• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada akhir Juni 2010 sampai awal Januari 2011 di Peternakan Kambing PE Cordero Farm Curug Nangka Ciapus Bogor. Persiapan pembuatan bahan tepung daun torbangun dan tepung daun katuk dilakukan di rumah kaca Fakultas Teknologi Pertanian dan laboratorium lapang Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB Bogor. Analisa kualitas susu dilakukan di Laboratorium Ternak Perah Fakultas Peternakan IPB Bogor.

Materi dan Peralatan

Ternak yang digunakan adalah kambing PE betina laktasi ke 2-4 sebanyak 15 ekor, milik Peternakan Kambing PE Cordero Farm Curug Nangka Ciapus Bogor, dengan bobot rata-rata 47,29±4,07 kg. Kandang yang digunakan adalah kandang individu berukuran 1,5 x 1 x 2 m2 yang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum. Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah ransum yang ada di Peternakan Cordero yang terdiri dari rumput gajah (Pennisetum purpureum), kulit kacang kedelai dan konsentrat, dengan rasio hijauan konsentrat 80:20. Bahan penelitian lain yang digunakan adalah daun torbangun dan daun katuk dalam bentuk tepung yang dicampurkan dengan kulit kacang kedelai dan konsentrat serta ditambahkan seng 20 ppm pada perlakuan E (NRC 1981). Susunan ransum pada penelitian ini disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Susunan ransum kambing PE selama penelitian

Bahan Ransum Ransum

A B C D E

---% BK--- Rumput Gajah

Kulit kacang kedelai Konsentrat Torbangun Katuk Seng suplemen 40 40 20 - - - 35 40 20 5 - - 35 40 20 - 5 - 35 40 20 2,5 2,5 - 35 40 20 2,5 2,5 20 ppm Jumlah 100 100 100 100 100

Alur tahapan penelitian yang dilalui dapat dilihat dan tersaji pada Gambar 4.

Gambar 4 Alur tahapan penelitian

Penetapan lokasi penelitian Ditetapkan 15 ekor kambing PE Survei lokasi penelitian Tepung Pemberian Dijemur terpisah dirumah kaca 2-3 hari Katuk Torbangun Pisahkan daun dengan batang Pembuatan tepung Data Awal

• Ukur konsumsi pakan

• Ukur produksi susu

• Analisa kualitas susu Dijemur langsung

di rumah kaca 2-3 hari

Setelah kering hanya daun saja yang dipakai

Batang dioven 600C 1-2 hari

25

Dilakukan persiapan pembuatan tepung daun torbangun dan tepung daun katuk. Tanaman torbangun dipisahkan batang dan daun lalu dikeringkan di rumah kaca 2-3 hari untuk daun, lalu batang dilanjutkan pengeringan dengan oven pada suhu 600 C sampai kering (1-2 hari). Tanaman katuk langsung dikeringkan dan dipisahkan antara batang dengan daun, untuk digunakan daunnya saja. Setelah kering kemudian dihaluskan dengan menggunakan grinder, lalu diayak dengan ayakan 50 mesh dan hasilnya adalah tepung torbangun dan tepung daun katuk.

Analisa kualitas susu meliputi BJ (berat jenis), lemak, protein, BK (bahan kering) dan BKTL (bahan kering tanpa lemak) yang dilakukan seminggu sekali. BJ ditentukan dengan menggunakan laktodensimeter, lemak diukur dengan metode

Gerber, protein menggunakan titrasi fomol, BK dihitung dengan persamaan

Fleischmann dan BKTL dihitung dengan cara mengurangi BK dengan lemak. Rancangan Percobaan

Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 5 perlakuan dengan 3 kelompok berdasarkan bobot badan. Perlakuan terdiri dari: A= Kontrol (80% hijauan dan 20% konsentrat); B= 5% DaunTorbangun (75% hijauan, 20% konsentrat dan 5% daun torbangun); C= 5% Daun Katuk (75% hijauan, 20% konsentrat dan 5% daun katuk); D= 2,5% Daun Torbangun + 2,5% Daun Katuk (75% hijauan, 20% konsentrat, 2,5% daun torbangun dan 2,5% daun katuk); E= D + seng 20 ppm (75% hijauan, 20% konsentrat, 2,5% daun torbangun, 2,5% daun katuk + zinc 20ppm). Model matematika yang digunakan adalah :

Yij =

μ

+

α

i+ βj +

ε

ij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan (respon) pada perlakuan ke-i, kelompok ke-j, μ = Nilai Rataan umum

αi = Pengaruh perlakuan ransum ke-i (i = A, B, C, D,E) βj = Pengaruh kelompok ke-j (j = 1,2, 3)

Prosedur Penelitian

Perlakuan diberikan selama 8 minggu dimulai minggu ke-2 hingga minggu ke-9. Setelah kambing beranak pada minggu pertama belum diberikan perlakuan (pra perlakuan). Pemberian pakan dilakukan dalam dua tahap yaitu rumput gajah diberikan pukul 08.00 WIB dan pukul 15.00 WIB dan kulit kacang kedelai dengan konsentrat pada pukul 10.00 WIB dan pukul 16.30 WIB. Kulit kacang kedelai dalam hal ini digolongkan sebagai hijauan karena mempunyai kadar serat kasar lebih besar dari 18%. Dengan demikian rasio hijauan konsentrat adalah 80:20. Pemberian tepung torbangun dan tepung katuk dilakukan bersamaan dengan pemberian kulit kacang kedelai dan konsentrat dengan cara mencampurkannya dengan kulit kacang kedelai dan konsentrat. Jumlah ransum yang diberikan ditimbang setiap kali pemberian sedangkan sisanya ditimbang keesokan harinya. Penimbangan dilakukan terpisah untuk sisa hijauan dan kulit kacang kedelai dengan konsentrat.

