• Tidak ada hasil yang ditemukan

PADA PAKAN INDUK TERHADAP PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK BETINA IKAN ZEBRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PADA PAKAN INDUK TERHADAP PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK BETINA IKAN ZEBRA"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

KOMBINASI ASAM LEMAK n-3/n-6 (1:3) DAN

VITAMIN E (a -TOKOFEROL) PADA PAKAN INDUK

TERHADAP PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK BETINA

IKAN ZEBRA Brachydanio rerio

Oleh : Siti Murniasih

C14101008

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:

KOMBINASI ASAM LEMAK n-3/n-6 (1:3) DAN VITAMIN E (a-TOKOFEROL) PADA PAKAN INDUK TERHADAP PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK BETINA IKAN ZEBRA Brachydanio rerio

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Bogor, Oktober 2005

SITI MURNIASIH C.14101008

(3)

RINGKASAN

SITI MURNIASIH. Kombinasi Asam Lemak n-3/n-6 (1:3) dan Vitamin E (a-Tokoferol) pada Pakan Induk terhadap Penampilan Reproduksi Induk Betina Ikan Zebra (Brachydanio rerio). Dibimbing oleh Nur Bambang PU, M.Si. dan Mia Setiawati M.Si.

Terbatasnya ketersediaan induk yang berkualitas pada usaha pembenihan seringkali menjadi masalah dalam produksi benih berkualitas. Kualitas induk dapat dilihat dari penampilan reproduksinya. Kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan kepada induk dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas telur yang dihasilkan. Salah satu nutrien pakan pada induk yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan reproduksi adalah asam lemak essensisal n-3 dan n-6. Nutrien penting lainnya adalah vitamin E. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi dari asam lemak n-3/n-6 dan kadar vitamin E (a-tocopherol) yang berbeda pada pakan induk terhadap penampilan reproduksi induk betina ikan zebra (Brachydanio rerio).

Penelitian terdiri dari tahap pembuatan pakan, pemeliharaan induk dan pemijahan induk. Induk dipelihara dalam akuarium berukuran 50x40x35 cm dengan sistem resirkulasi. Pakan yang diujikan merupakan pakan yang isoenergi dan isoprotein terdiri dari 4 perlakuan yaitu kombinasi antara asam lemak n-3/n-6 (1:3) dengan 325, 375,425 dan 475 mg vitamin E/kg pakan. Pakan diberikan 4x sehari secara at satiation selama 37 hari atau sampai ikan mau memijah. Pemijahan dilakukan secara berpasangan pada akuarium yang berukuran 15x15x20 cm. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan, dan dilanjutkan dengan uji Tukey jika hasilnya berbeda nyata. Parameter yang diamati yaitu: Pertumbuhan relatif, Gonado somatic indeks pra salin (GSI) dan setelah salin (GSIs), Fertilisation Rate (FR), Fekunditas, Derajat tetas (HR), kelangsungan hidup larva selama 5 hari (SR5), serta komposisi nutrien telur dan daging induk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata antar perlakuan terhadap semua parameter yang diuji. Rata-rata pertumbuhan relatif berkisar antara 132-138 %, rata-rata GSI mencapai 17-20%, sedangkan rata-rata untuk GSIs mencapai 19-26%. Rata-rata fekunditas berkisar antara 404-884 butir/g induk Rata-rata derajat pembuahan (FR) berkisar antara 58-98%. Rata-rata derajat tetas telur (HR) dan tingkat kelangsungan hidup larva 5 hari (SR5)

berturut-turut adalah 42-90% dan 88-95%. Tidak adanya pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diuji ini diduga karena kandungan asam lemak telah mencukupi kebutuhan untuk reproduksi sehingga penambahan vitamin E sebesar 325,375,425 dan 475 mg/kg pakan akan menghasilkan pengaruh yang tidak berbeda terhadap penampilan reproduksi induk ikan zebra. Kadar vitamin E sebesar 375 mg/kg pakan pada penelitian ini memberikan hasil yang lebih baik dari segi kandungan nutrien telur.

(4)

KOMBINASI ASAM LEMAK n-3/n-6 (1:3) DAN

VITAMIN E (a -TOKOFEROL) PADA PAKAN INDUK

TERHADAP PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK BETINA

IKAN ZEBRA Brachydanio rerio

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan

Oleh: Siti Murniasih

C14101008

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Kombinasi Asam Lemak n-3/n-6 (1/3) dan Vitamin E (a- Tokoferol) Pada Pakan Induk terhadap Penampilan Reproduksi Induk Betina Ikan Zebra Brachydanio rerio

Nama : Siti Murniasih NRP : C14101008

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Nur Bambang Priyo Utomo, M.Si. Mia Setiawati, M.Si.

NIP. 132 049 461 NIP.131 999 588

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Kadarwan Soewardi NIP. 130 805 031

(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Tiada kata yang pantas terucap selain rasa syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan karya ilmiah ini dapat diselesaikan juga. Tema yang dipilih dalam penelitian adalah nutrisi dengan judul Kombinasi asam lemak n-3/n-6 (1:3) dan vitamin E (a-tokoferol) pada pakan induk terhadap penampilan reproduksi induk betina ikan zebra (Brachydanio rerio) dilaksanakan pada bulan April s.d Juli 2005 di Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Nur Bambang P. U., M.Si. dan Ibu Mia Setiawati, M.Si. selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan arahannya. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua, dan kakak yang telah memberikan motivasi, arahan dan kasih sayangnya. Semoga Allah senantiasa melindungi dan memberkahi mereka. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Wasjan selaku teknisi laboratorium Nutrisi, Bapak Ranta, Bapak Jajang dan Mbak Lina atas kesabaran, bimbingan dan waktu yang telah diberikan untuk membimbing penulis.

Kepada teman-teman BDP’38, BDP’37 dan BDP’36 serta teman-teman di Wisma Nurjannah penulis ucapkan terima kasih atas kebersamaannya selama ini, dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian maupun penulisan karya ilmiah ini penulis ucapkan banyak terima kasih.

Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya pihak yang membutuhkan informasi hasil penelitian ini.

Bogor, Oktober 2005

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Brebes, tanggal 6 Maret 1983. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara yang lahir dari ayah Jaru (alm.) dan ibu Romlah. Pendidikan formal dimulai dari tahun 1988 di SD Negeri 1 Terlangu. Pendidikan SLTP N 2 Brebes dilalui penulis dari tahun 1994-1997. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 2 Brebes hingga tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa Baru IPB.

Selama kuliah penulis pernah aktif menjadi asisten mata kuliah Dasar-dasar Mikrobiologi Akuatik (2003/2004), Fisiologi Hewan Air (2004/2005), Teknik Pembuatan dan Pemberian Pakan Ikan (2004/2005), dan Teknologi Produksi Pakan Alami (2004/2005). Penulis juga pernah aktif menjadi pengurus organisasi keprofesian Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) periode 2003/2004. Penulis pernah mengikuti magang Pembenihan udang di PT Tri Bhakti Nusajaya) dan Pembesaran Udang windu di propinsi Banten.

Sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana, penulis melakukan penelitian dengan judul “Kombinasi Asam Lemak n-3/n-6 (1:3) dan Vitamin E (a-tokoferol) pada Pakan Induk terhadap Penampilan Reproduksi Induk Betina Ikan Zebra Brachydanio rerio”.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... iii

I. PENDAHULUAN ... ... 1

1.1. Latar Belakang ... ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... ... 3

2.1. Ikan Zebra (Brachydanio rerio) ... ... 3

2.2. Kebutuhan Nutrisi Induk ... ... 4

2.3. Asam Lemak Essensial ... 5

2.4. Vitamin E ... 6

2.5. Kualitas Air... 7

III. BAHAN DAN METODE ... ... 9

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 9

3.2. Pakan Perlakuan ... ... 9

3.3. Pemeliharaan Ikan Uji dan Pengumpulan Data ... 10

3.4. Analisis Kimia ... 11

3.5. Analisis Statistik ... 11

3.6. Parameter Uji ... 11

3.6.1. Gonado Somatik indek (GSI)... 11

3.6.2. Pertumbuhan Relatif (PR)... ... 11

3.6.3. Fekunditas (F)... .. 12

3.6.4. Derajat Pembuahan Telur (FR) ... ... 12

3.6.5. Derajat Penetasan Telur (HR) ... 12

3.6.6. Tingkat Kelangsungan Hidup Larva 5 Hari (SR5) ... 12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

4.1. Hasil ... .... 13 4.2. Pembahasan ... . 16 V. KESIMPULAN ... 22 DAFTAR PUSTAKA ... ... 23 LAMPIRAN ... 26

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi pakan perlakuan induk ikan zebra Brachydanio rerio .... 9 Tabel 2. Komposisi proksimat pakan perlakuan induk ikan zebra

Brachydanio rerio (% bobot kering) ... 9 Tabel 3. Pertumbuhan Relatif (PR), Gonado Somatik Indek Pra Salin

(GSI), Gonado Somatic Indek setelah Salin (GSIs), Fekunditas (F), derajat pembuahan (FR), derajat tetas telur (HR) dan tingkat kelangsungan hidup larva 5 hari (SR5) ... 13

Tabel 4. Komposisi nutrien telur ikan zebra Brachydanio rerio ( % bobot kering ) ... ... 15 Tabel 5. Komposisi nutrien tubuh induk ikan zebra Brachydanio rerio (%

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Gonado Somatik Indeks mingguan ... 14 Gambar 2. Hubungan antara kadar vitamin E dengan GSIs 30 hari setelah

pemijahan... 14

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil analisa proksimat bahan baku pakan ... 28

2. Sumbangan asam lemak n-3 dan n-6 dari bahan baku pakan ... 29

3. Hasil analisa kualitas air... 30

4. Fekunditas, FR, HR dan SR Larva ... 31

5. Komposisi campuran vitamin (Takeuchi 1988)... 32

6. Komposisi mineral mix (Takeuchi 1988)... 33

7. Prosedur Analisa Proksimat ... 34

8. Gonado Somatik Indeks (%) tiap minggu ... 37

9. Gonado Somatik Indeks setelah salin... 38

10. Bobot tubuh awal dan akhir ikan zebra ... 39

11. Hasil analisa statistik parameter uji (ANOVA)... 40

12. Histologi Gonad ... 44

13. Embriogenesis ... 46

(12)

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pembenihan sebagai salah satu mata rantai dalam kegiatan budidaya ikan seringkali dihadapkan pada masalah terbatasnya ketersediaan induk berkualitas. Kualitas induk ini dapat dilihat dari penampilan reproduksi yang merupakan faktor pembatas bagi keberhasilan produksi benih massal.

Penampilan reproduksi ikan dapat dilihat dari beberapa parameter seperti indeks kematangan gonad, kuantitas dan kualitas telur yang dihasilkan (meliputi bobot telur, diameter telur, dan derajat tetas telur). Kualitas dan kuantitas telur dapat dipengaruhi oleh kualitas pakan induk (Watanabe, 1988). Selanjutnya dikatakan bahwa peningkatan pakan dan nutrisi induk telah menunjukkan pengaruh yang besar terhadap kualitas telur dan sperma serta produksi benih. Komposisi nutrien tertentu pada ransum induk juga dapat mempengaruhi perkembangan gonad dan fekunditas.

Asam lemak dan vitamin E merupakan nutrien yang berpengaruh terhadap penampilan reproduksi (Izquierdo et al., 2001). Kandungan lemak dan komposisi asam lemak dalam pakan telah diketahui sebagai faktor utama yang menentukan keberhasilan reproduksi dan kelangsungan hidup larva. Asam lemak tak jenuh tinggi (HUFA) dengan 20 atom karbon atau lebih dapat berpengaruh terhadap kematangan ikan dan steroidogenesis baik langsung atau melalui metabolit. Vitamin E dan asam lemak essensial dibutuhkan secara bersamaan unt uk pematangan gonad ikan dengan dosis vitamin E di dalam pakan akan bergantung kepada kandungan asam lemak esensial yang ada pada pakan, semakin tinggi kandungan asam lemaknya, maka kebutuhan vitamin E akan meningkat pula (Cahu et al., 1994; Watanabe et al., 1991 dalam Mokoginta et al., 2000).

Informasi mengenai kebutuhan asam lemak dan vitamin E untuk reproduksi ikan masih terbatas. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai pengaruh pemberian asam lemak esensial (n-3 dan n-6) yang dikombinasi dengan vitamin E terhadap penampilan reproduksi ikan.

Ikan zebra Brachydanio rerio telah banyak dikembangkan sebagai ikan uji dalam berbagai penelitian seperti analisa genetik, mutasi DNA, ikan transgenik,

(13)

ekotoksikologi, biologi dan juga embriologi (Wilson, 2003). Hal ini karena ikan zebra mempunya i beberapa keunggulan dibandingkan hewan uji lain. Kelebihan ikan zebra ini antara lain dapat dipelihara dalam wadah kecil dengan kepadatan tinggi, dapat menghasilkan telur yang transparan dan telur tidak menempel di dasar sehingga mudah dikumpulkan serta mempunyai waktu regenerasi pendek (membutuhkan waktu sekitar 3-4 bulan) untuk berkembang dari fase larva sampai siap memijah (Maack dan Segner, 2004).

I.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi pemberian pakan yang mengandung kadar asam lemak n-3/n-6 (1:3) dengan kadar vitamin E berbeda (325,375,425, dan 475 mg/ kg pakan) terhadap penampilan reproduksi induk betina ikan zebra Brachydanio rerio .

(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Zebra (Brachydanio rerio)

Ikan zebra merupakan jenis ikan air tawar yang umum ditemukan di sungai-sungai yang dangkal dan sawah – sawah di India Timur dan Burma. Ikan zebra memakan organisme hidup yang lebih kecil dan dalam habitatnya, ikan ini merupakan makanan bagi ikan lain yang lebih besar, amfibi kecil, mamalia ataupun burung (Wilson, 2003).

Sistematika ikan zebra danio (Brachydanio rerio) menurut Eschmeyer (1990) adalah sebagai berikut:

Filum : Chordata Kelas : Actynopterygii Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Brachydanio Spesies : Brachydanio rerio

Ikan zebra biasa digunakan dalam penelitian ekotoksikologi, karena biologi dan reproduksi ikan zebra (interval generasi pendek, interval pemijahan yang singkat, telur transparan) cocok sebagai ikan uji untuk penelitian toksikologi (Ehms, 1995 dalam Meinelt et al.,1999). Ikan dewasa dapat mencapai panjang 4-6 cm. Karakteristik seksual biasanya mulai berkembang pada umur 4-5 bulan (Hisaoka and Battle,1958 dalam Meinelt et al.,1999).

Ikan zebra mempunyai warna tubuh biru dengan garis-garis berwarna putih kekuningan dan hitam yang berawal dari pangkal ekor sampai operkulum. Warna pada jantan terlihat lebih cerah dan menarik dibandingkan dengan betina. Bentuk tubuh pipih dengan perut sedikit membundar, pada betina yang sudah matang gonad perut akan tampak sangat membundar. Di alam ikan zebra ini dapat mencapai panjang 5 cm, tetapi di akuarium sangat sulit untuk mencapai ukuran tersebut. Zebra danio tersebar dari India sampai Asia Tenggara terutama Indonesia dan menyukai daerah yang bersuhu dingin (Axelrod et al., 1997). Ikan zebra memakan cacing dan crustacea kecil dan larva serangga sehingga dapat

(15)

digunakan untuk mengendalikan nyamuk (Talwar dan Jhingran, 1991 dalam Froese dan Pauly, 2003).

2.2 Kebutuhan Nutrisi Induk

Pakan merupakan komponen penting dalam proses pematangan gonad, karena proses vitelogenesis membutuhkan nutrien-nutrien tertentu yang ada dalam pakan. Protein merupakan molekul kompleks yang terdiri dari asam-asam amino baik essensial maupu non essensial (NRC, 1983). Protein dengan kandungan asam –asam amino diperlukan antara lain untuk pertumbuha n, pemeliharaan jaringan tubuh, pembentukan enzim dan beberapa hormon, antibodi dalam tubuh serta sumber energi.

Protein dalam pakan juga dapat mempengaruhi reproduksi, dimana protein merupakan komponen dominan kuning telur yang menentukan besar ukuran telur. Besar ukuran telur merupakan indikator kualitas telur (Kamler, 1992). Watanabe et al. (1984a dan b) menyatakan bahwa pakan berkadar protein rendah (33%) tanpa penambahan fosfor pada ikan red seabream akan menghasilkan telur lebih sedikit apabila dibandingkan dengan pakan berkadar protein 45 %. Sedangkan pada induk ikan guppy yang diberi pakan berkadar protein 47. 0 % me nghasilkan persentase bobot telur/bobot tubuh lebih tinggi dari induk yang mendapat pakan berkadar protein 31,0% dan 15,0 % (Dald hreen, 1966 dalam Mokoginta et al., 1995).

Pengurangan level protein ransum ikan dari 51% hingga 34 % bersama dengan peningkatan level karbohidrat dari 10% hingga 32% dilaporkan dapat mengurangi viabilitas telur pada seabass (Cerda et al., 1994 dalam Izquierdo et al., 2001). Ransum pakan tersebut juga dapat menyebabkan perubahan pelepasan GnRH pada induk seabass selama pemijahan (Kahl et al., 1994 dalam Izquierdo et al., 2001) dan tingkat hormonal plasma gonadotropin GTH II, yang kemudian diketahui mempunyai peranan penting dalam pematangan oosit dan ovulasi (Navas et al., 1996 dalam Izquierdo et al., 2001).

Lemak khususnya asam lemak diketahui sebagai komponen pakan yang berperan dalam penyediaan energi dan komponen penyusun membran. Kekurangan asam lemak esensial dapat menyebabkan berbagai masalah seperti

(16)

erosi sirip, penurunan reproduksi dan penurunan pertumbuhan (Meinelt et al., 1999). Kadar lemak dalam pakan sebanyak 4-6 % sudah memenuhi kebutuhan asam lemak essensial untuk red seabream, rainbow trout, ikan mas dan ayu (Takeuchi, 1988).

Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat bergantung kepada kemampuannya dalam menghasilkan enzim amylase . Umumnya ikan air tawar memerlukan karbohidrat lebih dari 20 % (Willson, 1994). Menurut Furuichi (1988) ikan Ichtalurus punctatus dapat memanfaatkan karbohidrat secara optimum pada tingkat 30-40% tetapi sedikit yang dimanfaatkan untuk perkembangan telur.

2.3 Asam Lemak Esensial

Asam lemak pada tubuh ikan adalah komponen penyusun senyawa fosfolipid membran sel. Sifat fluiditas dari membran sel ini dipengaruhi oleh komposisi asam lemak penyusunnya. Keberadaan asam lemak tidak jenuh dalam pakan induk seperti linoleat &linolenat memang diperlukan (NRC, 1977 ).

Kebutuhan asam lemak berhubungan dengan suhu perairan dimana ikan hidup. Ikan yang hidup di perairan dingin membutuhkan asam lemak n-3 tinggi sedangkan ikan diperairan hangat membutuhkan asam lemak n-6 lebih tinggi (Watanabe, 1982). Berdasarkan hasil penelitian Meinelt et al. (2000) ikan zebra sebagai salah satu jenis ikan perairan tropis membutuhkan asam lemak n-6 PUFA yang lebih tinggi.

