• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR ( Jatropha curcas L) TERFERMENTASI Rhizopus oligosporus

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan selama 10 minggu dari bulan Juni sampai bulan Agustus 2010 di Laboratorium Nutrisi Unggas dan Kandang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Materi Ternak

Penelitian ini menggunakan 270 ekor ayam Kampung umur satu hari (DOC) yang dibagi menjadi 5 perlakuan dan 6 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 9 ekor ayam Kampung.

Kandang

Kandang yang digunakan adalah kandang koloni sebanyak 30 ruang berukuran 1m x 1m x 1m. Setiap kandang terdiri dari 9 ekor ayam Kampung. Setiap kandang terdapat tempat pakan dan tempat air minum. Untuk penerangan digunakan lampu pijar 40 watt. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan digital, termometer, dan ember plastik.

Ransum

Bahan pakan yang digunakan terdiri dari BBJP, jagung, dedak padi, CGM (Corn Gluten Meal), tepung ikan, MBM (Meat Bone Meal), bungkil kedelai, minyak kelapa, kalsium fosfat, CaCO3, NaCl, asam amino, vitamin, trace mineral, dan

antioksidan. Komposisi dan kandungan zat makanan ayam Kampung dalam penelitian diperlihatkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi dan Kandungan Zat Makanan Ransum Penelitian Umur 0-10 Minggu Nama Bahan R0 R1 R2 R3 R4 ---(%)--- Jagung Kuning 51,23 50 50 50 53,15 Dedak Halus 20,5 16,43 16,33 14,63 10 Bungkil Kedelai 17 13 13 11,5 10 BBJP tidak Diolah 0 7,5 0 0 0 BBJP Fermentasi 0 0 7,5 10 12,5 MBM 7,5 8,3 8,4 9 10 Minyak 3 3,9 3,9 4 3,5 Garam 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Premiks 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 DL-methionin 0,17 0,19 0,19 0,19 0,19 L-lysin 0 0,08 0,08 0,08 0,06 Total 100 100 100 100 100 Selulase (ppm) 400 0 400 400 400 Fitase(ppm) 200 0 200 200 200

Kandungan Zat Makanan (% As Fed)* :

BK (%) 78,48 77,24 77,17 79,87 76,40 Abu (%) 5,63 6,20 6,41 6,07 6,07 Protein Kasar (%) 18,16 17,79 17,98 17,24 17,20 Serat Kasar (%) 4,10 4,92 4,50 4,68 4,99 Lemak Kasar (%) 5,46 3,27 4,91 3,76 3,41 Beta-N (%) 49,23 49,98 47,87 52,80 49,72

Energi Bruto (kkal / kg) 4000 4065 3726 4113 3743

Rancangan Perlakuan

Penelitian ini menggunakan 5 perlakuan ransum dengan 6 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut :

R0 = Ransum tidak mengandung BBJP + selulase 400 ppm + fitase 200 ppm R1 = Ransum mengandung BBJP tanpa diolah 7,5%

R2 = Ransum mengandung BBJP terfermentasi 7,5% + selulase 400 ppm + fitase 200 ppm

R3 = Ransum mengandung BBJP terfermentasi 10% + selulase 400 ppm + fitase 200 ppm

R4 = Ransum mengandung BBJP terfermentasi 12,5% + selulase 400 ppm + fitase 200 ppm

Model

Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 6 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 9 ekor ayam Kampung. Model matematis yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + τi + ε ij Keterangan :

Yij : Respon percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ : Rataan umum

τi : Efek perlakuan ke-i

ε ij : Erorr perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis ragam (Analysis of Variance / ANOVA) dan jika berbeda nyata diuji lanjut dengan Uji Jarak Duncan (Steel dan Torrie, 1993). Sebelum dianalisis, data persentase bobot dada, persentase bobot sayap, persentase bobot punggung, persentase bobot paha atas, persentase bobot paha bawah ditransformasi arcsin “√x” terlebih dahulu. Transformasi dilakukan karena persentase data berkisar antara 0-30% (Mattjik dan Sumertajaya, 2006).

