• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERBEDA UMUR YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG LIMBAH TAUGE

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, sedangkan pengujian pascapemotongan dilakukan di Laboratorium Instrumen, Balai Besar Industri Agro.

Materi Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 6 ekor yang terdiri atas 3 ekor domba garut lepas sapih berumur sekitar 2 bulan dan 3 ekor domba garut berumur 8 bulan. Domba yang digunakan merupakan domba garut tipe pedaging. Ternak dikandangkan secara individu dan dipelihara selama tiga bulan. Ternak dipotong pada umur 5 dan 11 bulan.

Daging Domba

Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

Pakan

Pakan diberikan kepada domba dalam bentuk pelet dengan rasio hijauan dibanding konsentrat 30:70. Sumber hijauan yang digunakan adalah limbah tauge. Bahan dan formulasi ransum yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Bahan Kimia

Bahan yang digunakan untuk analisis proksimat antara lain petroleum eter, K2SO4, HgO, H2SO4, NaOH, Na2S2O3, metilen merah dan biru. Bahan kimia yang

digunakan untuk analisis asam lemak antara lain akuades, KOH, HCl, heksana, helium, nitrogen, asam heptadekanoat, dan komponen asam lemak murni. Bahan yang digunakan untuk analisis kolesterol antara lain alkohol, KOH, akuades, eter, helium, nitrogen, dan sampel kolesterol murni.

16 Tabel 4. Bahan dan Komposisi Kimia Ransum Limbah Tauge

Bahan Pakan Komposisi (%)

Limbah tauge 30 Onggok 10 Jagung 10 Bungkil kelapa 32 Bungkil kedelai 10 CaCO3 2,5 Molases 5 NaCl 0,3 Premix 0,2 Jumlah 100 Komposisi Kimia *) Bahan Kering 100 Protein Kasar 18 Serat Kasar 22,60 Lemak 5,70 Ca 0,83 P 0,10 TDN 72,22

Keterangan: *) Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB (2011)

Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk analisis adalah oven, labu destruksi, labu destilasi, cawan porselen, desikator, batu didih, labu lemak, alat ekstrak soxhlet merek FATEX-S, tabung reaksi, labu erlenmeyer, gelas beaker, pipet mikroliter, injektor, evaporator, timbangan analitik, timbangan digital, hot plate magnetic stirrer, peralatan gas kromatografi merek Shimadzu tipe GC-2010AF untuk analisis asam lemak dan merek HP tipe 2010 untuk analisis kadar kolesterol.

17

Prosedur Analisis Proksimat

Analisis proksimat merupakan analisis yang sering digunakan untuk menentukan nilai nutrisi daging. Analisis proksimat dilakukan berdasarkan prosedur AOAC (2005).

Kadar Air. Cawan dimasukkan ke oven pada suhu 105 °C, didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang (X1). Sampel ditimbang sebanyak 3 g (A). Sampel

dikeringkan dengan cara dimasukkan ke dalam oven suhu 105 °C hingga beratnya konstan (X2). Kadar air dihitung sebagai berikut:

Kadar Air (%) = × 100%

Kadar Protein. Kadar protein diukur menggunakan metode Kjeldahl. Sampel sebanyak 0,2 gram didestruksi dengan H2SO4, HgO, K2SO4 masing-masing 10 ml

kemudian dipanaskan sampai filtrat menjadi jernih. Selanjutnya dilakukan destilasi. Filtrat yang telah jernih ditambahkan 20 ml akuades dan 10 ml NaOH-Na2S2O3,

sebagai penampung digunakan larutan asam borat 5,5% serta campuran 2 tetes indikator metil merah dan metil biru 0,2% dalam alkohol. Terakhir adalah tahap titrasi. Air bilasan salam tabung kondensor ditampung dalam labu erlenmeyer tempat destilasi. Isi labu erlenmeyer diencerkan hingga 50 ml kemudian dititrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna. Kadar N dihitung sebagai berikut:

Kadar N (%) = × × , × 100% Kadar protein = 6,25 × N

Kadar Lemak. Sampel ditimbang sebanyak 5 g dan dihancurkan, kemudian dibungkus dengan kertas saring. Sampel tersebut dimasukkan ke dalam alat ekstrak soxhlet, selanjutnya diekstraksi dengan pelarut petroleum eter selama 4 jam. Lemak atau minyak yang tertampung dalam soxhlet dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105 °C untuk dikeringkan. Kadar lemak dihitung sebagai berikut:

18 Keterangan:

A = Berat labu dan lemak yang telah diekstraksi B = Berat labu yang belum diekstraksi

C = Berat sampel awal

Kadar Abu. Sampel sebanyak 3 g dipanaskan di atas hot plate sampai tidak berasap, kemudian diabukan dalam tanur pada suhu 600°C selama 4 jam sampai diperoleh abu berwarna keputih-putihan. Kadar abu dihitung menggunakan rumus berikut:

Kadar Abu (%) = × 100%

Keterangan:

X1 = Berat cawan dan abu

X2 = Berat cawan kosong

C = Berat sampel awal

Kadar Karbohidrat. Kadar karbohidrat dihitung dengan menggunakan cara by differences dengan rumus sebagai berikut:

% Karbohidrat = 100% - (abu+lemak+air+protein)%

Analisis Komposisi Asam Lemak

Analisis komposisi asam lemak dilakukan sesuai metode AOAC (2005). Sampel daging sebanyak 5 g dicampur 50 ml akuades kemudian dipanaskan. Sebanyak 3 ml KOH ditambahkan kemudian dipanaskan kembali selama 30 menit. Sampel yang telah disaponifikasi ditambah dengan 5 ml HCl 6 N, dimasukkan ke tabung ekstraktor dengan 100 ml heksana, selanjutnya dipanaskan dan direfluks dengan magnetic stirrer dengan kecepatan 250 siklus/menit selama 30 menit. Fraksi yang tidak tersaponifikasi ditambahkan heksana 10 ml.

Kondisi alat gas kromatografi yang digunakan adalah: menggunakan kolom silika SPTM-2560 (3 m x 4 mm x 0,2 µm; Supelco, Inc., Bellefonte, PA) dengan detector FID (flame ionization detection). Suhu oven diprogram pada 175°C selama 14 menit dan meningkat menjadi 185°C dengan kecepatan 5°C/menit, dan

19 dipertahankan selama 50 menit. Suhu port detektor dan injektor adalah 185 °C dan 220 °C. Gas pembawa yang digunakan adalah gas helium dengan laju aliran 0,7 ml/menit dan nitrogen dengan laju aliran 40 ml/menit. Identifikasi metal ester asam lemak berdasarkan waktu retensi dan puncak sampel dengan standar senyawa murni setiap komponen asam lemak. Kuantifikasi asam lemak dilakukan berdasarkan standar internal metal ester asam heptadekanoat.

Analisis Kadar Kolesterol

Saponifikasi dan Ekstraksi. Analisis dilakukan sesuai dengan metode AOAC (2005). Saponifikasi kolesterol dimulai dengan menimbang 2-2,5 g sampel, ditambahkan 25 ml alkohol dan 1,5 ml KOH. Campuran tersebut diaduk, dididihkan, dan direfluks selama 30 menit, kemudian dituang ke separator yang berisi 50 ml akuades. Tabung saponifikasi dibilas dengan 50 ml eter. Bilasan dituangkan ke separator kemudian dikocok hingga lapisan terpisah. Lapisan eter dituang ke separator kedua yang berisi 20 ml akuades. Selanjutnya larutan penyabunan diekstraksi dengan 50 ml eter. Ekstrak eter dikocok perlahan dengan 20 ml akuades kemudian lapisan eter yang terpisah dituang ke tabung berikutnya. Tabung berisi lapisan eter tersebut dituangi akuades 20 ml lalu dikocok. Larutan eter dibilas 3 kali dengan 20 ml KOH 0,5 N dan air, kemudian dikocok kembali. Ekstrak eter dipindahkan pada gelas dan dievaporasi untuk dikeringkan di bawah aliran nitrogen.

Pengukuran Kolesterol. Pengukuran dilakukan menggunakan alat kromatografi dengan kolom kapiler (1,8 m x 4 mm x 0,15 µm). Sebanyak 2 ml sampel diinjeksikan ke sistem GC kemudian diinjeksikan 2 ml larutan standar internal kolesterol. Suhu split injektor 200°C dan suhu detektor 250°C. Detektor yang digunakan adalah flame ionization detection (FID). Laju alir gas pembawa yaitu helium sebesar 45 ml/menit, nitrogen 20-25 psi, udara 300-340 ml/menit. Kuantifikasi kolesterol berdasarkan waktu retensi dan puncak sampel dengan standar senyawa murni kolesterol.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola searah untuk kandungan nutrisi, komposisi asam lemak,

20 dan kadar kolesterol dengan tiga kali ulangan untuk daging domba garut 5 dan 11 bulan. Model analisis dari rancangan acak lengkap pola searah adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie, 1991):

Yij = µ + αi + €ij

Keterangan:

Yij = Hasil nilai pengamatan

µ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruh taraf ke-i faktor umur €ij = Galat percobaan

Pengaruh perlakuan dianalisis dengan analisis ragam (analysis of variance/ ANOVA). Apabila perlakuan berpengaruh nyata digunakan uji Duncan untuk melihat perbedaan nilai tengah.

Ke Proses Penggemukan Domba yang di penggemukan. Domba di penggemukan dilakukan minggu. Penggemukan Ruminansia Kecil Blok dikandangkan secara indi

(a)

Gambar 8. Lokasi Peneli Produksi Terna

Ransum yang di limbah tauge. Limbah pemilihan limbah tauge limbah pasar yang dap memiliki nilai nutrisi ya harian (PBBH). Rahayu sampai 50% dalam rans tauge dapat digolongkan mencapai 49,44% (Raha Bogor, kemudian dikerin

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pemeliharaan Ternak

digunakan pada penelitian ini merupakan dipilih dengan bobot dan tingkat umur yang s an selama tiga bulan dengan masa adapta dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu P ok B Fakultas Peternakan Institut Pertanian ndividu, pada kandang panggung.

(b)

nelitian. (a) Kandang Penggemukan Laboratorium ernak Ruminansia Kecil Blok B; (b) Kandang I diberikan pada penelitian ini adalah ransum

h tauge diberikan ad libitum dalam bentuk sebagai bahan dasar pakan dasar pakan adal dapat mencemari lingkungan bila tidak diol

yang baik, dan dapat meningkatkan pertambaha yu et al. (2011) menyatakan bahwa penggunaa

nsum menghasilkan PBBH sebesar 145 g/eko kan sebagai hijauan karena mengandung serat ka hayu et al., 2010). Limbah tauge segar diper ringkan dan diformulasikan menjadi ransum be

21 kan domba hasil

g seragam. Proses ptasi selama dua u Produksi Ternak n Bogor. Domba

orium Lapang Ilmu g Individu.

nsum mengandung ntuk pelet. Alasan dalah pemanfaatan diolah, ekonomis, bahan bobot badan unaan limbah tauge ekor/hari. Limbah kasar yang tinggi peroleh dari pasar berbentuk pelet.

22

(a) (b) (c)

Gambar 9. Limbah Tauge dan Ransum Pelet yang Mengandung Limbah Tauge. (a) Limbah Tauge Segar; (b) Limbah Tauge Kering Udara; (c) Pelet Limbah tauge

Selama penggemukan ada beberapa jenis perawatan yang dilakukan pada domba meliputi pemberian obat cacing pemotongan kuku, pencukuran wol, pengobatan ektoparasit, dan pengobatan diare. Investasi ektoparasit pada minggu- minggu awal penelitian cukup mengganggu pertumbuhan domba, namun bisa segera diatasi. Pengobatan oral untuk domba yang sakit dilakukan secara tradisional untuk menghindari pengaruh bahan kimia terhadap daging domba. Pertumbuhan ternak dipantau dengan cara penimbangan bobot badan setiap dua minggu sekali.

Proses Pemotongan

Setelah digemukkan selama tiga bulan, domba dipotong untuk dapat dianalisis kandungan kimia dagingnya. Pemotongan dilakukan pada umur potong yang berbeda. Domba dipotong pada umur 5 dan 11 bulan. Sebelum pemotongan, domba dimandikan untuk mengurangi resiko kontaminasi pada karkas akibat kotoran yang menempel pada tubuh domba. Domba juga dipuasakan selama 18 jam. Puasa ini bertujuan untuk mengurangi resiko pencemaran akibat digesta dan untuk mengurangi feces dalam usus agar kualitas daging terjaga. Air minum tetap diberikan ad libitum.

