• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tepung Ikan Lokal dalam Pakan Induk Terhadap Pematangan Gonad dan Kualitas Telur Ikan Baung, Hemibagrus nemurus Blkr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Tepung Ikan Lokal dalam Pakan Induk Terhadap Pematangan Gonad dan Kualitas Telur Ikan Baung, Hemibagrus nemurus Blkr"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TEPUNG IKAN LOKAL DALAM PAKAN INDUK

TERHADAP PEMATANGAN GONAD DAN KUALITAS

TELUR IKAN BAUNG (

Hemibagrus nemurus

Blkr.)

Ediwarman

SEKOLAH PASACASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Tepung Ikan Lokal dalam Pakan Induk Terhadap Pematangan Gonad dan Kualitas Telur Ikan Baung, Hemibagrus nemurus Blkr. adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juni 2006

Ediwarman

(3)

ABSTRAK

EDIWARMAN. Pengaruh Tepung Ikan Lokal dalam Pakan Induk Terhadap Pematangan Gonad dan Kualitas Telur Ikan Baung, Hemibagrus nemurus Blkr.

Dibimbing oleh ING MOKOGINTA, DEDI JUSADI dan YAN MOREAU.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas lemak dari tepung ikan lokal dalam pakan induk ikan b aung terhadap perkembangan gonad dan kualitas telur. Manfaat penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kualitas tepung ikan lokal sebagai bahan baku utama dalam formulasi pakan induk untuk pematangan gonad, dan peningkatan kualitas telur ikan baung.

Metode percobaan adalah menggunakan 4 macam pakan dengan isoprotein, isolipid dan isoenergi yaitu : pakan 1 mengandung tepung ikan lokal (Produksi Jambi); pakan 2 mengandung tepung ikan lokal bebas minyak dan lemak dari hasil ekstrak tepung ikan lokal; pakan 3 mengandung tepung ikan lokal bebas minyak dan lemak dari minyak ikan (cod liver oil); dan pakan 4 mengandu ng tepung ikan impor (Corpesca). Minyak dalam tepung ikan diekstrak menggunakan aceton dengan perbandingan 2 : 1 (2 liter aceton untuk 1 kg tepung ikan). Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 17 ulangan. Induk ikan baung betina yang digunakan berumur sekitar 2,5 tahun dengan bobot antara 250-450 gram, dipelihara di dalam bak beton 17 individu masing-masing perlakuan selama 6 bulan pengamatan. Ikan jantan dipelihara dalam bak terpisah dengan pemberian pakan komersial. Bobot ikan, tingkat kematangan telur (diameter dan posisi inti telur) dievaluasi setiap dua minggu, sedangkan jumlah telur yang dihasilkan, derajat pembuahan dan penetasan telur dievaluasi setiap pemijahan .

(4)

Hak cipta milik Ediwarman, tahun 2006 Hak cipta dilindungi

(5)

PENGARUH TEPUNG IKAN LOKAL DALAM PAKAN INDUK

TERHADAP PEMATANGAN GONAD DAN KUALITAS

TELUR IKAN BAUNG (

Hemibagrus nemurus

Blkr.)

Ediwarman

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Tesis : Pengaruh Tepung Ikan Lokal dalam Pakan Induk Terhadap Pematangan Gonad dan Kualitas Telur Ikan Baung , Hemibagrus nemurus Blkr.

(Utilization of local fish meal in diet for green catfish, Hemibagrus nemurus Blkr : effect on gonads maturation and eggs quality) Nama : Ediwarman

NIM : C150 030 091

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Ing Mokoginta, MS. Ketua

Dr. Ir. Dedi Jusadi, M.Sc. Anggota

Dr. Yann Moreau, PhD. Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Perairan (AIR)

Dr. Ir. Chairul Muluk, M.Sc.

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan di Balai Budidaya Air Tawar Jambi sejak bulan April 2005 hingga Desember 200 5 ini adalah “Pengaruh tepung ikan lokal dalam pakan induk terhadap pematangan gonad dan kualitas telur ikan Baung,

Hemibagrus nemurus Blkr.”

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kualitas tepung ikan sebagai bahan baku pembuatan pakan. Diharapkan dari penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan pembenihan ikan baung dalam rangka pengembangan budidaya dan pele starian plasma nutfah.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ing Mokoginta; Bapak Dr. Dedi Jusadi dan Bapak Dr. Yann Moreau, selaku pembimbing yang telah memberikan saran, arahan dan dorongan semangat selama penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Odang Carman selaku penguji luar komisi yang telah memberikan saran perbaikan penulisan karya ilmiah ini. Kepala Balai Budidaya Air Tawar Jambi, Bapak Ir. Supriyadi, M.Si atas bantuan fasilitas serta seluruh litkayasa dan perekayasa Balai Budidaya Air Tawar Jambi yang telah membantu dalam pengumpulan data. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Laurent Pouyaud (Fish -Diva Program Coordinator IRD) serta Bapak Dr. Marc Legendre dan Jacques Slembrouck (Team Reproduksi IRD-Depok) yang telah membantu selama pelaksanaan dan analisis data percobaan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibunda Syamsinar dan Ibunda Nurdjani serta istriku Syafnidar dan anak-anakku Arief Rahmadnoviandi Ediwarman, Rizki Syafwan Asykari, Aulia Rahman Pangestu dan Adillah Husnah Wardani atas segala doa dan kasih sayangnya.

Bogor, Juni 2006

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surantih -Painan, Kab. Pesisir Selatan, Sumatra Barat tan ggal 26 April 1963 dari pasangan Ayahanda Abd. Halim, J. Dt. Rajo Bandoro (Alm), dan Ibunda Syamsinar. Penulis merupakan anak ke lima dari tujuh bersaudara.

Penulis lulus dari SMA Negeri Painan tahun 1984, kemudian melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor melalui program PMDK. Gelar sarjana (S-1) diperoleh dari Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan IPB pada tahun 1990. Pada tahun 1992 penulis bekerja pada Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jambi sebagai teknisi ”Dempon” tambak udang di Tan jung Labu Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat. Pada tahun 1995 pindah bekerja di Loka Budidaya Air Tawar Jambi dan diangkat sebagai CPNS pada tahun 1996, dan tahun 1998 diangkat sebagai kepala sub seksi sarana teknik (Eselon V). Pada tahun 2000, penulis diangkat sebagai pemimpin proyek pembangunan dan pengembangan Loka Budidaya Air Tawar Jambi, sampai tahun 2002. Kemudian pada tahun 2002 Loka Budidaya Air Tawar Jambi berubah status menjadi Balai Budidaya Air Tawar Jambi (Eselon III) dan penulis diangkat sebagai kepala seksi pelayanan teknik (Eselon IV). Disamping sebagai kepala seksi pelayanan teknik, penulis juga diangkat sebagai pejabat fungsional dengan jabatan pertama sebagai Asisten Perekayasa Madia , sampai sekarang.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL……….. ix

DAFTAR GAMBAR……….. x

DAFTAR LAMPIRAN….……….. xi

PENDAHULUAN………... 1

Latar Belakang……….... 1

Perumusan Masalah………... 2

Tujuan dan Manfaat ………..……….... 3

Perumusan Hipotesis………. 3

TINJAUAN PUSTAKA………. 4

Perkembangan Gonad…...…...………... 4

Peranan Kualitas Pakan dalam Pematangan Gonad……… 5

Faktor dan Proses Pendukung Perkembangan Kematangan Gonad dan Kualitas Telur…….………... 12

MATERI DAN METODA PERCOBAAN….………... 14

Tempat dan Waktu Penelitian... 14

Pakan Uji... 14

Pemeliharaan Ikan... 17

Pengumpulan Data... 20

Analisa Kimia ... 22

Analisa Data... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

Hasil... 24

Pembahasan... 28

SIMPULAN DAN SARAN ... 33

Simpulan ... 33

Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA………. 34

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1 Kebutuhan asam lemak esensial pada benih dan ikan dewasa

(Sargent et al. 2002) ... 8 2 Data kualitas air dari beberapa lokasi pemeliharaan untuk pematangan

ganad induk ikan baung, Hemibagrus nemurus Blkr. ... 13

3 Komposisi dan analis proksimat pakan uji untuk induk ikan baung,

Hemibagrus nemurus (g.kg-1 bobot kering)... .. 15

4 Komposisi asam lemak pakan uji untuk induk ikan baung, Hemibagrus

nemurus... ...... 16 5 Bilangan asam dan bilangan peroksida pakan uji untuk induk ikan baung,

Hemibagrus nemurus... 16

6 Waktu matang, tingkat kematangan dan prosentase jumlah induk ikan baung, Hemibagrus nemurus matang gonad selama penelitian... 25 7 Diameter, fekunditas, derajat pembuahan dan penetasan telur induk ikan baung, Hemibagrus nemurus pada pemijahan pertama... 25

8 Diameter, fe kunditas derajat pembuahan dan penetasan telur induk

baung, Hemibagrus nemurus pada pemijahan kedua... 26 9 Prosentase larva normal ikan baung, Hemibagrus nemurus pada

pemijahan pertama dan kedua... 27

10 Kadar lipid telur ikan baung Hemibagrus nemurus yang berhasil

dipijahkan... 27 11 Komposisi asam lemak telur ikan baung, Hemibagrus nemurus pada

(11)

PENGARUH TEPUNG IKAN LOKAL DALAM PAKAN INDUK

TERHADAP PEMATANGAN GONAD DAN KUALITAS

TELUR IKAN BAUNG (

Hemibagrus nemurus

Blkr.)

Ediwarman

SEKOLAH PASACASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Tepung Ikan Lokal dalam Pakan Induk Terhadap Pematangan Gonad dan Kualitas Telur Ikan Baung, Hemibagrus nemurus Blkr. adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juni 2006

Ediwarman

(13)

ABSTRAK

EDIWARMAN. Pengaruh Tepung Ikan Lokal dalam Pakan Induk Terhadap Pematangan Gonad dan Kualitas Telur Ikan Baung, Hemibagrus nemurus Blkr.

Dibimbing oleh ING MOKOGINTA, DEDI JUSADI dan YAN MOREAU.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas lemak dari tepung ikan lokal dalam pakan induk ikan b aung terhadap perkembangan gonad dan kualitas telur. Manfaat penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kualitas tepung ikan lokal sebagai bahan baku utama dalam formulasi pakan induk untuk pematangan gonad, dan peningkatan kualitas telur ikan baung.

Metode percobaan adalah menggunakan 4 macam pakan dengan isoprotein, isolipid dan isoenergi yaitu : pakan 1 mengandung tepung ikan lokal (Produksi Jambi); pakan 2 mengandung tepung ikan lokal bebas minyak dan lemak dari hasil ekstrak tepung ikan lokal; pakan 3 mengandung tepung ikan lokal bebas minyak dan lemak dari minyak ikan (cod liver oil); dan pakan 4 mengandu ng tepung ikan impor (Corpesca). Minyak dalam tepung ikan diekstrak menggunakan aceton dengan perbandingan 2 : 1 (2 liter aceton untuk 1 kg tepung ikan). Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 17 ulangan. Induk ikan baung betina yang digunakan berumur sekitar 2,5 tahun dengan bobot antara 250-450 gram, dipelihara di dalam bak beton 17 individu masing-masing perlakuan selama 6 bulan pengamatan. Ikan jantan dipelihara dalam bak terpisah dengan pemberian pakan komersial. Bobot ikan, tingkat kematangan telur (diameter dan posisi inti telur) dievaluasi setiap dua minggu, sedangkan jumlah telur yang dihasilkan, derajat pembuahan dan penetasan telur dievaluasi setiap pemijahan .

(14)

Hak cipta milik Ediwarman, tahun 2006 Hak cipta dilindungi

(15)

PENGARUH TEPUNG IKAN LOKAL DALAM PAKAN INDUK

TERHADAP PEMATANGAN GONAD DAN KUALITAS

TELUR IKAN BAUNG (

Hemibagrus nemurus

Blkr.)

Ediwarman

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

Judul Tesis : Pengaruh Tepung Ikan Lokal dalam Pakan Induk Terhadap Pematangan Gonad dan Kualitas Telur Ikan Baung , Hemibagrus nemurus Blkr.

(Utilization of local fish meal in diet for green catfish, Hemibagrus nemurus Blkr : effect on gonads maturation and eggs quality) Nama : Ediwarman

NIM : C150 030 091

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Ing Mokoginta, MS. Ketua

Dr. Ir. Dedi Jusadi, M.Sc. Anggota

Dr. Yann Moreau, PhD. Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Perairan (AIR)

Dr. Ir. Chairul Muluk, M.Sc.

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.

(17)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan di Balai Budidaya Air Tawar Jambi sejak bulan April 2005 hingga Desember 200 5 ini adalah “Pengaruh tepung ikan lokal dalam pakan induk terhadap pematangan gonad dan kualitas telur ikan Baung,

Hemibagrus nemurus Blkr.”

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kualitas tepung ikan sebagai bahan baku pembuatan pakan. Diharapkan dari penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan pembenihan ikan baung dalam rangka pengembangan budidaya dan pele starian plasma nutfah.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ing Mokoginta; Bapak Dr. Dedi Jusadi dan Bapak Dr. Yann Moreau, selaku pembimbing yang telah memberikan saran, arahan dan dorongan semangat selama penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Odang Carman selaku penguji luar komisi yang telah memberikan saran perbaikan penulisan karya ilmiah ini. Kepala Balai Budidaya Air Tawar Jambi, Bapak Ir. Supriyadi, M.Si atas bantuan fasilitas serta seluruh litkayasa dan perekayasa Balai Budidaya Air Tawar Jambi yang telah membantu dalam pengumpulan data. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Laurent Pouyaud (Fish -Diva Program Coordinator IRD) serta Bapak Dr. Marc Legendre dan Jacques Slembrouck (Team Reproduksi IRD-Depok) yang telah membantu selama pelaksanaan dan analisis data percobaan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibunda Syamsinar dan Ibunda Nurdjani serta istriku Syafnidar dan anak-anakku Arief Rahmadnoviandi Ediwarman, Rizki Syafwan Asykari, Aulia Rahman Pangestu dan Adillah Husnah Wardani atas segala doa dan kasih sayangnya.

Bogor, Juni 2006

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surantih -Painan, Kab. Pesisir Selatan, Sumatra Barat tan ggal 26 April 1963 dari pasangan Ayahanda Abd. Halim, J. Dt. Rajo Bandoro (Alm), dan Ibunda Syamsinar. Penulis merupakan anak ke lima dari tujuh bersaudara.

Penulis lulus dari SMA Negeri Painan tahun 1984, kemudian melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor melalui program PMDK. Gelar sarjana (S-1) diperoleh dari Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan IPB pada tahun 1990. Pada tahun 1992 penulis bekerja pada Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jambi sebagai teknisi ”Dempon” tambak udang di Tan jung Labu Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat. Pada tahun 1995 pindah bekerja di Loka Budidaya Air Tawar Jambi dan diangkat sebagai CPNS pada tahun 1996, dan tahun 1998 diangkat sebagai kepala sub seksi sarana teknik (Eselon V). Pada tahun 2000, penulis diangkat sebagai pemimpin proyek pembangunan dan pengembangan Loka Budidaya Air Tawar Jambi, sampai tahun 2002. Kemudian pada tahun 2002 Loka Budidaya Air Tawar Jambi berubah status menjadi Balai Budidaya Air Tawar Jambi (Eselon III) dan penulis diangkat sebagai kepala seksi pelayanan teknik (Eselon IV). Disamping sebagai kepala seksi pelayanan teknik, penulis juga diangkat sebagai pejabat fungsional dengan jabatan pertama sebagai Asisten Perekayasa Madia , sampai sekarang.

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL……….. ix

DAFTAR GAMBAR……….. x

DAFTAR LAMPIRAN….……….. xi

PENDAHULUAN………... 1

Latar Belakang……….... 1

Perumusan Masalah………... 2

Tujuan dan Manfaat ………..……….... 3

Perumusan Hipotesis………. 3

TINJAUAN PUSTAKA………. 4

Perkembangan Gonad…...…...………... 4

Peranan Kualitas Pakan dalam Pematangan Gonad……… 5

Faktor dan Proses Pendukung Perkembangan Kematangan Gonad dan Kualitas Telur…….………... 12

MATERI DAN METODA PERCOBAAN….………... 14

Tempat dan Waktu Penelitian... 14

Pakan Uji... 14

Pemeliharaan Ikan... 17

Pengumpulan Data... 20

Analisa Kimia ... 22

Analisa Data... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

Hasil... 24

Pembahasan... 28

SIMPULAN DAN SARAN ... 33

Simpulan ... 33

Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA………. 34

(20)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1 Kebutuhan asam lemak esensial pada benih dan ikan dewasa

(Sargent et al. 2002) ... 8 2 Data kualitas air dari beberapa lokasi pemeliharaan untuk pematangan

ganad induk ikan baung, Hemibagrus nemurus Blkr. ... 13

3 Komposisi dan analis proksimat pakan uji untuk induk ikan baung,

Hemibagrus nemurus (g.kg-1 bobot kering)... .. 15

4 Komposisi asam lemak pakan uji untuk induk ikan baung, Hemibagrus

nemurus... ...... 16 5 Bilangan asam dan bilangan peroksida pakan uji untuk induk ikan baung,

Hemibagrus nemurus... 16

6 Waktu matang, tingkat kematangan dan prosentase jumlah induk ikan baung, Hemibagrus nemurus matang gonad selama penelitian... 25 7 Diameter, fekunditas, derajat pembuahan dan penetasan telur induk ikan baung, Hemibagrus nemurus pada pemijahan pertama... 25

8 Diameter, fe kunditas derajat pembuahan dan penetasan telur induk

baung, Hemibagrus nemurus pada pemijahan kedua... 26 9 Prosentase larva normal ikan baung, Hemibagrus nemurus pada

pemijahan pertama dan kedua... 27

10 Kadar lipid telur ikan baung Hemibagrus nemurus yang berhasil

dipijahkan... 27 11 Komposisi asam lemak telur ikan baung, Hemibagrus nemurus pada

(21)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1 Bagan potongan ovum yang berkembang (Havey dan Hoar 1979)... 6 2 Bobot rata-ratainduk ikan baung, Hemibagrus nemurus selama 185

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1 Metoda ekstraksi lemak dari tepung ikan... 40 2 Prosedur pembuatan pakan uji... 40

3 Analisa proksimat bahan pakan... 41

4 Komposisi asam lemak, bilangan asam d an bilangan peroksida bahan utama pakan induk ikan baung, Hemibagrus nemurus... 42 5 Prosentase induk ikan baung, Hemibagrus nemurus matang gonad

setelah 16 minggu pemelihaan dan pada pengamatan berikutnya... 43

6 Diameter, fekunditas, derajat pembuahan dan penetasan telur induk

ikan baung, Hemibagrus nemurus pada pemijahan pertama... 44 7 Diameter, fekunditas, derajat pembuahan dan penetasan telur induk

baung, Hemibagrus nemurus pada pemijahan kedua... 46

8 Gonadosomatik indeks (GSI), bobot telur, dan jumlah telur 1 gram

ikan baung yang berhasil dipijahkan... 48

9 Prosentase larva normal ikan baung, Hemibagrus nemurus pada

pemijahan pertama dan kedua... 49 10 Kadar lipid telur ikan baung, Hemibagrus nemurus pada pemijahan

pertama dan kedua ... 50

11 Komposisi asa m lemak telur ikan baung, Hemibagrus nemurus pada

(23)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr. revisi dari Mystus nemurus CV. Mo 1991, dalam Kottelat dan Whitten 1996) merupakan ikan perairan umum yang mempunyai nilai ekonomis penting, yang banyak dijumpai di perairan Sumatera, Jawa dan Kalimantan (Robert 1989). Ikan ini merupakan salah satu spesies lokal yang telah dibudidayakan sejak tahun 1980, baik di kolam maupun di sangkar bambu (keramba) dengan menggunakan benih dari hasil tangkapan di alam (Suryanti dan Priyadi 2002).

Usaha pembenihan ikan baung secara terkontrol dengan metoda kawin suntik telah dilakukan oleh panti-panti benih swasta maupun pemerintah, namun hasilnya belum memuaskan karena sulitnya mendapatkan induk matang gonad serta rendahnya daya tetas telur yaitu sebesar 34,5% (Muflikhah 1993) dan 39% (Sukendi 2005). Rendahnya daya tetas telur tersebut sangat terkait pada kualitas pakan yang digunakan (Watanabe et al. 1984a,b; dan Mokoginta et al. 2000). Saat ini pakan buatan telah digunakan untuk budidaya ikan baik untuk benih, pembesaran maupun untuk induk ikan laut seperti kerapu, tetapi belum ada untuk induk ikan air tawar seperti ikan baung.

Dalam rangka pengembangan budidaya ikan air tawar di wilayah Sumatera, Balai Budidaya Air Tawar Jambi bertanggung jawab memperbaiki kualitas pakan terutama pakan induk sehingga dapat menghasilkan benih yang berkualitas secara kontinu sesuai dengan permintaan petani.

(24)

teroksidasi akan bersifat racun (Zonneveld et al. 1991) atau menimbulkan penyakit “Sekoke” yaitu suatu penyakit kekurangan gizi pada ikan mas akibat pemberian pakan lemak teroksidasi (Hashimoto et al. 1966, dalam Hung et al.

1983). Lemak yang teroksidasi ini kemungkinan dapat mempengaruhi pematangan gonad dan kualitas telur dari induk ikan.

Berdasarkan uraian di atas maka penting untuk mengkaji kualitas tepung ikan, dalam hal ini lemak dalam tepung ikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan gonad dan peningkatan kualitas telur ikan baung.

Perumusan Masalah

Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembenihan ikan baung adalah lambatnya induk matang gonad dalam wadah budidaya serta rendahnya kualitas telur yang ditandai dengan rendahnya derajat penetasan telur yang dihasilkan (Muflikhah 1993). Kualitas telur yang rendah tersebut kemungkinan terjadi karena tidak tercukupinya asam lemak esensial untuk menunjang perkembangan embrio larva ikan. Sumber penyebab dari tidak tercukupinya asam lemak esensial tersebut disebabkan karena jumlah asam lemak esensial dalam pakan buatan tidak memadai akibat penggunaan tepung ikan yang lemaknya telah teroksidasi atau terjadinya oksidasi lemak dalam pakan selama pengolahan atau penyimpanan. Asam lemak ini berperan dalam proses vitelogenesis dan akumulasi kuning telur pada sel telur. Jika asam lemak yang diangkut ke hati kurang, maka proses vitelogenesis akan terganggu dan akumulasi asam lemak di dalam kuning telur akan rendah sebagai indikasi rendahnya kualitas telur.

(25)

Tujuan dan Manfaat

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas tepung ikan lokal dalam pakan induk ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr.) terhadap perkembangan gonad dan kualitas telur.

Manfaat penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kualitas tepung ikan lokal sebagai bahan baku utama dalam formulasi pakan induk untuk pematangan gonad, dan peningkatan kualitas telur ikan baung.

Perumusan Hipotesis

(26)

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Gonad

Gonad adalah organ di dalam tubuh yang dapat menghasilkan gamet, yaitu sel yang mempunyai satu set kromosom haploid untuk reproduksi, terdapat pada semua seksualitas ikan mulai dari gonokhoris, hermaprodit sa mpai ginogenesis (Effendie 2002). Sedangkan pematangan gonad adalah tahapan tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah pemijahan.

Perkembangan gonad pada ikan secara garis besar dibagi atas 2 tahap perkembangan utama, yaitu tahap pertumbuhan gonad hingga mencapai tingkat dewasa kelamin dan tahap pematangan produk seksual. Tahap pertumbuhan berlangsung sejak ikan menetas hingga mencapai dewasa kelamin, sedangkan tahap pematangan berlangsung setelah ikan dewasa. Tahap pematangan akan terus berlangsung dan berkesinambungan selama fungsi reproduksi ikan b erjalan normal (Harvey dan Hoar 1979). Pada ikan betina, selama perkembangan gonad, oosit dikelilingi oleh lapisan sel-sel folikel yang membentuk dua lapisan yaitu lapisan granulosa di sebelah dalam yang menempel dengan oosit dan lapisan teka di sebelah luarnya seperti terlihar pada Gambar 1. Sel fo likel pada pinggiran oosit berperan penting dalam penyerapan material lipoprotein yang berasal dari hati ke dalam oosit. Pematangan oosit dicirikan dengan pergerakan awal dari germinal vesicle ke bagian pinggir dan diakhiri dengan tahap pembelahan meosis pertama.

(27)

Induk baung dikatakan matang telur apabila diameter ovocyt telah mencapai ukuran ledih dari 1,00 mm (Sukendi 2001; Nurmahdi 2005), atau inti tidak berada di tengah 70-75% (100 % matang) dan dengan tingkat kematangan lebih dari 35% atau setara dengan 50% diameter telur rata-rata di atas satu milimeter telah siap disuntik hormon dan diovulasikan (Supriyadi 2005).

Di samping pengetahuan tentang pematangan gonad, fekunditas juga diperlukan karena merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menentukan kuantitas telur yang dihasilkan, dan fekunditas juga dapat dipengaruhi oleh kekurangan gizi pakan induk (Izquierdo et al. 2001). Menurut Izquierdo et al. (2001), fekunditas adalah total jumlah telur yang dihasilkan oleh masing-masing ikan yang dinyatakan dalam jumlah telur per pemijahan atau jumlah telur per bobot badan ikan . Ikan baung yang berasal dari sungai Batanghari, Jambi memiliki nilai fekunditas antara 4.876 – 79.594 butir (Samuel dan Adjie 1994), sedangkan ikan baung yang berasal dari Sungai Kampar Riau berkisar antara 57.981 – 95.291 bu tir per kg bobot tubuh (Sukendi 2001).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pematangan gonad yaitu : faktor lingkungan seperti suhu, periode cahaya, musim dan makanan; faktor hormonal yaitu ketersediaan hormon gonadotropin (GtH) (Scott 1979 , dalam Tang dan Affandi 2000).

Untuk mempercepat perkembangan gonad induk dapat dilakukan atau dipacu dengan beberapa cara antara lain : dengan memanipulasi faktor lingkungan yaitu suhu, periode cahaya, dan penggunaan hormon serta dengan perbaikan kualitas pakan (Watanabe et al. 1984a,b; Alava et al. 1993; Tang dan Affandi 2000).

Peranan Kualitas Pakan dalam Pematangan Gonad

(28)

Dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pematangan gonad, kualitas pakan mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kualitas telur yang dihasilkan (Watanabe et al. 1984a; Mokoginta et al. 1995). Telah diketahui, beberapa nutrient yang memiliki peran penting pada kualitas dan kuantitas telur serta sperma yang dihasilkan adalah asam lemak essensial, vitamin A, C, E dan mineral Mn serta Zn (Alava et al. 1993).

Setiap spesies ikan membutuhkan zat gizi yang baik, yang terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral serta energi untuk aktivitas hidupnya. Ketersediaan energi dalam pakan sangat penting untuk diperhatikan, karena kebutuhan setiap spesies ikan akan energi berbeda dan dipengaruhi oleh umur dan ukuran ikan. Menurut NRC (1993), energi sangat diperlukan oleh ikan untuk proses metabolisme, perawatan tubuh, aktivitas fisik, pertumbuhan dan reproduksi. Energi yang dibutuhkan untuk kegitan -kegiatan tersebut berasal dari pakan yang dikonsumsi. Besarnya energi yang dikonsumsi oleh ikan dipengaruhi oleh ketersediaan energi didalam pakan, kondisi fisik ikan, dan kondisi perairan (suhu dan oksigen terlarut). Disamping itu, keseimbangan energi protein dan asam lemak sangat berpengaruh terhadap tingkat perkembangan gonad dan kualitas telur yang dihasilkan.

Menurut Khan et al. (1993), pertumbuhan maksimum ikan baung (Mystus nemurus) yang berukuran 25,4 g dicapai dengan pemberian pakan protein 42 % dan protein energi ratio 27,2 mg protein kJ- 1 (113,82 mg protein /kcal) DP/E (digestible protein energy ratio). Reis, Reutebuch dan Lovell (1989) menyatakan, bahwa kebutuhan ikan channel catfish (Ichtalurus punctatus) yang berukuran 63,8 g terhadap protein adalah 35% dan energi 28,7 g protein kJ- 1 (120 g protein/kcal) DE (digestible energy). Ng et al. (2001) melaporkan bahwa protein pakan sebesar 440 g.kg-1 dengan rasio energi dan protein sebesar 20 mg protein kJ- 1 gross energy memberikan pertumbuhan maksimum pada benih ikan baung

(M. nemurus). Selanjutnya Kurnia (2002) melaporkan bahwa untuk menghasilkan efisiensi pakan dan pertumbuhan terbaik benih ikan baung (bobot awal 5,3 ± 1,3 gr) dapat menggunakan pakan dengan kadar protein 29,1% dan rasio protein 11,5 mg.kJ-1 dengan total energi 798,5 kJ DE/g (3341,11 kkal DE/kg) atau kadar

protein ditingkatkan sebesar 37,4% namun rasio energi protein diturunkan menjadi 8,9 mg.kJ-1 dengan total energi 795,2 kJ DE/g (3327,11 kkal DE/kg).

(29)

jumlah dan komposisi kuning telur menentukan besar kecilnya ukuran telur, dan ukuran telur merupakan indikator kualitas telur (Kamler 1992). Sedangkan komposisi kimia kuning telur bergantung kepada status nutrien yang diberikan dan kondisi induk itu sendiri.