Peubah yang Diamati

1. Bobot Potong (g). Bobot Potong diperoleh dengan cara menimbang ayam Kampung yang telah dipuasakan selama 12 jam sebelum dipotong.

2. Bobot Karkas (g). Bobot ayam setelah dipotong yang telah dikurangi dengan darah, bulu, kepala, kaki, dan alat pencernaan.

3. Persentase Karkas (%). Nilai persentase karkas diperoleh dengan membandingkan bobot karkas dengan bobot sesaat sebelum ayam Kampung dipotong dikali 100%.

4. Bobot Dada (g). Bobot dada didapat dari hasil penimbangan bagian dada setelah pemotongan persendian coracoid dan clavicle dengan tulang leher.

5. Persentase Dada (%). Nilai persentase dada diperoleh dengan cara membandingkan bobot dada dengan bobot karkas dikali 100%.

6. Bobot Sayap (g). Bobot sayap didapat dari hasil penimbangan bagian sayap setelah pemotongan sendi bahu.

7. Persentase Sayap (%). Nilai persentase sayap diperoleh dengan cara membandingkan bobot sayap dengan bobot karkas dikali 100%.

8. Bobot Punggung (g). Bobot punggung didapat dari hasil penimbangan bagian punggung setelah pemotongan tulang rusuk akhir sampai ruas pertama vertebrata thoracolis.

9. Persentase Punggung (%). Nilai persentase punggung diperoleh dengan cara membandingkan bobot punggung dengan bobot karkas dikali 100%.

10.Bobot Paha Atas (g). Bobot paha atas didapat dari hasil penimbangan bagian paha atas setelah tulang femur.

11.Persentase Paha Atas (%). Nilai persentase paha atas diperoleh dengan cara membandingkan bobot kedua paha atas dengan bobot karkas dikali 100%.

12.Bobot Paha Bawah (g). Bobot paha bawah didapat dari hasil penimbangan bagian paha bawah setelah tulang tibia.

13.Persentase Paha Bawah (%). Nilai persentase paha bawah diperoleh dengan cara membandingkan bobot kedua paha bawah dengan bobot karkas dikali 100%.

Prosedur

Pengolahan Bungkil Biji Jarak Pagar

Pengolahan BBJP yang difermentasi Rhizopus oligosporus diperlihatkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Pengolahan BBJP yang Difermentasi Rhizopus oligosporus Pembuatan Ransum

Ransum yang digunakan umur 0-3 minggu pada ayam Kampung menggunakan pakan komersial, dan ransum yang digunakan umur 4-10 minggu pada ayam Kampung menggunakan pakan perlakuan.

Pencampuran ransum yang pertama yaitu dengan mencampurkan bahan baku yang memiliki komposisi yang kecil terlebih dahulu seperti sumber mineral (garam dan premix) dan penambahan asam amino (L-lysin dan DL-methionin), kemudian

dilakukan penambahan enzim selulase dan enzim fitase, pencampuran dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan. Pencampuran sumber protein (MBM dan bungkil kedelai) ditambah BBJP yang tanpa diolah (R1) dan difermentasi menggunakan Rhizopus oligosporus (R2, R3 dan R4). Selanjutnya dilakukan pencampuran sumber energi (minyak kelapa, dedak halus dan jagung kuning). Setelah masing-masing sumber tercampur kemudian menggabungkan bahan baku yaitu sumber mineral ditambahkan dengan sumber protein, dan yang terakhir penambahan sumber energi, kemudian selanjutnya pencampuran menggunakan mixer horizontal dengan waktu pencampuran sekitar 20 menit untuk setiap ransum yang dibuat.

