembangannya tatanan masyarakat mengalami berbagai macam perubahan konsep dan istilah seperti masayarakat majemuk (plural society) dan kemudian menjadi masyarakat multikultural (multicultural society). Adapun konsep masyarakat multikultural sebenarnya relatif baru yaitu sekitar 1970-an. Konsep multikultural ini muncul pertama kali di Kanada. Kemudian diikuti Australia, Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan lain-lainnya.94

Konsep Masyarakat majemuk (plural society) sesungguhnya tentu sangat berbeda dengan konsep masyarakat multikultural (multicultural society).95 Kalau masyarakat majemuk adalah masyarakat yang memiliki keberagaman nilai dan karakteristik dari anggota-anggotanya.96 Dan

92 Koentjaraningrat, Ilmu Pengantar Antropologi, hal. 116.

93 Koentjaraningrat, Ilmu Pengantar Antropologi, hal. 115-120.

94 Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, hal. 75.

95Acmad Fedyani Saefuddin, “Membumikan Multikulturalisme di Indonesia,”

dalam jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI, Vol. 02 No. 1 Tahun 2016, hal. 4.

96 Rida Ahida, Keadilan Multikultural, hal. 27.

terbentuknya masyarakat majemuk (plural society) dari dipersatukannya masyarakat-masyarakat suku bangsa oleh sistem nasional, menjadi sebuah bangsa dalam wadah negara. Di antara karakternya adalah suatu masyarakat di mana sistem nilai yang dianut berbagai kesatuan sosial yang menjadi bagian-bagiannya membuat mereka kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai keseluruhan, kurang memiliki homogenitas kebudayaan atau bahkan kurang memiliki dasar-dasar untuk saling memahami satu sama lain.97

Sedangkan masyarakat multikultural (multicultural society) merupakan masyarakat yang berasal dari masyarakat majemuk yang selanjutnya mengalami perubahan (transformasi) karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Masyarakat multikultural ini juga merupakan satu tatanan masyarakat yang berusaha menyikapi keberagaman kelompok kultural yang ada pada masyarakat majemuk secara adil. Tatanan masyarakat multikultural ini juga menciptakan berbagai macam kelompok sosial seperti kelompok sosial berdasarkan ras, kelompok sosial berdasarkan bahasa, kelompok sosial berdasarkan suku bangsa, dan kelompok sosial berdasarkan perbedaan agama, sebagai wujud masyarakat yang berintegrasi dalam satu negara atau bangsa, yang sekaligus memiliki sistem nilai yang dianut.98

2. Faktor Penyebab Terjadinya Masyarakat Multikultural dan Perkembangannya

Masyarakat multikultural (multicultural society) terbentuk melalui proses pengelompokan komunitas antara kelompok masyarakat satu sama lain. Hal ini yang memungkinkan tiap-tiap masyarakat mempunyai perkembangan peradaban yang berbeda-beda. Namun pada dasarnya ada beberapa faktor utama penyebab terbentuknya masyarakat multikultural yaitu keadaan geografis, letak wilayah yang strategis, kondisi iklim yang berbeda, integrasi nasional yang berasal dari kelompok suku bangsa yang beragam, dan pengaruh kebudayaan asing.99

Jika diperhatikan perbedaan antara masyarakat multikultural (multicultural society) dan masyarakat majemuk (plural society) dalam hal pembentukannya, maka akan ditemukan faktor yang sangat penting penyebab terjadinya masyarakat multikultural masyarakat majemuk.

Masyarakat majemuk terbentuknya dari dipersatukannya masyarakat-masyarakat suku bangsa oleh sistem nasional, menjadi sebuah bangsa

97 Nasikun, Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 2006, hal. 39-40.

98 Bambang Rustanto, Masyarakat Multikultur di Indonesia, hal. 44.

99 Bambang Rustanto, Masyarakat Multikultur di Indonesia, hal. 35.

dalam wadah negara. Sehingga masyarakat majemuk adalah suatu fakta historis dan sosiologis dalam masyarakat. Artinya juga satu fakta tentang keberagaman unsur dalam masyarakat yang sudah lama ada dan dapat ditemukan pada masyarakat atau negara manapun. Berbeda dengan pembentukan masyarakat multikultural yang merupakan tatanan masyarakat ideal yang ingin diwujudkan dari realitas masyarakat majemuk yang sudah ada dengan melalui wacana multikulturalisme.100

