• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peralatan yang digunakan untuk mengambil sampel yaitu timba, jaring dan aerator. Peralatan yang digunakan untuk proses identifikasi jamur yaitu Laminary flow, refrigerator, sectio kit, nampan, cover glass, object glass, mikroskop, bunsen, jarum ose, dan cawan petri

4.2.2 Bahan penelitian

Bahan yang diperlukan untuk proses identifikasi jamur adalah ikan gurami sebanyak 10 ekor dengan panjang 30-35 cm, berat 500-750 g, dan berumur 15-17 bulan yang diperoleh dari 5 pasar modern di Surabaya. Amos (1985) menyatakan bahwa jumlah sampel yang diambil bila populasi 50–100 ekor adalah 2 ekor sampel. Media isolasi jamur adalah agar Sabouraud Dextrose Agar (SDA), Penicillin, Lactophenol cotton blue, dan akuades steril.

4.3 Metode Penelitian

4.3.1 Rancangan penelitian

Penelitian ini akan dilakukan menggunakan metode survei melalui pengambilan data di lokasi secara langsung. Lokasi pengambilan sampel ikan ditentukan dengan cara sengaja atau dengan metode purposive sampling (Khairyah, 2012). Wilayah pengambilan sampel dilakukan pada lima wilayah surabaya yang sudah tetapkan, yaitu wilayah ‘A’ sebagai Surabaya Tengah, wilayah ‘B’ sebagai Surabaya Utara, Wilayah ‘C’ sebagai Surabaya Timur, wilayah ‘D’ sebagai Surabaya Selatan, dan wilayah ‘E’ sebagai Surabaya Barat.

Metode pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling) terhadap pasar modern yang terdapat di masing-masing wilayah Surabaya. Sampel dari wilayah Surabaya Tengah diambil dari Carrefour Kapasan diberi kode ‘Th’. Sampel dari wilayah Surabaya Utara diambil dari Giant Rajawali diberi kode ‘Ua’. Sampel dari wilayah Surabaya Timur diambil dari Superindo Mulyosari diberi kode ‘Tr’. Sampel dari wilayah Surabaya Selatan diambil dari Giant Ahmad Yani diberi kode ‘Sn’. Sampel dari wilayah Surabaya Barat diambil dari Hypermarket Pakuwon diberi kode ‘Bt’. Masing-masing pasar modern diambil dua ekor ikan gurami sebagai sampel yang akan diperiksa. Amos (1985) menyatakan bahwa jumlah sampel yang diambil bila populasi 50–100 ekor adalah 2 ekor sampel. Sehingga total sampel ikan yang akan diperiksa adalah 10 ekor ikan gurami. Setiap ikan akan diperiksa sisik, sirip dan insangnya. Fadaeifard et. al. (2011) menyatakan bahwa jamur biasa terdapat pada permukaan tubuh, sirip dan insang.

4.3.2 Pengambilan Sampel 4.3.2.1 Prosedur penelitian

Sterilisasi merupakan cara yang digunakan untuk membebaskan peralatan dari semua jenis mikroba yang dapat menghambat potensi isolasi dan identifikasi. Peralatan yang dilakukan proses sterilisasi adalah Laminary flow, refrigerator, sectio kit, nampan, cover glass, object glass, mikroskop, bunsen, jarum ose, dan cawan petri. Tahap awal dari proses ini adalah dengan melakukan pencucian peralatan. Setelah cawan petri, pipet tetes di cuci, langkah selanjutnya adalah pengeringan.

Tujuan dilakukan tahap pengeringan adalah untuk menghilangkan kadar air. Tahap selanjutnya membungkus peralatan tersebut dengan kertas agar air tidak dapat masuk melalui celah disisi kertas. Cawan petri yang telah dibungkus dapat langsung dimasukkan kedalam autoclave dengan suhu 121°C dan tekanan satu atm selama 15 menit. Apabila proses sterilisasi telah selesai selanjutnya disimpan dalam lemari. Autoclave digunakan untuk mensterilisasi peralatan yang berukuran kecil seperti object glass, cawan petri.

4.3.2.2 Pembuatan Media

Media untuk isolasi dan identifikasi jamur yaitu Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Komposisi media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) adalah adalah pepton 10 g, glukosa 40 g, agar 14 g, dan akuades 1000 ml. Cara pembuatan media SDA dimulai dengan menimbang bahan baku kemudian dihomogenkan di dalam erlenmeyer dan dipanaskan sampai mendidih serta berwarna kuning transparan dengan menggunakan hot plate stirer. Erlenmeyer yang telah dipanaskan ditutup dengan alumunium foil secara rapat. Lalu bahan di autoclave selama 15 menit pada

suhu 121°C, kemudian bahan dibiarkan hingga suhu menjadi 25-30°C lalu ditambahkan Penicillin 0,1 g dan dituangkan ke dalam petri disk sebanyak 20 ml/petri. Bahan didiamkan sampai membeku, lalu disimpan dalam lemari es (Balai Karantina Ikan, 2013).

