• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Budidaya Air Tawar Jambi (BBAT Jambi), desa Sungai Gelam, Kecamatan Kumpeh Ulu Propinsi Jambi, dimulai pada bulan April 2005 sampai dengan bulan Desember 2005. Pembuatan pakan uji dan analisa proksimat dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi BBAT Jambi, analisa bilangan asam (acid value, AV) dan bilangan peroksida (perokside value, PV) dilaksanakan di Laboratorium PAU IPB Bogor, sedangkan asam lemak esensial di analisa di Laboratorium Terpadu FMIPA IPB, Bogor.

Pakan Uji

Pakan uji yang digunakan dalam percobaan ini ada 4 macam pakan yang berbeda pada sumber bahan baku utamanya, yaitu : pakan 1 mengandung tepung ikan lokal (produksi Jambi); pakan 2 mengandung tepung ikan lokal bebas minyak ditambah lemak dari hasil ekstrak tepung ikan lokal; pakan 3 mengandung tepung ikan lokal bebas minyak ditambah lemak dari minyak ikan (cod liver oil); dan pakan 4 mengandung tepung ikan impor (Corpesca). Pakan dibuat berbentuk pellet dengan isoprotein, isolipid, dan isoenergi dengan kandungan protein 40% dan lipid 7,7% dengan rasio protein energi 22 mg protein kasar.kJ-1 energi total (Tabel 3).

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan pakan uji adalah : persiapan bahan tepung ikan lokal bebas minyak serta uji toksisitas terhadap benih ikan, analisis bahan pakan, formulasi dan pembuatan pakan.

Kegiatan pertama yang dilakukan dalam pembuatan pakan adalah mengekstraksi lemak yang ada dalam tepung ikan lokal. Ekstraksi lemak ini dimaksudkan untuk mendapatkan tepung ikan lokal yang bebas lemak sebagai bahan baku utama perlakuan D2 dan D3.

Untuk mengekstraksi lemak yang ada dalam tepung ikan dilakukan dengan menggunakan aceton dengan perbandingan 2 : 1, artinya : 2 liter aceton untuk 1 kg tepung ikan (Lampiran 1). Untuk melihat pengaruh toxit aceton terhadap ikan, dilakukan percobaan terh adap benih ikan patin (Pangasius hypophthamus) berukuran berat rata -rata 0,30 g. Dua macam pakan uji yang digunakan yaitu : pakan A1 mengandung tepung ikan bebas minyak dan minyak hasil ekstrak tepung ikan, pakan A2 mengandung tepung ikan. Pakan dibuat

dengan isoprotein dan isolipid, diberikan 3 kali per hari secara at-satiasion. Dari hasil pemeliharaan selama 3 minggu, didapatkan bahwa benih ikan patin yang diberi pakan yang dibuat dari tepung ikan dan minyak ikan hasil ekstrak tepung ikan dengan aceton (A1) dan perlakuan A2 menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yang sama sebesar 100% dengan laju pertumbuhan harian sebesar 2,09% dan 1,98% untuk perlakuan A1 dan A2 serta tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara keduanya.

Analisa proksimat dilakukan terhadap semua bahan baku yang digunakan, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan ransum sesuai dengan formula dan jumlah bahan yang telah ditetapkan (Tabel 3). Komposisi asam lemak bilangan peroksida dan bilangan asam pakan uji dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.

Table 3 Komposisi dan analisa proksimat pakan uji untuk induk ikan baung,

Hemibagrus nemurus (g.kg-1 bobo t kering).

