• Tidak ada hasil yang ditemukan

SENTRA PRODUKSI TERNAK SAPI POTONG RAKYAT

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di 4 (empat) desa, yaitu Sidokerto, Panjunan, Kutoharjo, dan Ngepungrojo, di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, selama satu bulan yaitu dari tanggal 1 November sampai 30 November 2010.

Metode Pengumpulan Data dan Responden

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang menggambarkan situasi atau keadaan berdasarkan data-data faktual dengan teknik survei dan pengamatan langsung di empat desa yang dipilih secara sengaja (purposive sampling), yakni desa yang memiliki ternak sapi potong tertinggi di Kecamatan Pati. Responden pada penelitian ini adalah peternak sapi potong dari empat desa terpilih di Kecamatan Pati tersebut. Setiap desa dipilih responden sejumlah 15 kepala keluarga (KK) peternak sapi potong yang dilakukan secara acak sederhana.

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden melalui teknik wawancara dan observasi langsung di lapangan, menggunakan daftar pertanyaan (Quisioner), serta diperoleh dari pengukuran dan observasi langsung terhadap jenis pakan yang digunakan dan jumlah pakan yang diberikan pada ternak (menggunakan timbangan), serta kebersihan kandang. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait, yaitu Dinas Pertanian dan Peternakan, BPS Kabupaten Pati, Kantor Kecamatan Pati, serta kajian dari sumber pustaka lainnya yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Variabel yang diamati dalam proses pengumpulan data adalah pola penyediaan pakan, serta faktor internal dan eksternal dalam usaha ternak sapi potong rakyat, yang meliputi modal, bibit, pemeliharaan, pakan, kesehatan hewan, perkandangan, sumberdaya tenaga kerja, pemasaran, iklim, dukungan pemerintah, dan permintaan (konsumen).

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis SWOT. Analisis SWOT untuk pengembangan ternak sapi potong di Kecamatan Pati mengacu pada tahapan analisis SWOT menurut Rangkuti (1997). Adapun tahapan analisisnya disajikan pada Gambar 1.

Tahap pengumpulan data

Tahap identifikasi faktor internal dan eksternal

Analisis faktor internal Analisis faktor eksternal

Matriks IFAS Matriks EFAS

Tahap pemaduan data Matriks Grand Strategy Tahap pengambilan keputusan (strategi usaha)

Gambar 1. Tahapan analisis SWOT (Sumber: Rangkuti, 1997)

Tahap Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

Tahap identifikasi faktor internal dan faktor eksternal dengan cara membuat matriks IFAS (Internal Factor Analysis Strategy) dan matriks EFAS (External Factor Analysis Strategy), dapat terlihat pada Tabel 1 dan 2. Matriks IFAS bertujuan untuk mengetahui apakah kekuatan yang dimiliki lebih besar dari kelemahan, sedangkan matriks EFAS bertujuan untuk mengetahui apakah usaha ternak sapi potong rakyat tersebut mampu memanfaatkan peluang untuk menghadapi ancaman yang ada.

Data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dianalisis SWOT untuk menentukan strategi pengembangan sapi potong di kecamatan Pati, berdasarkan Rangkuti (1997) adalah sebagai berikut:

1. Matriks Faktor Strategi Internal

Setelah faktor-faktor strategis internal suatu usaha diidentifikasi menggunakan tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary), kemudian disusun untuk merumuskan strategis internal tersebut dalam kerangka Strength dan Weaknesses suatu usaha. Tahapannya adalah:

a. Penentuan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahan dalam kolom 1.

b. Pada kolom 2. pemberian bobot pada masing-masing dengan faktor tersebut dengan skala mulai dari 1.0 (paling penting) sampai 0.0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis suatu usaha. (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1.0). c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi suatu usaha yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai + 1 sampai dengan + 4 (sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama. Variabel yang bersifat negatif, kebalikan. Contoh jika kelemahan perusahaan besar sekali dibandingkan dengan rata-rata industri, nilai adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan di bawah rata-rata nilai adalah 4.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4.0 (outstanding) sampai dengan 1.0 (poor).

Tabel 1. Matriks IFAS

Keterangan Bobot Skor Nilai

Kekuatan 0.0 -1.0 +1 sampai +4 Bobot x skor

a1 a2 - - an Total

Kelemahan 0.0 -1.0 -1 sampai -4 Bobot x skor

b1 b2 - - bn Total

2. Matriks Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, ditentukan terlebih dahulu faktor strategi eksternal (EFAS) sebagai berikut:

a. Penyusunan dalam kolom 1 ( 5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman). b. Pemberiaan bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1.0 (sangat

penting) sampai dengan 0.0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor-faktor strategis. c. Perhitungan rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kondisi suatu usaha. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating + 4, tetapi peluangnya kecil, diberi rating + 1). Pemberian nilai rating ancaman kebalikkanya. Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.

d. Pengalian bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4.0 (Outstanding) sampai dengan 1.0 (poor).

Tabel 2. Matriks EFAS

Keterangan Bobot Skor Nilai

Peluang 0.0 -1.0 +1 sampai +4 Bobot x skor

c1 c2 - - cn Total

Ancaman 0.0 -1.0 -1 sampai -4 Bobot x skor

d1 d2 - - dn Total

Tahap Pemaduan Data

Tahap pemaduan data menggunakan matrik Grand Strategy. Matrik Grand Srategy diperoleh dari total skor dari matriks IFAS dan EFAS yang bertujuan untuk melihat posisi usaha ternak sapi potong rakyat berdasarkan empat kelompok strategi yaitu strategi yang bersifat agresif, diversifikasi, turn around, dan defensif. Matrik Grand Strategy disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Matriks Grand Strategy (Sumber: Rangkuti, 1997)

Keterangan:

Kuadran I : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan agresif (Growth Oriented Strategy).

Kuadran II : Meskipun menhadapi berbagai macam ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara diversifikasi.

Kuadran III : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, dia menghadapi kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Berbagai Peluang

III I Turn Around Agresif

Kelemahan Kekuatan Internal Internal IV II Defensif Diversifikasi Bebagai Ancaman

Kuadran IV : Ini merupakan yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai macam ancaman dan kelemahan internal.

Tahap Perumusan Strategi

Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan usaha ternak sapi potong, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Alat yang dipakai menyusun faktor-faktor strategis adalah Matrik SWOT, seperti yang terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Matriks SWOT IFAS

EFAS

STRENGTHS (S)

 Tentukan 5-10 faktor- faktor kekuatan internal

WEAKNESSES (W)  Tentukan 5-10 faktor- faktor kelemahan internal OPPORTUNITIES (O)  Tentukan 5-10 faktor- faktor peluang eksternal STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang THREATS (T)  Tentukan 5-10 faktor- faktor ancaman eksternal STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kabupaten Pati Letak Geografis dan Luas Wilayah

Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah bagian timur, terletak diantara 1100, 50’ – 1110, 15’ bujur timur dan 60, 25’ – 70, 00’ lintang selatan, dengan batasan-batasan wilayahnya sebagai berikut:

 Sebelah utara : dibatasi wilayah Kab. Jepara dan Laut Jawa

 Sebelah barat : dibatasi wilayah Kab. Kudus dan Kab. Jepara

 Sebelah selatan : dibatasi wilayah Kab. Grobogan dan Kab. Blora

 Sebelah timur : dibatasi wilayah Kab. Rembang dan Laut Jawa

Kabupaten Pati terletak di daerah pantai utara pulau jawa dan di bagian timur dari Propinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Pati mempunyai luas wilayah 150.368 ha yang terdiri dari 58.448 ha lahan sawah dan 91.920 ha lahan bukan sawah. Kabupaten Pati terdiri dari 21 kecamatan, 401 desa, 5 kelurahan, 1.106 dukuh serta 1.474 RW dari 7.524 RT. Jumlah desa dan luas wilayah pada kabupaten Pati dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Desa dan Luas Wilayah Tiap Kecamatan di Kabupaten Pati Tahun 2009 No Kecamatan Jumlah Desa/ Kelurahan Lahan sawah (ha) Lahan bukan sawah (ha) Jumlah (ha) Persentase (%) 1 Sukolilo 16 7.253 8.621 15.874 10,56 2 Kayen 17 4.937 4.666 9.603 6,39 3 Tambakromo 18 2.947 4.300 7.247 4,82 4 Winong 30 4.202 5.792 9.994 6,65 5 Pucakwangi 20 5.023 7.260 12.283 8,17 6 Jaken 21 3.595 3.257 6.852 4,56 7 Batangan 18 2.082 2.879 4.961 3,30 8 Juwana 29 1.556 4.120 5.676 3,77 9 Jakenan 23 3.926 1.378 5.304 3,53 10 Pati 24/5 2.558 1.691 4.249 2,83

11 Gabus 24 4.075 1.476 5.551 3,69 12 Margorejo 18 2.708 3.473 6.181 4,11 13 Gembong 11 823 5.907 6.730 4,48 14 Tlogowungu 15 1.829 7.617 9.446 6,28 15 Wedarijaksa 18 2.178 1.907 4.085 2,72 16 Trangkil 16 1.040 3.244 4.284 2,85 17 Margoryoso 22 1.210 4.815 6.025 4,01 18 Gunungwungkal 15 1.627 4.553 6.180 4,11 19 Cluwak 13 1.344 5.587 6.931 4,61 20 Tayu 21 2.138 2.621 4.759 3,16 21 Dukuhsati 12 2.063 6.096 8.159 5,43 Total 401/5 59.114 91.260 150.368 100 Sumber: BPS Kabupaten Pati 2010

Karakteristik Tanah dan Sistem Penggunaan Lahan

Kabupaten Pati terdiri atas berbagai macam jenis tanah, bagian utara terdiri dari tanah Red Yellow, Latosol, Aluvial, Hidromer, dan Regosol. Sedangkan bagian selatan terdiri dari tanah Aluvial, Hidromer, dan Gromosol. Rincian menurut kecamatan sebagai berikut:

 Batangan, Sukolilo, Gabus, dan Jakenan merupakan tanah Aluvial.

 Cluwak, Gunungwungkal, dan Gembong merupakan tanah Latosol.

 Juwana dan Margoyoso merupakan tanah Aluvial dan Red Yellow mediteran.

 Pati dan Margorejo merupakan tanah Red Yellow mediteran, Latosol, Aluvial, dan Hidromer.

 Kayen dan Tambakromo merupakan tanah Aluvial dan Hidromer.

 Pucakwangi dan Winong merupakan tanah Gromosol dan Hidromer.

 Wedarijaksa merupakan tanah Red Yellow mediteran, Latosol, dan Regosol.

 Tayu merupakan tanah Auvial, Red Yellow, dan Regosol.

 Tlogowungu merupakan tanah Latosol dan Red Yellow mediteran.

Berdasarkan topografi, Kabupaten Pati terletak pada ketinggian 1-380 meter di atas permukaan laut.

Kabupaten Pati mempunyai potensi utamanya pada sektor pertanian berdasarkan penggunaan lahannya. Potensi pertanian cukup besar meliputi pertanian

tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Hal ini juga ditunjang dengan iklim di daerah ini, dimana rata-rata curah hujan di kabupaten Pati sebanyak 1.002 mm dengan 51 hari hujan, untuk keadaan hujan cukup, sedangkan untuk temperatur berkisar dari 230-390C. Luas dan persentase Penggunaan lahan di Kabupaten Pati dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas dan Persentase Penggunaan Lahan di Kabupaten Pati Tahun 2009 Penggunaan Tanah Luas (ha) Persentase (%)

1. Lahan Sawah 59.114 39,38

1.1. Pengairan Teknis 17.799 11,86

1.2. Pengairan 1/2 Teknis 9.374 6,24

1.3. Pengairan Sederhana 7.215 4,81

1.4. Pengairan Desa / Non P.U. 1.980 1,32

1.5. Tadah Hujan 22.725 15,14

1.6. Pasang Surut 0 0,00

1.7. Lainnya 21 0,01

2. Lahan Bukan Sawah 91.014 60,62

2.1. Rumah dan Pekarangan 27.077 18,04

2.2. Tegal 26.952 17,95 2.3. Padang Rumput 2 0,00 2.4. Hutan Rakyat 1.592 1,06 2.5. Hutan Negara 17.766 11,83 2.6. Perkebunan 2.464 1,64 2.7. Rawa-rawa 19 0,01 2.8. Tambak 10.544 7,02 2.9. Kolam 314 0,21 2.10. Tanah Lainnya 4.284 2,85 Jumlah 150.128 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Pati 2010

Penggunaan lahan di Kabupaten Pati sebagian besar dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Komoditas dari pertanian tanaman pangan berupa padi, jagung, ketela rambat, ketela pohon, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, tebu, buah-buahan

serta tanaman sayuran. Jenis tanaman perkebunan didominasi dengan tanaman kelapa, kopi, kapuk randu, dan cengkeh.

Potensi ternak sapi potong di Kabupaten Pati lebih besar dibanding sapi perah, kerbau, kambing, domba, dan babi. Mengenai produksi telur baik dari jenis ayam ras maupun buras, produksi ayam buras menempati urutan terbesar dibanding ayam ras yaitu 12.836.294 butir di tahun 2009. Pohon jati merupakan komoditas utama dari hasil kehutanan di Kabupaten Pati, yaitu salah satu produksi dari pohon jati menghasilkan kayu bulat.

Gambaran Umum Kecamatan Pati Letak Geografis dan Luas Wilayah

Kecamatan Pati merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Pati, dan merupakan kota kabupaten bagi Kabupaten Pati. Kecamatan Pati yang terletak di pusat Kabupaten Pati, dan menjadikan Kecamatan Pati sebagai pusat kegiatan dari Kabupaten Pati, sebab pusat pemerintahan Kabupaten Pati berada di Kecamatan Pati. Secara administratif, Kecamatan Pati berbatasan dengan:

 Sebelah utara : dibatasi Kec. Wedarijaksa

 Sebelah barat : dibatasi Kec. Margorejo dan Kec. Wedarijaksa

 Sebelah selatan : dibatasi Kec. Gabus

 Sebelah timur : dibatasi Kec. Juwana dan Kec. Jakenan

Secara administratif, kecamatan Pati mempunyai luas wilayah 4.249 ha yang terdiri dari 2.558 ha lahan sawah dan 1.691 ha lahan bukan sawah. Kecamatan Pati terdiri dari 5 kelurahan dan 24 desa yg berada pada ketinggian antara 5-23 meter di atas permukaan laut.

Karakteristik Tanah dan Sistem Penggunaan Lahan

Kecamatan Pati terdiri dari berbagai macam jenis tanah, yaitu Yellow Red mediteran, Latosol, Aluvial, dan Hidromer. Kecamatan Pati mempunyai potensi pada sektor pertanian berdasarkan penggunaaan lahannya, hampir sebagian besar luas wilayahnya merupakan lahan sawah. Potensi pertanian cukup besar meliputi pertanian tanaman pangan, peternakan, dan perikanan. Hal ini juga ditunjang dengan iklim di daerah ini, dimana rata-rata curah hujan di Kecamatan Pati sebanyak 994 mm dengan 64 hari hujan, untuk keadaan hujan cukup, sedangkan untuk temperatur

berkisar dari 240-390C. Berdasarkan curah hujan di wilayah Kabupaten Pati, Kecamatan Pati memiliki tipe iklim (oldeman) D2. Luas dan persentase Penggunaan

lahan di Kabupaten Pati dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas dan Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Pati Tahun 2009 Penggunaan Tanah Luas (ha) Persentase (%)

1. Lahan Sawah 2.558 60,20

1.1. Pengairan Teknis 1.123 26,43

1.2. Pengairan 1/2 Teknis 773 18,19

1.3. Pengairan Sederhana 522 12,29

1.4. Pengairan Desa / Non P.U. 0 0,00

1.5. Tadah Hujan 140 3,29

1.6. Pasang Surut 0 0,00

1.7. Lainnya 0 0,00

2. Lahan Bukan Sawah 1.691 39,80

2.1. Rumah dan Pekarangan 1.421 33,44

2.2. Tegal 87 2,05 2.3. Padang Rumput 0 0,00 2.4. Hutan Rakyat 0 0,00 2.5. Hutan Negara 0 0,00 2.6. Perkebunan 0 0,00 2.7. Rawa-rawa 0 0,00 2.8. Tambak 0 0,00 2.9. Kolam 20 0,47 2.10. Tanah Lainnya 163 3,84 Jumlah 4.249 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Pati 2010

Suatu wilayah akan mempergunakan lahan yang dimilikinya dengan sebaik- baiknya, agar setiap lahan yang ada pada wilayah tersebut dapat dimanfaatkan dengan optimal untuk kesejahteraan masyarakatnya. Penggunaan lahan yang sesuai kebutuhan akan memberikan manfaat dan tata ruang yang nyaman bagi masyarakat,

sebaliknya apabila penggunaan lahan tidak berimbang maka akan menjadi tata ruang yang tidak teratur.

Penggunaan lahan di Kecamatan Pati dibagi menjadi dua, yaitu lahan sawah dan lahan bukan sawah. Luas wilayah Kecamatan Pati secara keseluruhan adalah seluas 4.249 ha. Lahan sawah di Kecamatan Pati seluas 2.558 ha atau 60,20 % dari total luas wilayah, sedangkan sisanya adalah lahan bukan sawah seluas 1.691 ha atau 39,80 % dari total luas wilayah Kecamatan Pati. Lahan sawah di Kecamatan Pati lebih luas daripada lahan bukan sawah, hal ini dikarenakan pertanian merupakan penggunaan lahan yang utama di Kecamatan Pati. Luas pemukiman di Kecamatan Pati sangat mendominasi dalam penggunaan lahan yaitu seluas 1.421 ha atau 33,44 % dari total luas Kecamatan Pati, diikuti oleh penggunaan lahan untuk sawah pengairan teknis, sawah pengairan 1/2 teknis, dan sawah pengairan sederhana, dengan luas masing-masing yaitu 1.123 ha (26,43 %), 773 ha (18,19 %), dan 522 ha (12,29 %).

Lahan sawah di Kecamatan Pati sangat luas, yaitu digunakan sebagai lahan pertanian. Komoditas dari pertanian tanaman pangan di Kecamatan Pati berupa padi, jagung, ketela pohon, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, tebu, buah-buahan serta tanaman sayuran. Produksi komoditas pertanian tanaman pangan di Kecamatan Pati dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Luas Tanam, Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Pati Tahun 2009

Komoditas Luas Tanam (ha) Luas Panen (ha) Produktivitas (kw/ha) Produksi (ton) Padi Sawah 4.437 4.628 55,61 25.736 Jagung 44 46 39,12 450 Ketela Pohon 20 29 0 0 Kacang Tanah 33 34 14,52 53 Kedelai 486 476 13,78 656 Kacang Hijau 549 535 10,08 645

Sumber: BPS Kabupaten Pati 2010

Penduduk Kecamatan Pati selain berusahatani tanaman pangan, sebagai usaha sampingan adalah beternak. Jenis ternak yang dipelihara di Kecamatan Pati, yaitu sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, domba, babi, ayam ras, dan ayam buras.

Adapun populasi masing-masing ternak tersebut yang diusahakan di Kecamatan Pati dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Populasi Ternak di Kecamatan Pati Tahun 2009

Jenis Ternak Jumlah (ekor)

Sapi Potong 1.724 Sapi Perah 33 Kerbau 3 Kambing 2.587 Domba 136 Babi 46 Ayam Ras 4.670 Ayam Buras 18.524

Sumber: BPS Kabupaten Pati 2010

Karakteristik SDM

Penduduk di Kecamatan Pati pada akhir tahun 2009 berjumlah 107.998 jiwa, terdiri atas laki-laki sebanyak 52.873 jiwa dan perempuan sebanyak 55.125 jiwa, dengan tingkat kepadadatan penduduknya 2.542 jiwa / km2 (BPS Kabupaten Pati, 2010). Berdasarkan produktifitasnya, populasi penduduk di Kecamatan Pati dibagi menjadi dua, yaitu penduduk usia produktif dan tidak produktif. Batasan penduduk usia tidak produktif adalah 0-14 tahun dan 65 tahun keatas, sedangkan penduduk usia produktif berkisar antara 15-64 tahun, meskipun pada kenyataannya orang yang telah berusia 65 tahun atau lebih masih banyak yang mampu bekerja termasuk juga anak- anak yang berumur kurang dari 15 tahun, banyak yang sudah mencari nafkah.

Penduduk usia Produktif (15-64 tahun) di Kecamatan Pati mencapai 75.871 jiwa atau 70,25 % dari total penduduk, sedangkan penduduk usia tidak produktif mencapai 32.127 jiwa (29,75 %), dimana penduduk yang berusia 0-14 tahun sekitar 25.647 jiwa (23,75 %) dan penduduk yang berusia 65 tahun keatas mencapai 6.480 jiwa (6 %) dari total penduduk di Kecamatan Pati.

Gambar 3. Persentase Penduduk Usia Produktif dan Tidak Produktif di Kecamatan Pati Tahun 2009

Identitas Responden

Identitas responden peternak sapi potong meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, pengalaman usaha sapi potong, dan jumlah ternak yang dimiliki.

Umur Responden

Komposisi peternak berdasarkan umur diperlukan untuk mengetahui besarnya peternak yang produktif dan tidak produktif

.

Gambar 4. Umur Peternak Sapi Potong di Kecamatan Pati Tahun 2010

Berdasarkan gambar 4 dapat dijelaskan bahwa peternak sapi potong di kecamatan Pati yang masih usia produktif (15-64 tahun) sekitar 93,33% dan peternak yang usia tidak produktif (>64 tahun) sekitar 6,67%. Hal ini menunjukkan kemampuan peternak untuk mengembangkan usaha ternak sapi potong sangat besar, dalam arti tenaga yang tersedia masih cukup kuat untuk bekerja.

Jenis Kelamin Responden

Komposisi peternak menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk mengetahui jumlah peternak serta besarnya sex ratio di suatu daerah, yaitu angka yang menunjukkan perbandingan jumlah peternak laki-laki dan perempuan.

Gambar 5. Jenis Kelamin Peternak Sapi Potong di Kecamatan Pati Tahun 2010 Berdasarkan gambar 5 dapat dijelaskan bahwa jumlah peternak laki-laki lebih banyak daripada peternak perempuan, yaitu 93,33% (56 laki-laki) dan 6,67% (4 perempuan). Besarnya angka sex ratio untuk peternak sapi potong di Kecamatan Pati adalah 14, hal ini berarti bahwa setiap 14 peternak laki-laki di Kecamatan Pati terdapat 1 peternak perempuan. Fakta ini menunjukkan bahwa usaha sapi potong didominasi oleh peternak laki-laki, hal ini disebabkan karena beternak sapi potong termasuk dalam pekerjaan berat, seperti mencari rumput. Namun demikian kaum ibu juga turut memberikan andil dalam usaha pemeliharaan sapi, misalnya membersihkan kandang sapi.

Tingkat Pendidikan Formal Responden

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam pembangunan suatu wilayah. Apabila penduduk di suatu wilayah memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka akan memiliki kemampuan dalam pengembangan pembangunan di wilayahnya. Pendidikan di suatu wilayah dipengaruhi antara lain oleh kesadaran akan pentingnya pendidikan, keadaan sosial ekonomi, dan sarana pendidikan yang ada.

Gambar 6. Tingkat Pendidikan Formal Peternak Sapi Potong di Kecamatan Pati Tahun 2010

Gambar 6 menjelaskan bahwa tingkat pendidikan formal para peternak sebagian besar adalah lulusan sekolah dasar (SD) 48,3%, kemudian lulusan SMA, SMP, dan tidak sekolah dengan masing-masing sebesar 20%, 16,7%, dan 15% sedangkan untuk lulusan perguruan tinggi tidak ada. Dilihat dari data diatas, tingkat pendidikan peternak di Kecamatan Pati tergolong masih rendah. Hal ini merupakan salah satu kelemahan dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di Kecamatan Pati. Oleh sebab itu kedepan harus ditingkatkan pendidikan maupun keterampilan peternak karena tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap laju penyerapan inovasi, perubahan pola pikir, dan kepekaan terhadap perubahan sosial lainnya. Jenis Pekerjaan Utama Responden

Jenis pekerjaan penduduk suatu daerah dipengaruhi sumberdaya yang tersedia dan kondisi sosial ekonomi, seperti keterampilan yang dimilki, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan, dan modal yang tersedia.

Gambar 7. Jenis Pekerjaan Utama Peternak Sapi Potong di Kecamatan Pati Tahun 2010

Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa pekerjaan utama peternak di kecamatan Pati mayoritas bekerja sebagai petani sebesar 46,67%, kemudian 46,67% lagi peternak bekerja sebagai tukang becak, kuli bangunan, kuli angkut, sopir, loper koran, dan buruh tani. Selain itu, pekerjaan utama peternak adalah PNS, pensiunan, dan pedagang yang masing-masing sebesar 3,33%, 1,67%, dan 1, 67%.

Dari data diatas menunjukkan bahwa beternak bukan merupakan pekerjaan utama peternak. Beternak biasanya dijadikan sebuah pekerjaan sampingan dan merupakan usaha rumah tangga dalam peternakan rakyat. Cara pemeliharaannya masih menggunakan teknologi sederhana dan tradisional, sehingga produktivitasnya

rendah dan mutu produknya tidak seragam. Peternak menjadikan beternak sapi potong sebagai tabungan keluarga, dimana ternak tersebut akan dijual ketika dibutuhkan dana untuk keperluan tertentu yang sifatnya mendesak dalam keluarga. Kebanyakan ternak akan dijual ketika mencapai umur tertentu. Hal ini menjadi salah satu kelemahan dalam pengembangan peternakan rakyat khususnya ternak sapi potong di Kecamatan Pati.

Pengalaman Usaha Ternak Sapi Potong

Pengalaman beternak mempengaruhi pengolahan dalam usaha ternak sapi potong dimana peternak yang berpengalaman memiliki banyak pengalaman dan kapasitas pengolahan usaha yang lebih matang, sehingga dapat menunjang dalam pengembangan usaha ternak sapi potong.

Gambar 8. Rataan Pengalaman Peternak di Kecamatan Pati dalam Usaha Ternak Sapi Potong Tahun 2010

Pada gambar diatas dapat dijelaskan bahwa 58,33% dari peternak sapi potong di Kecamatan Pati mempunyai pengalaman dalam usaha ternak lebih dari 10 tahun. Hal ini menjadi modal penting dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di Kecamatan Pati. Pengalaman beternak yang lama itu menandakan bahwa peternak sudah memiliki kemampuan dan pengalaman yang cukup baik untuk mengelola ternak sapi potong dengan baik, seperti pemanfaatan pakan yang baik untuk ternak, penanaman hijauan, dan kesehatan ternak.

Kepemilikan Ternak

Usaha ternak sapi potong dalam peternakan rakyat masih merupakan usaha sampingan bagi peternak, dimana skala usahanya masih dalam skala usaha kecil.

Dokumen terkait