• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Materi Shalat Fardhu dan Sujud Sahwi

a. Pengertian Shalat Fardhu

Shalat dalam pengertian bahasa arab adalah “doa memohon kebajikan dan pujian”. Sebelum Islam, orang arab memakai kata shalat dengan arti demikian (Aly dan Hidayat, 1993:34).

Adapun pengertian shalat secara syar‟i, sebagaimana banyak dirumuskan para fuqaha (ahli fiqih) ialah :”beberapa ucapan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dalam rangka beribadah kepada Allah

menurut syarat-syarat yang ditentukan. Ahli haqiqah memberikan

pengertian shalat dengan pengertian yang hakiki yaitu :”berharap hati (jiwa) kepada Allah yang mendatangkan rasa takut kepada Allah, serta menumbuhkan di dalamnya jiwa rasa keagungan kebesaran-Nya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya (Aly dan Hidayat, 1993:35).

Jadi dapat diartikan Shalat Fardhu adalah shalat yang menjadi kewajiban bagi setiap orang muslim yang harus

dilakukannya baik sendiri maupun berjama‟ah. Shalat Fardhu terdiri dari 5 waktu, yaitu Subuh, Dhuhur, Asar, Maghrib dan Isya‟.

b. Syarat-Syarat Shalat

Syarat-syarat yang mendahului shalat dan wajib dipenuhi oleh orang yang hendak mengerjakannya, dengan ketentuan bila ketinggalan salah satu diantaranya, maka shalatnya batal, diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Mengetahui tentang masuknya waktu shalat.

2) Suci dari hadas kecil dan hadas besar.

3) Suci badan, pakaian dan tempat shalat dari najis yang

kelihatan, bila itu mungkin.

4) Menutup aurat

Batas aurat bagi laki-laki sewaktu shalat yaitu kemaluan dan pinggul. Mengenai yang lain, yakni paha, pusat dan lutut masih terdapat pertikaian disebabkan bertentangannya hadis-hadis tentang hal itu (Sabiq, 1983: 223).

Dalam kitab Safinatun Najah disebutkan bahwa aurat

seorang laki-laki ketika shalat adalah menutupi anggota badan antara lutut dengan pusat. Sedangkan batas aurat bagi perempuan yaitu wajib menutup seluruh tubuh kecuali muka dan 2 telapak tangan.

c. Rukun-Rukun Shalat

Shalat mempunyai rukun, dan apabila ketinggalan salah

satu diantaranya, maka shalat dianggap tidak sah menurut syara‟.

Rukun shalat yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Niat , yaitu seseorang berniat melakukan shalat karena Allah

2) Takbiratul ihram

3) Berdiri pada shalat fardhu

Orang yang tak kuassa berdiri pada shalat fardhu, hendaklah ia shalat menurut kemampuannya. Dan Allah tidaklah akan membebani diri kecuali sekedar kemampuannya, dan orang itu akan tetap memperoleh ganjaran penuh tanpa kurang sedikitpun (Sabiq, 1983: 241).

4) Membaca Al-Fatihah

Membaca Al-Fatihah dilakukan pada setiap rakaat ketika melakukan shalat.

5) Ruku‟

Ruku‟ dilakukan dengan cara membungkukkan tubuh, di mana kedua tangan mencapai kedua lutut (Sabiq, 1983: 246).

6) Bangkit dari ruku‟ dan berdiri lurus (i‟tidal) dengan tuma‟ninah. Tuma‟ninah dalam shalat adalah ketenangan sementara waktu setelah stabil atau mantapnya kedudukan anggota, yang jangka waktunya oleh ulama ditaksir

sekurangnya seperti membaca satu kali tasbih (Sabiq, 1983: 248).

7) Sujud

Anggota sujud yaitu : muka, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua telapak kaki.

8) Duduk yang akhir sambil membaca tasyahud

9) Memberi salam

Salam yang diwajibkan adalah salam yang pertama, yaitu salam dan menoleh kesebelah kanan, sedangkan salam yang kedua merupakan sunnah (Sabiq, 1983: 253).

d. Sunah-Sunah Dalam Shalat 1) Sunah perkataan

- Doa iftitah, secara mutlak hukumnya sunnah muakkad

- Membaca ta‟awudz, hukumnya juga sunnah muakkad - Mengucapkan “Amin” yaitu ucapan amin para makmum

setelah membaca fatihah

- Membaca surat setelah fatihah

- Membaca takbir perpindahan gerakan dan mnegucapkan

“sami‟allahu liman hamidah” ketika bangun bangun dari rukuk dan membaca doa i‟tidal.