Perbedaan lain antara masyarakat majemuk dan masyarakat multikultural yang mempengaruhi dalam pembentukannya adalah bahwa berdasarkan faktor dari dalam, suatu masyarakat sebenarnya sudah memiliki keberagaman kelompok kultural ketika pembentukannya. Dalam hal ini secara umum masyarakat majemuk memilik empat klasifikasi yang sudah ada yakni: pertama, etnis atau ethos (dalam bahasa Yunani) adalah suatu identitas yang dilekatkan pada individu atau kelompok, atas dasar geografis dalam suatu batas wilayah dengan sistem politik tertentu, berdasarkan satu keturunan atau nenek moyang dan karakteristik kultural seperti bahasa dan agama. Kedua, ras yaitu identitas seorang atau kelompok orang berdasarkan karakteristik biologis dan genetis seperti warna kulit, bentuk dan warna rambut, bentuk hidung dan sebagainya.

Ketiga, agama (religion) adalah satu ikatan atau satu hubungan yang mengikat antara manusia dan Tuhan. Yang keempat, gender yaitu satu kontruksi sosial yang membedakan antara laki dan perempuan. Keempat klasifikasi tersebut merupakan faktor dari dalam terbentuknya masyarakat majemuk. Sedangkan faktor dari luarnya seperti adanya arus migrasi dan pengungsi merupakan faktor utama penyebab terbentuknya masyarakat multikultural.101

Migrasi (migran) dan pengungsi (refugee) menjadi faktor utama terbentuknya masyarakat multikultural. Dan yang paling dominan di antara keduanya adalah migrasi. Migrasi tersebut biasanya diartikan sebagai satu perpindahan yang permanen atau sementara dari satu wilayah ke wilayah lain pada satu negara atau dari satu negara ke negara lain.102 Menurut teori Everet S. Lee bahwa faktor yang mempengaruhi mobilitas penduduk atau migrasi adalah faktor pendorong dari daerah asal dan faktor penarik dari daerah tujuan. Adapun motif utamanya orang untuk melakukan mobilitas atau migrasi tersebut adalah ekonomi.103

100 Rida Ahida, Keadilan Multikultural, hal. 29.

101 Rida Ahida, Keadilan Multikultural, hal. 33.

102 Menno S, dkk, Antropologi Perkotaan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1992, hal. 2.

103 Hadi Sabari Yunus, Megapolitan Konsep, Problematika dan Prospek, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, hal. 239.

Jadi terbentuknya masyarakat multikultural tidak terlepas dari adanya mobilitas penduduk yang berjalan secara alami. Mobilitas ini merupakan bagian dari proses evolusi sosial yaitu sebagai sebuah proses perubahan dimana satu bentuk sosio-kultural beralih ke bentuk yang lain serta yang terjadi dalam proses yang lambat dan dalam waktu yang cukup lama tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan.104

Adapun tahapan mobilitas penduduk yang berjalan seacara alami adalah sebagai berikut: Tahap pertama, sebagian besar mobilitas penduduk itu bersifat permanen, berpindah tidak untuk menetap, yang dilakukan oleh suku-suku yang hidupnya nomaden.Tahap kedua, penduduk mulai bergerak (mobil) dari daerah perkotaan yang satu ke kota yang lain, dengan kota besar sebagai tujuan utama. Tahap ketiga, migrasi dari daerah-daerah pedesaan ke kota-kota besar yang berdekatan. Tahap keempat, disebut tahap masyarakat transisi akhir (late transitional society).

Tahap ini ditandai dengan munculnya kota raya atau megacity. Tahap kelima, atau tahap masyarakat mulai maju (early advanced society), terjadi ketika jumlah penduduk perkotaan sudah melewati angka 50 %, dan mobilitas dari pedesaan ke perkotaan mulai menurun. Tahap keenam, yang disebut masyarakat maju lanjut (late advanced society), ditandai dengan terus terjadinya dekonsentrasi penduduk perkotaan. Tahap ketujuh, disebut tahap masyarakat super maju (advanced society) yang diwarnai adanya teknologi tinggi termasuk teknologi informasi.105

Pada tahap yang ketujuh inilah tampak jelas sekali pembentukan masyarakat multikultural (multicultural society) terjadi. Karena pada tahap ini masyarakat yang tadinya sebagai masyarakat majemuk (plural society) kini mengalami proses pluralisasi. Pada tahap ini masyarakat multikultural memasuki era baru yang disebut dengan era globisasi yaitu proses alami yang berkembang dan meluas tanpa hambatan ruang dan waktu, dimana perkembangan intedrasinya bersifat internasional yang didalamnya terdiri dari kemajuan tehknologi, transpotasi, komunikasi, aspek aspek kebudayaan, adanya pertukaran pandangan dunia. Pada era ini terjadi fenomena perjumpaan antarkebudayaan, bahkan antarbangsa dan antaragama, lalu mencipta apa yang disebut dengan istilah pluralisasi.106 Konsekuennya, perjumpaan tersebut tidak hanya terjadi secara fisik, tetapi

104 Stephen K Sanderson, Makro Sosiologi Sebuah Pendekatan terhadap Realitas Sosial (terjemahan Farid Wajidi, dkk), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010, hal. 63.

105 Bambang S. Sulamono, dkk, Keadilan dalam Kemajemukan, hal. 36-37.

106 Sudarto, Wacana Islam Progressif Reinterpretasi Teks Demi Membebaskan yang Tertindas, Jogjakarta: IRCiSoD, 2014, hal. 77.

juga secara non-fisik berupa ide-ide dan nilai-nilai keyakinan atau ideologi.107

Di era globalisasi tersebut masyarakat membaur begitu cepat karena berada dalam kondisi komunikasi, informasi, dan migrasi yang semakin lancar. Dengan demikian kemajemukan menjadi realitas yang tidak bisa ditampik dan dielakan keberadaannya, juga merupakan fenomena yang benar-benar terjadi yang sulit dihindarkan oleh kelompok manapun atau suku bangsa manapun.

Dalam perkembangannya masyarakat multikultural ini menjadi sebuah konsep yang berusaha menyikapi keberagaman kelompok kultural dan menjawab tantangan era globalisasi dalam menghadapi masyarakat yang plural. Tentunya dengan cara adil dan fair dalam memperlakukan seluruh kelompok yang berbeda ide-ide dan nilai-nilai keyakinan atau ideologi. Artinya tidak hanya cukup memperlakukan secara adil seluruh kelompok yang berbeda adat, suku, etnis, dan agama. Konsep yang dimaksud dalam tatanan masyarakat multikultural tersebut adalah multikulturalisme.

Ada beberapa pengertian multikulturalisme yang dikemukakan para ahli di antaranya adalah:

a. Menurut Azyumardi Azra (2007)

Multikulturalisme merupakan pandangan hidup yang mengedepankan kebersamaan atas asas perbedaan, baik perbedaan agama, politik, sampai dengan perbedaan suku bangsa.

b. Menurut Parekh (1997)

Multikulturalisme adalah kesepakatan yang dibagun atas dasar perbedaan, baik secara komunitas budaya, sejarah, kebiasaan, serta adat.

c. MenurutLawrence Blum

Multikulturalisme adalah pemahaman atas suatu idiologi yang menerima perbedaan dengan dasar kesedaran, baik secara individual ataupun kelompok.

d. Menurut Rifai Harahap (dalam M. Atho’ Muzhar, 2007)

Multikulturalisme adalah gagasan yang dibagun atas dasar cara pandang mengenai perbedaan dan mengeutamakan kebersamaan.

e. Menurut Wikipedia

Multikulturalisme adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menjelaskan persamaan atas dasar ragam perbedaan yang ada di dalam kehidupan.108

107 Bambang S. Salamon, dkk, Keadilan dalam Kemajemukan, hal. 190-191.

Dapat juga dikatakan bahwa perkembangan selanjutnya masyarakat multikultural (multicultural society) adalah masyarakat majemuk (plural society) yang terbentuk dari gagasan multikulturalisme. Multikulturalisme merupakan kesepakatan sosial yang dikarakteristikan keragaman kultural.

Masing-masing entitas yang berbeda dimensi kulturalnya melakukan kontak satu sama lain berdasarkan sikap toleransi dan saling hormat-menghormati. Dasar aturan setiap kontak dijamin dalam undang-undang, kebijakan pemerintah, bahkan di dalam praktek kultur keseharian dunia pekerjaan (peraturan-peraturan organisasi).109 Atau juga singkatnya dapat dikatakan konsep multikulturalisme pada masyarakat multikultural merupakan berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan aneka budaya yang terdapat dalam kehidupan masyarakat.110

Konsep multikulturalisme pada masyarakat multikultural memiliki bermacam bentuk. Adapun macam-macam multikulturalsime tersebut yaitu:

a. Multikulturalisme isolasionis, mengacu pada masyarakat dimana berbagai kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya minimal satu sama lain.

b. Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum minoritas.

Masyarakat ini merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural, dan memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan meraka.

Begitupun sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur dominan. Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa negara Eropa.

c. Multikulturalisme otonomis, masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kutural utama berusaha mewujudkan kesetaraan dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima. Perhatian pokok-pokok kultural ini adalah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan;

108 Indonesia Student, “5 Pengertian Multikulturalisme Menurut Para Ahli Lengkap,” dalam http://www.indonesiastudent.com/pengertian-multikulturalisme-menurut-para-ahli/. Diakses pada 27 Maret 2017.

109 Acmad Fedyani Saefuddin, “Membumikan Multikulturalisme di Indonesia,”

dalam jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI, hal. 9.

110 Bambang Rustanto, Masyarakat Multikultur di Indonesia, hal. 40.

mereka menantang kelompok dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat dimana semua kelompok bisa eksis sebagai mitra sejajar.

d. Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terfokus dengan kehidupan kultural otonom; tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-perspektif distingtif mereka.

e. Multikulturalisme kosmopolitan, berusaha menghapus batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi terikat kepada budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing.111

3. Ciri-ciri Masyarakat Multikultural

Masyarakat multikultural pada dasarnya merupakan bagian dari masyarakat majemuk. Perbedaannya terletak dalam proses pembentukannya, pada masyarakat majemuk terbentuknya karena suatu fakta historis dan sosiologis dalam masyarakat.112 Sedangkan masyarakat multikultural pembentukannya melelui proses evolusi sosial.113 Artinya masyarakat majemuk mengalami transformasi sebagai proses alamiah yang terjadi dalam sebuah tatanan masyarakat menjadi masyarakat multikultural. Namun meskipun demikian masyarakat multikultural tetap mempunyai ciri-ciri umum seperti yang dimiliki masyarakat majemuk.

Adapun ciri-ciri masyarakat majemuk tersebut di antaranya adalah:

a. Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang sering kali memiliki subkebudayaan yang berbeda satu sama lain.

b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non-komplementer.

c. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar.

d. Secara relatif sering kali mengalami konflik-konflik di antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.

e. Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi.

111 Tilaar, Multikulturalisme, Jakarta: PT. Grasindo, 2004, hal. 93.

112 Rida Ahida, Keadilan Multikultural, hal. 29.

113 Koentjaraningrat, Ilmu Pengantar Antropologi, hal. 191.

f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok yang lain.114

Selain ciri-ciri masyarakat majemuk yang tesebut di atas, juga ada beberapa ciri-ciri masyarakat perkotaan yang menyerupai dengan ciri-ciri khusus masyarakat multikultural. Masyarakat perkotaan dan masyarakat multikultural dalam pembentukannya di era globalisasi mempunyai kesamaan, di antara kesamaannya adalah sangat dipengaruhi oleh mobilitas penduduk atau migrasi. Dalam tatanan kedua bentuk masyarakat ini sama-sama membentuk tatanan masyarakat plural. Di era globalisasi tersebut masyarakat membaur begitu cepat karena berada dalam kondisi komunikasi, dan informasi yang semakin lancar.115 Ciri-ciri masyarakat yang terbentuk di era ini adalah:

a. Membentuk asosiasi-asosiasi seperti asosiasi ekonomi, politik dan religious.

b. Beraneka ragam kontak sosial, aneka ragam tata krama sosial dan predominasi hubungan-hubungan sekunder yang menandai masyarakat yang kompleks.

c. Terjadinya pengelompokan sosial, baik secara vertical maupun horizontal.

d. Spesialisasi kerja yang menjurus kepada berkembangnya profesionalisme.

e. Hubungan sosial yang bersifat kompentitif, yang mendorong individu atau anggota masyarakat mencapai prestasi tinggi.

f. Memudarnya perbedaan status kelamin dalam kedudukan posisi dan status dalam semua aspek kehidupan masyarakat.

g. Heterogenitas sosial: komunitas terbentuk dari berbagai macam kelompok seperti kelompok professional, kelompok suku, kelompok ras, kelompok kelas, kelompok bahasa, kelompok agama, dan kelompok kepentingan.116

Dari beberapa ciri masyarakat majemuk dan perkotaan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diketahui lagi lebih jelas ciri-ciri khusus yang dimiliki masyarakat multikultural. Ciri-ciri masyarakat multikultural tersebut adalah sebagai berikut:

a. Terjadi segmentasi, yaitu masyarakat yang terbentuk oleh bermacam-macam suku, ras, agama, pendidikan, ekonomi, politik, bahasa, dan lain-lain, tetapi masih memiliki pemisah berupa

114 Bambang Rustanto, Masyarakat Multikultur di Indonesia, hal. 34.

114 Bambang Rustanto, Masyarakat Multikultur di Indonesia, hal. 34.

Dokumen terkait