Kebutuhan asam lemak esensial untuk reproduksi kemungkinan berbeda dengan kebutuhan untuk pertumbuhan pada spesies ikan yang sama. Trichogaster cosby dapat tumbuh dengan baik hanya diberi pakan yang mengandung linoleat, namun untuk reproduksi harus diberikan asam lemak linoleat dan linolenat dalam pakannya (Rahn et al., 1997 dalam Mokoginta et al., 2000)

Menurut Izquierdo et al. (2001) lemak dan komposisi asam lemak merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan reproduksi dan kelangsungan hidup larva. Highly Unsaturated Fatty Acids (HUFA) dengan atom karbon 20 atau lebih mempengaruhi metabolisme ikan, kematangan dan pembentukan hormon steroid. Pada beberapa spesies HUFA dalam pakan induk

(17)

dapat meningkatkan fekunditas, derajat pembuahan dan kualitas telur. Peningkatan level n-3 HUFA (khususnya decosahexanoic acid) pada pakan induk mampu mempertinggi bobot larva ikan dan ketahanan larva terhadap tekanan osmotik lingkungannya (Aby-ayad et al., 1997 dalam Izquierdo et al., 2001), serta dapat meningkatkan sintasan hidup larva setelah masa penyerapan kuning telur.

Hasil penelitian Palacios et al. (1995) menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan 1.6% n-3 HUFA pada induk red seabream selama 3 minggu dapat meningkatkan kualitas pemijahan diantaranya fekunditas, derajat tetas dan kelangsungan hidup larva. Meinelt et al. (1999) mengungkapkan bahwa kualitas pemijahan ikan zebra secara langsung dipengaruhi oleh kadar asam lemak n-6 pada pakan induk. Pakan dengan proporsi n-3/n-6 rendah menghasilkan derajat pembuahan yang tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian Nurmalia (2005), pemberian pakan dengan kadar asam lemak n-3/n-6 sebesar 1:2 pada induk zebra mampu memberikan fekunditas, derajat pembuahan telur dan derajat tetas telur tertinggi dibandingkan pakan dengan kadar asam lemak n-3/n-6 sebesar 1.5:2 dan pakan dengan kadar asam lemak n-3/n-6 sebesar 0:2.

2.4 Vitamin E

Salah satu vitamin yang dapat mempengaruhi reproduksi ikan adalah vitamin E. Fungsi vitamin E yang paling nyata adalah sebagai antioksidan, terutama untuk melindungi asam lemak tidak jenuh pada fosfolipid dalam membran sel ( Lie et al., 1994 dalam Mokoginta et al., 2000). Vitamin E berpengaruh pada kualitas telur yang dihasilkan, seperti terlihat dari rendahnya jumlah telur yang dibuahi pada red sea bream (Watanabe et al., 1991).

Effendie (1979) mengemukakan bahwa pada proses reproduksi, sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Pada masa reproduksi, a-tokoferol akan didistribusikan ke jaringan adipose a-tokoferol diangkut ke hati mungkin dalam bentuk gabungan kilomikron (a-tokoferol dengan mono, di dan trigliserida), vitamin tersebut dibawa ke saluran limpatik. Dari sistem limpatik, a-tokoferol bersama Very Low Density Lipoprotein (VLDL) akan masuk ke dalam sirkulasi darah, dan sebagian lagi

(18)

terlebih dahulu masuk ke hati melalui ductus torakikus dan bergabung dengan VLDL yang kaya akan trigliserida dan HDL (High Density Lipoprotein) yang kaya akan fosfolipid , kolesterol dan ester. VLDL dan HDL ini disintesis oleh hati. Kemudian vitamin E kembali ke pembuluh darah. Di dalam pembuluh darah VLDL dan HDL dari hati dikonversi menjadi LDL (Low Density Lipoprotein) dengan bantuan enzim lipoprotein lipase dalam serum darah dan selanjutnya vitamin E dalam LDL siap diangkut ke jaringan adipose ( Linder, 1992).

Seperti pada vertebrata yang lebih tinggi, defisiensi vitamin E mempengaruhi penampilan reproduksi, antara lain dapat menyebabkan gonad tidak matang, dan daya tetas telur serta tingkat kelangsungan hidup larva yang rendah. Penambahan kadar a-tokoferol pada pakan dapat mengurangi persentase telur abnormal dan meningkatkan fekunditas pada gilt head seabream.

Kebutuhan ikan terhadap vitamin E berbeda –beda bergantung pada jenis dan umur ikan. Gatlin et al. (1992) menyatakan bahwa untuk jenis catfish kebutuhan vitamin E berkisar antara 60-240 mg/kg ransum ikan. Vitamin E juga diperlukan selama proses embryogenesis dan perkembangan larva. Selama proses embryogenesis dan pertumbuhan larva terjadi penurunan kandungan vitamin E mulai dari telur sampai larva 2 hari. Hubungan antara perkembangan embrio dengan vitamin E merupakan hubungan melalui media tor asam lemak tak jenuh (Yulfiperius, 2001).

Dalam konsentrasi asam lemak yang berbeda kisaran kebutuhan vitamin E untuk rainbow trout ini adalah antara 30-50 mg/kg pakan (Cho et al., 1985 dalam Mokoginta et al., 2000). Berdasarkan hasil penelitian Zakaria (2005), pemberian pakan dengan kadar vitamin E sebesar 375 mg/kg pakan pada induk zebra memberikan fekunditas, derajat tetas dan kelangsungan hidup larva yang tertingi dibandingkan pakan dengan kadar vitamin E sebesar 0, 125, dan 250 mg/ kg pakan .

2.5 Kualitas Air

Ikan zebra (Brachydanio rerio) dapat tumbuh baik pada kisaran suhu 18o -28oC (Hammilton, 2004). Kadar oksigen terlarut yang cukup sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup ikan. Apabila kadar oksigen terlarut dalam perairan

(19)

menurun maka nafsu makan ikan juga akan berkurang atau menurun sehingga mempengaruhi laju pertumbuhan ikan dan selanjutnya dapat menghambat kemampuan reproduksinya. Zebra danio memerlukan kondisi yang ideal untuk pemijahannya meliputi suhu antara 24-26 oC dengan pH 6.5-7 dan O2 terlarut 3-5

ppm (Sakurai et al.,1992). Sedangkan menurut Hammilton (2004) kadar oksigen terlarut antara 4.21-5.43 ppm dapat memberikan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang baik. Selanjutnya dikatakan pula bahwa toleransi amoniak dalam media pemeliharaan yang baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup adalah <0.12 ppm (Hammilton, 2004).

(20)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2005 di Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Pakan Perlakuan

Pakan perlakuan yang diujikan pada induk ikan zebra merupakan pakan isoprotein dan isoenergi yang terdiri dari 4 perlakuan dengan komposisi kadar asam lemak n-3(1%) dan n-6 (3 %) serta kadar vitamin E yang berbeda yaitu 325 mg, 375 mg, 425 mg, dan 475 mg per kg pakan. Komposisi pakan perlakuan tercantum dalam Tabel 2. berikut ini:

Tabel 1. Komposisi pakan perlakuan untuk induk ikan zebra Brachydanio rerio

Pakan/Kadar vitamin E (mg/kg)

Bahan Pakan (dalam %) A (325) B (375) C (425) D (475)

Tepung Ikan Tepung Kedelai Tepung Pollard Minyak Ikan Minyak Jagung Minyak Sawit

Vitamin mix*) tanpa vit E Vitamin E**) Mineral mix*) Choline Cloride Tapioka Total 25.0000 23.3231 34.2262 1.7500 5.2032 0.4500 1.5000 0.0325 3.0000 0.5000 5.0150 100.0000 25.0000 23.3231 34.2262 1.7500 5.2032 0.4500 1.5000 0.0375 3.0000 0.5000 5.0100 100.0000 25.0000 23.3231 34.2262 1.7500 5.2032 0.4500 1.5000 0.0425 3.0000 0.5000 5.0050 100.0000 25.0000 23.3231 34.2262 1.7500 5.2032 0.4500 1.5000 0.0475 3.0000 0.5000 5.0000 100.0000 Keterangan : *) Takeuchi (1988)

**) kandungan aktif a -tokoferol = 50%

Tabel 2. Komposisi proksimat pakan perlakuan (% bobot kering)

Pakan /Kadar Vitamin E (mg/kg) Komposisi Nutrien A (325) B (375) C (425) D (475) Protein Lemak Abu Serat Kasar BETN DE *) (kalori) 38.2287 11.7838 10.6081 8.5097 30.8698 3064.2331 38.4995 12.6887 9.6414 8.1675 31.0029 3150.3391 38.7266 11.9415 9.5603 8.4091 31.3624 3106.7560 38.7753 11.6356 9.7278 9.8094 31.6519 3017.3211

(21)

Keterangan *) DE: Digestible Energy yang diperhitungkan dari 1 g protein=3,5 kcal; 1 g lemak=8,1 kcal; 1 g karbohidrat=2,5 kcal (NRC, 1983)

3.3 Pemeliharaan Ikan Uji dan Pengumpulan Data

Induk ikan yang digunakan adalah induk ikan zebra yang berumur 10 hari setelah pemijahan kedua. Induk didatangkan dari petani ikan hias di Menteng, Jakarta. Induk dipelihara dalam 12 akuarium berukuran 50x40x35 cm. Kepadatan awal tiap akuarium adalah 17 ekor (volume air akuarium 60 liter). Induk ditimbang terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam akuarium untuk diketahui bobot awalnya. Selama masa pemeliharaan, suhu air dijaga agar tetap stabil dengan memasang thermostat pada tandon.

Selama masa pemeliharaan, induk betina ikan zebra diberi pakan perlakuan sebanyak 4 kali sehari secara at satiation pada jam 07.00,11.00, 14.00 dan 17.00. Setiap 7 hari sekali dilakukan pengamatan tingkat perkembangan gonad masing- masing perlakuan melalui penimbangan bobot gonad dan histology gonad. Ikan dipuasakan sehari dalam seminggu pada waktu sampling.

Setelah induk siap memijah (5 minggu masa pemeliharaan), induk dipindahkan ke akuarium pemijahan yang berukuran 15x15x20 dengan rasio jantan dan betina 1:1. Di dalam akuarium pemijahan dipasang spawning trap untuk menjaga agar telur-telur tidak dimakan kembali oleh induk jantan maupun betina. Induk betina dimasukkan ke dalam akuarium pemijahan pada pagi hari sedangkan induk jantan dimasukkan pada sore hari. Pemijahan biasanya terjadi pada dini hari, dan telur akan dikeluarkan pada pagi harinya. Setelah induk betina mengeluarkan semua telur, pasangan induk dipindahkan ke akuarium lain. Induk betina tetap dipelihara dan diberi pakan perlakuan selama 30 hari untuk mengetahui Gonado Somatic Indeks setelah salin (GSIs).

Telur-telur yang dikeluarkan, kemudian dihitung untuk mengetahui fekunditasnya. Dari tiap perlakuan, diambil telur sebanyak 2 butir untuk pengamatan embriogenesis sampai telur menetas. Air dalam akuarium pemijahan diberi Methylen Blue untuk mencegah timbulnya jamur pada telur . Setelah 7-10 jam dari saat telur dikeluarkan, antara telur yang dibuahi dan tidak dibuahi dihitung untuk mengetahui derajat pembuahan. Larva yang baru menetas dihitung

(22)

sampai 5 hari tanpa diberi pakan untuk mendapatkan nilai kelangsungan hidupnya.

3.4 Analisa Kimia

Ana lisa kimia meliputi analisa kualitas air dan analisa proksimat. Analisa kualitas air dilakukan terhadap parameter DO, alkalinitas dan Total Amonia . Analisa proksimat dilakukan terhadap bahan pakan, pakan perlakuan, tubuh ikan awal, tubuh ikan akhir , serta telur. Analisa proksimat meliputi analisa protein, lemak, kadar air, kadar abu, dan serat kasar (Lampiran 7).

3.5 Analisa Statistik

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Parameter yang diamati antara lain Pertumbuhan relatif, Gonado Somatic Indeks, bobot tubuh, kadar nutrient daging induk, Fekunditas, Fertilization Rate (FR), Derajat tetas (HR), GSI setelah salin (GSIs), Komposisi nutrien telur, Survival Rate larva. Ada tidaknya pengaruh perlakuan terhadap parameter uji digunakan analisis ragam dengan tingkat kepercayaan 95 % dan dilanjutkan dengan uji Tukey (Steel dan Torrie, 1991). Analisis ragam dan uji Tukey dilakukan dengan menggunakan program computer SPSS.

3.6 Parameter Uji

3.6.1 Gonad Somatic Indeks (GSI)

GSI individu dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

GSI (%) = 100% ) ( ) ( x g induk bobot g gonad bobot Sumber : Effendi (1979) 3.6.2 Pertumbuhan Relatif (PR)

Laju pertumbuhan relatif ikan uji dihitung berdasarkan rumus berikut:

PR (%) = x100% Wo Wo Wt − Keterangan:

(23)

Wt : rata-rata bobot individu pada waktu akhir percobaan (g) Wo : rata-rata bobot individu pada waktu awal percobaan (g) Sumber: Takeuchi (1988)

3.6. 3 Fekunditas (F)

F (? telur per g induk) =

(

)

x100%

induk bobot butir diovulasi yang telur ∑ Sumber : Effendi (1979)

3.6.4 Derajat Pembuahan Telur (FR)

DPT (%) = 100% ) ( ) ( x butir n dikeluarka yang telur butir dibuahi yang telur Σ Σ Sumber : Effendi (1979)

3.6.5 Derajat Tetas Telur (HR)

DTT (%) = 100% ) ( ) ( x butir dibuahi yang telur butir menetas yang telur Σ Σ Sumber: Effendi (1979)

3.6.6 Tingkat Kelangsungan Hidup Larva 5 hari (SR5)

SR (%) = x100% No

Nt

Keterangan : SR = derajat kelangsungan hidup

Nt = jumlah individu ikan uji pada akhir penelitian (ekor) No= jumlah individu ikan uji pada awal penelitian

(24)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 3 berikut ini menyajikan nilai beberapa parameter yang diamati, antara lain pertumbuhan relatif, gonado somatik indek pra salin dan setelah salin, fekunditas, derajat pembuahan, derajat penetasan telur, dan tingkat kelangsungan hidup larva.

Tabel 3. Pertumbuhan relatif (PR), Gonado Somatik Indeks pra salin minggu ke-1, 2, 3 dan 4 (GSI I,II,III dan IV) dan Gonado Somatik Indeks setelah salin (GSIs), Fekunditas (F), derajat pembuahan telur (FR), derajat penetasan telur (HR), dan tingkat kelangsungan hidup larva 5 hari (SR5)

Kadar Vitamin E (mg/kg pakan) Parameter A (325) B (375) C (425) D (475) PR (%) 135.51±10.60a 138.04±24.94a 132.84±36.10 a 133.38±26.74 a GSI I (%) 16.78±4.19a 15.07±5.26a 14.35±3.74a 16.48±5.23a GSI II (%) 24.36±7.11a 19.39±7.15a 17.87±4.67a 21.89±9.19a GSI III (%) 20.22±2.68a 24.04±0.8a 22.56±5.11a 23.69±1.69a GSI IV (%) 12.07±3.67a 17.76±5.02 a 15.76±3.68 a 20.31±6.27a GSIs (%) 24.19±5.91 a 19.67±3.76 a 26.91±7.41 a 26.08±4.63 a F (Btr/g induk) 693.33±394.13 a 784.06±115.98 a 884.19±246.94 a 404.33±234.29 a FR (%) 63.89±28.36 a 98.857±0.28 a 73.92±36.99 a 58.39±33.59 a HR (%) 42.67±31.05 a 63.12±25.75 a 84.92±12.41 a 90.09±14.01 a SR (%) 95.83±7.22 a 93.33±5.77 a 88.33±12.58 a 90.00±7.07 a Keterangan : huruf sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

Hasil pengolahan statistik (P>0.05) menunjukkan tidak ada pengaruh yang nyata dari perlakuan terhadap semua parameter yang diuji yaitu: Pertumbuhan Relatif (PR), Gonado Somatik Indeks pra salin minggu ke-1,2,3, dan 4 (GSI I, II, III, dan IV), Gonado Somatik Indeks salin (GSIs), Fekunditas, Derajat Pembuahan (FR), Derajat Penetasan Telur (HR), dan Tingkat Kelangsungan Hidup Larva 5 hari (SR5). Hal ini menunjukkan bahwa induk yang diberi pakan dengan asam

lemak n-3/n-6 (1:3) dengan vitamin E berbeda memberikan pengaruh yang sama terhadap semua parameter uji. Hasil analisa statistik selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11.

Pada Gambar 1 disajikan hubungan antara perlakuan pemberian asam lemak n-3 dan n-6 (1:3) dengan kadar vitamin E berbeda terhadap nilai GSI yang diamati tiap minggu. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa peningkatan nilai GSI tertinggi umumnya terjadi pada minggu ke-3. Sedangkan perlakuan A dengan

(25)

kadar vitamin E sebanyak 325 mg/kg pakan, GSI tertinggi terjadi pada minggu ke-2 dan pada minggu berikutnya nilai GSI makin turun.

Gonado Somatik Indeks Pra Salin

0.0000 5.0000 10.0000 15.0000 20.0000 25.0000 30.0000 1 2 3 4 Minggu ke-GSI (%)

325 375 425 475 mg vit E/kg pakan

Gambar 1. Gonado Somatik Indeks Mingguan

Berikut ini disajikan grafik hubungan antara GSIs dengan penambahan vitamin E, 30 hari setelah pemijahan.

Hubungan Antara GSIs Dengan Vitamin E

0.0000 5.0000 10.0000 15.0000 20.0000 25.0000 30.0000 35.0000 40.0000 325 375 425 475 Kadar Vitamin E GSIs(%)

Gambar 2. Hubungan antara kadar vitamin E dengan GSIs 30 hari setelah pemijahan

Setelah 30 hari pasca pemijahan ke-3 induk zebra yang diberi pakan dengan vitamin E sebanyak 425 mg/kg pakan mempunyai GSIs yang tertinggi

(26)

diband ingkan dengan perlakuan lainnya. Sedangkan GSIs terendah terdapat pada perlakuan B (375 mg Vitamin E/ kg pakan).

Besar kecilnya telur ditentukan oleh komponen nutrien yang tersimpan dalam telur. Komposisi nutrien telur berhubungan dengan keberhasilan pemijahan karena nutrien yang tersimpan dalam telur dimanfaatkan untuk perkembangan embrio. Komposisi nutrien telur induk zebra disajikan pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Komposisi nutrien telur ikan zebra Brachydanio rerio (% bobot kering)

Pakan/Kadar Vitamin E

(mg/kg pakan) Kadar Air Protein Lemak

A (325) 70.18 75.35 19.65

B (375) 71.15 66.79 29.08

C (425) 64.38 60.61 27.26

D (475) 64.77 59.72 23.87

Berdasarkan Tabel 4 di atas, seiring dengan bertambahnya vitamin E, kadar protein telur menurun sedangkan untuk kadar lemak mula- mula bertambah dan pada level penambahan vitamin E sebesar 375 mg kemudian menurun kembali. Kadar lemak pada perlakuan A (325 mg vitamin E/kg pakan) lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sedangkan kadar lemak pada pakan perlakuan B (375 mg vitamin E/kg pakan) lebih tinggi dari perlakuan yang lain.

Tabel 5. Komposisi nutrien tubuh induk ikan zebra Brachydanio rerio (% bobot Kering)

Ikan Awal Ikan Akhir

Pakan/Kadar Vitamin E

(mg/kg pakan) Kadar Air Protein Lemak Kadar

Air Protein Lemak

A (325) 73.95 41.98 17.88 73.07 56.97 22.74

B (375) 73.95 41.98 17.88 74.04 51.59 23.15

C (425) 73.95 41.98 17.88 73.29 52.65 23.62

D (475) 73.95 41.98 17.88 72.51 50.88 26.92

Pemberian pakan dengan asam lemak n-3/n-6 tetap dan vitamin E berbeda dapat meningkatkan kadar protein awal (41.98%) dan lemak awal (17.88%) dalam tubuh ikan. Hal ini menunjukkan adanya lemak dan protein yang disimpan dalam tubuh induk zebra. Berdasarkan Tabel 5 di atas, makin tinggi kadar vitamin E

(27)

4.2 Pembahasan

Laju pertumbuhan relatif (Tabel 3) tidak dipengaruhi oleh kadar vitamin E. Meskipun ikan zebra di sini merupakan induk yang sudah memijah dua kali , dimana energi dari pakan lebih digunakan untuk maintenance, aktivitas dan metabolisme, serta reproduksi tetapi ikan masih mengalami pertumbuhan. Hal ini karena adanya penambahan bobot gonad yang juga mempengaruhi bobot tubuhnya.

Pemberian pakan dengan komposisi asam lemak n-3/n-6 sebesar 1 : 3 dan kadar vitamin E berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata bagi Gonado Somatik Indeks baik pra salin (GSI) maupun pasca salin (GSIs). Nilai GSI menunjukkan persentase gonad yang telah terbentuk dibandingkan dengan bobot tubuh selama masa pemeliharaan. Semakin tinggi persentase gonad dapat menunjukkan jumlah telur yang semakin banyak dan juga ukuran telur yang besar. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan yang melindungi asam lemak tidak jenuh pada fosfolipid dalam membran sel ( Lie et al., 1994 dalam Mokoginta et al. 2000). Makin tinggi kadar vitamin E makin besar peluang asam lemak untuk tidak teroksidasi, sehingga makin banyak cadangan asam lemak yang dapat dimanfaatkan untuk perkembangan gonad. Hal ini terlihat pada parameter GSIs yang cenderung tinggi pada kadar vitamin E lebih tinggi (C dan D). Sedangkan untuk nilai GSI tiap minggu tidak menunjukkan pola yang sama seperti pada GSIs. Nilai GSI tertinggi tiap minggu tidak selalu terdapat pada perlakuan dengan penambahan vitamin E yang lebih tinggi. Hal ini diduga karena respon terhadap pakan yang diberikan berbeda-beda dari tiap ikan. Perbedaan ini diduga karena induk tidak berasal dari keturunan yang sama.

Peningkatan nilai GSI dan GSIs disebabkan oleh perkembangan oosit. Volume oosit membesar karena proses vitelogenesis. Vitelogenesis adalah proses induksi dan sintesis vitelogenin di hati oleh hormon estradiol-17ß, serta penyerapan vitelogenin yang terbawa dalam aliran darah ke dalam oosit (Yaron, 1995). Vitelogenin adalah bakal kuning telur yang merupakan komponen utama dari oosit yang sedang tumbuh (Tyler, 1991 dalam Affandi dan Tang, 2001). Pada saat proses vitelogenesis berlangsung, granula kuning telur bertambah dalam jumlah dan ukurannya sehingga volume oosit membesar (Yaron, 1995).

(28)

Hubungan a-tokoferol dan asam lemak dengan aktifitas hormon pada waktu vitelogenesis, kemungkinan berhubungan dengan aktifitas Luteinizing hormon (LH) dan prostaglandin (Syahrizal, 1998). Sebagaimana diungkapkan oleh Djosoebagio (1990) dalam Syahrizal (1998), hormon LH akan memacu folikel memproduksi estrogen dan progesteron. Induk ikan yang memasuki fase pematangan oosit akan dipengaruhi oleh hormon tropik hipotalamus dan kelenjar pituitari. Folikel yang sedang tumbuh mensintesis dan mengekskresi hormon-hormon steroid ke dalam peredaran darah. Salah satu sasaran hormon-hormon steroid terutama 17ß-estradiol adalah hati. Hormon ini merangsang sintesis dan transport vitelogenin ke gonad.

Fase sebelum vitelogenesis adalah fase previtelogenesis. Konsentrasi hormon estradiol-17ß selama siklus reproduksi ikan lele betina rendah pada fase previtelogenesis dan meningkat secara cepat pada fase vitelogenik dan mencapai puncaknya pada akhir fase vitelogenesis (Nayak dan Singh, 1992 dalam Suhendar, 1997). Pada Gambar 1, fase vitelogenik terjadi pada minggu ke-2 dan akhir fase vitelogenesis umumnya terjadi pada minggu ke-3 dimana nilai GSI mencapai maksimum. Hal ini diduga karena adanya peningkatan hormon estradiol-17ß yang tinggi sehingga memacu terbentuknya vitelogenin. Sebagaimana dikatakan oleh Dojosoebagio (1990) dalam Syahrizal (1998) hubungan antara vitamin E (a-tokoferol) dengan vitelogenin dalam perkembangan oosit ternyata melalui prostaglandin. Dalam hal ini prostaglandin disintesis secara enzimatik dengan menggunakan asam lemak tak jenuh sedangkan vitamin E berfungsi mempertahankan adanya asam lemak tersebut.

Berdasarkan Gambar 1 di atas nilai GSI mencapai maksimum pada minggu ke-3 pemeliharaan induk. Oleh karena induk diberi pakan perlakuan setelah 10 hari pemijahan ke-2 maka dikatakan bahwa GSI mencapai maksimum setelah 4 minggu masa salin. Hal ini terlihat juga pada nilai GSIs yang diukur 30 hari setelah induk memijah untuk yang ke-3 kali. Sedangkan pada perlakuan A (325 mg vitamin E/kg pakan ) nilai maksimum GSI terjadi setelah 2 minggu pemeliharaan induk. Hal ini menunjukkan ikan pada perlakuan A(325 mg vitamin E/kg pakan) mengalami kematangan gonad lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Kematangan gonad yang lebih cepat pada perlakuan A

(29)

diduga karena metabolisme dan transportasi nutrien dari pakan yang diberikan tidak terhambat. Metabolisme protein dan karbohidrat di dalam hati lebih lanjut dapat menghasilkan asam lemak yang merupakan komponen penyusun lemak Dengan demikian cadangan lemak tubuh lebih banyak meskipun vitamin E yang diberikan lebih sedikit. Makin banyak cadangan lemak tubuh, makin banyak peluang lemak yang dapat dimetabolis untuk perkembangan gonad. Sebagai contoh, kelebihan glukosa 6 fosfat yang tidak digunakan untuk membuat glukosa darah atau glikogen hati dipecah melalui proses glikolisis dan piruvat dehidrogenase menjadi asetil-KoA, yang diubah menjadi malonil- malonil KoA dan kemudian menjadi asam-asam lemak. Asam-asam lemak tersebut digunakan untuk membentuk senyawa-senyawa triasilgliserol dan fosfolipid yang sebagian dikirim ke luar menuju jaringan-jaringan yang lain terutama jaringan pada organ reproduksi (gonad) oleh plasma-plasma lipoprotein (Lehninger 1982). Pada perlakuan yang lain proses metabolisme seperti yang tersebut di atas sedikit terhambat yang disebabkan ketidakseimbangan antara asam lemak dan kadar vitamin E yang diberikan.

Peningkatan kematangan gonad dapat dilihat pada hasil histologi gonad setiap minggu (Lampiran 13). Seperti pada ikan mas, ikan zebra termasuk golongan tipe ikan yang mempunyai ovari tidak sinkron, dimana ovari memiliki oosit pada semua tingkat perkembangan (Affandi dan Tang, 2001). Ikan awal sebelum diberi perlakuan mempunyai ovari pada tingkat kematangan II dan III (TKG II dan TKG III). Setelah diberi perlakuan ovari tidak hanya terdiri dari satu stadia oosit yang matang saja tetapi terdiri dari semua stadia perkembangan oosit.

Seperti halnya GSI dan GSIs, nilai fekunditas dari tiap perlakuan tidak berbeda nyata. Fekunditas menunjukkan banyaknya telur yang berhasil diovulasikan oleh induk betina pada waktu memijah. Makin besar nilai fekunditas menunjukkan makin banyak telur yang diovulasi. Seiring dengan bertambahnya kadar vitamin E pakan, rata-rata fekunditas juga meningkat namun menurun kembali pada level 475 mg/kg. Nilai fekunditas yang rendah pada perlakuan D (475 mg vitamin E/ kg pakan) diduga karena ketidakseimbangan vitamin E dengan asam lemak, dimana vitamin E yang ditambahkan berlebih sehingga dapat menghambat metabolisme asam lemak yang merupakan prekursor prostaglandin.

(30)

Mekanisme ovulasi dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam antara lain Gonadotropin releasing hormon (GnRH), Gonadotropin Release-Inhibitings Factors (GRIF), Pituitary Gonadotropin (GTH) dan penghubung lokal Ovari dari Kerja GtH seperti steroid dan Prostaglandin (Affandi dan Tang, 2000). Mekanisme ovulasi pada Brachydanio dipengaruhi oleh feromon dan hambatan metabolit. Hal ini terlihat pada perlakuan D (475 mg vitamin E/kg pakan), dimana jumlah rata-rata telur yang dikeluarkan per g bobot induk hanya mencapai (404,33±234,29). Kelebihan vitamin E menghambat metabolisme lemak yang pada gilirannya akan menghambat pelepasan hormon yang mempengaruhi mekanisme ovulasi. Asam lemak telah diketahui sebagai prekursor prostaglandin yang dapat merangsang ovulasi (Affandi dan Tang, 2000) Selain itu pada ikan goldfish prostaglandin dapat merangsang tingkah laku seksual dan sinkronisasi antara jantan dan betina pada saat pemijahan. Faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai fekunditas adalah sifat dari ikan zebra sendiri yang merupakan salah satu jenis ikan partial spawner, sehingga jumlah telur yang dikeluarkan akan berbeda baik dari perlakuan yang sama maupun dari perlakuan yang berbeda dengan bobot induk yang sama.

Derajat pembua han dan penetasan telur juga tidak berbeda nyata dari tiap perlakuan. Derajat pembuahan secara langsung dipengaruhi oleh tingkah laku pemijahan. Tingkah laku pemijahan dapat dipengaruhi oleh prostaglandin (PG) yang dihasilkan oleh EPA. Pada ikan goldfish betina menghasilkan PGs seperti PGFs yang dapat merangsang tingkah laku seksual induk jantan (Sorensen et al., 1988 dalam Izquierdo et al., 2001). Kualitas induk jantan akan mempengaruhi derajat pembuahan dari penelitian ini yang selanjutnya akan memepengaruhi derajat penetasan.

Berdasarkan Tabel 3, nilai derajat pembuahan tidak menunjukkan adanya pola seiring dengan bertambahnya kadar vitamin E. Hal ini diduga karena faktor dari induk jantan yang tidak mendapatkan perlakuan sama seperti induk betina. Sedangkan nilai rata-rata derajat penetasan menunjukkan adanya pola peningkatan seiring dengan bertambahnya vitamin E.

Penambahan vitamin E dalam pakan sampai batas tertentu akan menghasilkan derajat tetas telur yang tinggi. Sedangkan rendahnya derajat tetas

(31)

telur dapat disebabkan oleh hambatan perkembangan embrio atau gangguan pada embrio, sehingga embrio tidak berkembang dengan baik (Mokoginta et al., 2000) Hubungan antara perkembangan embrio dengan vitamin E merupakan hubungan melalui mediator asam lemak tak jenuh (Yulfiperius, 2001).

Asam lemak esensial berfungsi sebagai prekursor dari senyawa prostaglandin yang berperan sebagai hormon. Proses pengenalan antar sel dalam telur dipengaruhi oleh prostaglandin. Jika telur kekurangan asam lemak maka berlangsungnya proses embriogenesis akan gagal (pada pembelahan sel ke-16, 32 dan organogenesis ) dan akan menghasilkan derajat tetas telur yang rendah (Leray et al,. 1985 dalam Mokoginta et al., 2000). Sebagaimana diungkapkan oleh Mokoginta et al. (2000) bahwa apabila rasio asam lemak n-3/n-6 kurang atau berlebih di dalam telur akan menyebabkan derajat tetas telur yang rendah.

Kuning telur merupakan komponen yang mendominasi volume sel telur. Kuning telur merupakan sumber energi pada saat embriogenesis dan setelah larva menetas. Komponen kuning telur didominasi oleh protein. Pada saat embriogenesis, sebagai sumber energi utamanya adalah lemak, sedangkan protein meskipun mempunyai proporsi terbesar lebih berperan dalam pembentukan jaringan embrio (Affandi dan Tang, 2000). Perkembangan embrio menunjukkan adanya penyerapan kuning telur sehingga volume kuning telur mengalami penyusutan. Perkembangan stadia selama embriogenesis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.

Dari hasil analisa proksimat telur makin tinggi kadar vitamin E umumnya makin rendah kadar lemak telurnya. Hal ini menunjukkan lemak yang disimpan dalam organ tubuh pada induk yang lain lebih banyak dibandingkan yang berhasil diangkut ke organ reproduksi untuk pematangan gonad. Gangguan transportasi lemak ini diduga karena ketidakseimbangan nutrien dan sistem endokrin. Ketidakseimbangan nutrien di sini adalah kombinasi yang kurang tepat antara asam lemak n-3/n-6 dengan level vitamin E yang diberikan tersebut berlebih atau bahkan kurang. Penambahan vitamin E sebesar 375 mg/kg pakan, menghasilkan komposisi nutrien telur yang lebih baik dibandingkan perlakuan lain (Tabel 4). Komposisi nutrien telur ini akan mempengaruhi kualitas telur yang dihasilkan. Dilihat dari segi protein makin tinggi kadar vitamin E, kadar protein makin turun,

(32)

hal ini menunjukkan makin tinggi kadar vitamin E maka makin banyak protein yang dirombak untuk pembentukan sel-sel tubuh induk yang rusak atau untuk sumber energi untuk aktivitas yang lain.

Tingkat kelangsungan hidup larva tidak dipengaruhi oleh kadar vitamin E dengan asam lemak tetap n-3/n-6 sebesar 1:3. Tingkat kelangsungan hidup larva (SR5) untuk semua perlakuan tergolong tinggi lebih dari 80%. Dengan adanya

penambahan vitamin E, lemak pada kuning telur dapat terlindungi peroksidasi sehingga banyak cadangan lemak yang dapat dimanfaatkan larva sebagai sumber energi selama endogenous feeding.

Berdasarkan hasil analisa proksimat tubuh ikan akhir penelitian, makin tinggi kadar vitamin E, makin tinggi kadar lemak dalam tubuhnya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa induk yang diberi pakan dengan n-3/n-6 sebesar 1:3 dan vitamin E 475 mg/kg pakan dapat meningkatkan kandungan lemak awal paling banyak dibandingkan pakan dengan komposisi asam lemak yang sama dan kadar vitamin E lebih rendah dari 475 mg/kg pakan. Makin banyak cadangan lemak dalam tubuh, seharusnya makin banyak peluang lemak yang dimanfaatkan untuk reproduksi, sehingga kualitas reproduksi tinggi. Akan tetapi hal ini tidak terjadi pada penelitian ini.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi antara asam lemak n-3/n-6 sebesar 1:3 dengan kadar vitamin E yang berbeda pada induk ikan zebra tidak memberikan pengaruh yang nyata bagi penampilan reproduksinya. Akan tetapi hasil penelitian ini lebih baik dari segi derajat tetas telur (46-82%) dan tingkat kelangsungan hidup larva 5 hari (76-90%), dibandingkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari (kompri 2005*) yang menggunakan asam lemak n-3/n-6 sebesar 1:2.

(33)

V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian tentang kombinasi asam lemak n-3/n-6 sebesar 1:3 dengan kadar vitamin E yang berbeda memberikan pengaruh yang sama pada penampilan reproduksi induk ikan zebra. Kadar vitamin E sebesar 375 mg/kg pakan pada penelitian ini memberikan hasil yang lebih baik dari segi kandungan nutrien telur.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut kombinasi asam lemak n-3/n-6 tetap dan kadar vitamin E yang berbeda dengan memberikan perlakuan terhadap induk jantan.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R. Dan Tang, U.M. 2001. Biologi reproduksi ikan. Pusat Penelitian Kawasan Pantai dan Perairan Universitas Riau.

Axelrod, H.R., Burgess, W. E. , Pronek, N., dan Walls, J.G. 1997. Dr.Axelrod’s Atlas of Freshwater Aquarium Fishes. Ninth Edition. T.F.H Publications. Inc. USA.305p.

Effendie, M. I. 1979. Metoda biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri, Cikuray 46- Bogor.

Eschmeyer, W.N. 1990.Catalog of The Genera of Recent Fish.es. California Academy of Sciences. San Fransisco. 697p.

Froese, R. dan Pauly, D. 2003.Zebra danio. http//www.fishbase.org.[24 Agustus 2005]

Furuichi, M. 1988. Fish nutrition. Di dalam: T. Watanabe (Editor). Fish nutrition and mariculture . JICA Texbook The General Aquaculture Course Department of Aquatic Bioscience. Tokyo University of Fisheries.

Gatlin, D.M. III., Bai, S. C. and Erickson, M.C.1992. Effects of dietary vitamin E and synthetic antioxidants on compotition and storage quality of channel catfish Ictalurus punctatus. Aquaculture. 106:323-332.

Hammilton, 2004. Zebra danio. http://www. Fishbase.com. [24 Agustus 2005] Izquierdo, M.S., Fernandez-palacios H. dan Tacon, A. G. J. 2001. Effect of

broodstock nutrition on reproductive performance of fish.. Aquaculture 197:25-42

Kamler, 1992. Early life history of fish and energetic approach. Chapmann and hall., London. 181 p.

Ketare, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Lehninger, A.L. 1982. Principles of Biochemistry. Worth Publishers, inc.

Linder, M.C. 1992. Biokimia nutrisi dan metabolisme. (terjemahan). Universitas Indonesia press. Jakarta. 781 hal.

Maack G. Dan Segner, H. 2004.The Gonadal development of the zebrafish (Danio rerio). http: //www.fishbase.com [24 Agustus 2005]

(35)

Meinelt, T. , Schulz, C., Wirth, M., Kurzinger, H dan Steinberg, C. 2000. Correlationof diets high in polyunsaturated fatty acids with high growth rate in Zebrafish (Danio rerio).Comparative Medicine 50(1):43-45

_______,1999. Dietary fatty acid compotition influences the fertilization rate of zebrafish (Danio rerio Hamilton- Buchanan).Appl.Ichtyol. 15:19-23

Mokoginta, I., Jusadi D., Setiawati, M dan Suprayudi, A. 2000. Kebutuhan asam lemak essensial, vitamin dan mineral dalam pakan induk Pangasius suchi untuk reproduksi. Hibah Bersaing, VII/1-2 Perguruan tinggi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mokoginta, I., Moeljohardjo, D.S., Takeuchi, T., Sumawidjaya, K. dan Fardiaz, D. 1995. Kebutuhan asam lemak essensial untuk perkembangan induk ikan lele, Clarias batrachus, Linn. J. Ilmu- ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia III(2):41-50

National Research and Council. 1977. Nutrient requirement of warm water fishes. National Academy of Science, Washington D.C. , 78 pp.

National Research and Council. 1983. Nutrient requirement of warm Water fishes and shelfhes. National Academy of Science, Washington D.C. , 102 pp. Nurmalia, l. 2005. Pengaruh pemberian kadar asam lemak n-3 yang berbeda pada

kadar asam lemak n-6 tetap (1%) terhadap penampilan reproduksi ikan zebra (Brachydanio rerio). [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 48 hal.

Palacios , H.F., Izquierdo,M.S., Robaina, L., Valencia, A., Salhi, M. dan. Vergara, J.M. 1995. Effect of n-3 HUFA level in broodstock diets on egg quality of gilthead sea bream (Sparus aurata L.). Aquaculture 132:325-337.

Sakurai, A., Sakamoto, Y., Mori, F. 1992. Aquarium fishes of the world :the comprehensive guide to 650 species. Chronicle Book. San Fransisco., California. Hal 46-47, 51

Steel, R.G. D dan Torrie, J.H.. 1991. Prinsip dan prosedur statistika. Suatu pendekatan biometrik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 772 hal.

Suhendar, A. 1997. Pengaruh penyuntikan estradiol-17ß pada dosis yang berbeda terhadap proses vitellogenesis ikan bala shark betina (Balantioceilus melanopterus Blkr.) [Tesis]. Program Pascasarjana. Institut pertanian Bogor. Bogor. 33hal.