Pemeliharaan

Pemeliharaan sebanyak 270 ekor ayam Kampung umur satu hari (DOC) dilakukan selama 10 minggu. Ransum kontrol diberikan pada umur 0-3 minggu untuk semua ayam penelitian, sementara ransum perlakuan diberikan pada ayam umur 4-10 minggu. Pemberian pakan dan penggantian air minum diberikan sebanyak tiga kali dalam sehari yakni pada pukul 07.30 WIB, 12.00 WIB, dan pukul 16.00 WIB. Penerangan menggunakkan lampu pijar 40 watt dan termometer digunakan untuk mengukur suhu di dalam kandang.

Pengambilan sampel secara acak sebanyak 60 ekor ayam Kampung (2 ekor dari setiap ulangan perlakuan dilakukan pada akhir penelitian). Sebelum penyembelihan, ayam dipuasakan selama 6-12 jam, kemudian ditimbang sebagai bobot potong. Ayam disembelih sampai benar-benar mati dan ditunggu hingga darah telah habis keluar. Pencabutan bulu dilakukan dengan mencelupkan ayam ke dalam air panas dengan suhu ± 80 °C selama 30 detik, dan dilanjutkan dengan pencabutan bulu.

Pengukuran Peubah

Ayam yang telah dibersihkan kemudian dijadikan karkas dengan cara memisahkan jeroan, kaki, kepala, dan leher dari bagian badan lain. Karkas ditimbang untuk mengetahui bobot dan persentase berat karkas. Karkas kemudian dipotong berdasarkan peubah yaitu dada, sayap, punggung, paha atas, dan paha bawah sehingga diketahui bobot dan persentasenya.

Bobot potong dada dipotong pada persendian rusuk sampai pertautan coracoid dan clavicle dengan tulang leher. Bobot potong punggung dipotong mulai tulang rusuk akhir sampai ruas pertama vertebrata thoracolis. Bobot potong sayap dipotong dari persendian sayap yang terdiri dari (humerus, radius ulna, dan metacarpus) sampai ujung tulang sayap (phalanges). Bobot potong paha atas dipotong dari persendian fibula sampai tulang femur. Bobot potong paha bawah dipotong dari persendian fibula sampai tulang tibia. Sistem tulang pada unggas diperlihatkan pada Gambar 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi ransum dan antinutrisi ayam Kampung selama 7 minggu pemeliharaan diperlihatkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Konsumsi Ransum dan Antinutrisi Ayam Kampung Selama 7 Minggu Pemeliharaan

Sumber : Sumiati et al. (2010).

Keterangan: - ) Ransum kontrol (R0) tidak mengkonsumsi BBJP

R0= Ransum tidak mengandung BBJP + selulase 400 ppm + fitase 200 ppm; R1 = Ransum mengandung BBJP tanpa diolah 7,5%; R2 = Ransum mengandung bungkil BBJP terfermentasi 7,5% + selulase 400 ppm + fitase 200 ppm; R3 = Ransum mengandung BBJP terfermentasi 10% + selulase 400 ppm + fitase 200 ppm; R4 = Ransum mengandung BBJP terfermentasi 12,5% + selulase 400 ppm + fitase 200 ppm.

Data hasil penelitian pemberian ransum BBJP terfermentasi Rhizopus oligosporus terhadap bobot potong, bobot dan persentase karkas, bobot dan persentase dada, bobot dan persentase sayap, bobot dan persentase punggung, bobot dan persentase paha atas serta bobot dan persentase paha bawah pada ayam Kampung umur 10 minggu diperlihatkan pada Tabel 6.

Peubah Perlakuan R0 R1 R2 R3 R4 Konsumsi Ransum (g/e) 2529,62 ± 236,33 2666,29 ± 247,40 2360,51 ± 331,20 2589,27 ± 243,73 2380,51 ± 150,44 Kandungan BBJP dalam pakan (g) - 199,97 ± 18,56 177,04 ± 24,84 258,93 ± 24,37 297,56 ± 18,81 Forbolester (mg/g) - 4,86± 0,45 2,70± 0,37 3,95± 0,37 4,54± 0,28 Tanin (g) - 0,26 ± 0,02 0,01 ± 0,00 0,02 ± 0,00 0,02 ± 0,00 Saponin (g) - 2,08 ± 0,19 0,69 ± 0,10 1,01 ± 0,10 1,16 ± 0,07 Asam Fitat (g) - 18,38 ± 1,71 14,96 ± 2,10 21,88 ±2,06 25,14 ± 1,59 Antitripsin (g) - 12,34 ± 1,15 3,28 ± 0,46 4,79 ± 0,45 5,50 ± 0,35

