• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI DAN METODE

Dalam dokumen KAJIAN REPRODUKSI IKAN LEMURU (Halaman 45-49)

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2004 sampai Mei 2005 di perairan pantai timur Pulau Siberut yang termasuk pada perairan Selat Mentawai yang memisahkan Kepulauan Mentawai dengan Pulau Sumatera di propinsi Sumatera Barat.

Bahan dan Alat

Materi penelitian adalah ikan lemuru (Sardinella lemuru Blk.) sebanyak minimal 50 ekor setiap bulannya. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan Bouin, larutan Gibson, Pikrokarmin, Formalin 5%, Alkohol, Parafin, Xylol, Air, Minyak Imersi, Eosin, Hot Plate, Water Bath, Alat Sexio, Microtom, Neraca Analitis dengan ketelitian 0,1 gr, Mikroskop Stereo Binokuler, Jangka Sorong dengan ketelitian 0,05 mm, kamera, perahu motor, dan jaring ikan.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dalam dua kelompok pengamatan, yaitu pengukuran komposisi ukuran panjang dengan tingkat kematangan gonad (TKG) bulanan dalam satu tahun dan mengetahui tahapan gametogenesis melalui analisa preparat histologis gonad.

Pengukuran Komposisi Panjang dengan TKG bulanan dalam 1 tahun

Pengambilan data dilakukan dengan pengambilan sampel ikan lemuru satu kali setiap bulannya selama satu tahun. Sampel ikan yang diamati jumlahnya berdasarkan hasil tangkapan yang didapat pada saat pengambilan sampel dengan jumlah minimal 50 ekor ikan tanpa membedakan ukuran dan jenis kelamin ikan. Untuk pengamatan nisbah kelamin, panjang dan berat ikan serta tingkat kematangan gonad jumlah sampel yang diukur dan diamati adalah jumlah sampel total setiap bulannya.

27 Parameter pengamatan untuk mendapatkan data reproduksi meliputi:

1. Panjang dan berat ikan.

Panjang diukur dengan alat pengukur (jangk a sorong). Pengukuran dilakukan mulai dari ujung mulut ikan sampai pada bagian ujung pangkal sirip ekor (Fork Length ± 0,1 mm). Hasil pengukuran panjang kemudian dilakukan pengkelasan dengan interval kelas 10 mm. Pengukuran berat ikan dilakukan berdasarkan pada berat basah dan diukur dengan menggunakan neraca analitis ( W ± 0,1 g).

2. Nisbah Kelamin dan Perkembangan Gonad

Data diperoleh dengan cara membedah ikan pada bagian perut kemudian dilihat jenis gonadnya apakah testis atau ovarium. Nisbah kelamin dihitung berdasarkan pada ukuran panjang ikan dan berdasarkan waktu (bulan). Pengamatan tingkat kematangan gonad secara makroskopis didasarkan pada pengamatan TKG menurut (Gaughan dkk., 2000) adalah sebagai berikut:

Tahap 1 Dara (Immature ) – Gonad kecil, struktur belum jelas dan sulit untuk

membedakan jenis kelaminnya disebabkan ukurannya yang kecil dan struktur gonad yang belum jelas.

Tahap 2 Istirahat (Inaktif) – Gonad sangat kecil tetapi masih bisa ditentukan

jenis kelaminnya. Gonadnya lembut dan warnanya merah.

Tahap 3 Aktif (Developing) – Gonad mengisi sekitar 2/3 dari panjang rongga

perut; warnanya kuning-orange. Telur masih sulit untuk dilihat dengan mata.

Tahap 4 Siap Mijah I – Telur terlihat sangat besar dan mengisi lebih dari 2/3

rongga tubuh. Warnanya menjadi orange-kemerahan dan oosit terlihat oleh mata.

Tahap 5 Siap Mijah II – Oosit muncul dan mengisi hampir seluruh rongga perut

ikan. Telur dapat dengan mudah terlihat dalam gonad dengan melakukan pijatan dengan jari.

Tahap 6 Mijah-Salin (Partially-Spent)– Gonad memiliki bentuk yang mengeras

dan berwarna merah. Masih mengisi setengah sampai 2/3 dari rongga perut. Telur masih dapat terlihat.