Surakhman, A. 2005. Penggunaan lemak patin dalam pakan terhadap pertunbuhan ikan mas Cyprinus carpio. [Skripsi] Departemen Budidaya Perairan

(36)

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 36 hal.

Syahrizal. 1998. Kadar vitamin E (a-tokoferol) dalam pakan induk ikan lele, Clarias batrachus Linn. [Tesis]. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Takeuchi, T. 1988. Laboratory work chemical evaluatiuon of Dietray nutrients. Hlm.179-225 Di dalam: Fish nutrition and mariculture. Watanbe, T. (editor). Departement of Aquatic Bioscience. Tokyo University of Fisheries. JICA.

Watanabe,T. 1982. Lipid nutrition in fish. Comp.Biochem.Physiol. 73B:3-15 Watanabe, T., Itoh, A., Kitajima, C. and Fujita, S. 1984a. Effect of dietary protein

levels on reproduction of red sea bream. Bull. Japan. Soc. Scien. Fish 50(6):1015-1022.

Watanabe, T., Takeuchi,T., Sauto, M. and Nishimura, K. 1984b. Effect of low protein- high calory or essential fatty acid deficiency diet on reproduction of rainbow trout. Bull. Japan. Soc. Scien. Fish 50(7):1207-1215

Watanabe, T.1988. Vitamin. Di dalam: Watanabe, T. (Editor). Fish Nutrition and Mariculture. Kanazawa International Fisheries Center, Japan, International Cooperation Center. Hlm 71-73.

Watanabe, T., Fujimura, T., Lee, M.J., Fukusho, K., Satoh, S. and Takeuchi, T. 1991.Effect of polar and nonpolar lipids from krill on quality of eggs of red seabream Pagrus major. Nippon Suisan Gakkaishi 57 (4):695-698. Wilson, R.P. 1994. Utilization of dietary carbohydrate by fish. Aquaculture

124:67-80.

Wilson,S.2003.Zebrafish,Daniorerio.http://www.neuro.ueregon.edu/k12/FAQs.ht ml-67k [25 Februari 2005]

Yaron, Z. 1995. Endocryne control of gametogenesis adn spawning induction in the carp. Aquaculture 129: 49-73

Yulfiperius, 2001. Pengaruh kadar vitamin E dalam pakan terhadap kualitas telur ikan patin (Pangasius hypotalmus). Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Zakaria, A. 2005. Pengaruh pemberian vitamin E (a-tokoferol) yang berbeda pada pakan induk terhadap reproduksi ikan zebra Brachydanio rerio. [skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.54 hal.

(37)
(38)

Lampiran 1. Prosedur Analisa Proksimat

A. Kadar Protein (metode Semi Micro Kjeldahl Takeuchi, 1988)

1. Sampel ditimbang sebanyak 0.5 - 1.0 g dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl.

2. Katalis K2SO45H2O dengan rasio 9:1 ditimbang sebanyak 3 gram lalu

dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl.

3. Ditambahkan 10 ml H2SO4 pekat ke dalam labu tersebut kemudian labu

dipanaskan selama 3-4 jam sampai cairan di dalam labu berwarna hijau.

4. Larutan didinginkan lalu ditambahkan air destilata 30 ml. Kemudian masukkan larutan tersebut ke dalam labu takar dan diencerkan dengan akuades sampai larutan tersebut mencapai volume 100 ml (larutan A).

5. Labu erlenmeyer diisi 10 ml H2SO4 0.05 N dan ditambahkan 2-3 tetes

indikator methyl red (larutan B).

6. Larutan A diambil sebanyak 5 ml dan ditambahkan 10 ml NaOH 30 % yang dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl. Lalu dilakukan pemanasan dan dikondensasi selama 10 menit mulai saat tetesan pertama pada larutan B. 7. Labu dalam erlenmeyer dititrasi dengan 0.05 N larutan NaOH sampai terjadi

perubahan warna dari merah muda menjadi hijau muda. 8. Kadar protein (%) =

Keterangan :

Vs : ml 0.05 N nitran NaOH untuk sampel Vb : ml 0.05 N NaOH untuk balnko

F : Faktor koreksi dari 0.05N larutan NaOH S : bobot sampel (g)

* : setiap ml 0.05 N NaOH ekuivalen dengan 0.0007 g nitrogen ** : faktor nitrogen

B. Kadar Lemak (metode ether ekstrasi Soxhlet, Takeuchi 1988)

1. Labu ekstrasi dipanaskan pada suhu 110oC selama satu jam. Kemudian didinginkan selama 30 menit dalam eksikator dan ditimbang bobot labu tersebut (A).

2. Dimasukkan petroleum benzen sebanyak 150-200 ml ke dalam labu ekstrasi. 0.0007* x (Vb-Vs) x F x 6.25** x20

(39)

Lanjutan Lampiran 1

3. Bahan ditimbang sebanyak 2 g (B), dimasukkan ke dalam selongsong, kemudian selongsong dimasukkan ke dalam soxhlet serta diletakkan pemberat di atasnya

4. Labu ekstrasi yang telah dihubungkan dengan soxhlet di atas hotplate dengan air mendidih pada suhu 100oC did iamkan sampai cairan yang merendam bahan dalam soxhlet menjadi bening

5. Setelah larutan petroleum benzen bening, labu ekstrasi dilepaskan dari rangkaian dan tetap dipanaskan hingga petroleum benzen menguap semua 6. Labu dan lemak tersisa dipanaskan dalam oven selama 15-60 menit,

dieksikator dan ditimbang (C ) 7. Kadar lemak (%) = x100%

B A C

C. Kadar Lemak (Metode Folsch, Takeuchi, 1988)

1. Bahan ditimbang sebanyak A gram dan ditambahkan C ml (20xA) Chloromethanol perbandingnan 2:1

2. Dihomogenkan selama 5 menit

3. Hasilnya disaring dengan menggunakan vaccum pump dan kertas saring 4. Hasil penyaringan dimasukkan (dengan cara disaring menggunakan kertas

saring) ke dalam labu pemisah yang sebelumnya telah dimasukkan MgCl2

sebanyak (0.2xC) ml

5. Kocok perlahan selama 1 menit dan didiamkan selama 1 malam

6. Setelah semalam kemudian diambil lemaknya (cairan endapan yang di bagian bawah) dan dievaporasi, lalu ditimbang (D gram)

7. Kadar lemak (%) = x100% A

D

D. Kadar Air (Takeuchi, 1988)

1. Sampel ditimbang sebanyak X gram, lalu masukkan ke dalam cawan (Y) 2. Masukkan cawan ke dalam oven dengan suhu 110oC selama 2-3 jam 3. Dinginkan cawan ke dalam eksikator selama 30 menit, lalu ditimbang (Z)

(40)

Lanjutan Lampiran 1

5. Dinginkan lagi cawan ke dalam eksikator selama 30 menit kemudian ditimbang Kadar Air =

(

)

x100% X Z Y X + −

E. Kadar Abu (Takeuchi,1988)

1. Cawan porselin dipanaskan pada suhu 600oC selama 1 jam menggunakan muffle furnace, lalu dibiarkan sampai suhu muffle furnace turun sampai 110oC, lalu cawan porselen dikeluarkan dan disimpan dalam eksikator selama 30 menit dan selanjutnya ditimbang (A).

2. Masukkan sampel lalu ditimbang (B) dan kemudian dipanaskan dalam muffle furnace pada suhu 600oC selama semalam.

3. Selanjutnya cawan porselin dikeluarkan dan didinginkan dalam eksikator selama 30 menit lalu ditimbang (C).

4. Kadar abu (%) = x100% A B A C − −

F. Serat Kasar (Takeuchi, 1988)

1. Kertas filter dipanaskan dalam oven selama satu jam pada suhu 110oC, lalu didinginkan dalam eksikator dan ditimbang (A).

2. Cawan porselin dipanaskan seperti prosedur nomor 1, lalu ditimbang.

3. Sampel sebanyak 0.5 gram ditimbang, lalu dimasukkan ke erlenmeyer, ditambahkan H2SO4 0,3 N 50 ml, lalu dipanaskan lagi selama 30 menit.

Setelah itu ditambahkan NaOH 0,3 N 50 ml, lalu dipanaskan lagi selama 30 menit.

4. Larutan pada nomor 3 diatas disaring, lalu dicuci berturut-turut dengan 50 ml air panas, 50 ml H2SO4 0,3 N 50 ml dan 25 ml aseton.

5. Kertas saring dan isinya dimasukkan ke cawan porselin, lalu dikeringkan selama satu jam dan didinginkan dalam eksikator, selanjutnya ditimbang (Y), setelah itu dipijarkan, lalu didinginkan dan kemudian ditimbang (Z).