Tabel 6. Bobot dan Persentase Karkas serta Potongan Karkas Ayam Kampung Umur 10 Minggu

Peubah Perlakuan

R0 R1 R2 R3 R4

Berat Potong (g/ekor) 964,77±48,05A 651,32±60,30B 798,59±35,24AB 821,73±60,07AB 774,51±38,11AB Karkas g 620,33±86,27 A 397,67±39,23B 512,17±72,14AB 503,17±12,95AB 483,33±59,55AB % 64,43±9,22 61,45±7,95 64,27±9,42 61,45±3,88 62,38±7,05 Dada g 160,50±30,90 A 105,17±13,32B 142,17±20,93AB 133,83±5,78AB 131,17±18,35AB % 25,77±1,99 26,43±2,10 27,76±1,53 26,61±1,21 27,12±1,45 Sayap g 91,67±11,60 A 61,17±7,47B 81,50±12,91AB 79,50±4,51AB 76.50±9,93AB % 14,81±0,61 15,37±0,93 15,90±0,81 15,80±0,77 15,83±0,69 Punggung g 153,00±16,73 A 100,00±14,01B 121,00±17,17AB 122,83±7,70AB 117,33±15,91AB % 24,77±1,12 25,08±1,21 23,63±0,87 24,40±1,04 24,25±0,76 Paha Atas g 107,83±17,24 A 69,00±6,45B 79,50±13,92AB 83,83±7,36AB 76,83±8,47AB % 17,37±1,34 17,40±1,33 15,50±1,11 16,66±1,38 15,95±1,09 Paha Bawah g 107,33±17,22 A 62,33±5,05B 88,00±11,54AB 83,17±2,32AB 81,50±11,95AB % 17,27±1,01 15,27±1,10 17,2±0,86 16,53±0,50 16,85±0,98

Keterangan: Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

R0= Ransum tidak mengandung BBJP + selulase 400 ppm + fitase 200 ppm; R1 = Ransum mengandung BBJP tanpa diolah 7,5%; R2 = Ransum mengandung bungkil BBJP terfermentasi 7,5% + selulase 400 ppm + fitase 200 ppm; R3 = Ransum mengandung BBJP terfermentasi 10% + selulase 400 ppm + fitase 200 ppm; R4 = Ransum mengandung BBJP terfermentasi 12,5% + selulase 400 ppm + fitase 200 ppm.

Bobot Potong

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian BBJP tanpa diolah 7,5% (R1) sangat nyata (P<0,01) menghasilkan bobot potong ayam Kampung umur 10 minggu lebih rendah jika dibandingkan dengan kontrol (R0). Rataan bobot potong ayam Kampung yang diberikan ransum kontrol (R0) dan BBJP baik yang tanpa diolah (R1) maupun yang difermentasi (R2, R3, dan R4) adalah 651,32-964,77 g. Bobot potong yang tertinggi diperoleh pada perlakuan R0 (kontrol) yaitu 964,77 g, sedangkan yang terendah pada perlakuan R1 yaitu 651,32 g. Rendahnya bobot potong pada perlakuan R1 disebabkan oleh tingginya konsumsi forbolester, tanin, saponin, dan antitripsin pada ayam penelitian. Tingginya konsumsi zat-zat antinutrisi tersebut karena pada perlakuan R1 mengandung BBJP yang tidak diolah. Rendahnya bobot potong pada perlakuan R1 diduga masih terdapatnya racun pada BBJP yaitu curcin dan forbolester yang dapat menghambat sintesis protein di dalam reticulocyte (Lin et al., 2003). Penyebab lain adalah pendarahan pada pembuluh darah usus akibat adanya akumulasi racun curcin dan forbolester yang semakin tinggi sejalan dengan peningkatan konsumsi ransum. Racun tersebut memodifikasi sel-sel usus sehingga sel-sel usus menjadi rusak. Hal ini menyebabkan fungsi usus sebagai organ penyerapan menurun (Sumiati et al., 2011).

Bobot potong pada perlakuan BBJP difermentasi 7,5%, 10% dan 12,5% (R2, R3, dan R4) hampir menyamai ransum kontrol (R0), hal ini disebabkan dari kerja enzim fitase yang dapat menurunkan asam fitat didalam BBJP dan enzim selulase yang dapat merombak serat kasar dalam pakan. Peningkatan bobot potong pada perlakuan R2, R3, dan R4 dibandingkan dengan perlakuan R1 disebabkan karena pada ayam penelitian yang mengkonsumsi ransum dengan penambahan enzim fitase dan enzim selulase dapat mencerna nutrisi yang terkandung didalam BBJP dengan baik sehingga dapat meningkatkan bobot potong.

Hasil penelitian Sumiati et al. (2010) menunjukkan pemberian BBJP tanpa diolah 7,5% berpengaruh sangat nyata menurunkan pertumbuhan dan performa ayam Kampung sehingga pemberian BBJP tanpa fermentasi tidak disarankan. Bobot akhir ayam Kampung umur 10 minggu yang diberi ransum BBJP terfermentasi Rhizopus oryzae dan penambahan enzim selulase dan fitase adalah 858,33-955,08 g (Sumiati et al., 2010). Bobot hidup ayam broiler umur 5 minggu yang diberi ransum BBJP

terfermentasi Rhizopus oligosporus sebanyak 0, 3, 6, dan 9 % adalah 1555, 1117, 573, dan 297 g (Istichomah, 2007). Hasil penelitian Dadan (2004) melaporkan rataan bobot hidup (bobot potong) ayam Kampung umur 9 minggu dengan pemberian ransum bungkil inti sawit dan campuran enzim (fitase, amilase, protease, dan lipase) adalah 865 g/ekor.

Bobot dan Persentase Karkas

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian BBJP tanpa diolah 7,5% (R1) sangat nyata (P<0,01) menghasilkan bobot karkas ayam Kampung umur 10 minggu lebih rendah jika dibandingkan dengan kontrol (R0). Rataan bobot karkas ayam Kampung yang diberikan ransum kontrol dan BBJP baik yang tanpa diolah maupun yang difermentasi (R2, R3, dan R4) adalah 397,67-620,33 g. Bobot karkas yang tertinggi diperoleh pada perlakuan R0 (kontrol) yaitu 620,33 g, sedangkan yang terendah pada perlakuan R1 yaitu 397,67 g. Konsumsi ransum perlakuan dari umur 4-10 minggu adalah 48,17-54,41 g/ekor/hari, konsumsi ransum tertinggi didapat pada perlakuan R1, sedangakan konsumsi ransum yang terendah didapat pada perlakuan R2. Konsumsi protein ayam Kampung selama pemeliharaan adalah 18,49-21,42%, konsumsi protein yang tertinggi didapat pada perlakuan R1 sedangkan yang terendah didapat pada perlakuan R4. Rendahnya bobot karkas diduga masih terdapatnya racun curcin dan forbolester didalam ransum yang dapat menurunkan bobot karkas ayam Kampung. Forbolester bertanggung jawab terhadap iritasi kulit dan pemacu tumor dengan cara menstimulasi protein kinase C yang terlibat dalam transduksi sinyal dan proses perkembangan dari sebagian besar sel-sel dan jaringan, sehingga menyebabkan berbagai pengaruh biologis pada berbagai organisme (Sumiati et al., 2011). Pada dasarnya, jika bobot potong rendah maka bobot karkas yang dihasilkan juga rendah. Akan tetapi secara statistik pemberian BBJP tanpa diolah 7,5% dan BBJP difermentasi Rhizopus oligosporus sampai level 12,5% + selulase 400 ppm + fitase 200 ppm BBJP tidak mempengaruhi persentase karkas ayam Kampung umur 10 minggu.

Bobot dan persentase karkas pada perlakuan BBJP difermentasi 7,5%, 10% dan 12,5% (R2, R3, dan R4) hampir menyamai ransum kontrol (R0), hal ini

disebabkan dari kerja enzim fitase yang dapat menurunkan asam fitat didalam BBJP dan enzim selulase yang dapat merombak serat kasar dalam pakan.

Hasil penelitian Sumiati et al. (2010) menunjukkan pemberian BBJP tanpa diolah 7,5% berpengaruh sangat nyata menurunkan pertumbuhan dan performa ayam Kampung sehingga pemberian BBJP tanpa fermentasi tidak disarankan. Persentase karkas ayam broiler umur 5 minggu yang diberi ransum BBJP terfermentasi Rhizopus oligosporus sebanyak 0, 3, 6, dan 9 % adalah 64,69, 60,24, 59,27, dan 51,37 % (Istichomah, 2007). Hasil penelitian Dadan (2004) menunjukkan persentase karkas ayam Kampung umur 9 minggu dengan pemberian ransum bungkil inti sawit dan campuran enzim (fitase, amilase, protease, dan lipase) berkisara antara 58,05- 59,67%.

Bobot dan Persentase Dada

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian BBJP tanpa diolah 7,5% (R1) sangat nyata (P<0,01) menghasilkan bobot dada ayam Kampung umur 10 minggu lebih rendah jika dibandingkan dengan kontrol (R0). Rataan bobot dada ayam Kampung yang diberikan ransum kontrol dan BBJP baik tanpa diolah maupun yang difermentasi (R2, R3, dan R4) adalah 105,17-160,50 g. Bobot dada yang tertinggi diperoleh pada perlakuan R0 (kontrol) yaitu 160,50 g, sedangkan yang terendah pada perlakuan R1 yaitu 105,17g. Hal ini diduga ayam penelitian yang mengkonsumsi BBJP tanpa pengolahan tidak bisa mendegradasi racun (curcin dan forbolester) yang berada di dalam tubuh ayam penelitian sehingga bobot dada yang dihasilkan rendah. Pada dasarnya, jika bobot karkas yang dihasilkan rendah maka bobot dada yang dihasilkan juga rendah. Akan tetapi secara statistik pemberian BBJP tanpa diolah 7,5% dan BBJP difermentasi Rhizopus oligosporus sampai level 12,5% + selulase 400 ppm + fitase 200 ppm tidak mempengaruhi persentase dada ayam Kampung umur 10 minggu.

Bobot dan persentase dada pada perlakuan BBJP difermentasi 7,5%, 10% dan 12,5% (R2, R3, dan R4) hampir menyamai ransum kontrol (R0), hal ini disebabkan dari kerja enzim fitase yang dapat menurunkan asam fitat didalam BBJP dan enzim selulase yang dapat merombak serat kasar dalam pakan.

Hasil penelitian Muryanto et al. (2002) menunjukkan persentase dada ayam Kampung umur 12 minggu dengan pemberian pakan komersil adalah sebesar

21,20%. Persentase dada ayam Kampung umur 9 minggu dengan pemberian ransum bungkil inti sawit dan campuran enzim (fitase, amilase, protease, dan lipase) sebesar 25,57-26,34% (Dadan, 2004).

