• Tidak ada hasil yang ditemukan

LIMBAH TANAMAN UBI JALAR SEBAGAI SUBSTITUSI DAUN RUMPUT GAJAH

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2012. Penelitian bertempat di Laboratorium Industri Pakan, Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Materi Alat dan Bahan

Dalam penelitian tentang uji kualitas fisik yang berkaitan dengan daya simpan pellet sebagai pakan kelinci, alat-alat yang dipergunakan sesuai dengan peubah yang akan diukur antara lain Aw meter, corong, mistar, jangka sorong, vibrator ball mill, durability pellet tester/tumbling (alat pengguling atau pemutar), gelas ukur volume 500 ml, timbangan digital, sudip, gegep besi dan oven 105C.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa limbah pertanian antara lain klobot jagung, limbah tanaman ubi jalar dan daun rumput gajah sebagai hijauan, untuk konsentratnya merupakan ransum komplit (jagung, pollard, onggok, bungkil kedele, bungkil kelapa, tepung ikan, CPO, CaCO3, garam dan premix).

Kandungan nutrien pada hijauan yang digunakan berdasarkan % BK dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan Nutrien Hijauan (% BK)

Hijauan Abu PK SK LK Beta-N Ca P

---(%)--- DRG 13,4 12,6 47,3 1,5 25,2 0,53 0,38 KJ 3,43 6,21 46,74 2,3 41,32 0,7 0,39 LTUJ 9,16 18,75 37,66 0,53 33,9 1,23 0,35 Keterangan : DRG : Daun Rumput Gajah; KJ : Klobot Jagung; LTUJ : Limbah tanaman ubi jalar;

BK : Bahan Kering; Beta-N : Bahan Extrak Tanpa Nitrogen; PK : Protein Kasar; Ca : Kalsium; SK : Serat Kasar; P: Fosfor; LK : Lemak Kasar. *) Hasil analisis di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan (2011).

Setelah penyusunan ransum dilakukan maka persentase penggunaan bahan pakan dapat dilihat pada Tabel 7. Protein kasar yang didapatkan rata-rata sebesar 20,91% dan serat kasar mencapai kisaran 15,19% yang dapat dilihat pada tabel kandungan nutrien ransum dalam % BK (Tabel 7).

Tabel 7. Persentase Penggunaan Bahan Pakan dalam Ransum

Bahan Pakan R0 R1 R2 R3

Rumput gajah (%) 18 12 6 0

Klobot jagung (%) 0 3 6 9

Limbah tanaman ubi jalar (%) 0 3 6 9

Jagung (%) 30 30 30 30 Pollard (%) 13 13 13 13 Onggok 10 10 10 10 Bungkil kedelai (%) 24 24 24 24 Bungkil kelapa (%) 6 6 6 6 Tepung ikan 3 3 3 3 CPO (%) 3 3 3 3 CaCO3 1 1 1 1 Premix (%) 0,5 0,5 0,5 0,5 Garam (%) 0,5 0,5 0,5 0,5

Kandungan Nutrien Ransum (% BK)

Kandungan Nutrien R0 R1 R2 R3 KA (%) 11,07 13,57 10,63 13,21 Abu (%) 9,91 8,3 9,09 8,51 PK (%) 20,54 21,06 21,09 20,96 SK (%) 15,46 15,35 14,77 15,19 LK (%) 3,6 3,78 4,45 4,07 Beta-N (%) 50,49 51,51 50,6 51,27 NDF (%) 72,32 57,09 46,39 75,5 ADF (%) 67,27 34,53 17,85 21,62

Keterangan : R0 : Kontrol (daun rumput gajah 18% ); R1 : daun rumput gajah 12% + klobot 3% + limbah tanaman ubi jalar 3%; R2 : daun rumput gajah 6% + klobot 6% + limbah tanaman ubi jalar 6%; R3 : klobot 9% + limbah tanaman ubi jalar 9%. *) Hasil analisis di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan (2012).

