• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dilaksanakan di kandang blok B laboratorium lapang Bagian Produksi Ternak Unggas (pemeliharaan ayam), dan laboratorium Bagian Produksi Ternak Unggas (pengamatan peubah), Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian terdiri dari pemeliharaan dan pengamatan peubah dari bulan Februari sampai dengan April 2010.

Materi Ternak

Ternak yang digunakan adalah ayam broiler yang diproduksi oleh PT Charoen Phokphand Jaya Farm sebanyak 40 ekor yang diambil dengan metode sampling dari 200 ekor yang dipelihara sampai berumur 35 hari.

Kandang dan Peralatan

Kandang yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah sistem litter dengan alas sekam padi, yang berjumlah 20 buah berukuran 1,2 x 1,2 x 2,5 m dengan masing-masing kandang berisi 10 ekor ayam. Setiap kandang dilengkapi dengan satu lampu 40 watt sebagai pemanas (brooder) dan penerangan, satu buah tempat pakan, serta satu buah tempat minum.

Peralatan yang akan digunakan adalah tempat pakan (nampan dan gantung), tempat minum 7 liter, tirai penutup kandang, kertas koran, lampu, gelas ukur, ember, alat desinfektan, kertas label, termometer, bambu untuk penyekat kandang, alat tulis, pisau, cutter, pinset, gunting operasi, timbangan digital.

Pakan

Pakan yang digunakan adalah pakan komersial BR 511 untuk starter dan BR 512 untuk finisher yang diproduksi oleh PT. Charoen Phokphand Jaya Farm, pakan nabati yang diformulasikan oleh PT. Benny Putra yang diproduksi di Laboratorium Industri Pakan Fakultas Peternakan IPB dan komposisinya disajikan pada Tabel 6, serta DSP (dysapro) berupa bahan baku pakan yang diperoleh dari PT. Benny Putra.

Kandungan nutrisi pakan komersial, nabati dan DSP disajikan pada Tabel 7.

Tabel 6. Komposisi dan Formula Pakan Nabati

Bahan Baku % Bahan Protein

Dysapro/soya protein 34,3 16,12 1098 54,88

Bekatul 13 1,43 286 20,80

Tabel 7. Kandungan Nutrien Pakan Nabati dan Komersial

Kandungan Komersial BR 511 Komersial BR 512 Nabati Dysapro*

Bahan Kering (%) 86,05 86,47 86,04 86,72

Sumber : Hasil Analisisi Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fapet IPB (2010)

*Hasil Analisis Unit Layanan Pemeriksaan Laboratoris, konsultasi, dan pelatihan FKH UNAIR (2009)

Vitamin

Vitamin yang akan diberikan berupa vitamin tambahan (Vitachick) yang diberikan saat hari kedua setelah DOC datang. Vitamin lain yang diberikan adalah anti stress (Vitastress) yang diberikan setiap setelah penimbangan tiap minggu.

Rancangan Percobaan

Perlakuan pada penelitian ini adalah pakan yang diberikan pada broiler.

Pakan yang diberikan terdiri dari empat macam. Setiap perlakuan diambil masing-masing 2 ekor dengan metode sampling dengan lima kali ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut P1 yaitu pemberian pakan komersial selama lima minggu, P2 yaitu pemberian pakan komersial selama tiga minggu dan dua minggu terakhir pemberian pakan komersial ditambahkan DSP, P3 yaitu pemberian pakan nabati selama lima minggu dan pada P4 yaitu tiga minggu pertama diberikan pakan nabati dan dua minggu terakhir diberikan pakan nabati yang ditambahkan DSP.

Rancangan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan lima kali ulangan. Model matematis yang digunakan menurut Steel dan Torrie (1991) adalah

Yij =  + i + ij

Keterangan:

Yij : Nilai pengamatan satuan percobaan ke-j dengan perlakuan pakan ke-i

 : Nilai tengah umum

i : Pengaruh perlakuan pemberian pakan

ij : Pengaruh galat percobaan pakan ke-i pada satuan percobaan ke-j

i : 1,2,3,4 j : 1,2,3,4,5

Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of variance (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Jika pada analisis ANOVA didapatkan hasil yang berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji Tukey (Steel dan Torrie, 1993). Peubah yang diamati adalah berat (hidup akhir, karkas, dada, paha, sayap dan punggung), persentase (karkas, dada, paha, sayap dan punggung) serta rasio daging pertulang atau meat bone ratio dada dan paha.