Bobot dan Persentase Sayap

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian BBJP tanpa diolah 7,5% (R1) sangat nyata (P<0,01) menghasilkan bobot sayap ayam Kampung umur 10 minggu lebih rendah jika dibandingkan dengan kontrol (R0). Rataan bobot sayap ayam Kampung yang diberikan ransum kontrol dan BBJP baik yang tanpa diolah maupun yang difermentasi (R2, R3, dan R4) adalah 61,17-91,67 g. Bobot sayap yang tertinggi diperoleh pada perlakuan R0 (kontrol) yaitu 91,67 g, sedangkan yang terendah pada perlakuan R1 yaitu 61,17 g. Hal ini diduga karena adanya aktifitas racun BBJP (curcin dan forbolester) yang mengganggu penyerapan zat-zat nutrisi pada saluran pencernaan sehingga menurunkan bobot sayap yang rendah pada perlakuan R1. Akan tetapi secara statistik pemberian BBJP tanpa diolah 7,5% dan BBJP difermentasi Rhizopus oligosporus sampai level 12,5% + selulase 400 ppm + fitase 200 ppm tidak mempengaruhi persentase sayap ayam Kampung umur 10 minggu.

Bobot dan persentase sayap pada perlakuan BBJP difermentasi 7,5%, 10% dan 12,5% (R2, R3, dan R4) hampir menyamai ransum kontrol (R0), hal ini disebabkan dari kerja enzim fitase yang dapat menurunkan asam fitat didalam BBJP dan enzim selulase yang dapat merombak serat kasar dalam pakan.

Hasil penelitian Barhiman (1976) menunjukkan persentase sayap ayam Kampung umur 12 minggu dengan pemberian ransum komersil adalah sebesar 11,95%. Persentase sayap ayam Kampung umur 9 minggu dengan pemberian ransum bungkil inti sawit dan campuran enzim (fitase, amilase, protease, dan lipase) berkisar antara 14,12-14,17% (Dadan, 2004).

Bobot dan Persentase Punggung

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian BBJP tanpa diolah 7,5% (R1) sangat nyata (P<0,01) menghasilkan bobot punggung ayam Kampung umur 10 minggu lebih rendah jika dibandingkan dengan kontrol (R0). Rataan bobot punggung ayam Kampung yang diberikan ransum kontrol dan BBJP baik yang tanpa diolah

maupun yang difermentasi (R2, R3, dan R4) adalah 100-153 g. Bobot punggung yang tertinggi diperoleh pada perlakuan R0 (kontrol) yaitu 153 g, sedangkan yang terendah pada perlakuan R1 yaitu 100 g. Hal ini disebabkan karena konsumsi forbolester yang tinggi pada perlakuan R1 sehingga dapat menurunkan bobot punggung ayam Kampung. Akan tetapi secara statistik pemberian BBJP tanpa diolah 7,5% dan BBJP difermentasi Rhizopus oligosporus sampai level 12,5% + selulase 400 ppm + fitase 200 ppm tidak mempengaruhi persentase punggung ayam Kampung umur 10 minggu.

Bobot dan persentase punggung pada perlakuan BBJP difermentasi 7,5%, 10% dan 12,5% (R2, R3, dan R4) hampir menyamai ransum kontrol (R0), hal ini disebabkan dari kerja enzim fitase yang dapat menurunkan asam fitat didalam BBJP dan enzim selulase yang dapat merombak serat kasar dalam pakan.

Hasil penelitian Barhiman (1976) menunjukkan persentase sayap ayam Kampung umur 12 minggu dengan pemberian ransum komersil adalah sebesar 21,19%. Persentase punggung ayam Kampung umur 9 minggu dengan pemberian ransum bungkil inti sawit dan campuran enzim (fitase, amilase, protease, dan lipase) sebesar 27,30-27,45% (Dadan, 2004).

Bobot dan Persentase Paha Atas

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian BBJP tanpa diolah 7,5% (R1) sangat nyata (P<0,01) menghasilkan bobot paha atas ayam Kampung umur 10 minggu lebih rendah jika dibandingkan dengan kontrol (R0). Rataan bobot paha atas ayam Kampung yang diberikan ransum kontrol dan BBJP baik tanpa diolah maupun yang difermentasi (R2, R3, dan R4) adalah 69-107,83 g. Bobot paha atas yang tertinggi diperoleh pada perlakuan R0 (kontrol) yaitu 107,83 g, sedangkan yang terendah pada perlakuan R1 yaitu 69 g. Hal ini diduga dari kerja racun BBJP yang menyebabkan bobot potong rendah dan mengakibatkan bobot paha atas yang dihasilkan rendah. Akan tetapi secara statistik pemberian BBJP tanpa diolah 7,5% dan BBJP difermentasi Rhizopus oligosporus sampai level 12,5% + selulase 400 ppm + fitase 200 ppm tidak mempengaruhi persentase paha atas ayam Kampung umur 10 minggu.

Bobot dan persentase paha atas pada perlakuan BBJP difermentasi 7,5%, 10% dan 12,5% (R2, R3, dan R4) hampir menyamai ransum kontrol (R0), hal ini

disebabkan dari kerja enzim fitase yang dapat menurunkan asam fitat didalam BBJP dan enzim selulase yang dapat merombak serat kasar dalam pakan.

Hasil penelitian Muryanto et al. (2002) menunjukkan persentase paha atas ayam Kampung umur 12 minggu dengan pemberian ransum komersil sebesar 19,00%. Persentase paha atas ayam broiler umur 6 minggu dengan pemberian ransum komersil dan phytogenik sebesar 18,62-19,79% (Mutaqin, 2002).

Bobot dan Persentase Paha Bawah

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian BBJP tanpa diolah 7,5% (R1) sangat nyata (P<0,01) menghasilkan bobot paha bawah ayam Kampung umur 10 minggu lebih rendah jika dibandingkan dengan kontrol (R0). Rataan bobot paha bawah ayam Kampung yang diberikan ransum kontrol dan BBJP baik yang tanpa diolah maupun yang difermentasi (R2, R3, dan R4) adalah 62,33-107,33 g. Bobot paha bawah yang tertinggi diperoleh pada perlakuan R0 (kontrol) yaitu 107,33 g, sedangkan yang terendah pada perlakuan R1 yaitu 62,33 g. Hal ini diduga rendahnya bobot potong yang disebabkan dari kurangnya asupan nutrisi karena racun BBJP yang dapat mengakibatkan penyerapan nutrisi terganggu, akibatnya bobot paha bawah yang dihasilkan rendah. Akan tetapi secara statistik pemberian BBJP tanpa diolah 7,5% dan BBJP difermentasi Rhizopus oligosporus sampai level 12,5% + selulase 400 ppm + fitase 200 ppm tidak mempengaruhi persentase paha bawah ayam Kampung umur 10 minggu. Pada dasarnya, jika bobot karkas rendah maka bobot paha bawah yang dihasilkan juga rendah.

Bobot dan persentase paha bawah pada perlakuan BBJP difermentasi 7,5%, 10% dan 12,5% (R2, R3, dan R4) hampir menyamai ransum kontrol (R0), hal ini disebabkan dari kerja enzim fitase yang dapat menurunkan asam fitat didalam BBJP dan enzim selulase yang dapat merombak serat kasar dalam pakan.

Hasil penelitian Muryanto et al. (2002) menunjukkan persentase paha atas ayam Kampung umur 12 minggu dengan pemberian ransum komersil sebesar 18,00%. Persentase paha bawah ayam broiler umur 6 minggu dengan pemberian ransum komersil dan phytogenik sebesar 16,84-17,13% (Mutaqin, 2002).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Penggunaan BBJP (Jatropha curcas L) tanpa diolah 7,5% menurunkan bobot karkas dan kualitas karkas ayam Kampung. Penggunaan BBJP yang difermentasi Rhizopus oligosporus sampai level 12,5% ditambah dengan enzim fitase dan enzim selulase dapat digunakan sebagai substitusi bungkil kedelai.

Saran

Penggunaan BBJP tanpa diolah tidak disarankan karena dapat menurunkan bobot hidup ayam Kampung.

Dokumen terkait