• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Mulai dari bulan Februari sampai dengan Oktober yang meliputi masa perlakuan flushing, kebuntingan, hingga sapih (dua bulan).

Materi Ternak Percobaan

Ternak yang digunakan adalah domba lokal yang terdiri atas 12 ekor domba dara berumur lebih kurang 1 tahun dengan bobot badan rata-rata 19,87 ± 0,20 kg. Domba tersebut berasal dari Unit Pendidikan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J), Fakultas Peternakan IPB yang berada didaerah Jonggol, Jawa Barat. Ternak domba yang digunakan tercantum pada Gambar 1.

Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan dalam penelitian adalah kandang individu sebanyak dua belas. Masing-masing kandang berukuran 125x55x110 cm yang dilengkapi dengan tempat pakan.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara lain ember pakan dan ember air minum yang terbuat dari bahan plastik, termohigrometer digital untuk mengukur suhu dan kelembaban, timbangan gantung kapasitas 50 kg untuk menimbang bobot badan domba, timbangan duduk dengan kapasitas 2 kg untuk menimbang hijauan, timbangan digital untuk menimbang pakan konsentrat dan sisa pakan, serta alat USG untuk mendeteksi kebuntingan.

Ransum

Ransum yang diberikan sebesar 3% bobot badan dengan rasio hijauan:konsentrat 40:60 untuk P1 dan P2 serta 30:70 untuk P3 dengan harapan ransum mengandung TDN 65, 70, dan 75% serta iso protein yaitu 14%. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan konsentrat terdiri dari jagung, onggok, bungkil kelapa, CaCO3, DCP, garam, premix, urea, molases, dan CPO. Hijauan yang digunakan adalah rumput lapang yang diperoleh dari areal sekitar tempat penelitian. Komposisi bahan pakan yang digunakan secara lengkap tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Bahan Pakan Penelitian

Bahan Perlakuan P1 P2 P3 ---%--- Rumput 40 40 30 Konsentrat 60 60 70 Jagung 11,00 7,40 32,00 Onggok 14,10 15,00 12,00 Bungkil Kelapa 31,10 31,00 21,00 CaCO3 2,90 1,00 0,20 DCP 0,00 0,20 0,30 Garam 0,30 0,20 0,10 Premix 0,20 0,20 0,10 Urea 0,40 1,00 1,10 CPO 0,00 2,00 2,20 Molases 0,00 2,00 1,00 Total 100 100 100 Harga Ransum (Rp/Kg) 1.900 2.100 2.600

Keterangan : P1 = Ransum TDN 65%, PK 14%. P2 = Ransum TDN 70%, PK 14%. P3 = Ransum TDN 75%, PK 14%. Berdasarkan perhitungan formulasi ransum.

Kandungan zat makanan ransum yang digunakan pada penelitian ini tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Zat Makanan Ransum Penelitian (% BK)

Zat makanan Rumput Konsentrat

P1 P2 P3 ---%--- Bahan Kering (%) 19,01 89,37 88,62 88,37 Abu (%) 5,73 11,43 13,48 7,56 Lemak Kasar (%) 5,36 10,45 13,81 8,21 Protein Kasar (%) 11,83 16,42 22,06 18,25 Serat Kasar (%) 23,20 6,95 7,64 6,28 Ca (%) 0,31 1,94 1,21 0,80 P (%) 0,05 0,15 0,07 0,15 TDN (%)* 56,20 74,00 78,70 80,76

Keterangan: Hasil Analisa Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, dan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, IPB (2011). *) NRC (1985). TDN= Total

Digestible Nutrients.

Metode Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Tiga perlakuannya yaitu P1 = TDN 65% + PK 14%, P2 = TDN 70% + PK 14%, dan P3 = TDN 75% + 14%. Perlakuan ini diberikan secara acak. Empat ulangannya yaitu jumlah domba yang digunakan dalam masing-masing perlakuan. Model matematik (Steel dan Torrie, 1993) dari rancangan adalah sebagai berikut :

Xij = m + ti + eij Keterangan :

Xij = Respon amatan pada ransum ke-i dan ulangan ke-j m = Rataan umum pengamatan

ti = Pengaruh pemberian ransum ke-i (i = 1, 2, 3)

Prosedur Pemeliharaan

Pemeliharaan domba dilakukan selama 9 bulan dalam kandang individu. Sebelum digunakan dalam penelitian, domba ditimbang bobot badannya terlebih dahulu. Penimbangan domba dilakukan setiap satu bulan sekali untuk mengetahui perubahan bobot badan. Ransum diberikan pada pagi hari pukul 07.00 WIB dan siang hari pukul 14.00 WIB dengan urutan rumput diberikan terlebih dahulu kemudian konsentrat. Ransum yang diberikan 3% dari bobot badan dan air minum diberikan secara ad libitum. Sisa ransum dihitung tiap hari dari ransum yang tersisa dalam tempat pakan dan yang tercecer di kandang.