Prosedur

Pembuatan Tepung Hijauan

Penelitian ini menggunakan tiga macam hijauan yaitu daun rumput gajah, klobot jagung dan limbah tanaman ubi jalar. Tahap pertama yaitu pembuatan tepung daun rumput gajah. Rumput gajah yang dalam keadaan segar dipisahkan antara bagian batang dan daun. Bagian daun yang telah dipisahkan kemudian dicacah dengan menggunakan mesin pencacah. Daun rumput gajah yang telah dicacah kemudian dijemur dengan sinar matahari sampai kering. Daun rumput gajah yang telah kering kemudian digiling, dengan dua kali penggilingan menggunakan dua saringan besar ukuran 10 mm dan saringan kecil ukuran 3 mm, sehingga terbentuk tepung daun rumput gajah.

Tahap kedua yaitu pembuatan tepung klobot jagung. Klobot jagung diperoleh dari Pasar Bogor. Klobot jagung dipisahkan dari tongkol jagung yang masih ada, setelah dicacah kemudian dijemur dengan sinar matahari sampai kering. Klobot jagung yang sudah kering kemudian digiling menggunakan saringan besar dua kali dan saringan kecil sampai terbentuk tepung klobot jagung. Tahap ketiga adalah pembuatan tepung limbah tanaman ubi jalar. Proses persiapan pembuatan tepung hijauan dari limbah tanaman ubi jalar hampir sama seperti proses pembuatan tepung klobot jagung, namun penggilingan dengan saringan besar cukup sekali. Proses pembuatan tepung masing-masing hijauan dapat dilihat pada Gambar 4-7.

Gambar 4. Proses Pembuatan Tepung Hijauan

Klobot Jagung Limbah tanaman ubi jalar Daun Rumput Gajah

Dicacah Dijemur Dijemur Dicacah Dijemur Dicacah Digiling Digiling Digiling Tepung limbah tanaman ubi jalar Tepung

klobot jagung Tepung daun

(a) (b) (c) Gambar 5. Proses Pembuatan Tepung Daun Rumput Gajah

(a) Daun rumput gajah setelah dipisahkan dengan batang, (b) Daun rumput gajah setelah dicacah,

(c) Tepung daun rumput gajah

Sumber : Dokumentasi Penelitian (2012)

(a) (b) (c) Gambar 6. Proses Pembuatan Tepung Klobot Jagung

(a) Klobot jagung,

(b) Klobot jagung setelah dicacah, (c) Tepung klobot jagung

Sumber : Dokumentasi Penelitian (2012)

(a) (b) (c)

Gambar 7. Proses Pembuatan Tepung Limbah tanaman ubi jalar (a) Daun ubi jalar,

(b) Batang ubi jalar,

(c) Tepung limbah tanaman ubi jalar Sumber : Dokumentasi Penelitian (2012)

Setelah terbentuk tepung daun rumput gajah, tepung klobot jagung dan tepung limbah tanaman ubi jalar, selanjutnya dicampurkan dengan konsentrat yaitu jagung, bungkil kedelai, tepung ikan, pollard, bungkil kelapa, onggok, CaCO3, CPO,

premiks dan garam, setelah itu dilakukan pengadukan hingga homogen, lalu dimasukkan dalam mesin pellet dengan ukuran die 4 mm. Setelah pellet keluar dari mesin die maka perlu diangin-anginkan lalu disimpan dalam karung.

Peubah

Peubah yang diamati dalam uji fisik antar lain: 1. Kadar Air (Syarief dan Halid, 1993)

2. Berat Jenis

3. Kerapatan Tumpukan (Khalil, 1999)

4. Kerapatan Pemadatan Tumpukan (Khalil, 1999) 5. Sudut Tumpukan

6. Aktivitas Air 7. Ukuran Partikel

8. Ketahanan Pellet terhadap Gesekan (Fairfield, 1994) Uji Sifat Fisik

1. Kadar Air (Syarief dan Halid, 1993)

Penentuan kadar air pellet bahan pakan dilakukan dengan menimbang sampel uji ± 3 gram sebagai berat awal. Kemudian sampel dikeringkan dalam oven 105C sampai beratnya konstan. Nilai kadar air diukur dengan rumus:

