Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
SKRIPSI
DISUSUN OLEH:
AMIR DAFID
11103017
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
DEPARTEMEN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
S A L A T I G A
Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706
P E N G E S A H A N
Skripsi Saudara: Amir Dafid dengan Nomor Induk Mahasiswa 11103017 yang berjudul: MUATAN PENDIDIKAN SEKS DALAM KURIKULUM PAI
BERBASIS KTSP SEKOLAH MENENGAH PERTAMA telah
dimunaqasyahkan pada Sidang Panitia Ujian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri pada hari: Sabtu, 8 Maret 2008 M yang bertepatan dengan tanggal 1 Rabbi'ul Awal H dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah
08 Maret 2008 M . Salatiga,
---1 Rabbi'ul Awal ---1429 H.
PANITIA UJIAN
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis menyatakan
bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau
pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang
lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan
rujukan.
Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran
orang lain di luar refrensi yang penulis cantumkan, maka penulis sanggup
mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang
munaqasyah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 26 Februari 2008
Penulis
DEPARTEMEN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
S A L A T I G A
Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706
Muna Erawati, S.Psi, M.Si Dosen STAIN Salatiga Jl. Stadion NO. 03 Salatiga
Salatiga, 26 Februari 2008
Setelah kami teliti dan kami adakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : Amir Dafid
NIM : 111 03 017 Jurusan/Progdi: Tarbiyah/PAI
Judul : MUATAN PENDIDIKAN SEKS DALAM
KURIKULUM PAI BERBASIS KTSP
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Bersama ini mohon agar naskah skripsi saudara tersebut di atas agar dapat segera di munaqosyahkan.
Demikian harap menjadikan perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pembimbing
"
Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Al-Isra : 32)
TergauCan bebas antara (awan jenis, terdbat atau
mendengarkan pembicaraan tentang percintaan, sentuhan
yang bernafsu, menyaksikan pornografi dan segaCa sesuatu
datum kaitannya dengan itu, dikarang seperti saat mereka
merasakan godaan seksuaC dan akan mengarah pada zina
(.
Koibi, 1998:86)
T X R S X M
BJK3iJK3T
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
❖
Abi J{. A. Jathoni ihnu Shohari dan tlm m i J-fj.
Durrotun Nasikha (AC-Mahbubatain) yang setiap saat
seCaCu mendo'akan saya dan yang seCaCu memberikan
dukungan baik m ord maupun materiC sehingga dapat
terseCesaikanCah karya dmiah ini,
❖
Adinda J-fimrnatuC Xhairoh n Tv i N urut fauziyyah
(AC-Mahbubatain)
yang
tiada
hentinya
setatu
memberikan support kepada saya sehingga mampu
bertahan datum menghadapi segaCa cobaan,
❖
Muna Trawati
S.
T.
S
i M,
Si
yang teCah meCuangkan
waktunya untuk seCaCu membimbing saya dengan sabar
dan seCaCu memberikan support dan m otivasi
❖
My friends white house (Tengkoe Qutaid S.Tdi, Jey
S.Tdi, yahya S.Ag, QazuCCi S.Tdi, IVidi Chiko S.Tdi) yang
seCaCu mewarnai kesedihanku dengan canda dan tawa.
❖
My souCmate (ani fahmawati, jannah, ony, nai'mah,
mba ief) yang bisa bikin sayajadi senang dan sedih.
❖
Temen-temen Tarbiyah khususnya TAI angkatan 2003
yang sama-sama merasakan manis pahitnya betdjar di
STAIN SaCatiga n temen-temen from Thailand (Mr
Abnadee, Mr Arrnien, M r Ttarong, Mr Tamiyyi)
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan sekripsi ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW, beserta
seluruh keluarga, sahabat, yang telah memberi petunjuk serta bimbingan
melalui ajaran-ajarannya.
Alhamdulillah dengan penuh rasa syukur, penulisan skripsi dengan
judul “MUATAN PENDIDIKAN SEKS DALAM KURIKULUM PAI
BERBASIS KTSP SEKOLAH MENENGAH PERTAMA” telah selesai.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Saijana
Pendidikan Islam pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Salatiga. Kami haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak
yang telah membantu terwujudnya skripsi ini.
Penulis yakin, skripsi ini tidak akan terwujud tanpa ada pertolongan
dari Allah Swt dan bantuan berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi.
Maka, dengan segala kerendahan hati, kami menghaturkan terima kasih
kepada:
1. Ketua STAIN Salatiga, Drs. Imam Sutomo, M.Ag.
2. Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, Drs. Sa’adi, M.Ag
3. Ketua Program Studi PAI STAIN Salatiga, Fatchurrahman, M.Pd
4. Pembimbing Skripsi Muna Erawati S.Psi, M.Si atas segala ilmu,
waktu, tenaga dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis
dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
5. Segenap Dosen STAIN Salatiga yang telah memberi motivasi
sehingga skripsi ini dapat selesai.
Penulis yakin, skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat
banyak kesalahan serta kekurangan. Maka kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan dari siapa saja. Besar harapan kami, skripsi ini bisa
bermanfaat kepada pihak-pihak terkait secara khusus, dan bagi semua
pembaca secara umum. AMIN.
Salatiga, 26 Maret 2008
Penulis
Deklarasi...ii
Nota Pembimbing...iii
Motto...iv
Persembahan... v
Kata Pengantar... vi
Daftar Isi... vii
BAB I : PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Penegasan Istilah...4
C. Rumusan Masalah...6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian...7
E. Tinjauan Pustaka...7
F. Metode Penelitian...16
G. Sistematika Penulisan... 18
BAB II : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SEKSUAL REMAJA USIA SMP... 21
A. Pengertian Remaja Usia Sekolah Menengah Pertama... 21
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Seksual Remaja ditinjau dari Segi Biologis...23
C. Pertumbuhan dan Perkembangan Seksual Remaja ditinjau dari Segi Psikologis...29
BAB I I I : PENDIDIKAN SEKS DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM... 35
A. Pengertian Pendidikan Seks...35
B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Seks dalam Pendidikan Agama Islam... 40
C. Materi Pendidikan Seks bagi Remaja Usia Sekolah Menengah Pertama dalam Pendidikan Agama Islam...50
BAB IV : PENDIDIKAN SEKS DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PADA SEKOLAH MENENGAH PERTMA (SMP)... 54
A. Materi Pendidikan Seks secara Umum...54
B. Materi Pendidikan Seks yang terdapat dalam Kurikulum PAI berbasis KTSP di Sekolah Menengah Pertama...58
C. Materi Pendidikan Seks yang belum terdapat dalam Kurikulum PAI berbasis Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Menengah Pertama (SMP)... 64
BAB V : PENUTUP... 71
A. Kesimpulan... 71
B. Saran... 72
C. Penutup... 73
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Perbincangan masalah seksual oleh masyarakat umum dianggap sebagai
hal yang tabu dan kurang etis (saru), apalagi kalau dibicarakan dengan anak-
anak dan remaja. Hal ini teijadi karena masyarakat itu sendiri memaknai
seksual dengan arti yang sempit yaitu "bersetubuh/ senggama". Pemaknaan
yang sempit mengakibatkan seolah-olah anak dan remaja tidak perlu
mengetahui atau bahkan tidak diwajibkan mengetahui. Padahal, sikap
mentabukan seks terhadap remaja hanya mengurangi kemungkinan untuk
membicarakannya secara terbuka tetapi, tidak menghambat terjadinya perilaku
seksual yang melanggar norma hubungan seks itu sendiri.1 Kita tidak
menyadari baik sebagai guru ataupun orang tua, bahwa masalah seksualitas
adalah salah satu pendidikan seks yang harus diajarkan dan disosialisasikan.
Pendidikan seks yang diajarkan janganlah semata-mata bertujuan
mengisi pikiran-pikiran para remaja dengan pengetahuan tentang anatomi saja
namun, tujuan ini lebih diarahkan pada pemahaman dan kesiapan para remaja
dalam mengatasi kesulitan yang pelik dalam hidup mereka. Artinya,
membekali kaum remaja dengan pengetahuan seks, pengarahan pada makna
yang luhur, dan mengetahui kebiasaan yang benar dan bermanfaat.
Adapun akibat dari sikap mentabukan masalah seks adalah perilaku
seksual bebas (free seks) tanpa didasari norma-norma agama dan sosial yang
1 Sarlito Wirawan Sarwono. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo, him. 162
2
berlaku. Menurut sarwono berdasar pada hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ryde-Blomquist di Amerika dan Finlandia, frekuensi remaja yang sudah aktif
secara seksual lebih banyak teijadi di kota-kota besar. Para remaja in
umumnya berasal dari kalangan kulit hitam, kondisi sosial ekonomi rendah,
tingkat pendidikan rendah, dan memiliki hubungan kurang harmonis dengan
keluarga. Sebaliknya, di negara yang masih berkembang seperti Afrika
(misalnya di Accra), aktivitas seksual di kalangan remaja jauh lebih tinggi,
sebab pengetahuan mereka tentang seks tidak ada sama sekali. Masuknya
agama Kristen di kota-kota besar mendorong intensifnya pendidikan seks
secara formal dan dikenalnya bentuk keluarga sehingga aktivitas seksual
o remaja dapat berkurang.
Pendidikan seks dalam Islam bukan sesuatu hal yang tabu. Pendidikan
seks akan menjadi wajib diajarkan untuk menghindarkan anak-anak atau
remaja dari tindakan yang menyimpang, hal tersebut sesuai dengan Al-Quran
yang memperbolehkan mengajarkan pendidikan seks kepada anak yang
menginjak dewasa atau masa adolesen:* 3
1
Artinya: "Dan apabila anak-anakmu telah mencapai umur baligh, maka
hendaklah mereka meminta izin seperti orang-orang yang sebelum kamu
meminta izin". (QS. An-Nur : 59)
1 Ibid. him. 162.
Minimnya pengetahuan masyarakat tentang seks kemudian ditambah
teknologi modem seperti internet, majalah-majalah pomo, VCD pomo yang
menyajikan seks secara sempit dan tidak sesuai dengan norma-norma sosial
yang berlaku dan menyimpang dari syariat agama menempatkan masyarakat
pada dilema. Mereka khawatir tanpa pendidikan seks anak-anak dapat
terperosok pada perlikau seksual dini. Namun memberi pengetahuan seksual
seakan-akan memberi kesempatan untuk mencobanya, orang tua
membayangkan pendidikan seks yang pernah diterapkan di Amerika Serikat
justru mengakibatkan tingginya tingkat free seks atau seks pra nikah. Hal ini
teijadi sebab pendidikan Barat memang cenderung bebas nilai sedangkan hal
ini bertentangan dengan moralitas atau keluar dari sistem nilai kita.4
Masyarakat berharap pendidikan seks dibalut dan sarat dengan nilai-nilai.
Akhirnya, para pendidik dituntut untuk mengajarkan pada murid pengetahuan
yang didasarkan pada perspektif agama.
Pendidikan seks yang kita harapkan adalah pendidikan yang membawa
pada nilai moralitas baik sosial maupun agama. Dalam pendidikan seks bukan
hanya orang tua yang mengajarkan masalah seksual tapi guru pun wajib
mengajarkan pada anak didiknya, walaupun tidak bisa kita pungkiri bahwa
yang lebih berperan dalam memberikan masalah pendidikan akhlaq apalagi
masalah seksual adalah orang tua. Kita juga tidak bisa mengesampingkan
peranan pusat pendidikan atau sekolah. Sekolah merupakan pusat pendidikan
yang memiliki peranan penting, di mana anak-anak menghabiskan waktunya
4
sekitar 7 jam di sekolah. Anak-anak yang duduk di bangku SLTP merupakan
para remaja yang sedang melewati masa pubertas. Tantangan terberat masa ini
adalah bagaimana mengendalikan gejolak seksualitas yang tinggi akibat
pertumbuhan organ-organ reproduksi namun perkembangan mentalnya belum
matang. Orang tua, guru adalah pihak yang sentral untuk mendampingi
mereka melewati masa ini dengan baik dan sehat.
Dengan demikian guru memiki peran teramat penting dalam hal
pendidikan seksualitas ini. Ramayulis mengungkapkan, bahwa tugas seorang
guru adalah membimbing dan membawa peserta didik ke arah kedewasaan
berpikir kreatif dan inovatif.5 Kedewasaan berpikir merupakan salah satu jalan
membuka kesadaran penuh para anak didik terhadap bentuk-bentuk perilaku
seksual seperti apa yang akan dipilih dengan masing-masing konsekwensinya.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menulis tentang materi pendidikan seks
apa saja yang ada dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) berbasis
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan materi pendidikan seks
apa saja yang belum terdapat dalam kurikulum PAI berbasis KTSP apabila
dihubungkan dengan tingkat perkembangan siswa Sekolah
B. Penegasan Istilah
Skripsi ini beijudul MUATAN PENDIDIKAN SEKS DALAM
KURIKULUM PAI BERBASIS KTSP SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam rangka mengartikan
5 Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia, him 56.
kalimat tersebut, maka disini penulis memberikan penegasan ke arah
pembahasan yang sesuai dengan penulis kehendaki.
1 Muatan
Muatan dalam bahasa inggris adalah content (isi). Sedangkan menurut
Soetopo merupakan perincian bidang pengajaran untuk dijadikan bahan
pelajaran bagi para siswa agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.6
2. Pendidikan
Pendidikan adalah transfer ilmu dan nilai. Sedangkan menurut Marimba
adalah bimbingan sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani peserta didik menuju kepribadian yang utama7
3. Seks
Seks adalah jenis kelamin8 yakni manusia mempunyai dua jenis kelamin,
laki-laki dan perempuan. Sedangkan pendidikan seks adalah upaya
pengajaran dan penerangan masalah-masalah seksual yang diberikan kepada
anak sejak ia mengerti masalah yang berkenaan dengan seks, naluiri dan
perkawinan9
4. Kurikulum
Kurikulum secara umum adalah pedoman penyelenggara kegiatan belajar
mengajar. Subandijah mengungkapkan bahwa kurikulum adalah sebagai
rangkaian maksud yang terorganisasikan dengan baik yang berbeda (tujuan,
6 Hendyat Soetopo. 1986. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta : Bina v Aksara, him. 33.
7 Ahmad. D. Marimba. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : Al- Ma;rif, him. 19.
6
isi, evaluasi dan sebagainya , yaitu penggabungan antara elemen tersebut ke
dalam suatu kesatuan yang utuh. Dengan kata lain kurikulum adalah
sistem10
5. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajadan agama islam
dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.11 12
6. Berbasis
Berbasis adalah berdasarkan pada/berfokus pada. Maksudnya berbasis
berdasarkan pada suatu ketentuan atau aturan yang sudah ditetapkan sebagai
acuan dalam suatu sekolah untuk mencapai tujuan
7. KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun, dilaksanakan oleh satuan pendidikan yang sudah
siap dan bisa dikembangkan dengan memperhatikan undang-undang no 20
12 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
10 Subandijah. 1996. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta : Raja Grafmdo persada, him. 35.
" Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia, him 56 12 E. Mulayasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Materi pendidikan seks apa saja yang ada di dalam kurikulum Pendidikan
Agama Islam (PAI) berbasis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) di SMP?
2. Materi pendidikan seks apa saja yang belum terdapat dalam kurikulum
Pendidikan Agama Islam berbasis KTSP apabila dihubungkan dengan
tingkat perkembangan siswa Sekolah Menengah Pertama?
D. Tujuan Dan Kegunan Penelitian
1. Tuj uan Penelitian
a. Mengetahui materi pendidikan seks yang ada dalam kurikulum
Pendidikan Agama Islam berbasis KTSP
b. Menganalisis materi pendidikan seks yang belum ada dalam kurikulum
Pendidikan Agama Islam berbasis KTSP apabila dihubungkan dengan
tingkat perkembangan siswa Sekolah Menengah Pertama
2. Kegunaan Penelitian
a. Menjadi masukan bagi penyempurnaan kurikulum Pendidikan Agama
Islam berbasis KTSP yang berkaitan dengan pengembangan materi
8
b. Memberi masukan bagi pendidik akan pentingnya pendidikan seks pada
remaja dimana dalam penyampaiannya harus memperhatikan
perkembangan psikologinya.
c. Menambah pengalaman bagi pembaca khususnya dan masyarakat pada umumnya
E. Tinjauan Pustaka
Skripsi yang membahas masalah pendidikan seks antara lain: Konsepsi
Pendidikan Seks Menurut Imam Nawawi al-Bantani (Studi Analisis atas Kitab
Uqud al-Lujain).13 Skripsi ini lebih memfokuskan pada konsep hubungan
suami istri dalam garis rumah tangga. Konsep yang ditawarkan oleh Imam
Nawawi antara lain mengenai pengendalian syahwat dan keharaman
memandang selain muhrimnya.
Menurut Hidayah, dalam pengendalian syahwat ini bisa ditanggulangi
dengan puasa. Karena dengan puasa, manusia dapat membentengi dirinya dari
nafsu seksual yang menghantarkan pada perbuatan syetan. Puasa juga
mengandung makna ubudiyyah sehingga manusia akan merasa malu ketika
akan mengerjakan perbuatan negatif dalam keadaan berpuasa.
Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Nurudin Kus Waini yang berjudul
"Pendidikan Seks Dalam Islam"14 juga lebih memfokuskan pada etika,
bagaimana adab/ tata cara yang baik dan terpuji yang mengandung nilai-nilai
akhlaq, yaitu cara atau adab yang baik dalam melakukan hubungan seksual:
13 Miftahul hidayah. 2002. Konsep Pendidikan Seks M enurut Imam Nawawi Al-Bantani (Studi Kasus Atas Kitab Uqud Al-lujain). Salatiga : STAIN Salatiga, him. 36
a. Suami hendaknya jangan suka main paksa
b. Istri hendaknya jangan berbuat "nusyuzs" atau sewenang-wenang
c. Suami istri hendaknya jangan melanggar hak seksual yang lain, dengan
alasan ibadah sekalipun
d. Memulai dengan berdoa
e. Suami istri hendaknya tidak saling memandang alat kelamin masing-
masing.
Kemudian, ada skripsi yang berjudul "Konsep Pendidikan Seks Untuk
Remaja Menurut Perspektif Islam"15 yang ditulis oleh Ardiansyah yaitu
mengenai penjelasan materi pendidikan apa sajakah yang diberikan kepada
remaja secara Islami. Dalam hal ini penulis membagi pada dua materi:
1) Materi Umum
Dalam materi umum ini meliputi pendidikan rohani, pendidikan
fikir dan pendidikan jasmani.
2) Materi Khusus
Dalam materi ini meliputi macam-macam air yang keluar dari
kelamin, mimipi basah, haid dan lain sebagainya.
Skripsi ini lebih memfokuskan pada materi-materi yang berhubungan
dengan masalah seksual dan metode bagaimana cara menyampaikan materi
pendidikan seks yang baik pada remaja, seperti metode ceramah, tanya jawab
dan sebagainya. Ardiansyah mengatakan, Islam memberikan perhatian yang
10
serius terhadap pendidikan, hal ini dapat dilihat dari pesan-pesan agama yang
dirujuk langsung dari sumbernya yaitu Al-Quran dan Hadist.
a). Kurikulum PAI bebasis KTSP
Secara umum kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan KBM
(Kegiatan Belajar Mengajar). Dalam proses pendidikan, kurikulum menempati
posisi yang menentukan. Ibarat dunia perfilman, kurikulum sebagai produser
yang mengatur jalannya perfilman tersebut. Kurikulum merupakan
seperangkat rancangan nilai dan bagaimana proses transfer tersebut harus
dilaksanakan. Menurut Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pandidikan
adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan
oleh satuan pendidikan yang sudah siap dan bisa dikembangkan dengan
memperhatikan Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.16
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini mempunyai beberapa
karakteristik yang masing-masing karakteristik tersebut didiskripsikan sebagai
berikut:17
1) Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan
2) Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi
3) Kepemimpinan yang demokratis dan profesional
4) Tim keija yang kompak dan transparan
Sebenarnya, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) itu sendiri
merupakan modifikasi dari kurikulum sebelumnya sehingga dalam tujuan
16E. Mulayasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis.
yang akan dicapai dalam kurikulum ini tidak jauh dari kurikulum sebelumnya
yaitu mengenai peningkatan kecerdasan, kepribadian, akhlaq mulia serta
ketrampilan untuk hidup mandiri yang semua ini biasa kita kenal dengan
sebutan kognitif, afektif dan psikomotorik,
b). Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang
merencanakan, menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan
pada hasil penilaian terhadap kurikulum yang telah berlaku sehingga dapat
• • • • • • • 1Q
memberikan kondisi belajar mengajar yang lebih baik
Pengembangan KTSP memfokuskan pada kompetensi tertentu,
berupa pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang utuh dan terpadu, serta
dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud hasil belajar.18 19 20
Dalam pengembangan kurikulum berbasis KTSP pendidik perlu
memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan
lingkungannya
2) Beragam dan terpadu.
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan teknologi, dan seni
4) Relevan dengan kebutuhan
5) Menyeluruh dan berkesinambungan
6) Belajar sepanjang hayat
7) Seimbang antara kepentingan global, nasional dan lokal
18 Subandijah. Op. Cit him. 36. 19 Op.Cit. him. 146.
12
c). Pengertian remaja secara umum.
Remaja menurut Hasan Basri adalah mereka yang telah
meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan
menuju masa pembentukan tanggung jawab.21 Lebih lanjut lagi Salman
mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap
tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian
{independence), minat-minat seksual, perenungan diri dan perhatian terhadap
nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.22 23
World Health Organization (WHO) menetapkan batas usia 10-20
tahun sebagai batasan usia remaja dan memberikan definisi konseptual yang
memuat tiga (3) kriteria yaitu: biologik, psikologik dan sosial ekonomi,
secara lengkap definisi tersebut adalah:
Remaja adalah suatu masa di mana:
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
3) Teijadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri.
Menurut Daradjat sebagaimana dikutip oleh Miqdad, remaja adalah
anak pada masa peralihan d i antara masa anak-anak mengalami perubahan
21 Hasan Basri. 2004. Remaja Berkualitas Problematika Remaja dan Solusinya. £ Yogyakarta :Mitra Pustaka, him. 4.
22 Syamsu Yusuf. 2006. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung : Remaja Rosda Karya, him. 184.
cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk badan,
sikap, cara berpikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah
matang, masa ini mulai kira-kira umur 13 tahun dan berakhir kira-kira umur
21 tahun.24
Sarwono mengemukakan, untuk remaja Indonesia dapat digunakan
batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah dengan petimbangan sebagai
berikut:25
1) Usia sebelas tahun adalah usia ketika pada umumnya tanda-tanda seksual
sekunder mulai tampak (kriteria fisik).
2) Di banyak masyarakat Indonesia, usia sebelas tahun sudah dianggap aqil
baligh, baik menurut adat ataupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi
memberlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial).
3) Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan jiwa, seperti
tecapainya identitas diri, tercapainya fase genital dan perkembangan
psikoseksual (menurut Freud) dan tercapainya puncak perkembangan
kognitif (Piaget) maupun moral (Kohl Berg) (kriteria psikolog).
4) Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu memberi peluang
bagi mereka yang sampai batas tersebut masih menggantungkan diri pada
orang tua, belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa
(secara adat) belum dapat memberikan pendapat sendiri.
24Akhmad Azhar Abu Miqdad. 2001. Pendidikan Seks bagi Remaja M enurut Hukum hlam . Yogyakarta : Mitra pustaka, him. 33.
14
5) Dalam definisi di atas, status perkawinan sangat menentukan. Hal itu
karena masih sangat penting di masyarakat secara menyeluruh. Seorang
yang sudah menikah, pada usia berapa pun dianggap dan diberlakukan
sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun dalam
kehidupan masyarakat dan keluarga. Oleh karena itu, definisi remaja di
sini dibatasi khusus untuk yang belum menikah,
d). Pendidikan seks.
Remaja ibarat pohon yang tinggi yang gampang goyah oleh tiupan
angin, remaja masih rentan dengan perkembangan kejiwaannya yang mudah
emosi, mudah berubah pikiran, remaja tidak selalu stabil (labil) karena
pengaruh-pengaruh tertentu. Perkembangan yang mempunyai pengaruh kuat
terhadap timbulnya gejolak jiwa pada remaja yang dirasakannya adalah
masalah perkembangan seksual. Dengan perkembangan dan perubahan-
perubahan tersebut menyebabkan bertambahnya keinginan remaja untuk
mengetahui semua sifat perubahan itu.
Biasanya untuk memenuhi rasa ingin tahunya remaja mencari
informasi masalah seksual lewat sumber-sumber yang tak bertanggung jawab
seperti film-film porno, majalah dan mitos-mitos yang tidak logis tentang
seks yang tak jelas siapa penggagasnya. Disinilah pentingnya pendidikan
seks pada remaja sebagaimana pendapat Boyke yang dikutip Utami bahwa
dini agar anak lebih bisa memahami keunikan dirinya.26 27 28 Dengan demikian
untuk menghambat pada perilaku penyimpangan seksual pada remaja
dibutuhkan informasi yang bertanggung jawab.
Pendidikan seks menurut Ulwan adalah upaya pengajaran, penyadaran
dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang di berikan kepada
anak sejak mereka mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks,
naluri dan perkawinan. Sehingga, jika anak telah tumbuh menjadi seorang
pemuda dan dapat memahami urusan-urusan kehidupan, ia telah mengetahui
mana yang halal dan mana yang haram. Pendidikan seks mempunyai tujuan
tertentu, seperti diungkapkan oleh Halstead bahwa tujuan mempelajari
seksualitas membantu anak muda untuk mengetahui topik-topik biologis
seperti pertumbuhan, mengurangi rasa bersalah, rasa malu dan kecemasan
akibat tindakan seksual, mencegah remaja di bawah umur terlibat dalam
hubungan seksual dan mengurangi kasus infeksi melalui seks.
Adapun definisi pendidikan seks menurut Al-Ghawshi adalah
memberikan pengetahuan yang tepat kepada anak untuk menghadapi
persiapan adaptasi secara baik dengan perilaku-perilaku seksual pada saat
yang akan datang dengan maksud dapat mendorong sang anak untuk
melakukan suatu kecenderungan yang logis dan benar dalam
masalah-26 Ruth Hesti Utami. 29 Agustus 2005. A rtikel Perutnya Pendidikan Seks Sejak Dini.
Jakarta : Sinar Harapan, him. 1.
27 Abdullah Nashih Ulwan. Op.Cit. him. 572.
16
masalah seksual dan reproduksi.29 Dengan adanya pendidikan seks dan
tujuan tersebut dapat membawa ramaja pada kehormatan diri, mampu
mengendalikan diri dari penyimpangan-penyimpangan hasrat seksual dan
remaja dapat menghadapi peliknya masalah yang sedang menghadangnya.
Adapun bentuk dari materi pendidikan seks untuk remaja yang
disajikan dalam kurikulum menurut Fanani adalah:30
1) Pertumbuhan dan perkembangan seksual, seperti jadwal bagi pubertas,
perubahan-perubahan fisik selama pubertas dan kebutuhan untuk
berkeluarga.
2) Fisiologi sistem reproduksi, seperti bagi gadis: organ, menstruasi.
Sedangkan bagi para pemuda seperti organ dan dorongan seksual.
3) Konsepsi, perkembngan janin dan kelahiran
4) Penyakit menular seksual (penyakit kelamin,aids) menekankan aspek
islami
5) Aspek-aspek mental, emosi dan sosial dari pubertas
6) Etika sosial, moral dan agama.
7) Bagaimana menghindari pengaruh negatif teman sebaya dan lingkungan
Dari tinjauan pustaka di atas, penulis mencoba untuk melakukan
penelitian tentang kurikulum PAI Berbasis KTSP pada Sekolah Menengah
Pertama dan kaitannya dengan materi pendidikan seks. Dari berbagai macam
tulisan tentang pendidikan seks yang pernah penulis baca, semuanya
29 Yusuf Madan. 2004. Seks Education For Children Panduan Islam Bagi Orang Tua dalam Pendidikan Seks Untuk Anak. Jakarta : Mizan Publika, him. 144.
memfokuskan tentang pengertian pendidikan seks, materi dan metode
pendidikan seks. Oleh karena itu, penulis terdorong untuk meneliti pendidikan
seks di sekolah yang difokuskan pada materi PAI dalam kurikulum PAI
Berbasis KTSP.
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tentang pendidikan seks remaja
yang sesuai dengan tingkat perkembangan. Penelitian ini dapat dikatakan
sebagai model library research?1 dikarenakan meneliti bahan-bahan
pustaka dengan menggunakan rujukan teori-teori yang dikemukakan para
tokoh yang kompeten dalam masalah ini, seperti tokoh psikologi, tokoh
pendidikan Islam.
Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi. Menurut Mueller
yang dikutip Roza adalah ilmu yang membahas masalah sikap manusia
disebabkan oleh hubungannya dengan nilai nilai yang ada. Dalam
pendekatan ini menggunakan potensi psikis anak untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan emosi kejiwaan anak, terutama yang
berhubungan dengan masalah seksualitas.
2. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer berupa Kurikulum PAI
berbasis KTSP Sekolah Menengah Pertama. Adapun sebagai bahan
18
sekunder adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah
Menengah Pertama yang menggunakan rujukan kurikulum PAI berbasis
KTSP, dan karya-karya ilmiah yang ada kaitannya langsung dengan tema
skripsi ini.
3. Teknik Analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis
isi (icontent analisys). Content analisys atau analisis dokumen menurut
Arikunto adalah penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang
33 didokumentasikan dalam rekaman, baik gambar, suara, ataupun tulisan.
Langkah-langkah yang digunakan dalam skripsi ini adalah:
a. Mencermati kurikulum yang ada dalam kurikulum PAI bebasis KTSP
b. Menganalisis materi Pendidikan Agama Islam yang termasuk materi
pendidikan seks
c. Melakukan analisis terhadap materi pendidikan seks yang belum
terdapat dalam kurikulum PAI berbasis KTSP apabila dihubungkan
dengan tingkat perkembangan siswa usia Sekolah Menengah Pertama
G. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui tujuan dari pada penelitian, penulis menghadirkan
"pendahuluan". Dalam pendahuluan atau bab pertama penulis memasukan
latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
Untuk mengetahui "pertumbuhan dan perkembangan seksual remaja
usia Sekolah Menengah Pertama" penulis menerangkannya pada bab kedua.
Bab ini berisi pengertian remaja usia Sekolah Menengah Pertama,
pertumbuhan dan perkembangan seksual ditinjau dari segi biologis,
pertumbuhan dan perkembangan remaja usia Sekolah Menengah Pertama
ditinjau dari segi psikologi.
Bab ketiga "pendidikan seks dalam perspektif Pendidikan Agama
Islam". Bab ini terdiri atas pengertian pendidikan seks, dasar dan tujuan
pendidikan seks dalam Pendidikan Agama Islam, materi pendidikan seks bagi
remaja usia Sekolah Menengah Pertama dalam Pendidikan Agama Islam
Untuk mengetahui "pendidikan seks dalam kurikulum PAI berbasis KTSP
pada Sekolah Menengah Pertama" penulis menghadirkan materi pendidikan
seks secara umum, materi pendidikan seks yang terdapat dalam kurikulum
PAI Berbasis KTSP di Sekolah Menengah Pertama, materi pendidikan seks
yang belum terdapat dalam kurikulum PAI berbasis KTSP Sekolah Menengah
Peartama dan menghadirkan bagaimana format KTSP materi PAI di SMP
yang memiliki muatan pendidikan seks yang dipandang sesuai dengan kaidah-
kaidah hukum Islam Adapun bab yang terakhir adalah penutup. Bab ini berisi
BAB II
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SEKSUAL REMAJA USIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
A. Pengertian Remaja Usia Sekolah Menengah Pertama
Remaja menurut Zakiah Daradjat adalah anak yang pada masa peralihan
diantara masa anak-anak dan masa dewasa, di mana anak-anak mengalami
masa perubahan-perubahan cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-
anak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang, tetapi mereka adalah
remaja yang berumur 13 tahun dan berakhir kira-kira umur 21 tahun1. Batasan
usia remaja ini masih kontroversial dan bervariasi dalam tingkatannya,
dikarenakan permulaan menarche (permulaan menstruasi) bagi seorang
perempuan berbeda-beda. Ada yang berumur 10 tahun, 12 tahun bahkan
ketika dia sudah menginjak usia Sekolah Menengah Atas (SMA) baru
mendapatkan menstruasi. Hal ini disebabkan oleh faktor biologis dan
psikologis.
Remaja menurut Rumani dan Sundari adalah masa peralihan dari masa
anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi
untuk memasuki masa dewasa.2 Dalam perkembangan ini meliputi
pertumbuhan fisik seperti tinggi/ panjang tubuh pria dan wanita, pertumbuhan
berat badan, dan sebagainya. Perubahan psikis seperti merasa puas, senang,
bahagia teijadi sesuai dengan apa yang diinginkan.
1 Zakiah Darajat 1975. Kesehatan M ental. Jakarta: Gunung Agung, him. 106.
2 Sri Rumini Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : Rineka Cipta, him. 54.
Definisi remaja menurut Mulyono dinyatakan dalam rentangan usia
antara umur 13-15 tahun sampai sekitar 21 tahun. Lebih lanjut B ambang
Mulyono mengemukakan ciri-ciri masa remaja, yaitu:3 Pertama, mengalami
perkembangan fisik, kedua mengalami perkembangan rohani.
Batasan usia rata-rata rentangan usia siswa SMP adalah berkisar umur
13 sampai 15 tahun. Rentang usia ini diperoleh dari rata-rata anak mulai
masuk sekolah SD umur 7 tahun. Pendiskripsian usia siswa SMP ini sangat
diperlukan karena sangat mendukung untuk mengetahui perkembangan siswa
tersebut. Remaja pada usia 13 sampai 15 tahun ini tergolong pada masa
remaja awal. Pada masa ini remaja mengalami berbagai kesukaran karena
perubahan jasmani yang mereka alami. Pertumbuhan jasmani ini mencakup
pula pertumbuhan organ dan kelenjar seks, sehingga mereka merasakan
adanya dorongan-dorongan seksual yang belum pernah mereka alami
sebelumnya kemudian berakibat pada pergaulan.
Dari uraian di atas, pengertian remaja usia Sekolah Menengah Pertama
(SMP) adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa (tahap remaja
awal) sekitar usia 11/12 tahun sampai 14/15 tahun, di mana pada masa
tersebut anak-anak mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan fisik,
psikologis, maupun perubahan cara berfikir (intelektual). Hal ini belum bisa
dikatakan sebagai orang dewasa, karena mereka secara biologis telah
berkembang menjadi dewasa namun, secara psikologis dan sosial masih belum
matang. Sehingga banyak kemungkinan remaja akan mengalami gejolak
22
emosi yang membuat mereka mudah goyah dan mudah melakukan apa saja
terutama masalah seksual karena rasa ingin tahu.
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Seksual Ditinjau dari Segi Biologis
1. Pertumbuhan fisik pada remaja usia Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Secara umum, teijadinya perubahan dan perkembangan fisik yang
sangat pesat pada masa remaja awal adalah antara umur 12, 13, 17, dan 18
tahun. Dalam jangka 3 atau 4 tahun anak tumbuh hingga tingginya mencapai
hampir menyamai tinggi orang tuanya.4 Pertumbuhan angota-anggota badan
dan otot-otot sering berjalan tidak seimbang. Pada masa pertumbuhan ini ada
perbedaan yang mencolok bagi dua jenis kelamin. Bagi laki-laki, mulai
muncul penonjolan-penonjolan pada otot, dada, lengan, paha dan betis. Bagi
wanita mulai muncul tubuh yang berbeda dengan tubuh anak-anak. Dalam
hal kecepatan pertumbuhan, nampak jelas pada usia 12 sampai 14 tahun
remaja putri tumbuh begitu cepat dan meninggalkan pertumbuhan laki-laki.
Remaja putri maupun putra mengalami pertumbuhan yang mengarah
lebih memanjang daripada melebar. Pertumbuhan anggota badan yang tidak
seimbang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan badan dan keharmonisan
gerak. Perasaan remaja dengan pertumbuhan yang tidak seimbang itu
mengakibatkan kecemasan, seperti yang diungkapkan oleh Daradjat, dikutip
oleh Andi Mapiarre bahwa di antara hal yang kurang menyenangkan bagi
remaja adalah adanya beberapa bagian tubuh yang sangat cepat
pertumbuhannya, sehingga mendahului bagian yang lain seperti kaki, tangan,
hidung yang mengakibatkan kecemasan, kemudian mereka melihat tubuhnya
yang kurang bagus itu dengan berdiri di muka kaca untuk melihat apakah
pertumbuhannya itu wajar atau tidak.5 Hal ini senada dengan apa yang
diungkapkan oleh Ridho bahwa salah satu karakteristik manusia adalah suka
memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya.6
Menurut Mulyono, perkembangan fisik meliputi segi pertumbuhan
tinggi dan berat badan, untuk remaja pria sendiri dimulai sekitar umur 10,5
sampai 16 tahun sedangkan remaja putri dimulai umur 7,5 sampai 11,5 tahun
yang ditandai dengan adanya karakteristik kelamin primer dan sekunder.7
Karakteristik kelamin primer pada remaja pria adalah pengeluaran sperma,
menegangnya alat kelamin pada saat tertentu, sedangkan pada remaja putri
adalah loncatan sel telur (ovulasi) dan menstruasi (pengeluaran sel telur yang
tak dibuahi dengan lendir dan darah). Karakteristik kelamin sekunder pada
remaja pria adalah tubuh menjadi lebih jantan, suara menjadi besar dan
pecah, tumbuhnya bulu pada bagian-bagian tetentu, sedangkan pada remaja
putri mulai nampak bentuk kewanitaannya, seperti perkembangan buah dada
dan anggota-anggota badan lainnya.
2. Perkembangan Psikoseksual
Pengertian seks mencakup dua aspek yaitu seks dalam arti sempit dan
seks dalam arti luas. Pembahasan seks dalam pengertian sempit meliputi
hal-5 Ibid. him. 49.
6 Akram Ridha. 2006. M anajemen Pubertas Panduan Ampuh Orangtua Melejitkan Kepercayaan Diri Remaja. Bandung : Syaamil Cipta Media, him. 117.
24
hal yang bersifat biologis dan berbentuk jasmaniah, seperti masalah-masalah
hormon-hormon seksual, anatomi dan proses faal alat kelamin, proses
o kehamilan, pencegahan kehamilan, kelainan seksual dan penyakit kelamin .
Sedangkan seks dalam arti luas meliputi berbagai macam dimensi baik itu
fisiologis, kultural dan sosial. Dimensi fisiologis meliputi fungsi faal dan
organ seks termasuk di dalamnya menstruasi kehamilan. Dimensi kultural
meliputi perbedaan peran laki-laki dan perempuan, sedangkan dimensi sosial
meliputi perencanaan keluarga
Dalam perkembangan psikoseksual, Freud membagi ke dalam beberapa
fase yaitu8 9
a. fase oral
Fase ini merupakan alat pertama bagi anak untuk memperoleh dan
merasakan kenikmatan yang bersumber pada daerah mulut yang mana
ditimbukan adanya perasaan lapar. Kegiatan pada daerah mulut
menimbulkan kepuasan karena menghilangkan perasaan tidak enak yang
telah timbul yakni lapar
b. fase anal
Dalam fase ini kenikmatan dialami pada fungsi pembuangan.
Rangsangan pada daerah pembuangan ini berkaitan dengan kegiatan buang
air besar. Karena keduanya merupakan sumber kenikmatan secara libidin
8 Sarlito Wirawan Sarwono. 1981. Peran Orangtua Dalam Pendidikan Seks. Jakarta : CV Rajawali, him. 52.
c. fase laten
Fase inilah aktivitas seksuil dapat dikatakan tenang, terpendam,
tidak aktif. Tetapi dalam keadaan laten ini dimungkinkan juga suatu
pengolahan seksualitas dari dalam yang menimbulkan rasa mesra dalam
diri anak. Fase ini juga merupakan fase yang sebaik-baiknya bagi
perkembangan kecerdasan (masa sekolah, sosial dan moral).
d. fase genital.
Dalam fase genital ini, organ-organ genital menjadi sumber
kenikmatan sedangkan kecenderungan lain ditekan. Kematangan pada
sudut fisiologis, ditandai dengan mulai berfungsinya kelenjar-kelenjar
kelamin ketika memasuki masa remaja, mempengaruhi timbulnya daerah-
daerah erogen pada alat-alat kelamin sebagai sumber kenikmatan dan
kepuasan. Pada fase genital ini terjadi perkembangan pada arah cinta.
Kalau tadinya cinta searah, yakni berpusat pada diri sendiri, maka
sekarang cintanya bisa dua arah. Ini merupakan tanda berkembanganya
hubungan sosialnya.
Penjelasan perkembangan seksual remaja ditinjau dari segi biologis
secara rinci mencakup masalah perkembangan hormon-hormon seksualnya
dan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Menurut Zulkifli
tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki terjadi ketika alat
produksi spermanya mulai berproduksi, ia mengalami mimpi pertama
yang tanpa sadar mengeluarkan sperma, sedangkan pada anak perempuan
26
yang pertama (menarche).10 Ciri lain yang ada pada laki-laki adalah pada
lehernya menonjol buah jakun yang membuat suaranya menjadi pecah, di
atas bibir dan sekitarnya mulai tumbuh bulu-bulu rambut.11 Sedangkan
pada anak perempuan karena produksi hormon dalam tubuhnya,
dipermukaan wajahnya terjadi penimbunan lemak yang membuat buah
dadanya mulai tumbuh, pinggulnya mulai melebar dan pahanya mulai
membesar.12 13 Dalam tubuh manusia terdapat tiga kelenjar endokrin yang
berkaitan dengan seks. Kelenjar-kelenjar tersebut akan mempengaruhi
sistem kerja organ-organ tubuh dan berpengaruh pada seksualitasnya.
Salah satu dari kelenjar tersebut adalah kelenjar bawah otak yang akan
menghasilkan hormon pertumbuhan, hormon perangsang pada pria,
13 hormon pengendali pada wanita dan hormon air susu.
Kerja hormon pertumbuhan akan merangsang tulang-tulang panjang
untuk tumbuh mejadi besar dan lebih panjang, sehingga anak yang
bersangkutan akan lebih tinggi. Keija hormon pertumbuhan akan lebih
mencolok ketika anak mulai memasuki remaja dan akan mencapai puncak
maksimal pada usia kurang lebih 18 tahun.14
Hormon perangsang pada pria mempunyai tugas memberi
rangsangan pada testis untuk memproduksi hormon testoren dan androgen
serta sel-sel sperma.15 Hormon ini akan mulai memberi rangsangan pada
10 Zulkifli L. 2002. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosda Karya, him. 65 11 Ibid. him. 72
12 Ibid. him. 81
13 Sarlito Wirawan Sarwono. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo, him. 54 14 Ibid. him. 56
testis ketika anak mulai menginjak remaja. Hal ini akan menyebabkan
tumbuhnya ciri-ciri kelaki-lakian pada diri remaja, seperti kumis dan
jenggot, jakun, otot yang kuat, suara yang berat, bulu kemaluan dan ketiak.
Mulai bekerjanya hormon-hormon androgen dan testoren berarti pula
bahwa remaja telah siap dan mampu mambuahi sel telur dan mengadakan
pembiakan meskipun secara psikis remaja belum siap. Sedangkan hormon
pengendali pada wanita merangsang indung telur untuk memproduksi
ovum, hormon estrogen dan hormone progesterone,16 17
Sebenarnya sel telur dalam jumlah yang besar telah ada pada diri
anak, namun ovum tersebut akan dimatangkan satu-persatu dalam jangka
waktu tertentu dan mulai ketika anak memasuki usia remaja. Hormon
estrogen akan mempengaruhi timbulnya ciri-ciri kewanitaan pada seorang
gadis, (seperti: payudara membesar, pinggul membesar, suara halus) serta
mengatur haid.1'
Sebenarnya hormon-hormon pria dihasilkan pula dari dalam diri
wanita dan demikian juga sebaliknya, sehingga kadang-kadang dapat kita
jumpai pada diri wanita terdapat ciri-ciri kelaki-lakian (seperti tumbuh
kumis) atau pada anak laki-laki ditemukan ciri-ciri kewanitaan (seperti
suara dan kulitnya halus) akan tetapi pada umumnya salah satu hormon
akan lebih dominan (berpengaruh sesuai dengan jenis kelaminnya).
28
C. Perkembangan Seksual Remaja Ditinjau Dari Segi Psikologis
Seiring dengan pertumbuhan jasmani yang begitu cepat, seorang remaja
mau tidak mau akan merasa cemas dan gelisah. Karena pada masa remaja ini
mereka akan merasakan dan mengalami perubahan-perubahan pada dirinya,
baik itu perubahan fisik, emosi, dan sebagainya. Remaja dalam menghadapi
perubahan yang teijadi dalam dirinya tersebut akan sangat berpengaruh
terhadap kondisi kejiwaannya. Perubahan kejiwaan remaja antara lain adalah
kurang percaya diri (rendah diri, malu) dan remaja menjadi salah tingkah saat
menyukai wanita . Masa ini sering dianggap sebagai masa labil karena pada
masa tersebut ketidaksesuaian kematangan biologis dan kematangan sosial
remaja biasanya mudah sekali terpengaruh oleh lingkungannya.
Masa remaja secara tradisional dianggap sebagai periode "badai dan
tekanan", suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari
perubahan fisik dan kelenjar. Pertumbuhan pada masa remaja terus
berlangsung tetapi berjalan agak lambat. Pertumbuhan yang teijadi bersifat
melengkapi pola yang sudah terbentuk pada masa puber yang mempengaruhi
ketegangan emosi yaitu kondisi sosial yang mengelilingi remaja tersebut.
Adapun meningginya emosi adalah karena anak laki-laki dan perempuan
berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Sedangkan
selama masa anak-anak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi
keadaan-keadaan itu.18 19
18 Annas Machduri. Dkk. 2004. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Semarang : Bagian Proyek Peningkatan Kesehatan Reproduksi Remaja, him. 5.
Remaja tidak semua mengalami masa "badai dan tekanan", namun
sebagaian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu
sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan
harapan sosial yang baru. Misalnya, masalah yang berhubungan dengan
percintaan merupakan masalah yang pelik pada periode ini. Bila kisah cinta
beijalan lancar, remaja merasa bahagia, tetapi mereka merasa sedih apabila
percintaanya kurang lancar. Demikian pula menjelang berakhirnya masa
sekolah para remaja mulai merasakan kekhawatiran akan masa depan
mereka.20
Meskipun emosi remaja seringkah sangat kuat, tidak terkendali dan
irrasional, tetapi pada umumnya dari tahun ketahun teijadi perbaikan perilaku
emosional. Menurut Gessel dkk, remaja umur 14 tahun sering kali mudah
marah, mudah dirangsang dan emosinya cenderung "meledak", sulit
mengendalikan perasaannya. Sebaliknya, remaja 16 tahun dikatakan tidak
punya keprihatinan. Kondisi "badai dan tekanan" akan berkurang menjelang
berakhirnya awal masa remaja.21 22
Masa remaja merupakan puncak emosional, yaitu perkembangan emosi
yang tinggi. Adapun tahapan perkembangan emosi remaja itu meliputi:
1. Dalam diri remaja mulai timbul perasaan-perasaan dan dorongan-
dorongan baru yang belum pernah dialamiya. Seperti: rasa cinta, rindu dan
keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis.
20 Ibid. him. 213’ 21 Ibid. him. 214.
30
2. Remaja sudah mulai memperhatikan penampilan dirinya. Hal ini ditandai
dengan adanya perubahan j amani yang teijadi pada tubuhnya. Biasanya
hal tersebut menyebabkan rasa malu karena tidak serasinya pertumbuhan
dibagian tubuhnya. Selain itu timbul rasa takut apakah pertumbuhan yang
terjadi pada dirinya itu wajar atau tidak seperti apa yang diharapkan.23 24
3. Dengan adanya perubahan hormon seks dalam tubuh menyebabkan
perubahan pandangan remaja terhadap lawan jenisnya. Kondisi ini
memerlukan penyesuaian dalam diri remaja.
4. Remaja akan mencapai kematangan emosional apabila didukung oleh
lingkungan yang cukup kondusif, yang diwarnai oleh hubungan yang
harmonis, saling mempercayai, saling menghargai dan penuh tanggung
jawab.25 26
5. Kematangan emosi remaja akan dicapai dengan:
a. Adekuasi emosi yang meliputi rasa cinta kasih, simpati, altruis (suka
menolong orang lain), sikap hormat dan menghargai orang lain dan
ramah.
b. Bisa mengendalikan emosi yang ditandai dengan tidak mudah
tersinggung, tidak agresif, bersikap optimis dan dapat menghadapi
• 26
frusrtasi dengan wajar.
Remaja memiliki kondisi psikis yang berbeda dengan orang dewasa,
hal ini dikarenakan remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak
23 Zakiah Daradjat. 1995. Remaja: Harapan Dan Tantangan Remaja Jakarta : Rosda Karya, him. 33.
24 Ibid. him. 33
menuju dewasa. Pada masa ini remaja ingin dikatakan telah dewasa dan
telah merasa mampu mengurus dirinya sendiri akan tetapi dimata orang
dewasa remaja ini masih dianggap anak-anak yang belum dapat dimintai
pendapatnya, sehingga ada keingian pada diri remaja untuk dapat adanya
pengakuan dari orang dewasa kepada remaja, dan untuk mendapatkan
perhatian orang dewasa remaja sering melakukan hal-hal yang sensasional.
Masa pubertas yang dijalani remaja memberikan pengaruh terhadap emosi
dan kejiwaan remaja. Menurut Didik Hermawan, pada masa pubertas
remaja akan mengalami:27
1. suka menyendiri
Remaja akan lebih betah menyendiri, mengasingkan diri dari lingkungan
pada saat mempunyai masalah atau sikap menyendiri itu dapat diakibatkan
karena perasaan minder yang ada pada remaja.
2. bersikap tidak tenang
Perubahan yang cepat pada masa pubertas biasanya menyebabkan perilaku
salah tingkah dan cenderung terburu-buru, sehingga pada saat emosi remaja
sering meledak-ledak atau cepat marah
3. senang melamun
Masa pubertas sering kali dikatakan sebagai masa penciptaan berbagai
imajinasi yang berlebihan, keinginan seperti ini seringkah diekspresikan
dalam bentuk lamunan
32
4. kurang percaya diri
Rasa kurang percaya diri pada diri remaja ini terkadang disebabkan oleh hal
yang sepele yang kadang membuat remaja menjadi malu dan enggan
bersosialisasi
5. mulai naksir sama lawan jenis
Pada usia ini remaja akan mengalami perasaan aneh. Perasaan ini
dipicu oleh berfungsinya hormon-hormon seksual yang ada pada diri remaja.
Dalam karya ilmiah Ardiansyah yang berjudul Konsep Pendidikan
Seks untuk Remaja dalam Perspektif Islam, Hasyim mengatakan bahwa ketika
anak memasuki usia remaja, maka anak akan mengalami perubahan psikis
yaitu:28
1. Perasaaan seksual semakin merangsang, bergairah dan romantis, ingin
mencintai dan dicintai lawan jenisnya.
2. Kecuali memperhatikan orang lain lawan jenisnya, ia mulai memperhatikan
dirinya sendiri, mulai mementingkan dirinya sendiri
3. Terkadang cita-citanya menggelora penuh rona dan bayangan yang indah
dan ilusi khayal, ia suka memuja tokoh-tokoh tertentu dan ingin meniru
atas tingkah tokoh tersebut.
4. Ia mulai berfikir kritis, tetapi mulai tersinggung bila sedikit saja mendapat
celaan
5. Ia akan memaksakan kehendaknya dan bila merasa terhalangi, ia akan
menantang dan melawan terkadang ia menjadi putusasa
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa remaja usia SMP adalah masa
peralihan dari masa anak-anak ke dewasa (tahap remaja awal) sekitar usia
11/12 tahun sampai 14/15 tahun dimana mereka mengalami perubahan-
perubahan yang terjadi baik perubahan secara fisik, psikologis, maupun
perubahan secara intelektual. Pertumbuhan dan perkembangan seksual remaja
memiliki dampak terhadap kondisi psikologis remaja. Hal ini terlihat dengan
seiring pertumbuhan fisik remaja khususnya tanda-tanda seksual akan
mempengaruhi kondisi emosi dan kejiwaannya. Perkembangan psikis remaja
yang terkait dengan masalah seksual adalah remaja mulai tertarik dengan
lawan jenisnya, hal ini disebabkan perubahan pada masa anak beralih menjadi
remaja, ia mengalami perubahan seksual yang merangsang, bergairah dan
romantis, ingin dicintai dan mencintai. Adapun dorongan yang memicu
ketertarikan remaja pada lawan jenisnya adalah karena berfungsinya hormon-
BAB III
PENDIDIKAN SEKS
DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan seks terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan seks.
Pengertian pendidikan secara umum adalah ”suatu proses penyiapan generasi
muda untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara
efektif dan efisien".1
Menurut salah satu tokoh Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara
pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan
batin), pikiran (intelek) dan jasmani dengan alam sekitarnya.2 Sehingga
pendidikan menurut Ki Hajar adalah usaha untuk meningkatkan pengetahuan,
budi pekerti dan jasmani siswa agar selaras dengan alam sekitarnya.
Mohammad Natsir mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu
pimpinan jasmani dan rohani yang menuju kesempurnaan dan kelengkapan
arti kemanusiaan dengan arti sesungguhnya. Dalam rumusan lain yang tidak
jauh berbeda, Marimba mengartikan pendidikan sebagai bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.3
Dari beberapa definisi di atas maka arti pendidikan adalah usaha sadar
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan atau
1 Azyumardi Azra. 1998. Esei-Esei Itelektual M uslim Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, him. 3.
2 Ibid. him. 4.
3 Ahmad. D. Marimba. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : Al- Ma;rif, him. 19.
bagi peranannya di masa yang akan datang.4 Dengan potensi-potensi yang
dimilki siswa agar memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia serta memilki ketrampilan sebagai
bekal dalam kehidupan bermasyarakat.
Seks secara bahasa adalah jenis kelamin.5 Yakni manusia mempunyai
dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Pengertian seks kerap hanya
mengacu pada aktifitas biologis dengan alat kelamin. 6 Sedangkan pengertian
seks secara luas, jika dikaji dari buku-buku akan didapati definisi yang
berbeda-beda.
Seks ada yang mengartikan sebagai sebuah dorongan, sebagaimana
dikemukakan Marzuki bahwa seks adalah nafsu syahwat7 8 yakni suatu daya
kekuatan pendorong hidup manusia. Istilah lainnya insting atau naluri yang
dimiliki manusia.
Sejalan dengan Marzuki, Kartono juga mengartikan seks suatu energi
psikis yang ikut mendorong manusia untuk bertingkah laku, baik itu di dalam
relasi seksual maupun di dalam melakukan kegiatan-kegiatan non seksual.
Seks menurut Freud disebutnya sebagai libido sexualis {libido = gasang,
dukana, dorongan hidup, nafsu erotis)9
4 Himpunan Peraturan Tentang Pendidikan Tinggi di Indonesia. 2004. Jakarta : Bina Darma Pemuda, him. 3.
5 Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2001. Jakarta : Balai Pustaka. Jakarta, him. 104. 6 F.X. Rudy Gunawan. 1993. Filsafat Seks. Yogyakarta : Benteng Intervisi Utama, him.
8.
7 Marzuki Umar Sa’abah. 2001. Perilaku Seks Menyimpang dan Seksualitas Kontemporer Umat Islam. Jogjakarta : UII Press, him. 2
8 Karini Kartono. 1986. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas. Bandung : Mandar Maju, him. 225j
36
Boyke memberikan pengertian seks yang lebih luas. Pengertian seks
menurutnya mempunyai banyak dimensi, yaitu dimensi fisiologis (meliputi
fungsi faal dari organ-organ seks, termasuk proses teijadinya menstruasi,
kehamilan dan lain-lain), dimensi kultural (perbedaan antara peran laki-laki
dan perempuan) dan dimensi sosial (misalnya perencanaan keluarga, penyakit
kelamin dan lain-lain).10
Dari pengertian seks menurut Boyke di atas dapat dikemukakan bahwa
seks bukan hanya terkait dengan aspek biologis yang menyangkut genitilitas
dan organ seks sekunder lainnya saja, tapi juga menyangkut dimensi kultural
yang mempunyai implikasi perbedaan peran secara kultural pula dari adanya
perbedaan kelamin dan seks juga mengandung arti dimensi sosial yang terkait
dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Melihat banyaknya perbedaan tentang pendefinisian seks yang pada
dasarnya pendapat-pendapat itu sama benarnya, maka akan dikemukakan
pengertian seks yang lebih menjebatani perbedaan tersebut. Jadi pengertian
seks yang dimaksud sebenarnya bukanlah sekedar hanya sebuah dorongan
atau nafsu syahwat tapi juga meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
perubahan biologis dan psikologis sebagai akibat dari pertumbuhan dan
perkembangan manusia.
Setelah dua istilah tersebut digabungkan, maka akan membentuk suatu
pengertian yang mendalam, adapun pengertian pendidikan seks dapat dilihat
dari beberapa pendapat yang diungkapkan para tokoh sebagai berikut:
Pendidikan seks menurut Gawshi adalah untuk memberi pengetahuan
yang benar kepada anak dan menyiapkannya untuk beradaptasi secara baik
dengan sikap-sikap seksual di masa depan kehidupannya, dan pemberian
pengetahuan ini menyebabkan anak mamperoleh kecenderungan logis yang
benar terhadap masalah-masalah seksual dan reproduksi.11 Dalam rumusan
lain yang tidak jauh berbeda, Syamsyudin mendefinisikan pendidikan seks
sebagai usaha untuk membimbing seseorang agar dapat mengerti benar
tentang arti dan fungsi kehidupan seksnya, sehingga dapat mempergunakan
dengan baik selama hidupnya.12 Dari pengertian di atas terlihat bahwa titik
tekan dari implementasi pendidikan seks adalah kemampuan seseorang dalam
menggunakan kehidupan seksualnya secara baik dan benar. Disini perlu
dijelaskan mengenai penggunaan seksual yang bagaimana yang dapat
dikatakan secara baik dan benar itu? Istilah baik dan benar dalam ajaran Islam
adalah apabila penggunan seksualitas sesuai dengan ajaran dan syariat Islam
yang bertujuan mengatur dan memberi petunjuk kepada manusia dalam
melaksanakan fungsi kehidupan kelaminnya ke tujuan sebaik-baiknya dan
dengan cara yang benar.
Ulwan mengungkapkan bahwa pendidikan seks adalah upaya
pengajaran dan penerangan tentang masalah-masalah seks yang diberikan
kepada anak agar dia mengetahui masalah-masalah yang berkenaan dengan
seks, naluri dan perkawinan, sehingga anak telah dewasa dan telah dapat
memahami unsur-unsur kehidupan, ia telah mengetahui masalah-masalah yang
11 Yusuf Madani. 2003. Pendidikan Seks untuk Anak dalam Islam. Jakarta : Pustaka Zahra, him. 91.
38
dihalalkan dan diharamkan bahkan mampu menerapkan tingkah laku islami
sebagai akhlaq, kebiasaan dan tidak mengikuti syahwat maupun cara-cara
hedonistik.13
Berdasarkan pengertian-pengertian pendidikan seks yang dikemukakan
di atas terlihat bahwa yang dimaksud pendidikan seks berbeda dengan
informasi seks yang selama ini cenderung dianggap sebagai pendidikan seks
oleh masyarakat umum. Informasi dan pengajaran seks menekankan kepada
pemberian penerangan mengenai anatomi alat-alat kelamin, fungsi reproduksi,
metode kontrasepsi dan lain sebagainya. Sedangkan pada pendidikan seks
tidak hanya menekankan aspek seksual secara anatomi, biologis dan fisiologis,
tetapi seks dalam arti luas yang meliputi aspek psikologis, sosial dan religius.
Dari berbagai definisi tentang pendidikan seks di atas terutama oleh
Gawshi dan Ulwan dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
pendidikan seks adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk memberikan
bimbingan kepada peserta didik dalam memahami tanda-tanda seksual serta
dapat mempergunakan fungsi seksualnya secara bertanggung jawab dari segi
individu, sosial maupun agama.
13 Abdullah Nashih Ulwan. 1996. Pendidikan Seks (Pendidkan Anak M enurut Islam).
B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Seks dalam Pendidikan Agama Islam
1. Dasar Pendidikan Seks dalam Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam sebagai aktifitas yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan pembinaan kepribadian memerlukan landasan keija
untuk memberikan arah bagi programnya. Dengan adanya dasar pendidikan,
landasan pendidikan juga berfungsi sebagai sumber semua peraturan yang
akan diciptakan sebagai pegangan langkah pelaksanaan dan sebagai jalur
yang yang menentukan arah usaha tersebut. Adapun dasar pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam adalah Al-Quran Al-Hadis.14
Adapun dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam yang utama
adalah Al Quran dan Al Hadis. Dalam Al Quran surat Asyura dijelaskan
bahwa Al-Quran menjadi pedoman bagi ummat Islam sebagai petunjuk
dalam segala tingkah lakunya
( vLbl} lio llp ^ ^
di
Artinya: Dan demikian kami wahyukan kepadamu bahwa Al-Quran
dengan perintah Kami, sebelumnya kamu tidak mengetahui apakah iman
itu. Tetapi kami menjadikan Al-Quran itu cahaya yang kami beri petunjuk
dengan siapa yang kami kehendaki diantara hamba-hamba Kami dan
40
sesungguhnya kamu benar-benar menjadi petunjuk kepada jalan yang
benar (Q.S. Asyuro': 52)]5
Demikian juga dengan hadis Nabi "Sesungguhnya orang mukmin
yang dicintai oleh Allah adalah orang yang senantiasa tegak taat
kepadaNya dan memberikan nasehat kepada hambaNya, sempurna akal
jikirannya serta menasehati pula akan dirinya sendiri, maka beruntung
memperoleh kemenanga ia ".15 16
Dari ayat dan hadist di atas dapat diambil titik relevansinya sebagai
dasar Pendidikan Agama Islam, mengingat:
a. Al-Quran diturunkan kepada ummat manusia untuk memberi petunjuk ke
arah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk
ke arah yang diridloi oleh Allah SWT
b. Menurut hadits di atas bahwa diantara sifat orang mukmin adalah saling
menasehati, mengamalkan ajaran Alloh yang dapat diformulasikan dalam
bentuk pendidikan agama
c. Al-Quran dan hadits tersebut menerangkan bahwa Nabi adalah sebagai
petunjuk jalan yang lurus, sehingga Nabi menyerukan kepada ummatnya
agar saling memberi petunjuk memberi bimbingan dan penyuluhan yang
islami.
Ijtihad menurut Daud Ali yaitu mempergunakan segala kesanggupan
(memeras pikiran) untuk mengeluarkan hukum dari Al-Quran dan As-Sunah.17
15 Departemen Agama RI. 1989. Al-Quran dan Terjemahnya ju z 1-30. semarang : PT Toha Putra, him. 791.
16 ibid. him. 24