Menurut Watanabe et al. (1984b) kadar protein pakan untuk reproduksi ikan rainbow trout 36% dan lipid 18%. Watanabe et al. (1985 ) menyatakan bahwa kadar protein pakan 43,1%, induk red sea bream sudah dapat menghasilkan kualitas telur yang baik yang diindikasikan dengan banyaknya telur yang mengapung. Selanjutnya, Suhenda et al. (2002) menyatakan bahwa induk ikan baung dapat matang gonad pada umur 16 bulan dengan pemberian pakan berkadar protein 30 % sebanyak 3 % bobot badan per hari.

Lipid sangat penting sebagai sumber energi dan asam lemak esensial untuk pertumbuhan dan pe rkembangan normal, serta memegang peranan penting dalam proses reproduktif terutama fase awal perkembangan larva ikan (Wilson 1995). Menurut Izquerdo et al. (2001), lipid dan komposisi asam lemak dalam pakan induk merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan reproduksi. Pada beberapa spesies ikan HUFA (highly unsaturated fatty acids) dapat meningkatkan fekunditas, pembuahan dan kualitas telur. Disamping itu, peranan asam lemak esensial adalah sebagai penyusun struktur dan komponen membran sel, polar lipid biomembran serta precursor prostaglandin (Bell et al.

1986) yang disintesa dari asam lemak esensial golongan arachidonat pada hewan terestrial dapat meningkatkan kehamilan (Muchtadi et al. 1993).

Pada ikan, asam lemak tidak jenuh seperti linolea t (18:2n -6) dan linolenat (18:3n-3) merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan reproduksi dan kelangsungan hidup larva . Kekurangan dan kelebihan asam lemak esensial berpengaruh negatif terhadap pencapaian reproduktif ikan (Izquerdo et al. 2001). Pakan induk yang kekurangan asam lemak essensial menghasilkan laju pematangan gonad yang rendah (Watanabe et al. 1984a). Demikian juga Li et al.

(2005) menyatakan bahwa kelebihan dan kekurangan n-3 HUFA dalam pakan dapat menimbulkan efek negatif terhadap kualitas telur dan larva.

(30)
[image:30.612.133.504.111.599.2]

Tabel 1 Kebutuhan asam lemak esensial pada benih dan ikan dewasa (Sargent

et al., 2002).

Spesies ikan Asam lemak

esensial % bobot kering

Ikan Air Tawar

Rainbow trout (Oncorhyncus mykiss)

Chum salmon (Oncorhyncus keta) Coho salmon (Oncorhyncus kisutch) Cherry salmon (Oncorhyncus masou) Arctic charr (Salvelinus alpinus) Carp (Cyprinus carpio)

Grass carp (Ctenopharyngodon idella) Tilapia :

Oreoc hromis zilli Oreoc hromis nilotica

Eel (Anguilla japonica)

Ayu (Plecoglossus altivelis) Milkfish (Chanos chanos)

Chanel catfish (Ictalurus punctatus)

Ikan Air Laut

Turbot (Scophthalmus maximus)

Red sea bream (Pagrus major)

Gilthed sea bream (Sparus aurata)

Striped jack (Pseudocaranx dentex) Yellowtail flounder (Pleuronectes ferrugineus)

18:3n-3 n-3 HUFA

18:2n-6 dan 18:3n- 3 18:2n-6 dan 18:3n- 3 18:3n-3 atau n-3 HUFA 18:3n-3

18:2n-6 18:3n-3

18:2n-6 dan 18:3n- 3

18:2n-6 18:2n-6

18:2n-6 dan 18:3n-3 18:3n-3 atau 20:5n- 3 18:2n-6 dan 18:3n- 3 18:3n-3

n- 3 HUFA

n-3 HUFA AA

20:5n-3 atau n-3 HUFA 20:5n-3 dan 22: 6n- 3 n-3 HUFA

n-3 HUFA DHA : EPA 22:6n-3 n-3 HUFA

0,7 – 1,0 0,4 – 0,5

1,0 untuk masing-masing 1,0 untuk masing-masing 1,0

1,0 - 2,0 1,0 0,5 – 1,0 1,0 dan 0,5

1,0 0,5

0,5 untuk masing-masing 1,0

0,5 untuk masing-masing 1,0 – 2,0

0,5 – 0,75

0,8 0,3 0,5 1,0 dan 0,5

0,9 (DHA : EPA = 1) 1,9 (DHA : EPA = 0,5) 0,5

1,7 2,5

AA, arachidonic acid; DHA, docosahexsaenic (22:6n- 3); EPA, eicosapentaenic (20:5n-3); HUFA, highly unsaturated fatty acid.

(31)

lemak linoleat (n-6) 1,85% dan asam lemak linolenat (n-3) 0,56% dalam pakannya (Mokoginta et al. 1995), dan untuk induk patin memerlukan asam lemak n-3 0,9% dan asam lemak n-6 2,2% pada kadar lemak 12,87 g/100 g bobot kering pakan (Mokoginta et al. 2000). Sedangkan untuk ikan baung, pemberian asam lemak esensial n-3 dan n-6 sebesar 0,5 % dan 1,0% dalam pakannya dapat meningkatkan pertumbuhannya (Phromkunthong dan Midkhadee 2001).

Vitamin merupakan zat gizi esensial yang dibutuhkan ikan dari makanannya, karena ikan tidak dapat mensintesa sendiri di dalam tubuhnya. Kebutuhan vitamin oleh ikan bervariasi menurut spesies, ukuran, dan umur ikan (NRC, 1993).

Vitamin E berfungsi sebagai anti oksidan, terutama untuk melindungi asam lemak tak jenuh pada fospholipid dalam membrane sel. Vitamin E dan asam lemak esensial dibutuhkan seca ra bersamaan untuk pematangan gonad ikan, dan do sis vitamin E dalam pakan akan bergantung pada kandungan asam lemak esensial yang ada dalam pakan tersebut. Semakin tinggi kandungan asam lemaknya, maka kebutuhan vitamin E ini meningkat pula (Cahu et al.

1993). Namun demikian, dalam konsentrasi asam lemak yang berbeda, kisaran kebutuhan vitamin E untuk induk rainbow trout adalah antara 30 -50 mg/kg pakan (Cho et al. 1985). Sementara itu untuk ikan salmon, mas, dan channel catfish kebutuhan vitamin E ini masing-masing adalah 100, 300 mg/kg pakan serta 100 IU/kg pakan (Watanabe 1988; Hepher 1990), sedangkan untuk induk ikan patin

(Pangasius hypophthalmus) kadar vitamin E yang paling baik untuk kualitas telur adalah sebesar 190 mg/kg pakan (Yulfiperius 2001 ).

(32)

Efektivitas Sumber Asam Lemak

Bell et al. (1986) mengemukakan bahwa sumber dari lemak akan menentukan susunan asam lemak essensialnya. Pada tubuh ikan, asam lemak tersebut merupakan salah satu senyawa fosfolipid membran sel, dimana sifat fluiditas membran sel pada ikan dipengaruhi oleh komposisi asam lemak penyusunnya. Lebih lanjut dikemukakan bahwa sifat fisik dari membran sel ditentukan oleh fosfolipid yang ada pada membran, komposisi asam lemak pada fosfolipid dan interaksinya dengan kolesterol dan protein. Adanya asam lemak tak jenuh pada membran sel dapat mempengaruhi sifat fluiditas membran dan memperbaiki fungsi membran. Pada ikan atau hewan poikilotermik lainnya, adanya beberapa tingkatan asam lemak tak jenuh pada membran selnya adalah penting untuk beradaptasi terhadap temperatur lingkungan yang berbeda.

Hepher (1990) mengemukakan bahwa fosfolipid terutama fosfatidilserin dan fosfatidilgliserol dapat mempengaruhi sifat fluiditas membran sel, dan selanjutnya sifat fluiditas membran sel akan mempengaruhi aktifitas enzim yang terdapat pada membran seperti (Na+/K+) ATP-ase. Bhagavan (1982) mengemukakan

bahwa fosfolipid disusun oleh gliserol, fosfat, asam lemak essensial dan non essensial. Asam lemak essensial terutama asam lemak da ri kelompok high ly unsaturated fatty acids (HUFA) dan poly unsaturated fatty acids (PUFA) mempunyai peranan yang penting untuk kegiatan metabolisme, komponen membran, senyawa awal prostaglandin, tromboksan, prostasiklin dan leukotrin.

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kebutuhan asam lemak pada hewan air adalah suhu dan salinitas. Ikan-ikan di perairan hangat dan perairan tawar membutuhkan asam lemak n-6 atau campuran asam lemak n-6 dan n-3 sedangkan ikan-ikan yang hidup di perairan laut yang suhunya cenderung lebih rendah lebih membutuhkan asa m lemak n-3. Penjelasan dari perbedaan kebutuhan asam lemak ini karena struktur asam lemak n-3 memiliki derajat ketidak jenuhan yang lebih tinggi yang dibutuhkan oleh fosfolipid membran untuk mempertahankan fleksibilitas dan permeabilitas membran sel pada suhu rendah (Lovell 1989). Lebih lanjut dikemukakan bahwa ikan air tawar seperti rainbow trout memiliki kemampuan untuk memperpanjang rantai karbon dan melakukan desaturasi asam lemak n-3 dari asam lemak 18:3n-3 atau asam lemak n-3 yang lebih panjang, sedangkan ikan laut tidak dapat melakukan perpanjangan rantai karbon asam lemak sehingga pakannya perlu ditambahkan

(33)

dan DHA (Docosahexaenoic acid, C22:6). Demikian pula udang dan krustasea lainnya tidak dapat memperpanjang asam linolenat menjadi poly unsaturated fatty acid (PUFA) atau tidak dapat mensintesis kolesterol (Teshima et al. 1982,

dalam Cuzon et al. 1994), sehingga pakan untuk krustasea perlu ditambahkan PUFA dan kolesterol yang digunakan untuk pembentukan biomembran dan pembentukan hormon-hormon steroid (Cuzon et al. 1994).