Pemotongan ternak dimulai dengan memotong leher hingga vena jugularis, oesophagus, dan trachea terputus (dekat tulang rahang bawah) agar terjadi pengeluaran darah yang sempurna. Kemudian ujung oesophagus diikat agar cairan rumen tidak keluar apabila ternak tersebut digantung. Kepala dan kaki dilepaskan. Ternak tersebut digantung pada tendo-achiles pada kedua kaki belakang, kemudian

23 kulitnya dilepas. Karkas segar diperoleh setelah semua organ tubuh bagian dalam dikeluarkan, yaitu alat reproduksi, hati, limpa, jantung, paru-paru, trachea, alat pencernaan, empedu, dan pankreas kecuali ginjal. Karkas segar dipotong bagian ekornya, kemudian dilayukan pada suhu 18 °C selama 24 jam.

Gambar 10. Pelayuan Karkas Domba

Karkas yang telah dilayukan dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas kanan dan karkas kiri. Karkas kiri dipotong menjadi sembilan bagian potongan komersial. Masing-masing bagian dipisahkan antara daging dan tulang (deboning). Sampel daging diambil dari potongan komersial loin, rack, dan shoulder. Ketiga potongan ini merupakan bagian dari otot Longissimus thoracis et lumborum.

Gambar 11. Bagian Daging yang Digunakan sebagai Sampel. (a) Loin; (b) Rack; (c) Shoulder

(c) (b)

Laju Pertumbuhan Dom

Proses pertumbuha perkembangan. Pertum mencapai dewasa tubuh, komposisi dan bentuk pertumbuhan ternak mem hubungan antara bobot Inounu et al. (2007) m dapat memperkirakan u sebagai parameter dalam menganalisis efisiensi pr

Faktor yang mem atas genetik, fisiologis, dilakukan dengan mem diminimalkan dengan ad dan kebutuhan nutrisi Rataan konsumsi ransum

Gambar 12. Rataan Kons

K ons um si ( g/ ekor /ha ri ) 1000 omba

buhan ternak terjadi dalam dua bentuk, yaitu pe umbuhan adalah pertambahan dalam bobot

ubuh, sedangkan perkembangan adalah per ntuk serta bermacam-macam fungsi tubuh.

embentuk kurva seperti huruf “S” (sigmoid), y bobot badan dengan umur ternak (Berg et al., 1983)

model kurva pertumbuhan mempunyai manf n umur pada saat bobot potong optimal serta lam metode seleksi pada waktu prasapih dan produksi ternak selama hidup (lifetime product empengaruhi pertumbuhan dan perkembanga s, nutrisi, dan manipulasi eksogen (Lawrie, 2003)

emperhatikan faktor-faktor tersebut. Kerag n adanya masa adaptasi. Lingkungan dibuat seny

i dipenuhi sehingga mengoptimalkan pertum um harian disajikan pada Gambar 12.

onsumsi Ransum Harian Domba Garut Umur 5 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 5 bulan 11 bulan 774 997 24 u pertumbuhan dan bobot tubuh sampai perubahan dalam ubuh. Pola umum , yang merupakan , 1983). Menurut nfaat diantaranya ta bisa digunakan dan berguna untuk oduction efficiency). gan ternak terdiri 2003). Penelitian agaman individu nyaman mungkin umbuhan domba.

25 Pertumbuhan domba pada penelitian ini dilihat dengan cara mengukur pertambahan bobot badan per dua mingguan selama penggemukan. Laju pertumbuhan domba garut 5 dan 11 bulan pada penelitian ini disajikan pada Gambar 13. Secara umum, baik domba garut 5 maupun 11 bulan menunjukkan pola laju pertumbuhan yang sama. Kedua kelompok umur domba masih menunjukkan pertumbuhan bobot badan.

Domba pada penelitian ini dipotong pada umur 5 dan 11 bulan. Berdasarkan grafik laju pertumbuhan dapat dilihat bahwa domba 5 maupun 11 bulan masih menunjukkan pertumbuhan bobot badan yang artinya pertumbuhan masih terkonsentrasi pada pembentukan otot. Pertumbuhan postnatal terdiri atas periode pertumbuhan sebelum penyapihan dan setelah penyapihan (Aberle et al. 2001). Proses pertumbuhan pada ternak 75% terjadi hingga umur satu tahun dan 25% pada saat ternak mencapai dewasa.

Pertumbuhan suatu bagian tubuh ternak dikontrol oleh aktivitas bagian- bagian lainnya. Setiap bagian tubuh ternak pertumbuhannya tidak berhenti secara bersamaan, tetapi ada beberapa jaringan yang tumbuh terus sepanjang ternak itu hidup. Beberapa bagian tumbuh dengan cepat dan beberapa bagian yang lainnya tumbuh lebih lambat. Kecepatan pertumbuhan maksimum dapat terjadi dalam suatu rangkaian yang teratur sehingga dikenal adanya titik infleksi. Titik infleksi

0 5 10 15 20 25 30 35 2 4 6 8 10 12 B obot ba da n (K g ) (minggu ke-) 5 bulan 11 bulan

merupakan titik maksim peralihan yang semula p (Inounu et al., 2007). R bulan lebih tinggi diban masih berada pada mas terbentuk. Berdasarkan domba 11 bulan lebih t PPBH domba garut 5 dan

Gambar 14. Rataan Perta Bulan

Karena pertumbuha konsumsi pakan pun dim adanya perbedaan yang nutrisi, komposisi asam ini masih pada fase per Inounu et al. (2003) da persilangannya juga men percepatan pertambahan P P B H ( g/ ekor /ha ri )

imum pertumbuhan bobot hidup. Pada titik a percepatan pertumbuhan menjadi perlambata

Rataan pertambahan bobot badan harian (PB bandingkan domba 5 bulan. Hal ini disebabkan

asa awal percepatan pertumbuhan, baru seba n data rataan konsumsi harian, dapat dilihat ba h tinggi sehingga PBBH juga cenderung lebih 5 dan 11 bulan disajikan pada Gambar 14.

rtambahan Bobot Badan Harian Domba Garut U

buhan masih ditujukan untuk pembentuka manfaatkan untuk tujuan tersebut. Hal ini men g nyata antara domba 5 dan 11 bulan dalam m lemak, dan kadar kolesterol daging. Kedua k pertumbuhan yang sama, yaitu fase percepatan

dalam hasil penelitiannya terhadap anakan dom enyebutkan bahwa sampai umur 12 bulan, ma han bobot badan.

0 20 40 60 80 100 120 140 160 5 bulan 11 bulan 127 153 (Umur) 26 k tersebut terjadi atan pertumbuhan BBH) domba 11 bkan domba 5 bulan bagian otot yang t bahwa konsumsi bih tinggi. Rataan

ut Umur 5 dan 11

ukan otot, maka enyebabkan tidak m hal kandungan dua kelompok umur tan pertumbuhan. domba garut dan asih terus terjadi ur)

27

Kandungan Nutrisi Daging Domba

Kandungan nutrisi yang dianalisis pada penelitian ini antara lain kadar air, protein, lemak, kadar abu, dan karbohidrat. Kandungan nutrisi biasanya digunakan sebagai salah satu penentu kualitas bahan pangan seperti daging. Kandungan nutrisi daging domba yang diamati selama penelitian tercantum pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Kandungan Nutrisi dan Kadar Kolesterol Daging Domba Garut 5 dan 11 Bulan Peubah Umur 5 bulan 11 bulan Segar 100% BK Segar 100% BK Kadar Air (%) 69,17 ± 3,17 − 71,33 ± 4,09 − Protein (%) 20,19 ± 2,07 66,24 ± 12,10 21,97 ± 0,68 77,65 ± 10,40 Lemak (%) 5,74 ± 1,12 18,56 ± 2,50 5,50 ± 3,60 18,24 ± 10,46 Kadar Abu (%) 1,88 ± 1,63 6,05± 4,95 1,13 ± 0,19 3,94 ± 0,25 Karbohidrat (%) 0,05 ± 0,01 0,16 ± 0,03 0,05 ± 0,01 0,18 ± 0,02

Keterangan: BK= Bahan Kering

Kadar Air

Tidak ada perbedaan yang nyata antara kadar air daging domba garut 5 bulan dan domba 11 bulan (P > 0,05). Rataan kadar air daging domba garut 5 bulan sebesar 69,17% ± 3,17%, sedangkan rataan kadar air daging domba garut 11 bulan sebesar 71,33% ± 4,09%. Rataan kadar air pada penelitian ini sesuai dengan pendapat Forrest et al. (2001) yang menyatakan bahwa daging mengandung air sekitar 75% dengan kisaran 60%-80%.