Pakan

Bahan Pakan

D1 D2 D3 D4 Tepung ikan lokal 314 -- -- -- Tepung ikan lokal bebas lemak -- 269 269 -- Tepung ikan import -- -- -- 265 Tepung kedele 536 536 536 536

Tepung jagung 80 80 80 80

Minyak kedelai 19 19 19 19

Minyak ikan (cod liver oil) -- -- 31 9 Minyak dari tep. ikan lokal (hasil ekstrak) -- 35 -- --

Vitamin premix.a 10 10 10 10 Mineral premix.b 40 40 40 40 Komposisi Prosimat Protein kasar 408,9 401,5 401,7 412,9 Lipid kasar 77,4 75,7 77,0 72,4 Abu 136,6 153,4 141,6 109,1 Serat kasar 42,4 43,4 37,7 34,8 BETNc 334,7 326,0 342,0 370,8 Energi total (MJ)d 18,5 18,1 18,4 19,0 P / E ratioe 22,2 22,2 21,8 21,8 a

Per kilogram: Vit. A 200.000 UI; vit D3 1.000.000 UI; vit. E 40,2 UI; vit. K3 8 g; vit . C 100 g; vit. B1 5 g; vit. B2 5

g; vit. B6 5 g; vit. B12 0,01 g; Ca pantothenate 11 g; niacin 20 g; biotine 0,06 g; folic acid 1,5 g; choline 230 g. b Per kilogram : Ca 210 g; P 168 g; Mg 13 g; Na 30 g; S 12 g; Zn 1,25g; Cu 0,2 g; Mn 0,3 g; Fe 6,7 g; I 0,15g;

Co 0,1 g; Se 8 mg.

c Bahan ekstrak tanpa nitrogen. d

Dihitung berdasarkan pada: 23,6 kJ g-1 protein; 39,5 kJ g-1 lipid; dan 17,2 kJ g-1 BETN(NRC 1993).

Tabel 4 Komposisi asam lemak pakan uji untuk induk ikan baung, Hemibagrus nemurus. Pakan Asam lemak (% area) D1 D2 D3 D4 C14 : 0 (Miristat) 1,23 1,13 2,15 2,33 C16 : 0 (Palmitat) 17,1 16,7 13,1 13,8 C16 : 1n-7 (Palmitoleat) 3,14 2,82 3,37 2,64 C18 : 0 (Stearat) 6,72 6,53 4,03 3,97 C18 : 1n-9 (Oleat) 19,4 19,6 22,0 19,4 C18 : 2n-6 (Linoleat) 30,6 31,3 28,0 30,0 C20 : 0 (Arahidat) 0,42 0,39 0,26 0,27 C18 : 3n-3 (Linolenat) 3,65 3,73 7,19 5,13 C22 : 1n-9 (Erukat) 0,00 0,00 3,14 1,41 C20 : 5n-3 (EPA) 2,01 1,71 3,00 4,30 C22 : 6n-3 (DHA) 5,04 4,65 4,81 6,84 ? asam lemak jenuh 25,5 24,8 19,6 20,4 ? asam lemak rantai tunggal 22,6 22,4 28,5 23,5 ? asam lemak n-3 10,7 10,1 15,0 16,3 ? asam lemak n-6 30,6 31,3 28,0 30,0 Nisbah asam lemak n-3/n-6 0,35 0,32 0,54 0,54 ? n–3 HUFA 7,05 6,36 7,80 11,1 Nisbah DHA / EPA 2,51 2,71 1,61 1,59

Tabel 5 Bilangan asam dan bilangan peroksida pakan uji untuk induk ikan baung, Hemibagrus nemurus.

Pakan Parameter

D1 D2 D3 D4

Bilangan peroksida (meq/kg) 2,35 2,50 1,88 2,08 Bilangan asam (meq/g) 0,51 0,66 0,52 1,32

Pemeliharaan Ikan

Wadah Penelitian

Wadah penelitian yang digunakan meliputi bak beton untuk pemeliharaan induk serta akuarium dan fibreglass untuk penetasan telur. Jumlah bak yang dipersiapkan sebanyak 5 buah yang terdiri dari 4 buah untuk pemeliharaan induk betina dan 1 buah untuk pemeliharaan induk jantan. Masing-masing bak diisi air sedalam 80 cm (Vol. 5,5 m3) dan untuk menjaga kualitas air tetap dalam kondisi baik, bak dilengkapi dengan system air mengalir (5 lt/mnt), aerasi 4 titik serta pembersihan bak setiap 2 minggu.

Sedangkan untuk penetasan dipersiapkan ness/basket untuk penempelan telur sebanyak 36 buah, akuarium (60x50x40 cm) 12 unit dan fibreglass 1 m3

sebanyak 3 unit. Untuk menjaga ketersedian oksigen, akuarium/fibreglass dilengkapi dengan sistim aerasi. Supaya telur yang ditetaskan tidak terinfeksi oleh jamur, maka air penetasan diberi “Blitz icht” dengan dosis 1 tetes untuk 6 liter air , 24 jam sebelum telur ditetaskan.

Ikan Uji

Penelitian ini menggunakan induk ikan baung (Hemibagrus nemurus

Blkr.) berumur sekitar 2,5 tahun dengan bobot antara 250 – 450 gram yang berasal dari satu kali pemijahan dan telah dipelihara dikolam pembesaran Balai Budidaya Air Tawar Jambi.

Induk diadaptasikan selama 1 minggu dalam bak pemeliharaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Selama adaptasi dilakukan pemberian pakan dengan pakan komersial sebanyak 3% dari bobot badan dengan frekuensi pemberian dua kali sehari, yaitu pada pukul 08.00 dan pukul 16.00 Wib . Apabila seluruh ikan telah memperlihatkan kondisi yang cukup baik dan telah beradaptasi dengan lingkungan budidaya serta pakan yang diberikan, maka dilanjutkan pemeliharaan selama 1 bulan untuk pematangan gonad. Se telah 1 bulan pemeliharaan dilakukan pengosongan gonad terhadap semua ikan betina dengan cara : induk disuntik dengan hormon ovaprim 0,6 cc/kg dan telur yang ada dalam gonad dikeluarkan dengan cara distriping.

Setelah striping, induk diadaptasikan selama 1 minggu dan selanjutnya dilakukan pengecekan kondisi gonad awal. Ikan diseleksi dan dipilih yang

mempunyai tingkat perkembangan gonad dan bobot tubuh yang seragam. Jumlah seluruh induk betina yang dipilih dan akan dipelihara selama percobaan adalah 68 ekor atau 17 ekor untuk setiap perlakuan. Selanjutnya ikan ditempatkan dalam wadah sesuai dengan perlakuan secara acak.

Untuk memudahkan pengontrolan setiap ikan diberi tanda (tagging) berupa tatoo dengan menggunakan dermojet pada bagian tubuhnya (Hem et al. 1994).

Pemberian pakan

Selama masa pemeliharaan induk, induk betina diberi pakan uji, sedangkan induk jantan diberi pakan komersial. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak ±26 g.kg-1.hari-1 bobot kering dengan jumlah protein 10,5 g g.kg-1.hari-1.

Frekuensi pemberian pakan dua kali sehari, yaitu pada pukul 08.00 dan pukul 16.00 Wib.

Sampling

Sampling dilakukan untuk penimbangan bobot tubuh, pengambilan sampel telur untuk melihat diameter dan posisi inti telur. Sampling pertama dilakukan pada awal percobaan dan selanjutnya setiap 14 hari sekali sampai induk matang gonad dan siap untuk dipijahkan. Untuk mempermudah penanganan serta menghindari stress pada saat sampling, induk ikan uji diambil dengan menggunakan serok dan ditempatkan dalam baskom yang diberi aerasi, kemudian dibius menggunakan larutan Benzocaine pada konsentrasi 100 mg.L-1 sampai ikan pingsan. Setelah ikan pingsan dilakukan pengambilan sampel telur dan penimbangan bobot tubuh. Selanjutnya ikan disegarkan kembali pada air mengalir dan dikembalikan kedalam bak pemeliharaan.

Pemijahan.

Jumlah induk yang dipijahkan setiap kali pemijahan rata-rata senyak 3 ekor untuk setiap perlakuan, diambil yang mempunyai perut yang lebih besar dan tidak semua induk yang matang gonad dipijahkan pada waktu yang sama. Selama penelitian dilakukan 5 kali pemeijahan sampai didapatkan induk yang sama memijah 2 kali (rematurasi) minimal 3 ekor untuk setiap perlakuan .

Pemijahan dilakukan dengan penyuntikan hormone ovaprim [1 ml ovaprim® (Syndel Laboratories, Canada) mengandung 20 µg GnRHa (D-Arg6,

Trp7, Leu8, Pro9, Net)] 0,6 cc/kg induk pada bagian pectoral. Penyuntikan dilakukan dua kali yaitu 1/3 bagian dosis pada penyuntikan pertama dan 2/3 bagian dosis pada penyuntikan kedua dengan interval waktu 6 jam. Setelah 6 jam dari penyuntikan kedua pada suhu 27-31OC, induk dicek untuk mengetahui apakah telur siap untuk diovulasikan dan jika sudah siap diovulasikan, telur dikeluarkan dengan cara striping untuk selanjutnya dilakukan pembuahan.

Sebelum telur diovulasikan, dilakukan pengambilan sperma jantan dengan cara pembedahan. Jumlah jantan yang diambil spermanya 8 -10 ekor. Kantong sperma digerus dan ditambahkan larutan sodium chlorida 0,9% sebanyak 4 bagian dan disimpan pada suhu 5 oC (Termos es). Sperma yang

digunakan untuk pembuahan telur mempunyai motilitas lebih besar dari 75%. Selama penelitian dilakukan 5 kali pemijahan dengan jumlah total ikan yang dipijahkan sebanyak 69 ekor terdiri dari 16, 19, 18, dan 16 ekor untuk masing-masing perlakuan D1, D2, D3, dan D4 dimana 15 ekor dari jumlah ikan tersebut dapat dipijahkan 2 kali (rematurasi) yaitu 4, 3, 4, dan 4 ekor untuk masing-masing perlakuan D1, D2, D3, dan D4 secara berturut-turut. Tingkat keberhasilan ovulasi sebasar 91,3% atau sebanyak 63 ekor yang ovulasi dan 6 ekor tidak ovulasi yaitu pada perlakuan D1, D2, D3 dan D4 masing-masing sebanyak 2; 2; 1 dan 1 ekor secara berturut-turut. Tidak ovulasinya 6 ekor induk ini diantaranya disebabkan karena salah dalam memilih induk yang akan disuntik (D1, 1 ekor), dan kemungkinan adanya stress selama penangan sampling serta adanya hormon ovaprim yang terbuang pada waktu penyuntikan.

Penetasan

Untuk pengamatan daya tetas telur, dilakukan dengan cara menempelkan telur yang telah dibuahi diatas basket sebanyak 200 – 400 butir dengan 3 basket per induk yang dipijahkan. Kemudian dimasukan kedalam fibreglass. Sisa telur ditetaskan secara ma ssal dalam akuarium (60 x 50 x 40 cm).

Kualitas air

Parameter kualitas air yang diukur meliputi: suhu, pH dan oksigen dilakukan setiap hari pada pagi (pukul 07.00–08.00 wib) dan sore (pukul 16.00– 17.00 wib), sedangkan ammoniak dilakukan setiap minggu pada pagi hari (pukul 08.00 wib).

Berdasarkan hasil pengu kuran selama percobaan, diperoleh data parameter kualitas air seperti berikut : wadah pemeliharaan induk, pH 5,03-8,60; oksigen 2,04 -5,75 mg/l; temperatur 26,0-32,5°C; NH3-N = 0,80 mg/l; wadah

inkubasi induk : pada pemijahan pertama pH 6,80-7,20; oksigen 3,09-3,53 mg/l; temperatur 29,0-31,0°C; pemijahan kedua pH 6,76-6,91 ; oksigen 2,10-2,61mg/l; temperatur 27,0-30,0°C; wadah penetasan : pada penetasan pertama pH 6,80- 7,00; oksigen 3,42 -3,48 mg/l; temperatur 28,0-30,0°C; NH3-N 0,01-0,04 mg/l; dan

pada peneta san ke dua pH 6,93-7,15; oksigen 2,64-3,02mg/l; temperatur 27,6- 29,0°C; NH3-N 0,02 mg/l. Kualitas air ini masih layak bagi kehidupan ikan dan

mendukung pemijahan serta penetasan telur ikan baung.

Pengumpulan Data

Variabel yang diukur selama penelitian meliputi : bobot ikan, diameter dan posisi inti oosit (“telur” yang masih berada di dalam gonad), jumlah telur yang dihasilkan, jumlah telur menetas dan jumlah larva normal.

Pengukuran terhadap parameter yang diamati serta metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

Bobot Tubuh Ikan

Pengukuran bobot ikan dilakukan dengan cara menimbang setiap ikan yang digunakan sesuai perlakuan. Pengukuran bobot ikan dilakukan pada awal percobaan dan setiap 14 hari sekali sampai akhir pecobaan .

Perkembangan Gonad

Perkembangan gonad yang dimaksudkan adalah tahap perke mbangan pematangan gonad atau oosit (“telur” yang masih berada di dalam gonad ) yang berlansung setelah ikan dewasa. Tingkat kematangan telur dikelompokkan ke dalam dua kriteria, yang pertama berdasarkan posisi inti telur dan kedua berdasarkan ukuran diameter telur. Pengamatan tingkat kematangan telur dilakukan pada awal percobaan dan selanjutnya secara berkala setiap 14 hari sekali sampai akhir percobaan atau ikan matang gonad 2 kali (rematurasi).

Data diameter telur diperoleh dengan mengambil sampel telur dalam gonad yang dilakukan dengan cara kanulasi. Kanulator dimasukan kedalam lubang genital induk betina sedalam ± 10 cm kemudian penyedot kanulator ditarik perlahan-lahan sepanjang ± 3-5 cm. Telur yang diambil (minimal 100

butir) di fixasi dengan larutan buffer neutral formalin 10% (Na2HPO4.12H2O 51,25

g; KH2PO4 11,25 g; formaldehida 1 liter dan air akuades 9 liter). Diameter telur

diukur dengan menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan mikrometer okuler pada pembesaran 40X. Selanjutnya dibuat limit diameter minimum telur dapat ovulasi untuk menentukan struktur tingkat kematangan telur. Dari hasil analisa diperoleh induk yang matang gonad dan telur berhasil diovulasikan mempunyai diameter telur = 1,02 mm dengan prosentase 70 – 80% atau lebih. Se lanjutnya pengamatan kematangan telur berdasarkan posisi inti sel telur dilakukan dengan cara merendam telur dalam larutan sera yaitu : alkohol 99% ; formaldehida 40% ; asa m asetat 100% = 6 : 3 : 1 (Woynarovich dan Horvath , 1980), setelah 5-10 menit diamati posisi intinya menggunakan mikroskop. Kriteria kematangan berdasarkan posisi inti yang digunakan adalah : induk dikatakan matang dan siap untuk dipijahkan apabila inti tidak berada ditengah lebih dari 35% atau setara dengan 50% diameter telur rata -rata di atas satu milimeter (Nurmahdi, 2005; Supriyadi, 2005).

Tingkat kematangan telur diukur dengan menggunakan rumus yang digunakan oleh Supriyadi (2005) sebagai berikut :

Jumlah telur yang intinya tidak di tengah

Kematangan Telur = --- --- X 100% Jumlah telur yang diamati

Fekunditas Telur

Data fekunditas diperoleh dengan cara membandingkan jumlah telur (butir atau gram) yang diovulasikan dengan bobot tubuh ikan (kg). Jumlah telur yang diovulasikan ditimbang dengan timbangan elektrik, kemudian diambil sampel telur sebanyak 0,5 gram dan dihitung satu persatu dan selanjutnya dikalikan dengan bobo t keseluruhan telur.

Derajat Pembuahan (Fertilization Rate = FR)

Data pembuahan diperoleh dengan cara menghitung jumlah telur yang terbuahi setelah 5 - 10 jam telur dibuahi oleh sperma, dan pengamatan dilakukan secara makroskopis. Setelah 5 jam telur yang tidak dibuahi dapat dibedakan dari telur yang terbuahi, dimana telur yang dibuahi akan terlihat bening transparan sedangkan yang tidak dibuahi akan terlihat keruh sampai putih (buram). Jumlah telur yang diamati adalah 200-400 butir dengan 3 ulangan

untuk masing -masing induk yang dipijahkan.

Nilai derajat pembuahan ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah telur yang dibuahi

FR = --- X 100% Jumlah telur sampel

Derajat Penetasan (Hatching Rate = HR)

Data penetasan telur diperoleh dengan cara menghitung jumlah larva yang dihasilkan , dilakukan setelah 5-10 jam telur menetas atau dalam selang waktu 32-35 jam setelah pembuahan pada kisaran suhu 28 -30 OC. Perhitungan

jumlah telur yang ditetaskan sebanyak 200 -400 butir dengan 3 kali ulangan untuk masing-masing induk yang dipijahkan.

Derajat penetasan telur ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah telur yang menetas

HR = --- X 100 % Jumlah telur ditetaskan

Prosentase Larva Normal

Data larva normal diperoleh setelah telur selesai menetas seperti menghitung derajat penetasan , larva yang normal dan yang tidak normal dihitung. Kriteria larva normal adalah gerakannya aktif dan berenang lurus, sedangkan yang tidak normal gerakannya tidak aktif dan berputar serta selalu berdiam diri didasar wadah.

Larva normal dimaksudkan adalah untuk melihat seberapa banyak larva yang normal yang dihasilkan oleh induk baung yang dipijahkan. Nilai persentase larva normal dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Jumlah larva normal

Prosentase larva normal = --- X 100% Jumlah larva sampel

Analisa Kimia

Analisa kimia yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisa proksimat, pengukuran bilangan peroksida (peroxide value) dan bilangan asam (acid value), analisa komposisi asam lemak serta analisa kimia air.

Analisa proksimat dilakukan terhadap bahan pakan, pakan dan telur meliputi protein kasar dengan metoda semimicro -Kjeldahl; lipid dengan metoda ekstraksi ether dan serat kasar dengan AOAC dalam Takeuchi (1988), sedangkan kadar air dilakukan dengan pemanasan contoh selama 2 jam pada suhu 135°C dalam oven. Analisis komposisi asam lemak bahan pakan, pakan uji, dan telur dilakukan dengan menggunakan Gas Chromatografi. Untuk mengetahui teroksidasinya lemak dalam bahan pakan dan pakan uji dilakukan pengukuran bilangan peroksida dan bilangan asam menggunakan metoda analisis dari Laboratorium PAU-IPB, Bogor.

Analisa Data

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 17 ulangan (individu). Untuk mengetahui pengaruh pakan yang diberikan terhadap perkembangan gonad dan kualitas telur mencakup lama waktu matang gonad, tingkat kematangan telur, jumlah induk matang gonad, diameter telur, fekunditas, derajat pembuahan, derajat penetasan telur, larva normal, kadar lipid dan asam lemak esensial telur dievalusi dengan analisis sidik ragam (ANOVA) menggunakan SAS (Statistical Analysis System) (Littell et al. 1993), jika terdapat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan’s (Duncan’s multiple range test) untuk membandingkan antar perlakuan

Analisa secara deskriptif dilakukan terhadap pertumbuhan, gonadosomatik indeks dan bilangan peroksida pakan.

Dokumen terkait