KA (%) =

Gambar 8. Oven 105C Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

2. Berat Jenis

Berat jenis diukur menggunakan prinsip hukum Archimedes, yaitu dengan melihat perubahan volume aquades pada gelas ukur (500 ml) setelah memasukkan sampel sebanyak 100 gram ke dalam gelas ukur tersebut. Pembacaan volume akhir dilakukan setelah volume menjadi konstan. Perubahan volume aquades merupakan volume bahan yang sesungguhnya. Berat jenis dinyatakan dalam satuan SI yaitu g/cm3. Nilai berat jenis pellet dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:

BJ = Keterangan:

BJ : berat jenis (g/cm3) W : bobot sampel (g)

V : volume ruang yang ditempati (cm3)

3. Kerapatan Tumpukan (Khalil, 1999)

Kerapatan tumpukan diukur dengan cara mencurahkan sampel sebanyak 100 gram ke dalam gelas ukur kemudian sampel dalam gelas ukur tersebut dilihat ketinggiannya berdasarkan ketinggian yang tertera pada gelas ukur. Kerapatan tumpukan dihitung dengan rumus:

Kerapatan Tumpukan (g/cm3) = Berat bahan (g)/ Volume ruang(cm3)

4. Kerapatan Pemadatan Tumpukan (Khalil, 1999)

Kerapatan pemadatan tumpukan ditentukan dengan cara yang sama seperti kerapatan tumpukan tetapi volume sampel dibaca setelah dilakukan proses pemadatan dengan cara menggoyang-goyangkan gelas ukur sampai volume tidak berubah lagi. Kerapatan pemadatan tumpukan dihitung dengan rumus:

Gambar 9. Gelas Ukur 500 ml Sumber : Dokumentasi Penelitian (2012)

5. Sudut Tumpukan

Pengukuran sudut tumpukan dilakukan dengan cara menjatuhkan atau mencurahkan bahan melalui corong pada bidang datar. Pengukuran diameter dilakukan pada sisi yang sama pada semua pengamatan dengan bantuan mistar dan segitiga siku-siku. Sudut tumpukan dinyatakan dalam satuan derajat () dan dapat ditentukan dengan mengukur diameter dasar (d) dan tinggi (t). Menurut Khalil (1999), sudut tumpukan bahan dinyatakan dengan satuan derajat dan dapat dihitung dengan rumus :

= Cotg (2t / d)

Keterangan:

 : sudut tumpukan ()

d : diameter tumpukan sampel (mm) t : tinggi tumpukan sampel (mm)

Gambar 10. Corong

6. Aktivitas Air

Aw meter dikalibrasikan dan diatur waktunya terlebih dahulu sebelum digunakan, pellet yang akan diukur Aw meter diletakkan pada tempat sampel yang berdiameter 4 cm secara rata agar luas permukaan rapat dan tidak bertumpuk sehingga dapat mengurangi kelembaban air yang dapat mengganggu proses pembacaan alat. Setelah sampel dimasukkan pada alat segera ditutup rapat dan ditunggu sekitar 80 detik sampai tanda panah muncul 4 x, maka harus segera dibaca dan dikeluarkan dari alat pembaca.

Gambar 11. Aw meter (Novasina MS1)

Sumber: selectscience.net/products/ms-1-portable-water-activity-meter/?prodID=113873&docid [17 Setember 2012]

7. Ukuran Partikel

Uji sifat fisik yang dilakukan pada penelitian ini meliputi ukuran partikel berdasarkan Henderson dan Perry (1976). Teknik yang dipakai untuk menentukan kadar kehalusan, keseragaman dan ukuran partikel menggunakan alat vibrator ball mill nomor mesh 4, 8, 16, 30, 50, 100 dan 400.

Bahan ditimbang sebanyak 500 gram dan diletakkan pada bagian paling atas dari sieve, lalu dilakukan penyaringan kemudian dihitung berat bahan yang tertinggal pada tiap saringan. Ukuran partikel dapat diukur seperti Tabel 8.

Kadar kehalusan bahan diketahui setelah didapatkan dan diperhitungkan dengan nomor perjanjian besar sampel (%) pada tiap mesh, dengan rumus:

Tabel 8. Pengukuran Ukuran Partikel German sieve

number

No. Perjanjian

Jumlah bahan yang tertinggal

%

bahan tiap saringan

4 7 ….. ….. 8 6 ….. ….. 16 5 ….. ….. 30 4 ….. ….. 50 3 ….. ….. 100 2 ….. ….. Pan 0 ….. ….. Total 100 gram 100%

Ukuran partikel dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Ukuran partikel rata-rata = (0,0041) x 2KK x 2,54 cm x 10 mm

Menurut Henderson dan Perry (1976) nilai kadar kehalusan suatu bahan dapat dikategorikan berdasarkan:

Kategori kasar : Nilai KK 4,1-7,0 Kategori sedang : Nilai KK 2,9-4,1 Kategori halus : Nilai KK 0,0-2,9

8. Ketahanan Pellet terhadap Gesekan (Fairfield, 1994)

Ketahanan pellet terhadap gesekan diukur dengan cara memasukkan pellet sebanyak 500 gram ke dalam durability pellet tester selama 10 menit dengan kecepatan putaran 50 rpm. Kemudian pellet dikeluarkan dan diayak dengan menggunakan sieve no.8. Pellet yang tertahan pada sieve no.8 ditimbang sebagai berat akhir. Ketahanan pellet terhadap gesekan dihitung menggunakan rumus:

Ketahanan Pellet terhadap Gesekan (%) =

Gambar 12. Durability Pellet Tester Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

Rancangan Percobaan dan Analisis Data Perlakuan

Rancangan percobaan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan pola (4x4) yaitu faktor A adalah substitusi dari klobot jagung dan limbah tanaman ubi jalar terhadap daun rumput gajah, faktor B adalah lama penyimpanan. Satuan percobaan adalah :

R0M0: daun rumput gajah 18% + 82% konsentrat pada minggu ke-0 R0M2: daun rumput gajah 18% + 82% konsentrat pada minggu ke-2 R0M4: daun rumput gajah 18% + 82% konsentrat pada minggu ke-4 R0M6: daun rumput gajah 18% + 82% konsentrat pada minggu ke-6

R1M0: daun rumput gajah 12% + klobot 3% + limbah tanaman ubi jalar 3% + 82% konsentrat pada minggu ke-0

R1M2: daun rumput gajah 12% + klobot 3% + limbah tanaman ubi jalar 3% + 82% konsentrat pada minggu ke-2

R1M4: daun rumput gajah 12% + klobot 3% + limbah tanaman ubi jalar 3% + 82% konsentrat pada minggu ke-4

R1M6: daun rumput gajah 12% + klobot 3% + limbah tanaman ubi jalar 3% + 82% konsentrat pada minggu ke-6

R2M0: daun rumput gajah 6% + klobot 6% + limbah tanaman ubi jalar 6% + 82% konsentrat pada minggu ke-0

R2M2: daun rumput gajah 6% + klobot 6% + limbah tanaman ubi jalar 6% + 82% konsentrat pada minggu ke-2

R2M4: daun rumput gajah 6% + klobot 6% + limbah tanaman ubi jalar 6% + 82% konsentrat pada minggu ke-4

R2M6: daun rumput gajah 6% + klobot 6% + limbah tanaman ubi jalar 6% + 82% konsentrat pada minggu ke-6

R3M0: klobot 9% + limbah tanaman ubi jalar 9% + 82% konsentrat pada minggu ke-0

R3M2: klobot 9% + limbah tanaman ubi jalar 9% + 82% konsentrat pada minggu ke-2

R3M4: klobot 9% + limbah tanaman ubi jalar 9% + 82% konsentrat pada minggu ke-4

R3M6: klobot 9% + limbah tanaman ubi jalar 9% + 82% konsentrat pada minggu ke-6

Analisis data dalam rancangan percobaan ini menggunakan model matematika menurut Steel dan Torrie (1993) yaitu :

Yij = + i ++ ij

Keterangan :

Yij : respon percobaan dari perlakuan ke-I (1,2,3,4,) dan ulangan ke-j (1,2,3,4)

 : nilai rataan umum dari pengamatan

i : efek perlakuan ke-i

ij : pengaruh eror perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati dilakukan Analisis Sidik Ragam (ANOVA). Selanjutnya jika berbeda nyata dilakukan Uji Kontras Ortogonal untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan (Steel dan Torrie, 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Suhu dan Kelembaban

Pellet disimpan di gudang Laboratorium Industri Pakan, dalam karung plastik dengan bentuk tumpukan bata mati di atas palet dan dapat dilihat pada Gambar 13. Penumpukan ini dilakukan karena bentuk tumpukan tersebut paling banyak diterapkan pada gudang-gudang penyimpanan karena pelaksanaan penumpukan relatif mudah dan cepat, serta memudahkan dalam pengecekan kondisi penyimpanan pellet.