- Membaca doa rukuk

- Membaca doa tasyahud pertama dan duduk tasyahud, menurut jumhur hukumnya sunnah

- Membaca qunut dalam shalat subuh atau shalat selainnya

serta dalam shalat witir (At-Thahir, 2008 :67) 2) Sunah-sunah perbuatan

- Membuat penghalang di depannya ketika shalat

- Mengangkat tangan ketika takbiratul ihram, rukuk dan

berdiri dari rukuk, serta berdiri dari duduk tasyahud pertama.

- Meletakkan tangan kanan di atas tangan yang kiri di atas

dada

- Meluruskan punggung ketika rukuk da tidak mengangkat

kepala atau mendudukkannya seperti keledai

- Meletakkan kedua tangan sebelum kedua lutut turun untuk

sujud

- Duduk iftirasy ketika duduk diantara dua sujud dan

memanjangkan duduk, serta duduk tawarruk dalam tasyahud akhir

- Duduk istirahat (sejenak) ketika hendak berdiri untuk

rakaat kedua atau keempat

- Berisyarat dengan menunjukkan jari telunjuk tangan kanan

dalam tasyahud

2. Sujud Sahwi

a. Pengertian Sujud Sahwi

Sujud sahwi merupakan sujud yang dilakukan ketika seseorang sedang melakukan shalat. Sujud sahwi dilakukan dengan dua kali sujud sebelum salam atau sesudah salam, kedua cara ini memang diajarkan oleh Rasulullah.

Rasulullah Bersabda : اَذِا ىَلَع ِيْبَيْلاَو َّكَّشلا ِحَرْطَيْلاَف اًعَبْرَأ ْمَأ اًث َلاَث ىَّلَص ْنَك ِر ْدَي ْنَلَف َِِت َلاَص ىِف ْنُك ُدَحَأ َّكَش ْىِإَو ََُت َلاَص ََُل َيْعَفَش اًسْوَخ ىَّلَص َىاَك ْىِإَف َنِّلَسُي ْىَأ َلْبَق ِيْيَت َدْجَس ُدُجْسَي َّنُث َيَقْيَتْسا اَه َك َىا ِى اَطْيَّشلِل اًوْيِغْرَت اَتًَ اَك ٍعَبْرَ ِلِ اًهاَوْتِإ ىَّلَص “jika salah satu dari kalian ragu dalam shalatnya, sehingga ia tidak tahu sudah berapa rakaat ia shalat ; apakah tiga atau empat, hendaklah ia membuang keraguaannya dan teguh dengan apa yang diyakininya, kemudian bersujud dengan dua kali sujud sebelum salam. Karena jika ia telah shalat lima rakaat, maka rakaat-rakaat itu menjadi penggenap shalatnya. Namun jika ia shalat dengan sempurna empat rakaat, maka sujud tersebut menjadi penghinaan bagi setan” (At-Thahir, 2008 : 113).

b. Cara Melakukan Sujud Sahwi

Rasulullah SAW. pernah kelupaan dalam shalatnya, maka beliau bersujud dengan dua sujud. Disebagian kelupaan nya, beliau sujud sebelum salam dan sesudah salam, berikut adalah cara melakukan sujud sahwi seperti yang telah dilakukan oleh Rasulullah:

1) Rasulullah SAW.pernah meninggalkan tasyahud awwal pada shalat dhuhur, maka beliau bersujud di akhir tasyahhud kedua sebelum salam dengan bertakbir pada tiap-tiap sujud.

2) Rasulullah SAW. pernah bersalam di salah satu shalat dhuhur

atau shalat ashar sebelum sempurna shalatnya (diraka‟at yang kedua). Sesudah berkata-kata, beliau bangun menyempurnakan shalat itu, kemudian beliau bersujud dua kali sesudah salam dengan bertakbir

3) Rasulullah SAW. pernah bersalam sebelum sempurna shalat

satu raka‟at lagi. Setelah diingatkan oleh orang yang berada di sampingnya, maka beliau masuk lagi ke dalam masjid. Setelah Bilal beriqamat, lalu beliau bershalat satu raka‟at lagi. Dan sesudah salam, beliau bersujud.

4) Rasulullah SAW pernah bershalat duhur lima raka‟at, maka

beliau bersujud sesudah salam.

5) Rasulullah SAW pernah bershalat ashar tiga raka‟at. Sesudah beliau masuk ke rumahnya, beliau diingatkan. Maka beliau pun keluar lagi ke masjid mengerjakan satu raka‟at lagi, kemudian beliau bersujud setelah salam.

Untuk itu, apabila kita meninggalkan sesuatu yang

seharusnya tidak ditinggalkan di dalam shalat, hendaknya kita melakukan dua sujud yaitu sujud sahwi untuk menutupi

kekurangan (kelupaan) tersebut dengan membaca bacaan sujud sahwi sebagai berikut :

اْىُهْسَي َلََو ُم اٌََي َلَ ْيَه َىاَحْبُس “Maha suci Allah yang tidak pernah tidur dan lupa”.

(Asy Shiddieqy, 1989: 380).

Dokumen terkait