Kadar air pada penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Astuti (2006), yang melaporkan bahwa kadar air domba garut 5 bulan lebih tinggi (73,64%) daripada domba garut 11 bulan (71,30%). Kadar air yang didapat pada penelitian ini lebih rendah daripada hasil penelitian Purbowati et al. (2006) pada domba jantan lokal, yaitu sebesar 75,13%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar air pada tubuh ternak juga dipengaruhi oleh bangsa ternak (Lawrie, 2003).

28

Protein

Perbedaan umur tidak berpengaruh terhadap kadar protein pada daging domba (P > 0,05). Hal ini disebabkan domba garut 5 dan 11 bulan dipotong pada umur di bawah satu tahun. Kedua kelompok umur potong ini ada pada fase pertumbuhan yang sama, yaitu masa percepatan pertumbuhan. Pertumbuhan pada masa ini difokuskan pada pembentukan otot, yang berarti terjadi deposisi protein. Inounu et al. (2003) menyatakan bahwa percepatan pertumbuhan akan tetap berlangsung sampai umur 12 bulan.

Rataan kadar protein daging domba garut 5 bulan adalah sebesar 20,19 % ± 2,07%, sedangkan domba garut 11 bulan sebesar 21,99% ± 0,68%. Kadar protein daging pada penelitian ini sesuai dengan pendapat William (2007) bahwa kandungan protein pada daging domba dewasa sebesar 21,5%. Rataan kadar protein domba garut 5 bulan berbeda dengan penelitian Astuti (2006) sebesar 14,57%. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan pakan yang digunakan dalam penelitian.

Lemak

Berdasarkan analisis ragam, umur yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kadar lemak daging (P > 0,05). Rataan kadar lemak daging domba garut 5 bulan sebesar 5,74% ± 1,12% dan 11 bulan sebesar 5,50% ± 3,60%. Kandungan lemak tidak berbeda karena domba masih pada fase pertumbuhan yang sama yaitu percepatan pertumbuhan. Pertumbuhan masih difokuskan pada pembentukan otot sehingga belum banyak terjadi deposit lemak.

Rataan kadar lemak daging domba pada penelitian ini lebih tinggi daripada hasil penelitian Purbowati et al. (2006) pada domba lokal umur 5 bulan sebesar 5,08% dan umur 12 bulan sebesar 3,90%. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan bangsa domba yang diteliti. Rataan kadar lemak pada penelitian ini lebih rendah daripada hasil penelitian Astuti (2006) pada domba garut umur 12 bulan yang menghasilkan kadar lemak sebesar 6,24%. Perbedaan ini dapat disebabkan perbedaan pakan yang diberikan. Konsentrat komersil dan rumput lapang merupakan pakan yang diberikan dalam penelitian tersebut. Menurut Lawrie (2003), salah satu faktor yang mempengaruhi deposit lemak intramuskuler adalah nutrisi.

29

Kadar Abu

Kadar abu menggambarkan jumlah mineral anorganik yang ada pada suatu bahan pangan. Mineral yang ada dalam daging pada umumnya terdiri atas kalsium, fosfor, potasium, sulfur, sodium, klorin, magnesium dan besi (Lawrie, 2003). Kadar abu daging domba garut 5 dan 11 bulan tidak menunjukkan perbedaan nyata (P > 0,05). Rataan kadar abu daging domba 5 bulan sebesar 1,88% ± 1,63%, sedangkan kadar abu daging domba 11 bulan sebesar 1,13% ± 0,19%. Tidak berbedanya kadar abu disebabkan variasi kadar abu pada daging relatif kecil. Menurut Berg et al. (1983), kadar abu ternak meningkat dengan laju paling rendah dibandingkan dengan komposisi lainnya.

Kadar abu daging domba 11 bulan yang didapatkan pada penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lee et al. (2008) sebesar 1,17%,. Kadar abu domba 11 bulan pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purbowati et al. (2006) yang menghasilkan kadar abu sebesar 1,06%. Perbedaan ini dapat disebabkan jenis domba lokal yang digunakan dalam penelitian berbeda.

Karbohidrat

Perbedaan umur tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan karbohidrat daging domba (P > 0,05). Rataan kadar karbohidrat pada daging domba 5 bulan adalah sebesar 0,05% ± 0,01%, sedangkan kadar karbohidrat pada daging domba 11 bulan adalah sebesar 0,05% ± 0,01%. Kandungan karbohidrat pada daging umumnya rendah. Hal ini dikarenakan jaringan hewan mempunyai keterbatasan untuk menyimpan energi dalam bentuk karbohidrat (Wirahadikusumah, 1985).

Kadar karbohidrat daging domba pada penelitian ini lebih rendah daripada hasil penelitian Astuti (2006) yang menghasilkan kadar karbohidrat sebesar 3,56% pada domba 12 bulan. Kadar karbohidrat pada penelitian ini juga berbeda dengan pendapat Sorensen et al. (1983), yang menyatakan kadar karbohidrat pada daging domba sebesar 0,5%-1%. Kadar karbohidrat yang didapatkan pada penelitian ini lebih kecil karena domba garut yang diteliti ini memiliki tingkat aktivitas tinggi sehingga karbohidrat digunakan untuk energi.

30

Komposisi Asam Lemak

Komposisi asam lemak daging domba garut 5 dan 11 bulan yang diberi ransum mengandung limbah tauge tidak berbeda nyata (P > 0,05). Hasil analisis komposisi asam lemak daging domba garut 5 dan 11 bulan disajikan pada Tabel 6. Asam lemak jenuh daging domba yang teridentifikasi adalah asam palmitat (C16:0) dan asam stearat (C 18:0). Selain itu juga terdapat asam kaprilat (C8:0), asam laurat (C12:0), asam kaprat (C10:0), asam miristat (C14:0). Asam lemak tak jenuh yang teridentifikasi adalah asam oleat (C18:1), asam linoleat (C18:2), dan asam linolenat (C18:3).

Tabel 6. Komposisi Asam Lemak Daging Domba Garut 5 dan 11 Bulan yang Diberi Ransum Mengandung Limbah Tauge

Asam Lemak Umur Rataan

5 bulan 11 bulan ---% dalam lemak--- C8:0 (asam kaprilat) 0,02 ± 0,03 0,01 ± 0,01 0,02 ± 0,02 C10:0 (asam kaprat) 0,01 ± 0,01 0,01 ± 0,01 0,01 ± 0,01 C12:0 (asam laurat) 0,18 ± 0,17 0,08 ± 0,06 0,13 ± 0,13 C14:0 (asam miristat) 0,39 ± 0,29 0,19 ± 0,14 0,29 ± 0,23 C16:0 (asam palmitat) 1,21 ± 0,76 0,59 ± 0,32 0,90 ± 0,62 C18:0 (asam stearat) 0,43 ± 0,25 0,19 ± 0,10 0,31 ± 0,22 C18:1 (asam oleat) 1,27 ± 0,75 0,51 ± 0,21 0,89 ± 0,65 C 18:2 (asam linoleat) 0,21 ± 0,13 0,13 ± 0,09 0,17 ± 0,11 C 18:3 (asam linolenat) 0,01 ± 0,01 0,01 ± 0,01 0,01 ± 0,01 Total 3,73 ± 0,49 1,71 ± 0,22

Komposisi Asam Lemak Jenuh

Komposisi asam lemak jenuh daging domba garut 5 dan 11 bulan yang diberi ransum mengandung limbah tauge tidak berbeda nyata (P > 0,05). Perbandingan komposisi asam lemak jenuh daging domba garut 5 dan 11 bulan dapat dilihat pada Gambar 15. Asam lemak jenuh khas domba yang teridentifikasi adalah asam palmitat (C16:0) dan asam stearat (C18:0). Selain itu juga terdapat asam kaprilat (C8:0), asam kaprat (C10:0), asam laurat (C12:0), asam miristat (C14:0).

Gambar 15. Perbandinga Bulan yang Sesuai hasil pene domba lebih kaya akan dominan baik pada dom terjadi karena pada pro dalam sintesis asam lem produk akhir berupa pal diubah menjadi asam dengan enzim yang berb keadaan dan komposisi di

Hasil penelitian i al. (2012) bahwa pem terhadap komposisi asa lemak jenuh tidak berbed pengaturan penyerapan l rumen oleh bakteri (Bau dengan kadar asam lem mengubahnya menjadi stearat akan diserap dan

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 C8:0 C10: 0,020,010,01

gan Asam Lemak Jenuh Daging Domba Garut g Diberi Ransum Mengandung Limbah Tauge

Dokumen terkait