Gambar 13. Karung Pellet dalam Bentuk Tumpukan Bata Mati Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

Pengamatan dilakukan pada bulan Februari-Maret, pada bulan tersebut hujan sering terjadi pada pagi dan sore hari yang seringkali sangat lebat, hal tersebut mempengaruhi suhu dan kelembaban gudang penyimpanan yang dapat meningkatkan pertumbuhan jamur pada pellet yang disimpan pada masing-masing karung plastik. Hasil pengamatan suhu dan kelembaban dari gudang penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 9. Hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa ketika suhu dalam tempat penyimpanan semakin meningkat maka kelembaban udaranya akan menurun, begitu juga jika sebaliknya.

Pertumbuhan jamur paling banyak ditemukan pada bagian atas dan bawah karung plastik yang berada di dekat pintu masuk ruang penyimpanan, hal tersebut disebabkan oleh air hujan yang tampias masuk melalui ventilasi udara pada gudang. Menurut Negara (2001), syarat umum untuk suatu kamar penyimpanan antara lain temperatur 18-24C, bersih dan terang, mempunyai ventilasi yang baik untuk sirkulasi udara.

Tabel 9. Rataan Suhu dan Kelembaban Gudang

Penyimpanan

Minggu

M0 M2 M4 M6

3 Feb 12 4-17 Feb 12 18 Feb-2 Mar 12 3-16 Mar 12

Pagi T (°C) 25,5 25,7 25,5 25,9 RH (%) 82,0 80,4 85,3 82,6 Siang T (°C) 27,7 28,3 28,1 28,5 RH (%) 78,0 71,4 77,6 70,5 Sore T (°C) 26,4 28,0 28,2 28,7 RH (%) 81,0 73,9 74,3 65,2 Rataan T (°C) 26,5 27,3 27,3 27,7 RH (%) 80,3 75,2 79,0 72,8

Keterangan : Data merupakan hasil pengamatan selama penyimpanan 6 minggu.

Data suhu dan kelembaban gudang diambil setiap pagi (pukul 08.00-09.00), siang (pukul 12.00-13.00) dan sore (pukul 17.00-18.00) dapat dilihat pada Tabel 10. Suhu berkisar antara 25-28C, sehingga berpengaruh terhadap kelembaban yang relatif semakin rendah. Sirkulasi udara yang kurang baik menyebabkan timbulnya panas dan udara semakin lembab, sehingga hal tersebut memicu perkembangan jamur pada pellet.

Semakin tinggi suhu penyimpanan maka kelembaban relatif makin rendah. Kelembaban relatif yang terlalu tinggi menyebabkan cairan akan terkondensasi pada permukaaan, sehingga permukaan bahan basah dan sangat kondusif untuk pertumbuhan dan kerusakan mikrobial. Kelembaban relatif yang terlalu rendah menyebabkan cairan permukaan bahan akan menguap sehingga pertumbuhan mikroba terhambat oleh dehidrasi dan permukaan bahan menjadi gelap (Frazier et al., 1979).

Pengaruh Perbedaan Jenis Ransum dan Lama Penyimpanan terhadap Peubah Uji Sifat Fisik Pellet Ransum Komplit