4.3.2.3 Lactophenol Cotton Blue

Komposisi Lactophenol Cotton Blue terdiri dari konsentrat phenol 20 ml, lactic acid 20 ml, glycerol 40 ml, cotton blue (Aniline blue) 0,05 gram, distilled water 20 ml. Cara pembuatan dimulai dengan melarutkan konsentrat phenol dalam lactic acid dan diaduk sampai homogen. Kemudian dicampurkan glycerol lalu dimasukkan cotton blue kemudiandiaduk sampai homogen.

4.3.2.4 Isolasi jamur pada ikan gurami

Jamur yang terdapat pada ikan gurami bila dilihat secara makroskopis terdapat benda seperti kapas yang terdapat pada bagian sirip maupun kulit ikan (Saparinto, 2008). Jamur tersebut diisolasi menggunakan jarum ose kemudian ditanam pada media SDA. Media tersebut diinkubasi pada suhu 25 oC selama 2-7 hari dan selanjutnya diidentifikasi di laboratorium (Gandjar dkk., 2006).

Sampel yang ditumbuhkan pada media SDA merupakan campuran dari berbagai macam isolat jamur dan tidak jarang terkontaminasi bakteri sehingga perlu dimurnikan. Proses pemurnian dimulai dengan mengambil satu jenis koloni menggunakan ose pada media SDA lama yang memiliki tekstur sejenis, kemudian diisolasi pada media SDA baru dan diinkubasi pada suhu 25 oC selama 2-7 hari untuk mendapat isolat murni (Khairyah, 2012).

4.3.2.5 Pemeriksaan sampel dan identifikasi jamur

Jamur yang sudah dimurnikan siap untuk dilakukan identifikasi. Teknik identifikasi yang digunakan untuk mengamati isolat jamur adalah metode slide culture. Dimulai dengan menempatkan besi bengkok berbentuk U pada cawan Petri. Object glass dapat diletakkan diatas besi. Beri blok agar berukuran 1x1 cm di atas object glass lalu ditutup cover glass. Untuk menjaga kelembaban, ditambahkan sedikit air pada cawan petri. Tutup cawan petri dan simpan untuk diinkubasi dengan suhu 25 oC selama 3-7 hari. Untuk mengamati bagian jamur, mengambil object glass bersih lalu ditambahkan lactophenol cotton blue satu tetes dan ditutup dengan cover glass yang telah ditumbuhi jamur, selanjutnya dapat langsung diamati pada mikroskop elektron (Summerbell, 1996).

Identifikasi jamur dengan teknik identifikasi konvensional meliputi dua tahap yaitu pengamatan jamur secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan secara makroskopis meliputi bentuk koloni dan warna koloni sedangkan pengamatan secara mikroskopis meliputi bentuk hifa, bentuk spora, letak spora dan identifikasi dilakukan menurut prosedur identifikasi Summerbell (1996). Jamur yang telah diidentifikasi kemudian dapat ditentukan prosentase prevalensinya.

4.3.3 Parameter penelitian 4.3.3.1 Parameter utama

Parameter utama yang diamati dalam penelitian ini adalah jenis jamur dan prevalensi jamur. Prevalensi jamur dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Prevalensi = N x 100% n Keterangan:

N : Jumlah sampel ikan (inang) yang terinfeksi jamur (ekor) n : Jumlah sampel ikan (inang) yang diamati (ekor)

4.3.3.1 Parameter penunjang

Parameter penunjang yang akan diamati diantaranya DO, pH, dan suhu. 4.3.4 Analisis data

Hasil dari perhitungan prevalensi jamur yang ditemukan pada ikan gurami dari pasar modern Surabaya dianalisis menggunakan metode deskriptif. Data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk gambar dan tabel.

Gambar 4.1 Diagram alir penelitian Sterilisasi alat

Pengambilan sirip, sisik, dan insang untuk

diinkubasi

Isolasi jamur pada media Saboroud Dextrose Agar (SDA)

Inkubasi sampel jamur 2-7 hari

Pewarnaan sampel jamur dengan Lactophenol cotton blue Identifikasi dibawah mikroskop Menghitung prevalensi jamur Analisa data Kesimpulan

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Dokumen terkait