Serat Kasar (%) = x100% X

A Z Y − −

(41)

Lampiran 2. Hasil analisa proksimat bahan baku pakan (% bobot kering) Bahan Kadar Air Kadar Protein Kadar Lemak BETN * Serat Kasar Kadar Abu Tepung ikan 7.80 76.75 6.28 0.05 0.00 16.92 Tepung kedelai 8.94 51.94 1.54 28.12 9.19 9.20 Tepung pollard 7.81 19.66 3.89 64.91 7.01 4.53 Tepung tapioka 10.93 0.00 0.39 99.16 0.04 0.40

(42)

Lampiran 3. Sumbangan asam lemak n-3 dan n-6 dari bahan baku pakan

Dalam bahan Dalam pakan

Bahan n-3 n-6 Sumbangan Lemak n-3 n-6 Tepung Ikan1) 23.3 3.6 1.57 0.3658 0.0565 Minyak Ikan 2) 36.4 3.3 1.75 0.6370 0.0578 Minyak Jagung3) 0 56.3 5.2032 0 2.9294 Minyak Sawit4) 0 3.8 0.45 0 0.0171 Total 1.0028 3.0608 Keterangan: 1) Surakhman (2004) 2),3) dan 4) Ketare (1986)

(43)

Lampiran 4. Hasil Analisa Kualitas Air

Awal Pemeliharaan Akhir Pemeliharaan

Parameter

Tandon Akuarium Outlet Tandon Akuarium Outlet

Suhu 28-30 28-30 28-30 28-30 28-30 28-30

DO 7.10 7.17 7.17 4.55 4.55 4.53

pH 7.40 7.44 7.46 7.26 7.30 7.31

Alkalinitas 5.82 5.82 5.82 3.88 3.88 5.82

(44)

Lampiran 5. Fekunditas,FR,HR dan SR Larva Perlakuan ulangan Fekunditas

(butir/g induk) FR HR SR(5)Larva

1 319.2 31.33 12.8 87.5 2 1104.8 77.19 40.43 100 325 3 656 83.13 74.78 100 1 650.4762 99.12 33.38 90 2 842.6667 98.89 78.24 100 375 3 859.0476 98.56 77.73 90 1 661 90.17 71.64 75 2 1149.474 31.59 96.23 100 425 3 842.1053 100 86.88 90 1 670 82.14 80.19 95 475 2 238.6667 34.64 100 85

(45)

Lampiran 6. Komposisi campuran vitamin (mg/100 g pakan) Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B6 Vitamin B12 Vitamin C Niacin Ca-Phantotenoat Inositol Biotin Folic acid P-aminobenzoic acid Vitamin K3 Vitamin A Vitamin D3 60 100 40 0.1 5000 400 10 2000 6 15 50 50 4000 IU 4000 IU

(46)

Lampiran 7. Komposisi mineral mix (g/100 g pakan) MgSO4.7H2O NaCl NaH2PO42H2O KH2PO4 Ca2(PO4)3 Fe-Citrate

Trace element mix Ca-lactate

Komponen trace element mix (g/100g pakan) ZnSO4.7H2O 35.3 MnSO4.4H2O 16.2 CuSO4.5H2O 3.1 CoCl2.6H2O 0.1 KIO3 0.3 Cellulose 45.0 15.0 1.0 25 32.0 20.0 2.5 1.0 3.5 Sumber: Takeuchi, 1988

(47)

Lampiran 8. Gonado Somatic Indeks (%) tiap minggu

Minggu I (18 April 2005) Minggu II (25 April 2005) Minggu III (2 Mei 2005) Minggu IV (9 Mei 2005) Perlakuan Ulangan Bobot Tubuh Bobot Gonad GSI (%) Bobot Tubuh Bobot Gonad GSI (%) Bobot Tubuh Bobot Gonad GSI (%) Bobot Tubuh Bobot Gonad GSI (%) 1 0.3447 0.0619 17.9576 0.4767 0.1532 32.1376 0.9623 0.2152 22.3631 0.8765 0.1425 16.2578 2 0.4682 0.0570 12.1743 0.7744 0.1762 22.7531 0.6633 0.1142 17.2169 0.5311 0.0501 9.4333 325 3 0.6356 0.1284 20.2014 0.7425 0.1350 18.1818 0.5283 0.1392 21.0865 0.6783 0.0713 10.5116 Rataan 16.7778 24.3575 20.2222 12.0676 1 0.6086 0.1044 17.1541 0.4438 0.1022 23.0284 0.5672 0.1392 24.5416 0.5558 0.1205 21.6805 2 0.4458 0.0405 9.0848 0.3742 0.0417 11.1438 0.6073 0.1486 24.4690 0.8085 0.0978 12.0965 375 3 0.6936 0.1316 18.9735 0.8280 0.1986 23.9855 0.6372 0.1473 23.1168 0.6465 0.1260 19.4896 Rataan 15.0708 19.3859 24.0425 17.7555 1 0.0673 15.1816 0.4990 0.0623 12.4850 0.7350 0.2081 28.3129 0.6214 0.1069 17.2031 2 0.6086 0.1072 17.6142 0.5259 0.1099 20.8975 0.7320 0.1528 20.8743 0.7766 0.1436 18.4909 425 3 0.4393 0.0451 10.2663 0.7372 0.1491 20.2252 0.7048 0.1304 18.5017 0.4623 0.0535 11.5726 Rataan 14.3540 17.8692 22.5630 15.7555 1 0.3655 0.0540 14.7743 0.4124 0.0466 11.2997 0.6988 0.1525 21.8231 0.7884 0.1758 22.2983 2 0.6543 0.1442 22.3462 0.7563 0.2024 26.7619 0.6933 0.1673 24.1310 0.7184 0.1821 25.3480 475 3 0.4781 0.0589 12.3196 0.6939 0.1917 27.6265 0.6477 0.1627 25.1197 0.5952 0.0791 13.2897 Rataan 16.4800 21.8960 23.6913 20.3120

(48)

Lampiran 9. Gonado Somatic Indeks setelah salin

Perlakuan w tubuh w gonad GSIs (%)

0.9552 0.1931 20.2157 1.2440 0.3853 30.9727 325 0.9120 0.1949 21.3706 Rataan 1.0371 0.2578 24.1863 0.8993 0.2129 23.6740 0.9606 0.1558 16.2190 375 1.4067 0.2690 19.1228 Rataan 1.0889 0.2126 19.6719 1.3152 0.2554 19.4191 1.4298 0.4887 34.1796 425 1.0155 0.2603 25.6327 Ratan 1.2535 0.3348 26.4105 1.2618 0.3297 26.1293 1.0960 0.3364 30.6934 475 0.9206 0.1973 21.4317 Rataan 1.0928 0.2878 26.0848

(49)

Lampiran 10. Bobot tubuh awal dan bobot tubuh akhir ikan zebra

Perlakuan Wo Wo rataan Wt Wt rataan Pakan

7 0.4118 10.2 1.0200 78.7700 7.2 0.4235 11.7 0.9750 84.1700 325 6.6 0.3882 7.1 0.8875 74.5700 Rataan 6.9333 0.4078 9.6667 0.9608 79.1700 6.4 0.3765 6.7 0.8375 58.3000 6.3 0.3706 5 0.8333 57.6000 375 7.2 0.4235 11.3 1.1300 52.5000 Rataan 6.6333 0.3902 7.6667 0.9336 56.1333 6.5 0.3824 7.3 0.8111 52.4000 6.9 0.4059 7.8 1.1143 59.7000 425 7.4 0.4353 8.3 0.9222 58.2000 Rataan 6.9333 0.4078 7.8000 0.9492 56.7667 6.4 0.3765 7.9 0.9875 54.0000 7 0.4118 9.4 0.9400 58.1000 475 6.4 0.3765 7.1 0.7889 53.7000 Rataan 6.6000 0.3882 8.1333 0.9055 55.2667

(50)

Lampiran 11. Hasil analisa statistik semua parameter uji (ANOVA) Pertumbuhan Relatif (PR) Jumlah kuadrat Df Rata-rata kuadrat F Sign. Antar Kelompok Dalam Kelompok 50.363 5506.129 3 8 16.788 688.266 0.024 0.994 Total 5556.492 11

Keterangan : 1) jika significance/probabilitas (<0.05) atau dengan kata lain F hitung > F tabel, maka nilai tengah masing- masing parameter uji memberikan pengaruh yang berbeda.

2) jika significance/probabilitas (>0.05) atau dengan kata lain F hitung < F tabel, maka nilai tengah masing- masing parameter uji memberikan pengaruh yang sama.

GSI I Jumlah kuadrat Df Rata-rata kuadrat F Sign. Antar Kelompok Dalam Kelompok 11.922 172.362 3 8 3.974 21.545 0.184 0.904 Total 184.284 11

Keterangan : 1) jika significance/probabilitas (<0.05) atau dengan kata lain F hitung > F tabel, maka nilai tengah masing- masing parameter uji memberikan pengaruh yang berbeda.

2) jika significance/probabilitas (>0.05) atau dengan kata lain F hitung < F tabel, maka nilai tengah masing- masing parameter uji memberikan pengaruh yang sama

GSI II Jumlah kuadrat Df Rata-rata kuadrat F Sign. Antar Kelompok Dalam Kelompok 73.267 416.108 3 8 24.422 52.013 0.470 0.712 Total 489.375 11

Keterangan : 1) jika significance/probabilitas (<0.05) atau dengan kata lain F hitung > F tabel, maka nilai tengah masing- masing parameter uji memberikan pengaruh yang berbeda.

2) jika significance/probabilitas (>0.05) atau dengan kata lain F hitung < F tabel, maka nilai tengah masing- masing parameter uji memberikan pengaruh yang sama

Gambar

Gambar 1. Gonado Somatik Indeks Mingguan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk paket soal yang baru dibuat diatas, sifatnya masih “kosong” sehingga perlu dilakukan seleksi soal secara manual, dengan cara klik gambar pensil ( ) sehingga muncul

Secara normatif pengeluaran ritual masyarakat Hindu di Bali mengalir begitu saja sepanjang masa, bahkan semasih dalam kandungan (manusa yadnya) sampai pada kehidupan

Ruang Terbuka Hijau merupakan sebuah jantung yang harus dimiliki oleh sebuah pemukiman khususnya dikota. Indonesia yang merupakan negara yang sedang berkembang sebaiknya juga

Dengan adanya perancangan walk-in closet ini diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan wanita dalam hal berpenampilan terutama bagi wanita yang tinggal di ruang

Sehingga variabel motivasi kualitas berpengaruh terhadap minat mahasiswa mengikuti PPAk, itu berarti bahwa hipotesis pertama diterima (H1 diterima). Hal ini dapat diartikan

Dari kunjungan yang telah dilakukan selama satu periode pelaksanaan KKN ke-13 tahun 2016 yaitu dari tanggal 23 Juli 2016 sampai 29 Agustus 2016 yaitu 1 bulan 7

Keterangan : P = Persentase Ketercapaian KKM = Jumlah siswa yang mencapai KKM = Jumlah seluruh siswa.. Analisis data tentang ketercapaian untuk setiap indikator terdiri

Tuhan semesta alam yang menguasai kehidupan makhluk dan penguasa hari pembalasan, yang maha pemberi kenikmatan tak terbilang,dan dengan nikmat dan karuniaNya itulah penulis