Pengaruh Asam Lemak Teroksidasi dalam Pakan Terhadap Ikan

Lemak dalam tepung ikan sangat mudah teroksidasi akibat kontak dengan udara (oksigen). Asam lemak tak jenuh rantai ganda (PUFA) terutama HUFA sangat mudah teroksidasi selama proses pembuatan tepung ikan, pakan dan selama penyimpanan (Ingold 1962; Topple 1962; Labuza 1971, dalam Hung

et al. 1983). Lemak yang teroksidasi dapat meracuni beberapa spesies ikan (Hung et al. 1983; Zonneveld et al. 1991) karena menghasilkan senyawa peroksida dan keton yang bersifat toksit. Disamping itu, lemak yang teroksidasi meyebabkan terjadinya perubahan profil asam lemak yaitu meningkatnya asam lemak bebas dan menurunnya HUFA.

Sumbangan lemak yang teroksidasi dari tepung ikan ke dalam pakan atau teroksidasinya lemak dalam pakan selama prosesing dan penyimpanan mungkin mempunyai pengaruh yang negatif terhadap mutu pakan secara keseluruhan, terutama kandungan asam lemak esensialnya (EFA). Asam lemak yang telah mengalami oksidasi ini akan menurunkan nilai nutrisi pakan, serta menghasilkan bau yang tidak enak (tengik) (Zonneveld et al. 1991). Hashimoto et al. (1966) dalam Hung et al. (1983) menemukan adanya penyakit “Sekoke” suatu penyakit kekurangan gizi pada daging ikan mas akibat pemberian pakan lemak teroksidasi. Selanjutnya, Murai dan Andrews (1974), dalam Hung et al. (1983) menemukan bahwa pemberian pakan dengan lemak teroksidasi dapat mengakibatkan rendahnya gizi daging ikan channel catfish jika pakan tidak ditambahkan ?-tocopherol. Disamping itu, lemak yang teroksidasi mungkin dapat berpengaruh terhadap kualitas telur yang dihasilkan selama masa reproduksi.

Tingkat Konsumsi Pakan dan Pertumbuhan

(34)

Karena energi pakan terlebih dahulu dipakai untuk kegiatan metabolisme standar (maintenance). Kebutuhan energi untuk pemeliharaan tubuh harus terpenuhi terlebih dahulu, dan apabila berlebih maka kelebihannya akan digunakan untuk pertumbuhan (Lovell 198 9).

Oleh karena itu, untuk menghasilkan pertumbuhan yang maksimal maka dalam menyusun ransum ikan perlu diperhatikan keseimbangan antara protein dan energinya. Pakan yang kandungan energinya rendah akan menyebabkan ikan menggunakan sebagian protein sebagai sumber energi untuk keperluan metabolisme, sehingga bagian protein untuk pertumbuhan menjadi berkurang. Demikian sebaliknya jika kandungan energi pakan terlalu tinggi akan membatasi jumlah pakan yang akan dikonsumsi oleh ikan. Keadaan ini akan membatasi jumlah protein yang dimakan ikan, yang mengakibatkan pertumbuhan menjadi relatif rendah.

Faktor dan Proses Pendukung

Perkembangan Kematangan Gonad dan Kualitas Telur

Kesiapan Pertumbuhan Reproduktif (Vitelogenin)

Pertumhunan reproduktif dimulai setelah ikan mencapai umur dewasa kelamin , dimana organ reproduksi dan sistim hormone telah sempurna yang ditandai dengan kesiapan hipotalamus untuk mensekresikan gonadotropin releasing hormone (GnRH) dan hipofisa untuk mensekresikan hormone-hormon gonadotropin (GtH). Dengan adanya sinyal lingkungan yang baik vitelogenin akan berjalan dengan sempurna .

(35)

Ketersediaan Kolesterol-testosteron

Proses kematangan telur mulai terjadi apabila telur telah melalui proses vitelogenin mencapai telur siap matang. Proses vitelogenesis menghasilkan vitelogenin dikontrol oleh hormone GtH I (Methyl Testosteron) serta dibatasi oleh ketersediaan materi khususnya kolesterol, asam lemak tak jenuh sebagai bahan estradiol-17ß untuk merangsang pembentukan vitelogenin atas bantuan enzim aromatase. Apabila hormone, vitelogenin dan materi pakan tidak mampu menunjang proses vitelogenesis maka proses kematangan oosit tidak terjadi.

Lingkungan

Faktor lingkungan yang mengaruhi dan menentukan daur reproduksi ikan atara lain suhu, intensitas cahaya, oksigen terlarut, CO2 bebas, pH, amonia dan

alkalinitas. Diantara faktor lingkungan tersebut yang paling berpengaruhi terhadap perkembangan gonad ikan adalah suhu, selain itu periode cahaya dan musim (Sjafei dkk 1992; Scott 1979, dalam Tang dan Affandi 2000).

[image:35.612.133.500.417.590.2]

Dari beberapa penelitian menunjukan bahwa induk ikan baung akan memilih habitat yang cocok untuk memijah. Hasil pengukuran parameter kualitas air di daerah pematangan gonad dan pemijahan induk ikan baung dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Data kualitas air dari beberapa lokasi pemeliharaan untuk pematangan gonad induk ikan baung, Hemibagrus nemurus.

Nilai kisaran

Kolam Sungai Kolam

No.

Parameter fisika-kimia

Air a a b c

1 Suhu (OC) 26 - 31 28 - 2 9 26,0 - 27,5 27 ,9 - 3 0,5

2 pH 7,3 - 8,0 7,1 - 7,2 6,8 - 7,2 5,7 - 7,5

3 Oksigen (ppm) 6,5 - 8,4 3,6 - 7,0 7,15 - 8,19 3,1 - 5,48 4 Kecerahan (cm) 40 - 48 20 - 3 0 60 - 8 5 40 - 6 5

5 Kecepatan arus (m/dt) -- 0,3 - 0,74 -- --

6 Kekeruhan (NTU) -- -- 30,80 - 40,50 --

7 CO2 (ppm) -- -- 3,00 - 4,24 --

8 Amoniak (mg/l) -- -- -- 0,01 - 0,04

(36)

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Budidaya Air Tawar Jambi (BBAT Jambi), desa Sungai Gelam, Kecamatan Kumpeh Ulu Propinsi Jambi, dimulai pada bulan April 2005 sampai dengan bulan Desember 2005. Pembuatan pakan uji dan analisa proksimat dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi BBAT Jambi, analisa bilangan asam (acid value, AV) dan bilangan peroksida (perokside value, PV) dilaksanakan di Laboratorium PAU IPB Bogor, sedangkan asam lemak esensial di analisa di Laboratorium Terpadu FMIPA IPB, Bogor.

Pakan Uji

Pakan uji yang digunakan dalam percobaan ini ada 4 macam pakan yang berbeda pada sumber bahan baku utamanya, yaitu : pakan 1 mengandung tepung ikan lokal (produksi Jambi); pakan 2 mengandung tepung ikan lokal bebas minyak ditambah lemak dari hasil ekstrak tepung ikan lokal; pakan 3 mengandung tepung ikan lokal bebas minyak ditambah lemak dari minyak ikan (cod liver oil); dan pakan 4 mengandung tepung ikan impor (Corpesca). Pakan dibuat berbentuk pellet dengan isoprotein, isolipid, dan isoenergi dengan kandungan protein 40% dan lipid 7,7% dengan rasio protein energi 22 mg protein kasar.kJ-1 energi total (Tabel 3).

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan pakan uji adalah : persiapan bahan tepung ikan lokal bebas minyak serta uji toksisitas terhadap benih ikan, analisis bahan pakan, formulasi dan pembuatan pakan.

Kegiatan pertama yang dilakukan dalam pembuatan pakan adalah mengekstraksi lemak yang ada dalam tepung ikan lokal. Ekstraksi lemak ini dimaksudkan untuk mendapatkan tepung ikan lokal yang bebas lemak sebagai bahan baku utama perlakuan D2 dan D3.

(37)

dengan isoprotein dan isolipid, diberikan 3 kali per hari secara at-satiasion. Dari hasil pemeliharaan selama 3 minggu, didapatkan bahwa benih ikan patin yang diberi pakan yang dibuat dari tepung ikan dan minyak ikan hasil ekstrak tepung ikan dengan aceton (A1) dan perlakuan A2 menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yang sama sebesar 100% dengan laju pertumbuhan harian sebesar 2,09% dan 1,98% untuk perlakuan A1 dan A2 serta tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara keduanya.

[image:37.612.129.510.309.632.2]

Analisa proksimat dilakukan terhadap semua bahan baku yang digunakan, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan ransum sesuai dengan formula dan jumlah bahan yang telah ditetapkan (Tabel 3). Komposisi asam lemak bilangan peroksida dan bilangan asam pakan uji dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.

Table 3 Komposisi dan analisa proksimat pakan uji untuk induk ikan baung,

Hemibagrus nemurus (g.kg-1 bobo t kering).

Pakan

Bahan Pakan

D1 D2 D3 D4 Tepung ikan lokal 314 -- -- -- Tepung ikan lokal bebas lemak -- 269 269 -- Tepung ikan import -- -- -- 265 Tepung kedele 536 536 536 536

Tepung jagung 80 80 80 80

Minyak kedelai 19 19 19 19

Minyak ikan (cod liver oil) -- -- 31 9 Minyak dari tep. ikan lokal (hasil ekstrak) -- 35 -- --

Vitamin premix.a 10 10 10 10

Mineral premix.b 40 40 40 40

Komposisi Prosimat

Protein kasar 408,9 401,5 401,7 412,9 Lipid kasar 77,4 75,7 77,0 72,4

Abu 136,6 153,4 141,6 109,1

Serat kasar 42,4 43,4 37,7 34,8

BETNc 334,7 326,0 342,0 370,8

Energi total (MJ)d 18,5 18,1 18,4 19,0

P / E ratioe 22,2 22,2 21,8 21,8

a

Per kilogram: Vit. A 200.000 UI; vit D3 1.000.000 UI; vit. E 40,2 UI; vit. K3 8 g; vit . C 100 g; vit. B1 5 g; vit. B2 5

g; vit. B6 5 g; vit. B12 0,01 g; Ca pantothenate 11 g; niacin 20 g; biotine 0,06 g; folic acid 1,5 g; choline 230 g. b Per kilogram : Ca 210 g; P 168 g; Mg 13 g; Na 30 g; S 12 g; Zn 1,25g; Cu 0,2 g; Mn 0,3 g; Fe 6,7 g; I 0,15g;

Co 0,1 g; Se 8 mg.

c Bahan ekstrak tanpa nitrogen. d

Dihitung berdasarkan pada: 23,6 kJ g-1 protein; 39,5 kJ g-1 lipid; dan 17,2 kJ g-1 BETN(NRC 1993).

(38)
[image:38.612.133.503.114.533.2]

Tabel 4 Komposisi asam lemak pakan uji untuk induk ikan baung, Hemibagrus nemurus.

Pakan Asam lemak

(% area)

D1 D2 D3 D4 C14 : 0 (Miristat) 1,23 1,13 2,15 2,33 C16 : 0 (Palmitat) 17,1 16,7 13,1 13,8 C16 : 1n-7 (Palmitoleat) 3,14 2,82 3,37 2,64 C18 : 0 (Stearat) 6,72 6,53 4,03 3,97 C18 : 1n-9 (Oleat) 19,4 19,6 22,0 19,4 C18 : 2n-6 (Linoleat) 30,6 31,3 28,0 30,0 C20 : 0 (Arahidat) 0,42 0,39 0,26 0,27 C18 : 3n-3 (Linolenat) 3,65 3,73 7,19 5,13 C22 : 1n-9 (Erukat) 0,00 0,00 3,14 1,41 C20 : 5n-3 (EPA) 2,01 1,71 3,00 4,30 C22 : 6n-3 (DHA) 5,04 4,65 4,81 6,84 ? asam lemak jenuh 25,5 24,8 19,6 20,4 ? asam lemak rantai tunggal 22,6 22,4 28,5 23,5 ? asam lemak n-3 10,7 10,1 15,0 16,3 ? asam lemak n-6 30,6 31,3 28,0 30,0 Nisbah asam lemak n-3/n-6 0,35 0,32 0,54 0,54 ? n–3 HUFA 7,05 6,36 7,80 11,1 Nisbah DHA / EPA 2,51 2,71 1,61 1,59

Tabel 5 Bilangan asam dan bilangan peroksida pakan uji untuk induk ikan baung, Hemibagrus nemurus.

Pakan Parameter

D1 D2 D3 D4

[image:38.612.131.508.605.683.2]
(39)

Pemeliharaan Ikan

Wadah Penelitian

Wadah penelitian yang digunakan meliputi bak beton untuk pemeliharaan induk serta akuarium dan fibreglass untuk penetasan telur. Jumlah bak yang dipersiapkan sebanyak 5 buah yang terdiri dari 4 buah untuk pemeliharaan induk betina dan 1 buah untuk pemeliharaan induk jantan. Masing-masing bak diisi air sedalam 80 cm (Vol. 5,5 m3) dan untuk menjaga kualitas air tetap dalam kondisi baik, bak dilengkapi dengan system air mengalir (5 lt/mnt), aerasi 4 titik serta pembersihan bak setiap 2 minggu.

Sedangkan untuk penetasan dipersiapkan ness/basket untuk penempelan telur sebanyak 36 buah, akuarium (60x50x40 cm) 12 unit dan fibreglass 1 m3

sebanyak 3 unit. Untuk menjaga ketersedian oksigen, akuarium/fibreglass dilengkapi dengan sistim aerasi. Supaya telur yang ditetaskan tidak terinfeksi oleh jamur, maka air penetasan diberi “Blitz icht” dengan dosis 1 tetes untuk 6 liter air , 24 jam sebelum telur ditetaskan.

Ikan Uji

Penelitian ini menggunakan induk ikan baung (Hemibagrus nemurus

Blkr.) berumur sekitar 2,5 tahun dengan bobot antara 250 – 450 gram yang berasal dari satu kali pemijahan dan telah dipelihara dikolam pembesaran Balai Budidaya Air Tawar Jambi.

Induk diadaptasikan selama 1 minggu dalam bak pemeliharaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Selama adaptasi dilakukan pemberian pakan dengan pakan komersial sebanyak 3% dari bobot badan dengan frekuensi pemberian dua kali sehari, yaitu pada pukul 08.00 dan pukul 16.00 Wib . Apabila seluruh ikan telah memperlihatkan kondisi yang cukup baik dan telah beradaptasi dengan lingkungan budidaya serta pakan yang diberikan, maka dilanjutkan pemeliharaan selama 1 bulan untuk pematangan gonad. Se telah 1 bulan pemeliharaan dilakukan pengosongan gonad terhadap semua ikan betina dengan cara : induk disuntik dengan hormon ovaprim 0,6 cc/kg dan telur yang ada dalam gonad dikeluarkan dengan cara distriping.

(40)

mempunyai tingkat perkembangan gonad dan bobot tubuh yang seragam. Jumlah seluruh induk betina yang dipilih dan akan dipelihara selama percobaan adalah 68 ekor atau 17 ekor untuk setiap perlakuan. Selanjutnya ikan ditempatkan dalam wadah sesuai dengan perlakuan secara acak.

Untuk memudahkan pengontrolan setiap ikan diberi tanda (tagging) berupa tatoo dengan menggunakan dermojet pada bagian tubuhnya (Hem et al. 1994).

Pemberian pakan

Selama masa pemeliharaan induk, induk betina diberi pakan uji, sedangkan induk jantan diberi pakan komersial. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak ±26 g.kg-1.hari-1 bobot kering dengan jumlah protein 10,5 g g.kg-1.hari-1.

Frekuensi pemberian pakan dua kali sehari, yaitu pada pukul 08.00 dan pukul 16.00 Wib.

Sampling

Sampling dilakukan untuk penimbangan bobot tubuh, pengambilan sampel telur untuk melihat diameter dan posisi inti telur. Sampling pertama dilakukan pada awal percobaan dan selanjutnya setiap 14 hari sekali sampai induk matang gonad dan siap untuk dipijahkan. Untuk mempermudah penanganan serta menghindari stress pada saat sampling, induk ikan uji diambil dengan menggunakan serok dan ditempatkan dalam baskom yang diberi aerasi, kemudian dibius menggunakan larutan Benzocaine pada konsentrasi 100 mg.L-1 sampai ikan pingsan. Setelah ikan pingsan dilakukan pengambilan sampel telur dan penimbangan bobot tubuh. Selanjutnya ikan disegarkan kembali pada air mengalir dan dikembalikan kedalam bak pemeliharaan.

Pemijahan.

Jumlah induk yang dipijahkan setiap kali pemijahan rata-rata senyak 3 ekor untuk setiap perlakuan, diambil yang mempunyai perut yang lebih besar dan tidak semua induk yang matang gonad dipijahkan pada waktu yang sama. Selama penelitian dilakukan 5 kali pemeijahan sampai didapatkan induk yang sama memijah 2 kali (rematurasi) minimal 3 ekor untuk setiap perlakuan .

(41)

Trp7, Leu8, Pro9, Net)] 0,6 cc/kg induk pada bagian pectoral. Penyuntikan dilakukan dua kali yaitu 1/3 bagian dosis pada penyuntikan pertama dan 2/3 bagian dosis pada penyuntikan kedua dengan interval waktu 6 jam. Setelah 6 jam dari penyuntikan kedua pada suhu 27-31OC, induk dicek untuk mengetahui apakah telur siap untuk diovulasikan dan jika sudah siap diovulasikan, telur dikeluarkan dengan cara striping untuk selanjutnya dilakukan pembuahan.

Sebelum telur diovulasikan, dilakukan pengambilan sperma jantan dengan cara pembedahan. Jumlah jantan yang diambil spermanya 8 -10 ekor. Kantong sperma digerus dan ditambahkan larutan sodium chlorida 0,9% sebanyak 4 bagian dan disimpan pada suhu 5 oC (Termos es). Sperma yang

digunakan untuk pembuahan telur mempunyai motilitas lebih besar dari 75%. Selama penelitian dilakukan 5 kali pemijahan dengan jumlah total ikan yang dipijahkan sebanyak 69 ekor terdiri dari 16, 19, 18, dan 16 ekor untuk masing-masing perlakuan D1, D2, D3, dan D4 dimana 15 ekor dari jumlah ikan tersebut dapat dipijahkan 2 kali (rematurasi) yaitu 4, 3, 4, dan 4 ekor untuk masing-masing perlakuan D1, D2, D3, dan D4 secara berturut-turut. Tingkat keberhasilan ovulasi sebasar 91,3% atau sebanyak 63 ekor yang ovulasi dan 6 ekor tidak ovulasi yaitu pada perlakuan D1, D2, D3 dan D4 masing-masing sebanyak 2; 2; 1 dan 1 ekor secara berturut-turut. Tidak ovulasinya 6 ekor induk ini diantaranya disebabkan karena salah dalam memilih induk yang akan disuntik (D1, 1 ekor), dan kemungkinan adanya stress selama penangan sampling serta adanya hormon ovaprim yang terbuang pada waktu penyuntikan.

Penetasan

Untuk pengamatan daya tetas telur, dilakukan dengan cara menempelkan telur yang telah dibuahi diatas basket sebanyak 200 – 400 butir dengan 3 basket per induk yang dipijahkan. Kemudian dimasukan kedalam fibreglass. Sisa telur ditetaskan secara ma ssal dalam akuarium (60 x 50 x 40 cm).

Kualitas air

(42)

Berdasarkan hasil pengu kuran selama percobaan, diperoleh data parameter kualitas air seperti berikut : wadah pemeliharaan induk, pH 5,03-8,60; oksigen 2,04 -5,75 mg/l; temperatur 26,0-32,5°C; NH3-N = 0,80 mg/l; wadah

inkubasi induk : pada pemijahan pertama pH 6,80-7,20; oksigen 3,09-3,53 mg/l; temperatur 29,0-31,0°C; pemijahan kedua pH 6,76-6,91 ; oksigen 2,10-2,61mg/l; temperatur 27,0-30,0°C; wadah penetasan : pada penetasan pertama pH 6,80-7,00; oksigen 3,42 -3,48 mg/l; temperatur 28,0-30,0°C; NH3-N 0,01-0,04 mg/l; dan

pada peneta san ke dua pH 6,93-7,15; oksigen 2,64-3,02mg/l; temperatur 27,6-29,0°C; NH3-N 0,02 mg/l. Kualitas air ini masih layak bagi kehidupan ikan dan

mendukung pemijahan serta penetasan telur ikan baung.

Pengumpulan Data

Variabel yang diukur selama penelitian meliputi : bobot ikan, diameter dan posisi inti oosit (“telur” yang masih berada di dalam gonad), jumlah telur yang dihasilkan, jumlah telur menetas dan jumlah larva normal.

Pengukuran terhadap parameter yang diamati serta metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

Bobot Tubuh Ikan

Pengukuran bobot ikan dilakukan dengan cara menimbang setiap ikan yang digunakan sesuai perlakuan. Pengukuran bobot ikan dilakukan pada awal percobaan dan setiap 14 hari sekali sampai akhir pecobaan .

Perkembangan Gonad

Perkembangan gonad yang dimaksudkan adalah tahap perke mbangan pematangan gonad atau oosit (“telur” yang masih berada di dalam gonad ) yang berlansung setelah ikan dewasa. Tingkat kematangan telur dikelompokkan ke dalam dua kriteria, yang pertama berdasarkan posisi inti telur dan kedua berdasarkan ukuran diameter telur. Pengamatan tingkat kematangan telur dilakukan pada awal percobaan dan selanjutnya secara berkala setiap 14 hari sekali sampai akhir percobaan atau ikan matang gonad 2 kali (rematurasi).

(43)

butir) di fixasi dengan larutan buffer neutral formalin 10% (Na2HPO4.12H2O 51,25

g; KH2PO4 11,25 g; formaldehida 1 liter dan air akuades 9 liter). Diameter telur

diukur dengan menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan mikrometer okuler pada pembesaran 40X. Selanjutnya dibuat limit diameter minimum telur dapat ovulasi untuk menentukan struktur tingkat kematangan telur. Dari hasil analisa diperoleh induk yang matang gonad dan telur berhasil diovulasikan mempunyai diameter telur = 1,02 mm dengan prosentase 70 – 80% atau lebih. Se lanjutnya pengamatan kematangan telur berdasarkan posisi inti sel telur dilakukan dengan cara merendam telur dalam larutan sera yaitu : alkohol 99% ; formaldehida 40% ; asa m asetat 100% = 6 : 3 : 1 (Woynarovich dan Horvath , 1980), setelah 5-10 menit diamati posisi intinya menggunakan mikroskop. Kriteria kematangan berdasarkan posisi inti yang digunakan adalah : induk dikatakan matang dan siap untuk dipijahkan apabila inti tidak berada ditengah lebih dari 35% atau setara dengan 50% diameter telur rata -rata di atas satu milimeter (Nurmahdi, 2005; Supriyadi, 2005).

Tingkat kematangan telur diukur dengan menggunakan rumus yang digunakan oleh Supriyadi (2005) sebagai berikut :

Jumlah telur yang intinya tidak di tengah

Kematangan Telur = --- --- X 100% Jumlah telur yang diamati

Fekunditas Telur

Data fekunditas diperoleh dengan cara membandingkan jumlah telur (butir atau gram) yang diovulasikan dengan bobot tubuh ikan (kg). Jumlah telur yang diovulasikan ditimbang dengan timbangan elektrik, kemudian diambil sampel telur sebanyak 0,5 gram dan dihitung satu persatu dan selanjutnya dikalikan dengan bobo t keseluruhan telur.

Derajat Pembuahan (Fertilization Rate = FR)

(44)

untuk masing -masing induk yang dipijahkan.

Nilai derajat pembuahan ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah telur yang dibuahi

FR = --- X 100% Jumlah telur sampel

Derajat Penetasan (Hatching Rate = HR)

Data penetasan telur diperoleh dengan cara menghitung jumlah larva yang dihasilkan , dilakukan setelah 5-10 jam telur menetas atau dalam selang waktu 32-35 jam setelah pembuahan pada kisaran suhu 28 -30 OC. Perhitungan

jumlah telur yang ditetaskan sebanyak 200 -400 butir dengan 3 kali ulangan untuk masing-masing induk yang dipijahkan.

Derajat penetasan telur ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah telur yang menetas

HR = --- X 100 % Jumlah telur ditetaskan

Prosentase Larva Normal

Data larva normal diperoleh setelah telur selesai menetas seperti menghitung derajat penetasan , larva yang normal dan yang tidak normal dihitung. Kriteria larva normal adalah gerakannya aktif dan berenang lurus, sedangkan yang tidak normal gerakannya tidak aktif dan berputar serta selalu berdiam diri didasar wadah.

Larva normal dimaksudkan adalah untuk melihat seberapa banyak larva yang normal yang dihasilkan oleh induk baung yang dipijahkan. Nilai persentase larva normal dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Jumlah larva normal

Prosentase larva normal = --- X 100% Jumlah larva sampel

Analisa Kimia

(45)

Analisa proksimat dilakukan terhadap bahan pakan, pakan dan telur meliputi protein kasar dengan metoda semimicro -Kjeldahl; lipid dengan metoda ekstraksi ether dan serat kasar dengan AOAC dalam Takeuchi (1988), sedangkan kadar air dilakukan dengan pemanasan contoh selama 2 jam pada suhu 135°C dalam oven. Analisis komposisi asam lemak bahan pakan, pakan uji, dan telur dilakukan dengan menggunakan Gas Chromatografi. Untuk mengetahui teroksidasinya lemak dalam bahan pakan dan pakan uji dilakukan pengukuran bilangan peroksida dan bilangan asam menggunakan metoda analisis dari Laboratorium PAU-IPB, Bogor.

Analisa Data

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 17 ulangan (individu). Untuk mengetahui pengaruh pakan yang diberikan terhadap perkembangan gonad dan kualitas telur mencakup lama waktu matang gonad, tingkat kematangan telur, jumlah induk matang gonad, diameter telur, fekunditas, derajat pembuahan, derajat penetasan telur, larva normal, kadar lipid dan asam lemak esensial telur dievalusi dengan analisis sidik ragam (ANOVA) menggunakan SAS (Statistical Analysis System) (Littell et al. 1993), jika terdapat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan’s (Duncan’s multiple range test) untuk membandingkan antar perlakuan

(46)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Bobot Ikan

Perkembangan bobot tubuh induk ikan baung selama percobaan terlihat adanya peningkatan bobot tubuh secara normal dari setiap perlakuan sampai akhir percobaan. Seperti yang ditampilkan pada Gambar 2 telihat bahwa, secara keseluruhan ikan mempunyai perkembangan bobot tubuh yang sama untuk setiap perlakuan.

300,0 325,0 350,0 375,0 400,0 425,0 450,0 475,0 500,0 525,0 550,0 575,0 600,0

0 16 28 44 56 71 85 99 114 128 149 163 185

Waktu sampling (hari)

Berat rata-rata (g)

[image:46.612.135.507.260.450.2]

D1 D2 D3 D4

Gambar 2 Bobot rata -rata induk ikan baung, Hemibagrus nemurus selama 185 hari pemeliharaan.

Perkembangan Gonad

Seperti yang ditampilkan pada Tabel 6 terlihat bahwa ikan-ikan yang dipijahkan secara rata-rata mempunyai tingkat kematangan gonad dengan kriteria migrasi inti 44,1 – 49,2% dan prosentase diameter telur lebih besar dari 1,0 mm 80,9 – 84,2%. Dari keempat perlakuan , ikan yang dipijahkan mempunyai ting kat kematangan gonad yang sama (p>0,05).

(47)
[image:47.612.137.511.111.258.2]

25

Tabel 6 Waktu matang , tingkat kematangan telur dan prosentase jumlah induk ikan baung, Hemibagrus nemurus matang gonad selama penelitian.

Tingkat kematangan telur (%) Pakan Waktu matang

(minggu) Migrasi inti (mGV)

Diameter telur > 1 mm

Jumlah Induk matang

(%)

D1 5,8 ± 0,7a 47,2 ± 3,69a 82,0 ± 2,89a 87,1 ± 5,72a D2 6,8 ± 0,8a 44,1 ± 3,35a 84,0 ± 2,63a 83,0 ± 5,72a D3 5,7 ± 0,8a 54,8 ± 3,45a 84,2 ± 2,71a 83,1 ± 5,72a

D4 6,0 ± 0,7a 49,2 ± 3,56a 80,9 ± 2,80a 83,2 ± 5,72a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05; Duncan’s multiple range test) ; rata-rata ± SE.

Kualitas Telur

Dari 15 ekor ikan yang dapat dipijahkan dua kali tersebut, terdapat perbedaan yang cukup jelas pada pemijahan yang kedua terutama pada ukuran diameter telur, derajat pembuahan dan penetasan telur sedangkan pada pemijahan pertama belum begitu jelas terlihat perbe daannya (Tabel 7 dan 8). Hal ini disebabkan karena pada pemijahan kedua induk sudah mendapat asupan pakan dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pada waktu pemijahan pertama, sehingga kemungkinan masih adanya kontribusi pakan komersial dalam pembentukan telur pada pemijahan pertama tidak terlihat lagi.

Tabel 7 Diameter, fekunditas, derajat pembuahan dan penetasan telur induk ikan baung, Hemibagrus nemurus pada pemijahan pertama.

Pakan Diameter telur (mm)

Fekunditas (x1.000/kg)

Derajat pembuahan

(%)

Derajat penetasan

(%) D1 1,33 ± 0,03a 88,0 ± 9,60a 81,8 ± 6,08a 74,0 ± 6,50a

D2 1,28 ± 0,04a 70,7 ± 13,6a 63,9 ± 8,60a 47,4 ± 9,20b D3 1,30 ± 0,03a 67,9 ± 9,60a 75,1 ± 6,08a

67,3 ± 6,50ab D4 1,31 ± 0,03a 70,0 ± 9,60a 81,1 ± 6,08a 73,5 ± 6,50a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05; Duncan’s multiple range test) ; rata-rata ± SE.

[image:47.612.130.504.499.630.2]
(48)

26

tetapi perbedaan baru terlihat setelah ikan memijah untuk yang kedua kalinya dengan ukuran diameter telur berkisar antara 1,30 - 1,36 mm (p<0,05). Ukuran diameter telur pada perlakuan D1 lebih besar dan sama dengan perlakuan D2, D4 dan lebih besar dari perlakuan D3 .

Tabel 8 Diameter, fekunditas, derajat pembuahan dan penetasan telur induk baung, Hemibagrus nemurus pada pemijahan kedua.

Pakan Diameter telur (mm)

Fekunditas (x1.000/kg)

Derajat pembuahan

(%)

Derajat penetasan

(%) D1 1,36 ± 0,01a 88,9 ± 15,1a 82,0 ± 5,50a 81,7 ± 5,86a

D2 1,32 ± 0,02ab 66,3 ± 17,4a 55,0 ± 6,36b 50,3 ± 6,77b

D3 1,30 ± 0,01b 76,0 ± 15,1a 61,1 ± 5,50b 59,1 ± 5,86b

D4 1,32 ± 0,01ab 80,0 ± 15,1a 82,1 ± 5,50a 79,6 ± 5,86a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata (p>0,05; Duncan’s multiple range test) ; rata-rata ± SE.

Nilai fekunditas pada pemijahan pertama berkisar antara 67.900 - 88.000 butir/kg induk sedangkan pada pemijahan ke dua berkisar antara 66.300 - 88.900 butir/kg induk, dimana nilai fekunditas pada ke dua pemijahan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (p>0,05).

Derajat pembuahan pada pemijahan pertama tidak menunju kkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (p>0,05), namun pada pemijahan yang ke dua pengaruh perlakuan memberikan perbedaan yang nyata terhadap derajat pembuahan (p<0,05). Pada pemijahan ke dua, derajat pembuahan perlakuan D1 sama dengan perlakuan D4 tetapi lebih besar dari perlakuan D2 dan D3 (Tabel 8). Pengaruh perlakuan pada setiap waktu pemijahan terhadap derajat penetasan telur memberikan perbedaan yang nyata baik pada pemijahan pertama maupun pada pemijahan kedua (p<0,05). Perbedaan terdapat pada perlakuan D1 dan D4 dengan perlakuan D2 dan D3 , namun tidak berbeda antara perlakuan D1 dengan D4 dan antara perlakuan D2 dengan D3. Pada pemijahan pertama derajat pembuahan perlakuan D1 sama dengan perlakuan D4 tetapi lebih tinggi dari pada perlakuan D2 dan D3. Demikian juga pada pemijahan kedua perlakuan D1 sama dengan perlakuan D4 tetapi lebih tinggi dari pada perlakuan D2 dan D3.

[image:48.612.128.505.176.311.2]
(49)

27

[image:49.612.134.509.169.297.2]

nyata antar perlakuan pada setiap pemijahan (p>0,05). Walaupun demikian ada kecenderungan di setiap pemijahan, perlakuan D1 dan D4 selalu lebih baik dari pada perlakuan lainnya dengan nilai terendah terdapat pada perlakuan D2. Tabel 9 Prosentase larva normal ikan baung, Hemibagrus nemurus pada

pemijahan pertama dan kedua.

Larva normal, % Pakan

Pemijahan 1 Pemijahan 2 D1 90,7 ± 2,15a 89,2 ± 5,01a D2 89,8 ± 3,04a 74,3 ± 5,79a D3 87,6 ± 2,15a 79,2 ± 4,48a D4 87,7 ± 2,15a 90,3 ± 5,01a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05; Duncan’s multiple range test) ; rata-rata ± SE.

Kadar Lipid dan Komposisi Asam Lemak Telur

Seperti yang ditampilkan pada Tabel 10 terlihat bahwa kadar lipid telur dan larva ikan baung cenderung meningkat antara pemijahan pertama dengan pemijahan kedua.

Tabel 10 Kadar lipid telur ikan baung Hemibagrus nemurus yang berhasil dipijahkan.

Lipid telur (%) Pakan

Pemiijahan 1 Pemijahan 2 D1 5,79 ± 0,66a 6,53 ± 0,36a D2 5,61 ± 0,93a 7,32 ± 0,42a D3 5,41 ± 0,66a 6,25 ± 0,36a D4 5,50 ± 0,76a 7,08 ± 0,36a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05; Duncan’s multiple range test) ; rata-rata ± SE.

Pada pemijahan pertama kadar lipid telur berkisar antara 5,41 - 5,79%, sedangkan pada pemijahan kedua kadar lipid telur berkisar antara 6,25 - 7,32%. Walaupun demikian, kadar lipid telur pada setiap pemijahan tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (p>0,05).

[image:49.612.126.513.442.570.2]
(50)

28

[image:50.612.134.502.143.462.2]

memjelaskan perbedaan yang terjadi antar perlakuan terutama pada derajat pembuahan dan penetasan telur.

Tabel 11 Komposisi asam lemak telur ikan baung, Hemibagrus nemurus pada pemijahan kedua .

Pakan Asam lemak

(% area) D1 D2 D3 D4 C14 : 0 (Miristat) 1,54 ± 0,10 b 1,44 ± 0,10 b 1,72 ± 0,10 ab 1,88 ± 0,10 a

C16 : 0 (Palmitat) 23,9 ± 0,65 a 24,7 ± 0,65 a 24,2 ± 0,65 a 21,6 ± 0,65 b C16 : 1n-7 (Palmitoleat) 2,54 ± 0,10 a 2,54 ± 0,10 a 2,63 ± 0,10 a 2,04 ± 0,10 b

C18 : 0 (Stearat) 9,29 ± 0,37 a 9,88 ± 0,37 a 9,65 ± 0,37 a 7,98 ± 0,37 b C18 : 1n-9 (Oleat) 18,6 ± 0,78 a b 20,8 ± 0,78 a 19,6 ± 0,78 a 16,6 ± 0,78 b C18 : 2n-6 (Linoleat) 12,9 ± 0,76 a b 11,6 ± 0,76 b 12,7 ± 0,76 a b 14,3 ± 0,76 a C18 : 3n-3 (Linolenat) 1,67 ± 0,31 a 1,70 ± 0,31 a 2,08 ± 0,31 a 2,28 ± 0,31 a C20 : 0 (Arahidat) 0,07 ± 0,01 a 0,07 ± 0,01 a 0,07 ± 0,01 a 0,07 ± 0,01 a C22 : 1n-9 (Erukat) 0,41 ± 0,04 b 0,43 ± 0,04 ab 0,42 ± 0,04 b 0,57 ± 0,04 a C20 : 5n-3 (EPA) 0,59 ± 0,07 c b 0,44 ± 0,07c 0,79 ± 0,07 b 1,20 ± 0,07 a C22 : 6n -3 (DHA) 10,5 ± 0,50 b 9,54 ± 0,50 b 9,53 ± 0,50 b 12,2 ± 0,50 a ?asam lemak jenuh 34,8 ± 0,83 a 36,1 ± 0,83 a 35,6 ± 0,83 a 31,5 ± 0,83 b

? asam lemak rantai tunggal 21,6 ± 0,82 ab 23,8 ± 0,82 a 22,7 ± 0,82 a 19,2 ± 0,82 b ? asam lemak n – 3 12,8 ± 0,79 b 11,7 ± 0,79 b 12,4 ± 0,79 b 15,7 ± 0,79 a ? asam lemak n - 6 12,9 ± 0,76 a b 11,6 ± 0,76 b 12,7 ± 0,76 a b 14,3 ± 0,76 a Nisbah asam lemak n-3/n- 6 1,00 ± 0,07 a 1,01 ± 0,07 a 0,98 ± 0,07 a 1,11 ± 0,07 a ? n – 3 HUFA 11,1 ± 0,54 b 9,98 ± 0,54 b 10,3 ± 0,54 b 13,4 ± 0,54 a Nisbah DHA/EPA 17,9 ± 0,83 b 21,8

Gambar

Tabel 1   Kebutuhan asam lemak esensial pada benih dan ikan dewasa (Sargent et al., 2002)
Tabel  2     Data kualitas air dari beberapa lokasi pemeliharaan untuk
Table 3      Komposisi dan analisa proksimat pakan uji untuk induk ikan baung, Hemibagrus nemurus (g.kg-1 bobot kering)
Tabel 4   Komposisi asam lemak pakan uji untuk induk ikan baung, Hemibagrus nemurus.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk paket soal yang baru dibuat diatas, sifatnya masih “kosong” sehingga perlu dilakukan seleksi soal secara manual, dengan cara klik gambar pensil ( ) sehingga muncul

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk lain yang

Tuhan semesta alam yang menguasai kehidupan makhluk dan penguasa hari pembalasan, yang maha pemberi kenikmatan tak terbilang,dan dengan nikmat dan karuniaNya itulah penulis

Dari kunjungan yang telah dilakukan selama satu periode pelaksanaan KKN ke-13 tahun 2016 yaitu dari tanggal 23 Juli 2016 sampai 29 Agustus 2016 yaitu 1 bulan 7

Dalam pengolahan data ini alat yang dipakai adalah bagan kendali p, Diagram Pareto, Diagram Sebab-Akibat dan dibantu oleh Database guna bentuk informasi beberapa

Uji distribusi data dilakukan untuk mengetahui dan menguji sebaran peluang waktu pelayanan dan tingkat kedatangan yang terjadi di dalam suatu sistem

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin menguji salah satu tanaman herbal yaitu daun sirsak (Annona muricata) sebagai bahan tambahan herbal dalam pasta gigi terhadap

Peserta didik dianjurkan untuk menggunakan sumber selain buku pelajaran teks pelajaran PPKn Kelas XI dalam mencari contoh-contoh perwujudan karakteristik Negara