• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Pendidikan Seks yang belum terdapat dalam Kurikulum

BAB IV : PENDIDIKAN SEKS DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN

C. Materi Pendidikan Seks yang belum terdapat dalam Kurikulum

Beberapa materi pendidikan seks telah di masukkan dalam kurikulum, akan tetapi masih terdapat beberapa materi pendidikan seks yang belum dimasukkan ke dalam kurikulum, padahal siswa SMP telah saatnya untuk mendapatkan materi tersebut. Dalam pembahasan sebelumnya bahwa materi pendidikan seks yang perlu ditekankan kepada remaja adalah:

1. Memperbaiki pengetahuan tentang perubahan-perubahan biologis, psikologis dan psikososial sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan manusia

2. Memberikan pegetahuan dan penanaman moral etik dan komitmen agama agar remaja terhindar dari perilaku penyimpangan seksual yang tidak sesuai dengan syariat agama.

Jika dicermati materi di atas mirip dengan pelajaran biologi pada umumnya, materi pendidikan seks di atas berbeda dengan materi reproduksi manusia yang disampaikan melalui pelajaran biologi, karena materi yang disampaikan melalui Pendidikan Agama Islam lebih menekankan pada aspek nilai moral yang terkandung dalam materi tersebut, dengan kata lain materi tersebut disampaikan kepada siswa-siswi tidak hanya materi organ reproduksi baik itu nama ataupun fungsinya saja akan tetapi materi tersebut disampaikan kepada siswa disertai dengan nilai-nilai agama, sehingga siswa dapat memilki pengetahuan tentang

64

bagaimana agama memandang seksualitas dan apa yang seharusnya dilakukan menurut agama.

Materi di atas sangatlah penting dan diperlukan bagi remaja usia Sekolah Menengah Pertama, karena pada usia tersebut remaja baru memasuki tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis, sehingga diperlukan adanya pengetahuan tentang perubahan- perubahan yang terjadi pada dirinya, fungsi organ reproduksi serta memberikan pengetahuan dan penanaman moral etik agar remaja tidak terjerumus ke dalam penyimpangan seksual.

Berdasarkan penekanan di atas, maka materi yang belum terdapat dalam kurikulum adalah:

1. Etika memandang dan menjaga a'urat

Materi akhlaq kurang membahas mengenai etika memandang terhadap lawan jenis dan menjaga aurat. Apa saja yang dilihat oleh anak- anak akan terekam dalam fikirannya, tetapi apabila seorang anak dibiasakan untuk menundukan pandangannya dari segala aurat sejak kecil disetiap tempat, maka ia akan senantiasa menjaga hal tersebut dan merasakan manisnya iman sejak kecil. Materi ini menurut Nashih Ulwan hendaknya diberikan kepada anak usia antara 7-10 tahun, akan tetapi bagi remaja yang sudah baligh pun sangat relevan diberikan materi semacam ini. Hal ini senada dengan pendapat Said Mursi bahwa salah satu ajaran yang harus diberikan kepada anak yang sudah baligh adalah ghoddul bashor yaitu

memalingkan pandangan dari melihat lawan jenis yang bukan mahram.13 Hal tersebut dikarenakan penglihatan itu adalah awal dari segala kejahatan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran surat An-Nur 30-31 yaitu:

< . \ Jk . \ ^ r, * ' l \* 9 - 9 \ K 9

0] f * j' \ j J a A ^ J3

JJ) i-iii

Artinya: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:

"Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara

kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS.An- N uur: 30)14

^3

P P P P ^ P -P s ^ P P

tf Jl.

'2jCr$n:!j

Artinya: Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memeliuara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)

nampak dari padanya. (QS. An-nur : 31)15

Manfaat menahan pandangan dari hal-hal yang diharamkan Allah SWT salah satunya adalah dapat membebaskan diri dari tawanan nafsu syahwat, karena jika hati telah tertawan oleh nafsu syahwat maka sangat

13 Syaikh Muhammad Said Mursi. 2003. M endidik Anak Dengan Cerdas. Solo : Insan Kamil, him. 48.

14 Departemen Agama RI. 1989. Al-Quran dan Terjemahannya, ju z 1-30. semarang : PT Toha Putra, him. 548.

66

mudah untuk dikendalikan oleh musuhnya. Menurut Thalib bahwa mendidik anak sejak dini dengan akhlaq Islam dalam menjaga kesucian pergaulan dan pembatasan aurat merupakan cara terbaik mengantarkan anak-anak kita untuk kelak kemudian menjadi orang yang shalih. 16

2. Pernikahan

Dalam materi fiqh kurang disinggung masalah pernikahan baik itu syarat ataupun rukun dari pernikahan. Materi pernikahan seyogianya diberikan kepada siswa kelas IX, hal ini dikarenakan pada masa itu anak secara biologis telah matang fungsi seksualnya sehingga telah siap untuk nikah, akan tetapi secara psikologis remaja usia ini belum siap untuk memasuki jenjang pernikahan, oleh karenanya perlu adanya informasi- informasi yang benar tentang pernikahan.

Materi pernikahan meliputi pengertian, hukum, syarat, rukun pernikahan, dalil naqli tentang pernikahan, fungsi pernikahan dalam kehidupan. Allah SWT menciptakan manusia dengan dibekali beberapa kecenderungan dan naluri untuk menjaga kelestariannya, dan Allah telah menurunkan hukum dan ketentuan yang dapat memenuhi kecenderungan dan naluri tersebut. Pernikahan merupakan upaya mengatasi gejolak seksual secara sah jika remaja sudah mampu dan matang secara lahir bathin untuk melaksanakan pernikahan. Pernikahan juga merupakan penyaluran naluri cinta dan dorongan kepada lain jenis yang dianjurkan sesuai dengan syariat Islam. Dorongan seks dalam Islam dianggap sebagai fitrah yang dimiliki

16 M. Thalib. 1996. 50 Pedoman M endidik Anak M enjadi Shalih. Jakarta : Irsyad Baitus Salam, him. 190

oleh setiap makhluk hidup. Oleh karena itu melalui pernikahan, Islam memberikan sarana bagi penyaluran dorongan seksual yang bersifat fitri, agar penyaluran tersebut dapat berjalan sesuai dengan cara yang normal dan benar yang telah digariskan Islam. Menurut Ulwan, materi tentang pernikahan diberikan kepada anak usia 14-16 tahun atau masuk pada usia remaja. Oleh karena itu materi di atas sangatlah sesuai diberikan kepada siswa Sekolah Menengah Pertama kelas IX, dimana siswa SMP telah berkembang tanda-tanda seksualnya dan pada saat itu dorongan seksual mereka sangat kuat.

3. Peran tanda-tanda seksual terhadap peran mereka sebagai manusia

Menurut Adhim bahwa pendidik untuk sebaiknya memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang hakikat dari tanda-tanda seksual yang mereka alami. 17 Materi ini sedikit berbeda dengan materi biologi yang

diajarkan di SMP, karena materi ini lebih memfokuskan kepada signifikansi pesan pandangan tauhid berkaitan dengan tanda-tanda tersebut. Lebih lanjut Adhim menjelaskan bahwa pada saat yang sama, pendidik memberikan pengertian tentang kehadiran tanda-tanda seksual terhadap peran mereka sebagai manusia. Peran yang dimaksud adalah bahwa kehadiran ikhtilam (mimpi basah) dan haid merupakan tanda yang diberikan oleh Allah SWT bahwa mereka sudah mulai dikenai tanggung jawab (takliej).

17 Mohammad Fauzil Adhim. 1998. Pendidikan A nak M enuju Takllif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, him. 98.

68

4. Mahram.

Pentingnya mengajarkan mahram ini kepada siswa agar mereka tidak melanggar batas-batas pergaulan yang menjadi ketentuan syariat Islam, di samping itu jangan sampai terjadi pengertian yang salah bahwa orang yang berkerabat berarti mahram.

Pendidikan memperkenalkan anak tentang seluk beluk mahram tidak harus menghalangi hubungan baik kerabat. Menjaga tali kekerabatan adalah wajib, tetapi hal tersebut tidak boleh sampai melanggar syariat agama karena sekedar menjaga perasaan kerabat dalam pergaulan keluarganya.

Berdasar pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa materi pendidikan seks yang perlu disajikan pada kurikulum pendidikan agama Islam berbasis tingkat satuan pendidikan apabila dihubungkan dengan tingkat perkembangan siswa Sekolah Menengah Pertama adalah:

1. Etika memandang terhadap lawan jenis 2. Pernikahan

3. Peran tanda-tanda Seksual terhadap peran mereka sebagai manusia 4. Mahram

Materi di atas dikembangkan dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang antara lain: berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan peserta didik serta lingkungan. Maksud materi-materi di atas diberikan kepada siswa sesuai dengan prinsip adalah bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME serta berakhlaq mulia. Dalam

pengembangan kurikulum siswa mempunyai potensi yang berbeda-beda baik dari segi intelektual ataupun yang lainnya. Adakalanya siswa cerdas dalam mata pelajaran matematika, bahasa Indonesia, dan lain sebagainya. Misalnya anak tersebut lemah dalam bidang pendidikan agama karena kurangnya pembelajaran informal oleh keluarganya, sehingga dalam pengembangan materi harus dilihat brdasar pada porsi masing-masing siswa. Perkembangan siswa pun sebaiknya diperhatikan supaya materi dikembangkan dapat disesuaikan dengan perkembangan siswa dan tidak mengakibatkan salah persepsi Contoh konkrit seperti materi di atas apabila diajarkan pada anak SD sangat tidak relevan karena anak SD masih belum bisa berpikir secara baik, di samping itu mereka belum terlintas dalam pikirannya tentang masalah- masalah itu sehingga faktor perkembangan siswa menjadi salah satu prinsip dari pengembangan kurikulum.

Dalam pengembangan materi di atas, juga harus diperhatikan kebutuhan peserta didik serta lingkungan dalam artian pengembangan kurikulum harus sesuai dengan keadaan akan kebutuhan serta lingkungan peserta didik. Maksudnya ketika letak wilayah atau lingkungan tersebut berdekatan dengan tempat prostitusi, maka langkah yang diambil dalam pengembangan kurikulum antara lain dengan memberikan pendidikan seksual kepada siswa agar tidak sampai terjerumus ke dalam praktek prostitusi dengan bekal keimanan yang tebal. Sehingga penting sekali ketika kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan akan kebutuhan lingkungan tersebut

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Pendidikan seks menurut pendidikan agama Islam adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam memahami tanda-tanda seksual serta dapat mempergunakan fungsi seksualnya secara bertanggung jawab dari segi individu, sosial maupun agama, sedangkan materi pendidikan seks dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis Tingkat Satuan Pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama secara spesifik tidak ada, akan tetapi secara implisit dalam materi Fiqh itu ada yaitu materi thaharah (bersuci), puasa dan shalat berjamaah.

2. Materi Pendidikan seks yang belum terdapat dalam Kurikulum PAI berbasis Tingkat Satuan Pendidikan bila dihubungkan dengan tingkat perkembangan siswa Sekolah Menengah Pertama adalah: etika memandang dan menjaga aurat, pernikahan, peran tanda-tanda seksual terhadap peran mereka sebagai manusia, dan mahram.

3. Dalam pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam hal ini masalah pendidikan seksual harus memperhatikan prinsip- prinsip yang antara lain adalah berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik, dan lingkungannya.

B. SARAN-SARAN

Untuk penyempurnaan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) berbasis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), khususnya materi pendidikan seks, maka ada beberapa hal yang ingin penulis sarankan :

1. Kepada tim penyusun kurikulum (pemerintah) agar memasukkan pendidikan seks ke dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan pertimbangan bahwa pendidikan seks diwarnai dengan nilai-nilai agama.

2. Kepada Guru Agama Sekolah Menengah Pertama agar mengembangkan materi PAI khususnya Akhlaq dan Fiqh sebagai jalan dalam memberikan materi pendidikan seks serta mengembangkan pengetahuannya tentang pendidikan seks dari berbagai sumber baik itu literatur-literatur yang relevan serta dapat menemukan metode pendekatan yang tepat dalam menyajikan materi yang sensitif ini sesuai dengan pertumbuhan psikologi dan lainnya, sehingga siswa secara terbuka dapat mengungkapkan masalah seksual.

3. Kepada masyarakat hendaknya berhati-hati dalam menerima informasi masalah seksual, karena sekarang banyak sekali media informasi dan hiburan yang memberikan pengetahuan seksual tanpa didasarkan pada nilai-nilai sosial ataupun agama.

4. Semoga hasil penelitian ini menjadi acuan bagi para peneliti selanjutnya dengan memperbaiki kekurangan yang ditinjau dari berbagai perspektif

72

C. PENUTUP

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekerungan, hal ini dikarenakan oleh kemampuan penulis yang terbatas untuk itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan dan perbaikan skripsi ini. Penulis sangat berharap skripsi ini dapat memberikan kontrubusi yang segnifikan bagi dunia pendidikan umumnya khususnya pada pendidikan seks yang ada dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam.

2003.

Abu, Miqdad, Ahmad, Azhar, Pendidikan Seks bagi Remaja Menurut Hukum Islam, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2001.

Arikunto, Suharsini, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, 1998.

Azra, Azyumardi, Esei-Esei Intelektual Muslim Pendidikan Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1998.

Ali, Daud, Muhammad, Asas-Asas Hukum Islam, Rajawali, Jakarta, 1990.

Abu, Muhammad, Syekh, Imam, Seks secara Islam (Terj, Qurrotul U'yun), Amelia, Surabaya, 2003.

Adhim, Muhammad, Fauzil, Mendidik Anak Menuju Taklif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998.

Ardiansyah, Bambang, Konsep Pendidikan Seks Untuk Remaja Menurut Perspektif Islam, STAIN Salatiga, 2002.

Basri, Hasan, Remaja Berkualitas Problematika Remaja dan Solusinya, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2004. &

Basyir, H. Akhmad, Azhar, Ajaran Islam Tentang Pendidikan Seks, Hidup Rumah Tangga dan Pendidikan Anak, Al-Ma'arif, Bandung, 1996.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2006.

Bawani, Imam, Pengantar Ilmu Jiwa Pengembangan, Bina Ilmu, Surabaya, 1986. Darajat, Zakiyah, Kesehatan Mental, Gunung Agung, Jakarta, 1975.

..., Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Ruhama, Jakarta, 1955.

..., Harapan dan Tantangan Remaja, Rosda Karya, Jakarta, 1995. Departemen Agama RI, Al-Quran dan terjemahnya, Toha Putra. Semarang,

1989.

Fanani, Ahmad, Pendidikan Seks untuk Keluarga Muslim, Orchid, Yogyakarta, 2004.

F.J. Monks, dkk, Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, Gadjah Mada University, Yogyakarta, 1992.

Gunawan, F.X. Rudi, Filsafat Seks, Benteng Intervisi Utama, Yogyakarta 1993. Hurlock B. Elizabeth, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sebanyak

Rentang Kehidupan, Erlanggga, Jakarta, 1996.

Hermawan, Didik, Ngerumpi Seks Panduan Tuntas Masa Pubertas, Smart Media, Solo, 2005.

Hidayah, Miftahul.. Konsep Pendidikan Seks Menurut Imam Nawawi Al- Bantani (Studi Kasus Atas Kitab Uqud Al-lujain), STAIN Salatiga, 2002. Himpunan Peraturan Tentang Pendidikan Tinggi di Indonesia, Bina Darma

Pemuda, Jakarta, 2004.

Kartono, Kartini, Psikhologi Abnormal dan Abnormalitas, Mandar Maju, Bandung, 1986.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2001.

Madan, Yusuf, Seks Education For Children, Mizan Publika, Jakarta, 2004. ..., Pendidikan Seks Untuk Anak Dalam Islam, Pustaka Zahra, Jakarta,

2003.

Mulyono, Y.Bambang, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya, Kanisius, Yogyakarta, 2006.

Mapiarre, Andi, Psikologi Remaja, Usaha Nasional, Surabaya, 1982.

Machduri, Anas, Dkk, Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja, Semarang, 2004.

Marimba,. Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al-Ma'rif, Bandung, 4

1989.

Mursi, Syaikh, Muhammad, Said, Mendidik Anak Dengan Cerdas, Insan Kamil, Solo, 2003.

M. Thalib, 50 Pedoman Mendidik Anak Menjadi Saleh, Irsyad Baitu Salam, Jakarta, 1996.

Mark, Halstead, Michail, Reiss, Pendidikan Seks Bagi Remaja dari Prinsip Kepraktek, Alenia Press, Yogyakarta, 2006.

Mulayasa E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2007.

Nugraha, Boyke, Dian, Problem Seks dan Cinta Remaja, Bumi Aksara, Jakarta, 1995.

Nuruddin, Ahmad, Pendidikan Seks dalam Islam, STAIN Salatiga, 2003.

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2005. Rozak, Abdul, Cara Memahami Islam (Metodologi Studi Islam), Gema Media

Pusakata, Bandung, 2001.

Ridha, Akram, Manajemen Pubertas Panduan Ampuh Orang Tua Melejitkan Kepercayaan Diri Remaja, Syamil Cipta Media, Bandung, 2006.

Sarwono, Sarlito, Wirawan, Psikologi Remaja, Raja Grafindo, Jakarta, 2006. » ..., Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Seks, Rajawali,

Jakarta, 1981.

Sa'abah, Marzuki. Umar, Perilaku Seks Menyimpang dan Seksualitas Kontemporer Umat Islam, UUI Press, Jogjakarta, 2001.

Subandijah, Pengembangan Inovasi Kurikulum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996.

Siti, Sundari, Siti, Rumini, Perkembangan Anak dan Remaja, Rineka Cipta, Jakarta, 2004.

Syamsudin, Pendidikan Kelamin Dalam Islam, Ramadhani, Solo, 1985.

Utami, Ruth, Hesti, Artikel Perlunya Pendidikan Seks Sejak Dini, Sinar Harapan, Jakarta, 2005.

Soetopo, Hendyat, pembinaan dan pengembangan kurikulum, bina aksara, jakarta, j

Remaja Rosda Karya, Bandung, 1996.

WWW, Gogle, Com, September, konsep pendidikan dalam Islam. Zilkifli, Psikologi Perkembangan, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2002.

Zuhairini, dkk, Metode Khusus Pendidikan Islam, Usaha Nasional, Surabaya, 1987.

RIWAYAT HIDUP

Nama Amir Dafid

Tempat /Tanggal lahir Kab. Brebes, 11 Maret 1984

Agama Islam

Alamat Kretek, Kec. Paguyangan, Kab. Brebes

Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri 04 Kretek lulus Tahun 1997 2. MTs Al-Hikmah Benda lulus thn 2000 3. MAK AL-Hikmah lulus Tahun 2003 4. STAIN Salatiga Lulus Tahun 2008.

Salatiga, 29 Maret 2008 Penulis

Amir Dafid NIM. 11103 017

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

1. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) / Madrasah Tsanawiyah (MTs).

A. L atar belakang

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan kehidupan bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari' betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Pendidikan agama dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berahlak mulia. Ahlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimlisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang _ aktualisasinya mencenninkan harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan.

Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan pada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT dan berahlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntutan visi ini mendorong secara nasional ditandai dengan ciri-ciri:

1. lebih menitikberatkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan materi.

2. mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan dan sumber daya pendidikan yang tersedia.

3. memberikan kebebasan yang luas kepada pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya.

Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan mausia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tanguh dalam menghadapi tantangan, hambatan dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal maupun, nasional, regional maupun global.

B. Tujuan

Pendidikan Agama Islam di SMP/MTs bertujuan untuk:

1. menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta 'didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;

2. mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etil, oerdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1. Al Qur’an dan Hadits

- 2. Aqidah 3. Akhlak 4. Fiqih

5. Tarikh dan Kebudayaan Islam.

Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasiar antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia de.igan alam sekitarnya.

D.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Kelas VII, Semester I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Al-Qur’an

1. Menerapkan Hukum bacaan ”AP’ Syamsiyah dan ”Al”Qomariyah

1.1 Menjelaskan hukum bacaan bacaan ”A1” Syamsiyah dan ”Al”Qomariyah

1.2 Membedakan hukum bacaan bacaan ”A1” Syamsiyah dan ”Al”Qomariyah

1.3 Menerapkan bacaan bacaan ”A1” Syamsiyah dan ”Al”Qomariyah dalam bacaan surat-surat

Al-Qur’an dengan benar

Aqidah

2. Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT melalui pemahaman sifat- sifatNya

2.1 Membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah

2.2 Menyebutkan arti ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah SWT 2.3 Menunjukkan tanda-tanda adanya Allah SWT 2.4 Menampilkan perilaku sebagai cermin

keyakinan akan sifat-sifat Allah SWT

3. Memahami Asmaul Husna 3.1 Menyebutkan arti ayat-ayat Al-Qur’a i yang berkaitan dengan 10 Asmaul Husna

3.2 Mengamalkan isi kandungan 10 Asmaul Husna

Akhlak

. 4. Membiasakan perilaku terpuji

4.1 Menjelaskan pengertian tawadhu, ta’at, qana’ah dan sabar

4.2 Menampilkan contoh-contoh perilaku tawadhu, ta’at, qana’ah dan sabar

4.3 Membiasakan perilaku tawadhu, ta’at, qana’ah dan sabar

ketentuan thaharah

(bersuci) 5.2 Menjelaskan perbedaan hadas dan najis

6. Memahami tatacara shalat 6.1 Menjelaskan ketentuan -ketentuan shalat wajib 6.2 Memperaktikkan shalat wajib

7. Memahami tatacara shalat jamaah dan munfarid (sendiri)

7.1 Menjelaskan pengertian shalat jama’ah dan munfarid

7.2 Memperaktikkan shalat jama’ah dan shalat munfarid

Tarikh dan kebudayaan Islam

8. Memahami sejarah Nabi

Muhammad SAW 8.1 Menjelaskan sejarah Nabi Muhammad SAW 8.2 Menjelaskan misi nabi Muhammad untuk

semua manusia dan bangsa

Kelas VII, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Al-Qur*an

9. Menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mari

9.1 Menjelaskan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati

9.2 Membedakan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati

9.3 Menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati dalam bacaan surat-surat Al-Qur’an dengan benar.

Aqidah

10. Meningkatkan keimanan kepada Malaikat

10.1 Menjelaskan arti beriman kepada Malaikat 10.2 Menjelaskan tugas-tugas Malaikat

Akhlak

11. Membiasakan perilaku terpuji

11.1 Menjelaskan arti kerja keras, tekun, ulet dan teliti

11.2 Menampi Ikan contoh perilaku kerja keras, tekun, ulet, dan teliti

11.3 Membiasakan perilaku kerja keras, ulet, tekun dan teliti

Fiqih

12. Memahami tatacara shalat Jum’at

12.1 Menjelaskan ketentuan - ketentuan shalat jum’at

12.2 Mempraktekkan shalat jum’at

13. Memahami tatacara shalat jama’ dan qashar

13.1 Menjelaskan shalat jama’ dan qashar 13.2 Mempraktekkan shalat jama’ dan qashar

14. Memahami sejarah Nabi

Muhammad SAW 14.1 Menjelaskan misi Nabi Muhammad SAW

Dokumen terkait