Perlakuan

Perlakuan flushing dengan tingkat energi yang berbeda dilakukan dua minggu sebelum dikawinkan. Berdasarkan rekomendasi Robinson et al. (1999), rata-rata ovulasi meningkat apabila lamanya periode flushing sepuluh sampai empat belas hari sebelum dikawinkan. Kemudian dilanjutkan sebulan setelah kebuntingan dan sepertiga akhir kebuntingan. Perlakuan pakan yang diberikan memiliki kandungan TDN dan protein yang berbeda. Perlakuan yang diberikan sebagai berikut:

P1 = Ransum TDN 65%, PK 14%. P2 = Ransum TDN 70%, PK 14%. P3 = Ransum TDN 75%, PK 14% Pengawinan Domba

Pengawinan domba dilakukan secara alami yaitu pagi hari pada pukul 08.00 – 10.00 WIB dan sore pukul 15.00 – 17.00 WIB. Domba betina dimasukkan kedalam kandang pejantan Garut selama dua jam, setelah itu masing-masing dikembalikan kekandang individu. Domba yang telah kawin tidak akan dikawinkan lagi esok harinya. Pengawinan domba diulang kembali pada estrus berikutnya (16-21 hari setelah pengawinan pertama) dan pengawinan dilakukan hingga siklus birahi kedua. Pengetahuan Terjadinya Kebuntingan dan Jumlah Fetus

Kebuntingan diketahui dengan melihat terjadinya perkawinan kembali pada birahi selanjutnya. Selain itu, kebuntingan dan jumlah fetus diketahui dengan

menggunakan alat USG (Ultra Sonografi) melalui transrektal yang dilakukan kurang lebih satu bulan setelah domba dikawinkan (Bearden et al., 2004).

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Konsumsi Ransum (g/ekor/hari)

Konsumsi ransum dihitung dari selisih pemberian dikurangi sisa, sedangkan konsumsi ransum per ekor per hari selama penelitian diperoleh dari konsumsi total selama penelitian dibagi lama penelitian.

Konsumsi ransum (g) = pemberian (g) - sisa (g)

Konsumsi selama pemeliharaan (g/ekor) Konsumsi ransum (g/ekor/hari) =

Lama penelitian 2. Pertambahan Bobot Badan

Pengukuran pertambahan bobot badan (PBB) dilakukan dengan penimbangan ternak setiap satu bulan. Penimbangan menggunakan timbangan gantung dengan kapasitas 50kg. Pertambahan bobot badan (gram/ekor/hari) diperoleh dari pertambahan bobot badan dibagi dengan lamanya pemeliharaan.

Bobot akhir – Bobot awal (g/ekor)

Pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) =

Lama penelitian 3. Efisiensi Ransum

Efisiensi ransum dihitung dari pertambahan bobot badan selama penelitian dibagi dengan konsumsi ransum selama penelitian.

Pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) Efisiensi ransum =

Lama penelitian 4. Jumlah Fetus

5. Jumlah Anak Sekelahiran

Jumlah anak sekelahiran dapat dihitung dari banyaknya anak yang lahir dibagi dengan banyaknya induk yang beranak dalam satu kali kelahiran.

Jumlah anak lahir Jumlah Anak Sekelahiran =

Jumlah induk beranak 6. Mortalitas

Perhitungan mortalitas dapat dilakukan dari banyaknya anak yang mati per keseluruhan anak domba yang hidup hingga sapih.

Jumlah anak mati setelah lahir hingga sapih

Mortalitas = x 100% Jumlah anak hidup setelah lahir hingga sapih

7. Bobot Lahir

Bobot lahir didapatkan dari penimbangan anak yang baru dilahirkan. Bobot lahir anak total

Bobot lahir rata-rata (kg/ekor) = Jumlah anak yang lahir

8. Bobot Sapih

Bobot sapih didapatkan dari penimbangan anak saat lepas sapih. Bobot sapih anak total

Bobot sapih rata-rata (kg/ekor) = Jumlah anak yang disapih

9. Produksi Susu

Produksi susu didapatkan dari pertambahan bobot badan selama sapih. Dove (1988) menyatakan bahwa sebanyak 6 kg susu untuk menghasilkan 1 kg

pertambahan bobot badan anak domba.

10. Income Over Feed Cost (IOFC)

Income Over Feed Cost adalah pendapatan yang didapat setelah dikurangi

biaya pakan.

IOFC = [Bobot sapih anak (kg) x Harga per kg BH anak (Rp)] – [ Jumlah Konsumsi BK induk (kg) x Harga Ransum (Rp)]

Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis menggunakan analisa ragam (Analyses of Variance, ANOVA) dan bila terjadi perbedaan dilanjutkan dengan Uji Ortogonal Kontras (Steel dan Torrie, 1993). Selain itu, dilakukan analisis regresi dan korelasi antara bobot lahir dengan bobot sapih dan produksi susu hari ke 0-28 dengan pertambahan bobot badan hari ke 0-28. Penampilan produksi anak berdasarkan tipe kelahiran dan jenis kelamin dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait