• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulis dilahirkan di Surantih -Painan, Kab. Pesisir Selatan, Sumatra Barat tan ggal 26 April 1963 dari pasangan Ayahanda Abd. Halim, J. Dt. Rajo Bandoro (Alm), dan Ibunda Syamsinar. Penulis merupakan anak ke lima dari tujuh bersaudara.

Penulis lulus dari SMA Negeri Painan tahun 1984, kemudian melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor melalui program PMDK. Gelar sarjana (S-1) diperoleh dari Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan IPB pada tahun 1990. Pada tahun 1992 penulis bekerja pada Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jambi sebagai teknisi ”Dempon” tambak udang di Tan jung Labu Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat. Pada tahun 1995 pindah bekerja di Loka Budidaya Air Tawar Jambi dan diangkat sebagai CPNS pada tahun 1996, dan tahun 1998 diangkat sebagai kepala sub seksi sarana teknik (Eselon V). Pada tahun 2000, penulis diangkat sebagai pemimpin proyek pembangunan dan pengembangan Loka Budidaya Air Tawar Jambi, sampai tahun 2002. Kemudian pada tahun 2002 Loka Budidaya Air Tawar Jambi berubah status menjadi Balai Budidaya Air Tawar Jambi (Eselon III) dan penulis diangkat sebagai kepala seksi pelayanan teknik (Eselon IV). Disamping sebagai kepala seksi pelayanan teknik, penulis juga diangkat sebagai pejabat fungsional dengan jabatan pertama sebagai Asisten Perekayasa Madia , sampai sekarang.

Pada tahun 2003 , penulis memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, dan memilih jurusan Program Studi Ilmu Perairan.

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL……….. ix DAFTAR GAMBAR……….. x DAFTAR LAMPIRAN….……….. xi PENDAHULUAN………... 1 Latar Belakang……….... 1 Perumusan Masalah………... 2 Tujuan dan Manfaat ………..……….... 3 Perumusan Hipotesis………. 3 TINJAUAN PUSTAKA………. 4 Perkembangan Gonad…...…...………... 4 Peranan Kualitas Pakan dalam Pematangan Gonad……… 5 Faktor dan Proses Pendukung Perkembangan Kematangan Gonad

dan Kualitas Telur…….………... 12 MATERI DAN METODA PERCOBAAN….………... 14 Tempat dan Waktu Penelitian... 14 Pakan Uji... 14 Pemeliharaan Ikan... 17 Pengumpulan Data... 20 Analisa Kimia ... 22 Analisa Data... 23 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24 Hasil... 24 Pembahasan... 28 SIMPULAN DAN SARAN ... 33 Simpulan ... 33 Saran ... 33 DAFTAR PUSTAKA………. 34 LAMPIRAN……… 39

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1 Kebutuhan asam lemak esensial pada benih dan ikan dewasa

(Sargent et al. 2002) ... 8 2 Data kualitas air dari beberapa lokasi pemeliharaan untuk pematangan

ganad induk ikan baung, Hemibagrus nemurus Blkr. ... 13 3 Komposisi dan analis proksimat pakan uji untuk induk ikan baung,

Hemibagrus nemurus (g.kg-1 bobot kering)... .. 15 4 Komposisi asam lemak pakan uji untuk induk ikan baung, Hemibagrus

nemurus... ...... 16 5 Bilangan asam dan bilangan peroksida pakan uji untuk induk ikan baung,

Hemibagrus nemurus... 16 6 Waktu matang, tingkat kematangan dan prosentase jumlah induk ikan baung, Hemibagrus nemurus matang gonad selama penelitian... 25 7 Diameter, fekunditas, derajat pembuahan dan penetasan telur induk ikan baung, Hemibagrus nemurus pada pemijahan pertama... 25 8 Diameter, fe kunditas derajat pembuahan dan penetasan telur induk

baung, Hemibagrus nemurus pada pemijahan kedua... 26 9 Prosentase larva normal ikan baung, Hemibagrus nemurus pada

pemijahan pertama dan kedua... 27 10 Kadar lipid telur ikan baung Hemibagrus nemurus yang berhasil

dipijahkan... 27 11 Komposisi asam lemak telur ikan baung, Hemibagrus nemurus pada

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1 Bagan potongan ovum yang berkembang (Havey dan Hoar 1979)... 6 2 Bobot rata-ratainduk ikan baung, Hemibagrus nemurus selama 185

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1 Metoda ekstraksi lemak dari tepung ikan... 40 2 Prosedur pembuatan pakan uji... 40 3 Analisa proksimat bahan pakan... 41 4 Komposisi asam lemak, bilangan asam d an bilangan peroksida bahan

utama pakan induk ikan baung, Hemibagrus nemurus... 42 5 Prosentase induk ikan baung, Hemibagrus nemurus matang gonad

setelah 16 minggu pemelihaan dan pada pengamatan berikutnya... 43 6 Diameter, fekunditas, derajat pembuahan dan penetasan telur induk

ikan baung, Hemibagrus nemurus pada pemijahan pertama... 44 7 Diameter, fekunditas, derajat pembuahan dan penetasan telur induk

baung, Hemibagrus nemurus pada pemijahan kedua... 46 8 Gonadosomatik indeks (GSI), bobot telur, dan jumlah telur 1 gram

ikan baung yang berhasil dipijahkan... 48 9 Prosentase larva normal ikan baung, Hemibagrus nemurus pada

pemijahan pertama dan kedua... 49 10 Kadar lipid telur ikan baung, Hemibagrus nemurus pada pemijahan

pertama dan kedua ... 50 11 Komposisi asa m lemak telur ikan baung, Hemibagrus nemurus pada

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr. revisi dari Mystus nemurus CV. Mo 1991, dalam Kottelat dan Whitten 1996) merupakan ikan perairan umum yang mempunyai nilai ekonomis penting, yang banyak dijumpai di perairan Sumatera, Jawa dan Kalimantan (Robert 1989). Ikan ini merupakan salah satu spesies lokal yang telah dibudidayakan sejak tahun 1980, baik di kolam maupun di sangkar bambu (keramba) dengan menggunakan benih dari hasil tangkapan di alam (Suryanti dan Priyadi 2002).

Usaha pembenihan ikan baung secara terkontrol dengan metoda kawin suntik telah dilakukan oleh panti-panti benih swasta maupun pemerintah, namun hasilnya belum memuaskan karena sulitnya mendapatkan induk matang gonad serta rendahnya daya tetas telur yaitu sebesar 34,5% (Muflikhah 1993) dan 39% (Sukendi 2005). Rendahnya daya tetas telur tersebut sangat terkait pada kualitas pakan yang digunakan (Watanabe et al. 1984a,b; dan Mokoginta et al. 2000). Saat ini pakan buatan telah digunakan untuk budidaya ikan baik untuk benih, pembesaran maupun untuk induk ikan laut seperti kerapu, tetapi belum ada untuk induk ikan air tawar seperti ikan baung.

Dalam rangka pengembangan budidaya ikan air tawar di wilayah Sumatera, Balai Budidaya Air Tawar Jambi bertanggung jawab memperbaiki kualitas pakan terutama pakan induk sehingga dapat menghasilkan benih yang berkualitas secara kontinu sesuai dengan permintaan petani.

Tepung ikan merupakan komponen utama dalam formulasi pakan buatan sebagai sumber protein. Saat ini sebagian besar tepung ikan diimpor dari luar negeri seperti Chili dan usaha untuk memproduksi tepung ikan lokal sudah mulai dilakukan. Kualitas tepung ikan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya jenis ikan (bahan baku) yang digunakan, akibat penanganan setelah penangkapan sampai proses pengolahan dan lama penyimpanan. Kendala yang dihadapi saat ini adalah adanya tepung ikan lokal yang belum teruji kualitasnya, dan kandungan asam lemak esensial n-3 sebesar 18,7% dari total asam lemak lebih rendah dari tepung ikan impor 35,2% dari total asam lemak. Disamping kandungan n-3 yang rendah, asam lemak ini juga mudah teroksidasi (Ingold 1962; Tappel 1962; Labuza 1971, dalam Hung et al. 1983) jika pada proses pembuatan tepung ikan tersebut tidak ditambahkan zat antioksidan . Lemak yang

teroksidasi akan bersifat racun (Zonneveld et al. 1991) atau menimbulkan penyakit “Sekoke” yaitu suatu penyakit kekurangan gizi pada ikan mas akibat pemberian pakan lemak teroksidasi (Hashimoto et al. 1966, dalam Hung et al.

1983). Lemak yang teroksidasi ini kemungkinan dapat mempengaruhi pematangan gonad dan kualitas telur dari induk ikan.

Berdasarkan uraian di atas maka penting untuk mengkaji kualitas tepung ikan, dalam hal ini lemak dalam tepung ikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan gonad dan peningkatan kualitas telur ikan baung.

Perumusan Masalah

Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembenihan ikan baung adalah lambatnya induk matang gonad dalam wadah budidaya serta rendahnya kualitas telur yang ditandai dengan rendahnya derajat penetasan telur yang dihasilkan (Muflikhah 1993). Kualitas telur yang rendah tersebut kemungkinan terjadi karena tidak tercukupinya asam lemak esensial untuk menunjang perkembangan embrio larva ikan. Sumber penyebab dari tidak tercukupinya asam lemak esensial tersebut disebabkan karena jumlah asam lemak esensial dalam pakan buatan tidak memadai akibat penggunaan tepung ikan yang lemaknya telah teroksidasi atau terjadinya oksidasi lemak dalam pakan selama pengolahan atau penyimpanan. Asam lemak ini berperan dalam proses vitelogenesis dan akumulasi kuning telur pada sel telur. Jika asam lemak yang diangkut ke hati kurang, maka proses vitelogenesis akan terganggu dan akumulasi asam lemak di dalam kuning telur akan rendah sebagai indikasi rendahnya kualitas telur.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka pada masa pertumbuhan reproduktif ikan baung perlu diberikan pakan buatan yang mengandung energi cukup memadai bagi kebutuhan metabolisme disertai dengan rasio energi protein yang tepat agar pertumbuhan somatik berkelanjutan ke pertumbuhan reproduktif. Selain kandungan energi serta rasio protein yang tepat pakan buatan perlu mengandung asam lemak esensial yang cukup. Asam lemak esensial ini tidak dapat disintesa sendiri oleh tubuh ikan sehingga sangat diperlukan ketersediaan yang cukup dalam tepung ikan atau perlu ditambahkan ke dalam pakan buatan, sebagai bahan essensial pembentukan fosfolipid yang diperlukan bagi peningkatan kualitas telur.

Tujuan dan Manfaat

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas tepung ikan lokal dalam pakan induk ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr.) terhadap perkembangan gonad dan kualitas telur.

Manfaat penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kualitas tepung ikan lokal sebagai bahan baku utama dalam formulasi pakan induk untuk pematangan gonad, dan peningkatan kualitas telur ikan baung.

Perumusan Hipotesis

Apabila kandungan energi, protein dan asam lemak esensial dalam pakan buatan yang dikonsumsi induk ikan memadai dan menunjang pertumbuhan somatik dan reproduktif (gonad), maka dengan kandungan asam lemak esensial yang cukup seiring dengan meningkatnya penyerap an vitelogenin pada oosit meng indikasikan meningkatnya kualitas telur.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr. revisi dari Mystus nemurus CV. Mo 1991, dalam Kottelat dan Whitten 1996) merupakan ikan perairan umum yang mempunyai nilai ekonomis penting, yang banyak dijumpai di perairan Sumatera, Jawa dan Kalimantan (Robert 1989). Ikan ini merupakan salah satu spesies lokal yang telah dibudidayakan sejak tahun 1980, baik di kolam maupun di sangkar bambu (keramba) dengan menggunakan benih dari hasil tangkapan di alam (Suryanti dan Priyadi 2002).

Usaha pembenihan ikan baung secara terkontrol dengan metoda kawin suntik telah dilakukan oleh panti-panti benih swasta maupun pemerintah, namun hasilnya belum memuaskan karena sulitnya mendapatkan induk matang gonad serta rendahnya daya tetas telur yaitu sebesar 34,5% (Muflikhah 1993) dan 39% (Sukendi 2005). Rendahnya daya tetas telur tersebut sangat terkait pada kualitas pakan yang digunakan (Watanabe et al. 1984a,b; dan Mokoginta et al. 2000). Saat ini pakan buatan telah digunakan untuk budidaya ikan baik untuk benih, pembesaran maupun untuk induk ikan laut seperti kerapu, tetapi belum ada untuk induk ikan air tawar seperti ikan baung.

Dalam rangka pengembangan budidaya ikan air tawar di wilayah Sumatera, Balai Budidaya Air Tawar Jambi bertanggung jawab memperbaiki kualitas pakan terutama pakan induk sehingga dapat menghasilkan benih yang berkualitas secara kontinu sesuai dengan permintaan petani.

Tepung ikan merupakan komponen utama dalam formulasi pakan buatan sebagai sumber protein. Saat ini sebagian besar tepung ikan diimpor dari luar negeri seperti Chili dan usaha untuk memproduksi tepung ikan lokal sudah mulai dilakukan. Kualitas tepung ikan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya jenis ikan (bahan baku) yang digunakan, akibat penanganan setelah penangkapan sampai proses pengolahan dan lama penyimpanan. Kendala yang dihadapi saat ini adalah adanya tepung ikan lokal yang belum teruji kualitasnya, dan kandungan asam lemak esensial n-3 sebesar 18,7% dari total asam lemak lebih rendah dari tepung ikan impor 35,2% dari total asam lemak. Disamping kandungan n-3 yang rendah, asam lemak ini juga mudah teroksidasi (Ingold 1962; Tappel 1962; Labuza 1971, dalam Hung et al. 1983) jika pada proses pembuatan tepung ikan tersebut tidak ditambahkan zat antioksidan . Lemak yang

teroksidasi akan bersifat racun (Zonneveld et al. 1991) atau menimbulkan penyakit “Sekoke” yaitu suatu penyakit kekurangan gizi pada ikan mas akibat pemberian pakan lemak teroksidasi (Hashimoto et al. 1966, dalam Hung et al.

1983). Lemak yang teroksidasi ini kemungkinan dapat mempengaruhi pematangan gonad dan kualitas telur dari induk ikan.

Berdasarkan uraian di atas maka penting untuk mengkaji kualitas tepung ikan, dalam hal ini lemak dalam tepung ikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan gonad dan peningkatan kualitas telur ikan baung.

Perumusan Masalah

Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembenihan ikan baung adalah lambatnya induk matang gonad dalam wadah budidaya serta rendahnya kualitas telur yang ditandai dengan rendahnya derajat penetasan telur yang dihasilkan (Muflikhah 1993). Kualitas telur yang rendah tersebut kemungkinan terjadi karena tidak tercukupinya asam lemak esensial untuk menunjang perkembangan embrio larva ikan. Sumber penyebab dari tidak tercukupinya asam lemak esensial tersebut disebabkan karena jumlah asam lemak esensial dalam pakan buatan tidak memadai akibat penggunaan tepung ikan yang lemaknya telah teroksidasi atau terjadinya oksidasi lemak dalam pakan selama pengolahan atau penyimpanan. Asam lemak ini berperan dalam proses vitelogenesis dan akumulasi kuning telur pada sel telur. Jika asam lemak yang diangkut ke hati kurang, maka proses vitelogenesis akan terganggu dan akumulasi asam lemak di dalam kuning telur akan rendah sebagai indikasi rendahnya kualitas telur.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka pada masa pertumbuhan reproduktif ikan baung perlu diberikan pakan buatan yang mengandung energi cukup memadai bagi kebutuhan metabolisme disertai dengan rasio energi protein yang tepat agar pertumbuhan somatik berkelanjutan ke pertumbuhan reproduktif. Selain kandungan energi serta rasio protein yang tepat pakan buatan perlu mengandung asam lemak esensial yang cukup. Asam lemak esensial ini tidak dapat disintesa sendiri oleh tubuh ikan sehingga sangat diperlukan ketersediaan yang cukup dalam tepung ikan atau perlu ditambahkan ke dalam pakan buatan, sebagai bahan essensial pembentukan fosfolipid yang diperlukan bagi peningkatan kualitas telur.

Tujuan dan Manfaat

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas tepung ikan lokal dalam pakan induk ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr.) terhadap perkembangan gonad dan kualitas telur.

Manfaat penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kualitas tepung ikan lokal sebagai bahan baku utama dalam formulasi pakan induk untuk pematangan gonad, dan peningkatan kualitas telur ikan baung.

Perumusan Hipotesis

Apabila kandungan energi, protein dan asam lemak esensial dalam pakan buatan yang dikonsumsi induk ikan memadai dan menunjang pertumbuhan somatik dan reproduktif (gonad), maka dengan kandungan asam lemak esensial yang cukup seiring dengan meningkatnya penyerap an vitelogenin pada oosit meng indikasikan meningkatnya kualitas telur.

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Gonad

Gonad adalah organ di dalam tubuh yang dapat menghasilkan gamet, yaitu sel yang mempunyai satu set kromosom haploid untuk reproduksi, terdapat pada semua seksualitas ikan mulai dari gonokhoris, hermaprodit sa mpai ginogenesis (Effendie 2002). Sedangkan pematangan gonad adalah tahapan tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah pemijahan.

Perkembangan gonad pada ikan secara garis besar dibagi atas 2 tahap perkembangan utama, yaitu tahap pertumbuhan gonad hingga mencapai tingkat dewasa kelamin dan tahap pematangan produk seksual. Tahap pertumbuhan berlangsung sejak ikan menetas hingga mencapai dewasa kelamin, sedangkan tahap pematangan berlangsung setelah ikan dewasa. Tahap pematangan akan terus berlangsung dan berkesinambungan selama fungsi reproduksi ikan b erjalan normal (Harvey dan Hoar 1979). Pada ikan betina, selama perkembangan gonad, oosit dikelilingi oleh lapisan sel-sel folikel yang membentuk dua lapisan yaitu lapisan granulosa di sebelah dalam yang menempel dengan oosit dan lapisan teka di sebelah luarnya seperti terlihar pada Gambar 1. Sel fo likel pada pinggiran oosit berperan penting dalam penyerapan material lipoprotein yang berasal dari hati ke dalam oosit. Pematangan oosit dicirikan dengan pergerakan awal dari germinal vesicle ke bagian pinggir dan diakhiri dengan tahap pembelahan meosis pertama.

Induk baung dikatakan matang telur apabila diameter ovocyt telah mencapai ukuran ledih dari 1,00 mm (Sukendi 2001; Nurmahdi 2005), atau inti tidak berada di tengah 70-75% (100 % matang) dan dengan tingkat kematangan lebih dari 35% atau setara dengan 50% diameter telur rata-rata di atas satu milimeter telah siap disuntik hormon dan diovulasikan (Supriyadi 2005).

Di samping pengetahuan tentang pematangan gonad, fekunditas juga diperlukan karena merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menentukan kuantitas telur yang dihasilkan, dan fekunditas juga dapat dipengaruhi oleh kekurangan gizi pakan induk (Izquierdo et al. 2001). Menurut Izquierdo et al. (2001), fekunditas adalah total jumlah telur yang dihasilkan oleh masing-masing ikan yang dinyatakan dalam jumlah telur per pemijahan atau jumlah telur per bobot badan ikan . Ikan baung yang berasal dari sungai Batanghari, Jambi memiliki nilai fekunditas antara 4.876 – 79.594 butir (Samuel dan Adjie 1994), sedangkan ikan baung yang berasal dari Sungai Kampar Riau berkisar antara 57.981 – 95.291 bu tir per kg bobot tubuh (Sukendi 2001).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pematangan gonad yaitu : faktor lingkungan seperti suhu, periode cahaya, musim dan makanan; faktor hormonal yaitu ketersediaan hormon gonadotropin (GtH) (Scott 1979 , dalam Tang dan Affandi 2000).

Untuk mempercepat perkembangan gonad induk dapat dilakukan atau dipacu dengan beberapa cara antara lain : dengan memanipulasi faktor lingkungan yaitu suhu, periode cahaya, dan penggunaan hormon serta dengan perbaikan kualitas pakan (Watanabe et al. 1984a,b; Alava et al. 1993; Tang dan Affandi 2000).

Peranan Kualitas Pakan dalam Pematangan Gonad

Pakan merupakan komponen penting dalam proses pematangan gonad khususnya ovarium, karena proses vitelogenesis pada dasarnya merupakan proses akumulasi nutrient dalam kuning telur. Pada dasarnya kualitas telur sangat ditentukan oleh kualitas pakan yang diberikan. Defisiensi nutrient terutama asam amino, vitamin dan mineral dapat menyebabkan perkembangan telur terhambat dan ahkirnya terjadi kegagalan ovulasi dan pemijahan. Perkembangan gonad terjadi apabila terdapat kelebihan energi untuk pemeliharaan tubuh, sedangkan kekurangan gizi dapat menyebabkan telur mengalami atresia (Mayunar 2000 ).

Dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pematangan gonad, kualitas pakan mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kualitas telur yang dihasilkan (Watanabe et al. 1984a; Mokoginta et al. 1995). Telah diketahui, beberapa nutrient yang memiliki peran penting pada kualitas dan kuantitas telur serta sperma yang dihasilkan adalah asam lemak essensial, vitamin A, C, E dan mineral Mn serta Zn (Alava et al. 1993).

Setiap spesies ikan membutuhkan zat gizi yang baik, yang terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral serta energi untuk aktivitas hidupnya. Ketersediaan energi dalam pakan sangat penting untuk diperhatikan, karena kebutuhan setiap spesies ikan akan energi berbeda dan dipengaruhi oleh umur dan ukuran ikan. Menurut NRC (1993), energi sangat diperlukan oleh ikan untuk proses metabolisme, perawatan tubuh, aktivitas fisik, pertumbuhan dan reproduksi. Energi yang dibutuhkan untuk kegitan -kegiatan tersebut berasal dari pakan yang dikonsumsi. Besarnya energi yang dikonsumsi oleh ikan dipengaruhi oleh ketersediaan energi didalam pakan, kondisi fisik ikan, dan kondisi perairan (suhu dan oksigen terlarut). Disamping itu, keseimbangan energi protein dan asam lemak sangat berpengaruh terhadap tingkat perkembangan gonad dan kualitas telur yang dihasilkan.

Menurut Khan et al. (1993), pertumbuhan maksimum ikan baung (Mystus nemurus) yang berukuran 25,4 g dicapai dengan pemberian pakan protein 42 % dan protein energi ratio 27,2 mg protein kJ- 1 (113,82 mg protein /kcal) DP/E (digestible protein energy ratio). Reis, Reutebuch dan Lovell (1989) menyatakan, bahwa kebutuhan ikan channel catfish (Ichtalurus punctatus) yang berukuran 63,8 g terhadap protein adalah 35% dan energi 28,7 g protein kJ- 1 (120 g protein/kcal) DE (digestible energy). Ng et al. (2001) melaporkan bahwa protein pakan sebesar 440 g.kg-1 dengan rasio energi dan protein sebesar 20 mg protein kJ- 1 gross energy memberikan pertumbuhan maksimum pada benih ikan baung

(M. nemurus). Selanjutnya Kurnia (2002) melaporkan bahwa untuk menghasilkan efisiensi pakan dan pertumbuhan terbaik benih ikan baung (bobot awal 5,3 ± 1,3 gr) dapat menggunakan pakan dengan kadar protein 29,1% dan rasio protein 11,5 mg.kJ-1 dengan total energi 798,5 kJ DE/g (3341,11 kkal DE/kg) atau kadar

protein ditingkatkan sebesar 37,4% namun rasio energi protein diturunkan menjadi 8,9 mg.kJ-1 dengan total energi 795,2 kJ DE/g (3327,11 kkal DE/kg).

Protein merupakan komponen essensial yang dibutuhkan untuk reproduksi. Protein merupakan komponen dominan kuning telur, sedangkan

jumlah dan komposisi kuning telur menentukan besar kecilnya ukuran telur, dan ukuran telur merupakan indikator kualitas telur (Kamler 1992). Sedangkan komposisi kimia kuning telur bergantung kepada status nutrien yang diberikan dan kondisi induk itu sendiri.

Menurut Watanabe et al. (1984b) kadar protein pakan untuk reproduksi ikan rainbow trout 36% dan lipid 18%. Watanabe et al. (1985 ) menyatakan bahwa kadar protein pakan 43,1%, induk red sea bream sudah dapat menghasilkan kualitas telur yang baik yang diindikasikan dengan banyaknya telur yang mengapung. Selanjutnya, Suhenda et al. (2002) menyatakan bahwa induk ikan baung dapat matang gonad pada umur 16 bulan dengan pemberian pakan berkadar protein 30 % sebanyak 3 % bobot badan per hari.

Lipid sangat penting sebagai sumber energi dan asam lemak esensial untuk pertumbuhan dan pe rkembangan normal, serta memegang peranan penting dalam proses reproduktif terutama fase awal perkembangan larva ikan (Wilson 1995). Menurut Izquerdo et al. (2001), lipid dan komposisi asam lemak dalam pakan induk merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan reproduksi. Pada beberapa spesies ikan HUFA (highly unsaturated fatty acids) dapat meningkatkan fekunditas, pembuahan dan kualitas telur. Disamping itu, peranan asam lemak esensial adalah sebagai penyusun struktur dan komponen membran sel, polar lipid biomembran serta precursor prostaglandin (Bell et al.

1986) yang disintesa dari asam lemak esensial golongan arachidonat pada hewan terestrial dapat meningkatkan kehamilan (Muchtadi et al. 1993).

Pada ikan, asam lemak tidak jenuh seperti linolea t (18:2n -6) dan linolenat (18:3n-3) merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan reproduksi dan kelangsungan hidup larva . Kekurangan dan kelebihan asam lemak esensial berpengaruh negatif terhadap pencapaian reproduktif ikan (Izquerdo et al. 2001). Pakan induk yang kekurangan asam lemak essensial menghasilkan laju pematangan gonad yang rendah (Watanabe et al. 1984a). Demikian juga Li et al.

(2005) menyatakan bahwa kelebihan dan kekurangan n-3 HUFA dalam pakan dapat menimbulkan efek negatif terhadap kualitas telur dan larva.

Dari berbagai penelitian telah diketahui bahwa ada tiga kelompok ikan jika ditinjau dari kebutuhan asam lemak esensial dalam pakanya. Kelompok pertama adalah ikan yang lebih memerlukan asam lemak linoleat (n-6), kelompok kedua

Dokumen terkait