28

Tahap 7 Salin I (Recently Spent ) – Ukuran gonad mengecil dan oosit tidak

terlihat lagi. Gonad sangat lembek dan masih berwarna merah. Ukurannya mengisi setengah rongga perut.

Tahap 8 Salin II (Spent) – Gonad berwarna merah dengan haemorrhaging

terlihat. Sangat lembek dan hanya setengah dari panjang rongga tubuh.

Tahap 9 Tidak aktif (Inaktif) – Gonad sangat kecil, kurang dari setengah

panjang rongga tubuh, berwarna merah dan sangat lembek. 3. Fekunditas dan diameter telur

Pengukuran fekunditas dan diameter telur dilakukan pada gonad tahap 4 dan tahap 6. Sampel telur diawetkan dengan larutan Gibson dan kemudian dihitung dengan menggunakan alat hitung. Untuk pengukuran diameter telur dilakukan dengan mikroskop yang dilengkapi mikrometer dengan jumlah sampel sebanyak 200 butir. Untuk menghitung fekunditas dilakukan dengan menggunakan metode gravimetrik (Effendi, 1979) dengan rumus sebagai berikut:

F/f = B/b dimana : (F) = Fekunditas Total, (f) = jumlah telur dari contoh (B) = Berat gonad, (b) = berat gonad contoh.

4. Gonadal Somatic Indeks (GSI)

Data ini diperoleh dengan melakukan penimbangan berat gonad dan berat ikan pada seluruh sampel baik pada ikan jantan dan betina. Pengujian nilai GSI dihitung dengan menggunakan rumus: (Sokolowska, 2002)

GSI = berat gonad x 100 / (Berat total – Berat Gonad) 5. Hubungan Panjang – Fekunditas

Untuk mengetahui hubungan antara panjang dan fekunditas ikan maka data panjang yang diambil adalah data panjang dari sampel ikan yang berada pada TKG 4-6. Data dianalisa dan diolah dengan menggunakan software SPSS Ver. 13.

29

Perkemba ngan Gametogenesis melalui analisa histologis

Untuk pengamatan tingkat perkembangan gonad secara mikroskopis dilakukan dengan membuat preparat histologis gonad. Gonad yang telah dilepaskan dari rongga perut ikan kemudian difiksasi dengan larutan Bouin selama 24 jam lalu dilakukan pencucian dengan air mengalir diteruskan dengan alkohol mulai 80% sampai 100%. Dilakukan penjernihan dengan xylol dan diinfiltrasi dengan parafin pada titik didih 600C dalam oven dan dilakukan embedding. Gonad yang telah tertanam dalam parafin kemudian dilakukan pemotongan dengan mikrotom setebal 6-7 µm lalu ditempelkan pada objek glas dan dilakukan pewarnaan dengan hematoksilin dan eosin. Setelah dijernihkan dengan xylol maka diamati preparat tersebut dengan menggunakan mikroskop.

Referensi yang digunakan untuk mengamati preparat histologis adalah menurut Gaughan dkk. (2000) sebagai berikut:

Tahap 1 Oosit belum matang dengan oosit primer (oogonia) dalam ovarium. Tahap 2 Inaktif gonad ditandai dengan oogonia yang kecil.

Tahap 3 Ovari berkembang dengan sel primer yang mulai membesar. Tahap 4a Perkembangan lanjut denga n kuning telur (yolk) menjadi granular. Tahap 4b Yolk seluruhnya menjadi granular dan inti telur bermigrasi. Tahap 4c Migrasi inti berlanjut, telur mengeras (hidrasi).

Tahap 5 Tahap hidrasi. Selaput inti bergabung dan oosit siap ovulasi. Tahap 6 Folikel pasca ovulasi (setelah terjadi pemijahan).

Analisa data

1. Hasil variabel pengukuran yang menggambarkan reproduksi ikan lemuru seluruhnya dianalisa secara deskriptif (Tabulasi dan Grafik).

2. Hubungan antara panjang total dengan fekunditas dianalisa regresi berpangkat dengan persamaan:

F = aLb

dimana : (F)= Jumlah telur (fekunditas), (L) = panjang total dan (a dan b) adalah konstanta .

Dalam dokumen KAJIAN REPRODUKSI IKAN LEMURU (Halaman 45-49)

Dokumen terkait