Perbedaan jenis ransum dan lama penyimpanan menunjukkan pengaruh terhadap peubah uji sifat fisik pellet ransum komplit yaitu kadar air (%), berat jenis (gr/cm3), kerapatan tumpukan (gr/cm3), kerapatan pemadatan tumpukan (gr/cm3) dan sudut tumpukan (). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi taraf substitusi dari klobot jagung dan limbah tanaman ubi jalar terhadap daun rumput gajah dan lama penyimpanan tidak berbeda nyata. Hasil rataannya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan Uji Sifat Fisik Pellet Ransum Komplit Faktor R KA BJ KT KPT ST R0 11.33C ± 1.82 1.27A ± 0.04 0.60A ± 0.03 0.72A ± 0.03 24.74B ± 1.26 R1 12.49AB ± 1.51 1.25A ± 0.04 0.59B ± 0.03 0.72A ± 0.04 24.49B ± 0.85 R2 12.20BC ± 2.03 1.25A ± 0.03 0.59B ± 0.02 0.70B ± 0.02 26.05A ± 1.78 R3 13.34A ± 1.48 1.22B ± 0.02 0.57C ± 0.03 0.67C ± 0.04 26.63A ± 0.93 Faktor W KA BJ KT KPT ST M0 10.17D ± 1.02 1.28A ± 0.03 0.63A ± 0.02 0.72A ± 0.03 24.57B ± 1.51 M2 12.04C ± 1.18 1.24B ± 0.01 0.58B ± 0.01 0.70B ± 0.01 24.61B ± 0.73 M4 14.15A ± 0.83 1.21C ± 0.02 0.57C ± 0.01 0.66C ±0.03 26.69A ± 1.19 M6 12.99B ± 0.43 1.27A ± 0.03 0.57C ± 0.02 0.73A ± 0.03 26.04A ± 1.35

Keterangan : Superscript berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).

R0: daun rumput gajah 18% + 82% konsentrat, R1: daun rumput gajah 12% + klobot 3% + limbah tanaman ubi jalar 3% + 82% konsentrat, R2: daun rumput gajah 6% + klobot 6% + limbah tanaman ubi jalar 6% + 82% konsentrat, R3: klobot 9% + limbah tanaman ubi jalar 9% + 82% konsentrat; M0: minggu ke-0, M2: minggu ke-2, M4: minggu ke-4, M6: minggu ke-6; KA: Kadar Air, BJ: Berat Jenis, KT: Kerapatan Tumpukan, KPT: Kerapatan Pemadatan Tumpukan, ST: Sudut Tumpukan.

Kadar Air

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa taraf substitusi dari klobot jagung dan limbah tanaman ubi jalar serta lama penyimpanan sangat berbeda nyata (P<0,01) (Lampiran 1) mempengaruhi peningkatan kadar air, terkait dengan suhu dan kelembaban dalam gudang penyimpanan serta curah hujan yang terjadi pada bulan penyimpanan. Interaksi antara taraf substitusi dari klobot jagung dan limbah tanaman ubi jalar terhadap daun rumput gajah dan lama penyimpanan menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata.

Hasil analisa rataan kadar air berkisar antara 10,17%-14,15% (Tabel 10). Ransum pellet dengan klobot 9% + limbah tanaman ubi jalar 9% + konsentrat 82% (R3) menunjukkan nilai rataan paling tinggi, sedangkan dari substitusi untuk daun rumput gajah nilai rataan paling rendah adalah R0 (daun rumput gajah 18% + konsentrat 82%). Nilai rataan tertinggi berdasarkan lama penyimpanan terjadi pada minggu ke-4 dan terendah pada minggu ke-0.

Waktu penyimpanan cenderung meningkatkan kadar air bahan makanan ternak, hal ini akan menunjang pertumbuhan jamur dan akan lebih mempercepat kerusakan bahan makanan ternak. Kadar air semua ransum selama penyimpanan meningkat pada minggu ke-2, kemudian menurun pada minggu ke-6. Faktor yang

mempengaruhi berupa suhu dan lingkungan yang berfluktuasi dari minggu awal sampai minggu berikutnya.

Berat Jenis

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaan taraf substitusi dari klobot jagung dan limbah tanaman ubi jalar terhadap daun rumput gajah serta lama penyimpanan sangat berbeda nyata (P<0,01) (Lampiran 3) mempengaruhi berat jenis pellet. Interaksi kedua faktor menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata. Nilai rataan berat jenis tertinggi berdasarkan perlakuan yaitu pada daun rumput gajah 18% + konsentrat 82% (R0) sebesar 1,27 gr/cm3 dan nilai rataan terendah pada klobot 9% + limbah tanaman ubi jalar 9% (R3) sebesar 1,22 gr/cm3 (Tabel 10).

Pellet dengan berat jenis yang tinggi akan meningkatkan kapasitas penyimpanan (Syarifudin, 2001). Berdasarkan lama penyimpanan maka nilai rataan tertinggi adalah pada minggu ke-0 sebesar 1,28 gr/cm3, kemudian semakin menurun pada minggu ke-2 dan ke-4, meningkat lagi pada minggu ke-6, meskipun nilainya masih di bawah minggu ke-0. Sesuai dengan Tabel 10, kadar air mengalami peningkatan pada minggu ke-4 sehingga hal tersebut akan memberikan dampak pada minggu ke-6 sehingga nilai berat jenis pellet akan meningkat. Pakan atau ransum yang terdiri atas partikel yang perbedaan berat jenisnya cukup besar maka campuran ini tidak stabil dan cenderung mudah terpisah kembali (Khalil, 1999).

Kerapatan Tumpukan

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa nilai kerapatan tumpukan yang dipengaruhi taraf substitusi dari klobot jagung dan limbah tanaman ubi jalar terhadap daun rumput gajah serta lama penyimpanan sangat berbeda nyata (P<0,01) (Lampiran 5). Interaksi kedua faktor menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata. Nilainya kerapatan tumpukan berkisar antara 0,57-0,63 g/cm3 (Tabel 10). Nilai rataan kerapatan pemadatan tumpukan tertinggi berdasarkan perlakuan ditunjukkan oleh R0 (daun rumput gajah 18% + konsentrat 82%) sebesar 0,60 g/cm3, sedangkan terendah yaitu pada R3 (klobot 9% + limbah tanaman ubi jalar 9% + konsentrat 82%) sebesar 0,57 g/cm3. Nilai tertinggi berdasarkan lama penyimpanan yaitu pada minggu ke-0 sebesar 0,63 g/cm3 dan terendah pada minggu ke-4 dan ke-6 sebesar 0,55 g/cm3.

Nilai kerapatan tumpukan menunjukkan porositas dari bahan yaitu jumlah rongga udara yang terdapat di antara partikel-partikel bahan (Khalil, 1999). Kerapatan tumpukan akan semakin meningkat dengan semakin banyak jumlah partikel halus dalam suatu ransum (Johnson, 1994). Menurut Suadnyana (1998), nilai kerapatan tumpukan menurun dengan semakin meningkatnya kadar air karena bahan akan mengembang dengan semakin tingginya kandungan air sehingga volume ruang yang dibutuhkan menjadi besar.

Persentase substitusi penggunaan klobot jagung dan limbah tanaman ubi jalar yang semakin banyak diasumsikan menjadi faktor yang menurunkan kerapatan tumpukan pellet ransum komplit. Klobot jagung merupakan limbah dari tanaman jagung yang berserat tinggi. Partikel serat dari bahannya adalah kasar sehingga menyebabkan kerapatan tumpukan semakin menurun dan disertai adanya peningkatan kadar air yang masuk ke pori-pori tepung hijauan klobot yang tidak sangat halus.

Kerapatan Pemadatan Tumpukan

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa nilai kerapatan pemadatan tumpukan yang dipengaruhi taraf substitusi dari klobot jagung dan limbah tanaman ubi jalar terhadap daun rumput gajah serta lama penyimpanan sangat berbeda nyata (P<0,01) (Lampiran 7). Interaksi kedua faktor menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata. Nilainya berkisar antara 0,66-0,73 g/cm3 (Tabel 10). Nilai rataan tertinggi kerapatan pemadatan tumpukan berdasarkan perlakuan ditunjukkan oleh R1 (daun rumput gajah 12% + klobot 3% + limbah tanaman ubi jalar 3% + konsentrat 82%) tetapi tidak berbeda nyata dengan R0 (daun rumput gajah 18% + konsentrat 82%) yaitu sebesar 0,72 g/cm3, sedangkan terendah yaitu pada R3 (klobot 9% + limbah tanaman ubi jalar 9% + konsentrat 82%) yaitu sebesar 0,67 g/cm3. Berdasarkan lama penyimpanan nilai tertinggi yaitu pada minggu ke-6 sebesar 0,73 g/cm3, sedangkan nilai rataan terendah yaitu pada minggu ke-4 sebesar 0,66 g/cm3.

Kerapatan pemadatan tumpukan dan kerapatan tumpukan pellet ransum komplit menunjukkan korelasi positif, semakin tinggi nilai kerapatan tumpukan maka kerapatan pemadatan tumpukan akan semakin tinggi dan sebaliknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan pemadatan tumpukan cenderung meningkat antar perlakuan, hal tersebut dikarenakan kadar air pellet yang semakin

tinggi menyebabkan berat pellet tiap satuan volume menjadi meningkat sehingga tingkat pemadatan pellet menjadi meningkat. Menurut Sayekti (1999), kerapatan pemadatan tumpukan selain dipengaruhi oleh kadar air dan ukuran partikel juga turut dipengaruhi oleh ketidaktepatan pengukuran. Perbedaan cara pemadatan akan mempengaruhi nilai kerapatan pemadatan tumpukannya.

Sudut Tumpukan

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa nilai sudut tumpukan yang dipengaruhi taraf substitusi dari klobot jagung dan limbah tanaman ubi jalar terhadap daun rumput gajah serta lama penyimpanan sangat berbeda nyata (P<0,01) (Lampiran 9). Interaksi kedua faktor menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata. Nilainya berkisar antara 24,49-26,69 (Tabel 10). Berdasarkan perlakuan nilai rataan tertinggi ditunjukkan pada R3 (klobot 9% + limbah tanaman ubi jalar 9% + konsentrat 82%) yaitu sebesar 26,63. Nilai rataan terendah pada R1 (daun rumput gajah 12% + klobot 3% + limbah tanaman ubi jalar 3% + konsentrat 82%) sebesar 24,49. Berdasarkan lama penyimpanan nilai rataan tertinggi ditunjukkan pada minggu ke-4 sebesar 26,69. Nilai rataan terendah sudut tumpukannya ditunjukkan pada minggu ke-0 sebesar 24,57.

Didasarkan pada Fasina dan Sokhansanj (1993), klasifikasi aliran bahan berdasarkan sudut tumpukan pada penelitian pellet ransum komplit yang telah dilakukan dapat dikategorikan sangat mudah mengalir karena masih berada dikisaran 20-30. Sudut tumpukan adalah sudut yang terbentuk antara bidang datar dengan kemiringan tumpukan yang akan terbentuk bila bahan dicurahkan pada bidang datar melalui sebuah corong serta menunjukkan kriteria kebebasan bergerak dari partikel pada suatu tumpukan bahan. Semakin bebas suatu partikel bergerak, maka sudut tumpukan yang terbentuk juga kecil.

Aktivitas Air

Nilai aktivitas air pada penelitian berkisar antara 0,53-0,71 (Tabel 11). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh taraf substitusi hijauan serta lama penyimpanan sangat berbeda nyata (P<0,01) mempengaruhi peningkatan aktivitas air. Interaksi antara faktor substitusi ransum dan lama penyimpanan juga

menunjukkan bahwa sangat berbeda nyata (P<0,01) (Lampiran 11). Pada semua ransum pellet, aktivitas air mulai meningkat pada minggu ke-2, sehingga hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme pada pellet.

Tabel 11. Rataan Pengaruh Substitusi Hijauan dan Lama Penyimpanan terhadap Aktivitas Air

Perlakuan Lama Penyimpanan (minggu)

M0 M2 M4 M6

R0 0,53E± 0.004 0,64BC± 0.01 0,67B± 0.02 0,69AB± 0.004 R1 0,56DE± 0.004 0,68AB± 0.01 0,70AB± 0.01 0,69AB± 0.01 R2 0,53E ± 0.01 0,68AB± 0.01 0,71A± 0.01 0,70AB± 0.005 R3 0,60CD± 0.02 0,70AB± 0.01 0,71A± 0.01 0,69AB± 0.01 Keterangan : Superscript yangberbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).

R0: daun rumput gajah 18% + 82% konsentrat, R1: daun rumput gajah 12% + klobot

Dokumen terkait