Prosedur Persiapan Pakan

Pakan dipersiapkan sebelum pemeliharaan karena pada hari pertama langsung diberi pakan perlakuan. Periode starter diberi pakan komersial dengan kode BR 511 sampai berumur 3 minggu, sedangkan pada periode grower diberi pakan dengan kode BR 512 sampai akhir pemeliharaan. Perlakuan dengan pakan nabati diberikan selama masa pemeliharaan.

Pemberian Dysapro diberikan pada minggu ke-4 dan ke- 5 pemeliharaan pada perlakuan 2 dan 4 (P2 dan P4). Formulasi pada minggu ke-4 yaitu sebanyak 18%

DSP ditambah dengan 82% pakan perlakuan baik pakan komersial maupun pakan nabati. Pencampuran pakan dengan DSP dilakukan dengan cara DSP 18% ditambah sedikit pakan perlakuan dan selanjutnya diberi air sebanyak 12% sampai semua tercampur kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit sisa pakan perlakuan samapai semua tercampur dengan rata. Formulasi pada minggu ke-5 yaitu sebanyak 17% DSP ditambah pakan perlakuan sebanyak 83%. Pencampuran pakan dengan DSP dilakukan dengan cara DSP 17% ditambah sedikit pakan perlakuan dan selanjutnya diberi air sebanyak 12% sampai semua tercampur kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit sisa pakan perlakuan sampai semua tercampur dengan rata. Pengadukan dilakuan dengan cara manual yaitu dengan penggunaan tangan. Ayam dipuasakan terlebih dahulu sebelum diberikan pakan yang telah dicampur DSP, hal ini bertujuan agar ayam tersebut dapat menghabiskan pakan yang telah dicampur dengan DSP.

Pemeliharaan Broiler

Kandang dan alat disiapkan terlebih dahulu. Masing-masing kandang diberi kode perlakuan. Broiler yang baru datang diberi air minum yang dicampurkan dengan gula yang bertujuan untuk mengembalikan energi DOC setelah perjalanan.

Setiap kandang diberi lampu 40 watt yang dinyalakan selama 24 jam sampai ayam berumur 14 hari dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar.

Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari yaitu pada pukul 07.00, 12.30 dan 16.00. Pakan diberikan ad libitum dan dihitung setiap satu minggu sekali. Pakan perlakuan sudah mulai diberikan pada hari pertama pemeliharaan. Air minum diberikan ad libitum. Pemberian pakan yang dicampur DSP 3% diberikan setelah broiler berumur 21 hari. Tempat air minum dan tempat makan selalu dibersihkan setelah dilakukan penambahan pakan atau minum. Penimbangan bobot akhir broiler dilakukan pada hari ke-35.

Pelaksanaan Panen

Pelaksanaan panen dilakukan pada hari ke-35, sebanyak 40 ekor ayam (dua ekor dari masing-masing kandang setiap perlakuan ulangan) diambil dan dipuasakan selama kurang lebih 12 jam, setelah itu dilakukan penimbangan bobot hidup akhir kemudian dipotong. Pemuasaan sebelum pemotongan bertujuan agar memudahkan pengeluaran jeroan dan daging tidak banyak terkontaminasi kotoran. Pemotongan dilakukan pada bagaian leher dengan cara memotong esofagus, pembuluh darah vena jugularis, trakea dan arteri karotidae. Setelah dipotong ayam dibiarkan dalam kondisi kepala berada di bawah selama 2 sampai 3 menit yang bertujuan agar darah dapat keluar dengan cepat dan sempurna. Ayam yang sudah dipotong selanjutnya direndam dalam air panas selama kurang lebih 2 menit kemudian dilakukan pencabutan bulu dengan menggunakan mesin pencabut bulu. Perendaman dengan air panas bertujuan untuk mempermudah proses pencabutan bulu. Setelah itu dilakukan pengeluaran organ dalam (hati, usus, rempela, jantung) dan dipotong bagian kepala, leher, dan ceker. Selanjutnya dapat dihitung persentase karkas yaitu dengan cara menghitung bobot karkas dibagi dengan bobot hidup dikali seratus persen dan dilakukan potongan komersial serta penimbangan bagian-bagian yang terdiri dari dada, paha, sayap dan punggung.