Pemerahan dilakukan secara manual 2 x sehari pada pukul 06.00 dan pukul 17.00 WIB. Pencatatan produksi susu dimulai setelah induk beranak dari hasil pemerahan pagi dan sore hari. Susu hasil pemerahan minggu pertama masih digolongkan sebagai colostrum dan diberikan kepada anak kambing dengan botol susu. Hasil pemerahan mulai minggu ke-2 sampai minggu ke-9 disisihkan untuk analisa. Pengukuran konsumsi pakan harian, produksi susu harian dan analisa susu dilakukan seminggu sekali. Pengukuran konsumsi pakan dan produksi susu tidak hanya dilakukan pada saat perlakuan, tetapi diukur sampai dengan masa kering kandang. Tujuannya adalah melihat perlakuan berpengaruh saat periode perlakuan dan periode pasca perlakuan.

Peubah yang Diamati

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan (g/ekor/h) adalah jumlah ransum yang diberikan setiap hari diukur dengan cara menghitung selisih antara jumlah pakan yang diberikan dengan sisanya dan dinyatakan dalam bahan bahan kering ransum.

27

Produksi Susu

Produksi susu (ml/e/h) adalah jumlah air susu yang dihasilkan setiap hari dengan cara mengukur hasil pemerahan susu pagi dan sore hari menggunakan gelas ukur skala 1 liter. Pemerahan dilakukan dua kali pada pagi pukul 06.00 dan sore hari 17.00 WIB.

Persistensi Produksi Susu

Persistensi produksi susu yaitu laju penurunan produksi susu setelah mencapai puncak produksi pada satu masa laktasi. Persistensi pada penelitian ini diukur perminggu dengan cara membagi produksi susu harian minggu setelah lewat puncak produksi dengan produksi susu minggu saat puncak produksi kemudian dikalikan 100%. Berikutnya minggu setelahnya dibagi minggu sebelumnya dan dikalikan 100%, sehingga diperoleh rata-rata persistensi produksi susu perminggu. Analisa Kualitas Susu

Analisa kualitas susu dilakukan seminggu sekali dengan mencampur susu pemerahan pagi dan sore secara proposional. Analisa dilakukan terhadap :

a. Berat Jenis

Berat jenis susu ditentukan dengan menggunakan laktodensimeter. Sebanyak 250 ml susu pada suhu 21-300C dituangkan ke dalam gelas ukur,

laktodensimeter dicelupkan perlahan-lahan kedalam susu. Nilai berat jenis susu dan suhu dapat dibaca pada skala laktodensimeter, kemudian dilakukan penyetaraan pada suhu 27,50C.

b. Kadar Lemak Susu

Kadar lemak susu diukur dengan metode Gerber (Lukman & Purnawarman 2009). Sebanyak 10 ml H2SO4 pekat (91-92%) dimasukkan kedalam tabung butirometer, melalui dinding tabung tersebut, secara perlahan-lahan dimasukkan susu sebanyak 10,75 ml, kemudian ditambahkan 1ml amyl

alkohol. Tabung ditutup dengan sumbat karet kemudian dikocok dengan memutar seperti angka delapan hingga homogen. Selanjutnya tabung disentrifuse selama 3 menit dengan putaran 1200 rpm, kemudian direndam dalam penangas air panas 65oC selama 5 menit. Kadar lemak susu dibaca pada skala butirometer dalam satuan persen.

c. Kadar Protein Susu

Kadar protein susu diukur dengan menggunakan titrasi formol (Sudono et al. 1999). Sepuluh milliliter susu ditambah satu milliliter phenolphthalein satu persen sebagai indikator dan 0,4 ml asam oxalate jenuh, didiamkan selama dua menit kemudian di titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna merah muda. Ditambahkan 2 ml formalin 4 %, dimana warna merah akan hilang. Dititrasi kembali dengan NaOH 0,1 N sampai timbul warna merah muda. Persentase protein diperoleh dengan mengalikan volume NaOH pada titrasi kedua setelah dikoreksi terhadap keasaman formalin dengan factor formol. Koreksi terhadap formalin diperoleh dengan jalan mentitrasi dua milliliter formalin ditambah 10 ml akuades dan phenolphthalein sebagai indikator dengan NaOH 0,1 N sebagai titran. Kadar protein susu adalah :

(p-q) ml x 1,95 (factor formol)

dengan : p = Jumlah titran NaOH pada titrasi sample susu

q = Jumlah titran NaOH pada titrasi blangko yang menggunakan akuades

d. Kadar Bahan Kering (BK)

Kadar bahan kering (BK) susu dihitung dengan persamaan Fleischmann. Diperlukan data kadar lemak dan berat jenis susu 27,5oC. Rumus yang digunakan adalah :

29

Bahan Kering = 1.23 L + 2.71

e. Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL) 100 (BJ – 1) BJ dengan : L = kadar lemak susu (%)

BJ = berat jenis susu pada 27,5oC

Sedangkan kadar bahan kering tanpa lemak (BKTL) susu dihitung dengan rumus.

BKTL = BK – L dengan : L = kadar lemak susu (%)

BK = kadar bahan kering (%)

Analisa Data

Data yang diperoleh dianalis dengan sidik ragam dan sidik peragam, jika terdapat perbedaan hasil akan dilanjutkan dengan uji Duncan (Mattjik & Sumertajaya 2006).

Dokumen terkait