Potongan Komersial

Potongan komersial bagian dada diperoleh dengan cara memotong bagian karkas pada daerah scapula sampai bagian tulang dada dan selanjutnya ditimbang (g). Persentase bagian dada diperoleh dengan cara menghitung bobot dada dibagi dengan bobot karkas dikali seratus persen. Rasio daging dada per tulang diperoleh dengan cara perbandingan antara bobot daging dada dan bobot tulang dada. Daging dada diperoleh dengan cara menimbang daging bagian dada yang telah mengalami proses pengambilan tulang dari tulang scapula sampai tulang dada serta tanpa kulit (proses deboning).

Bagian paha diperoleh dari pemisahan antara persendian pinggul dan selanjutnya ditimbang (g). Persentase bobot paha diperoleh dari penimbangan bobot paha dibagi bobot karkas dikali seratus persen. Rasio daging paha per tulang diperoleh dengan cara menghitung perbandingan antara bobot daging paha dibagi dengan bobot tulang. Bobot daging paha diperoleh dengan menimbang bagian paha yang telah mengalami proses pengambilan tulang dan dipisahkan dari persendian pinggul serta tanpa kulit (g).

Potongan komersial bagian sayap diperoleh dengan cara memotong bagian persendian antara lengan atas dengan scapula dan selanjutnya dilakukan penimbangan. Persentase sayap diperoleh dengan cara menghitung bobot sayap dibagi dengan bobot karkas dikali seratus persen. Potongan komersial bagian punggung diperoleh dari pemisahan tulang belakang sampai tulang panggul dan selanjutnya dilakukan penimbangan (g). Bobot punggung dibagi dengan bobot karkas dikali seratus persen merupakan cara untuk mengetahui persentase punggung.

Pengukuran Peubah

Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah bobot hidup, bobot karkas, bobot dada, bobot paha, bobot sayap dan bobot punggung. Persentase karkas, persentase dada, persentase paha, persentase sayap dan persentase punggung. Rasio daging pertulang (dada dan paha) atau meat bone ratio (breast and tight).

1. Bobot hidup akhir diperoleh dengan penimbangan bobot badan ayam umur 35 hari sebelum dipotong atau disembelih (g/ekor).

2. Bobot karkas diperoleh dari ayam yang telah disembelih tanpa bulu, darah, jeroan, kepala dan kaki (g/ekor).

3. Bobot dada diperoleh dengan cara menimbang bagian karkas yang diambil pada daerah scapula sampai bagian tulang dada (g).

4. Persentase daging dada per tulang dada diperoleh dari bobot daging dada dibagi dengan bobot tulang dada dikali seratus persen (%).

5. Persentase berat dada terhadap berat karkas diperoleh dengan cara bobot dada dibagi bobot karkas dikali seratus persen (%).

6. Bobot paha diperoleh dengan cara menimbang bagian karkas yang diambil pada daerah tulang paha dan dipisahkan dengan persendian pinggul (g).

7. Persentase daging paha per tulang paha diperoleh dari bobot daging paha dibagi dengan bobot tulang paha dikali seratus persen (%).

8. Persentase bobot paha terhadap bobot karkas diperoleh dengan cara bobot paha dibagi bobot karkas dikali seratus persen (%).

9. Bobot punggung diperoleh dengan cara menimbang bobot karkas yang diambil pada daerah tulang belakang sampai tulang panggul (g).

10. Persentase bobot punggung terhadap bobot karkas diperoleh dengan cara bobot punggung dibagi bobot karkas dikali seratus persen (%).

11. Bobot sayap diperoleh dengan cara menimbang bagian karkas yang diambil pada daerah persendian antara lengan atas dengan scapula (g).

12. Persentase bobot sayap terhadap bobot karkas diperoleh dengan cara bobot sayap dibagi bobot karkas dikali seratus persen (%).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait