3. RANCANGAN TES
3.4 Kisi-Kisi (Terlampir)
SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS/MADRASAH ALIYAH TAHUN 2009
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jumlah soal : 3
Bentuk soal : Dikte Bentuk penilaian : Tulis
No. INDIKATOR SOAL KUNCI
1. Siswa dapat menulis kembali baris puisi yang diberi
tekanan/diulang dalam penggalan puisi yang telah didengar melalui rekaman.
1. Tulislah kembali baris puisi yang dibacakan/didengarkan sebanyak tiga kali melalui rekaman berikut ini
Menyesal Karya : Ali Hasjmi
Pagiku hilang sudah melayang Hari mudaku sudah pergi ... ...
Aku lalai di hari pagi
... Kini hidup meracun hati,
... 1. Baris 1: Sekarang petang datang membayang Batang usiaku sudah tinggi Baris 2 :
Beta lengah di masa muda
Miskin ilmu, miskin harta Baris 3 : Menyesal tua tiada berguna
Baris 4 :
Kepada yang muda kuharapkan,
Akh, apa guna kusesalkan ... Hanya menambah luka sukma
... Atur barisan di hari pagi
...
(Baru, 1954)
Menuju ke arah padang bakti!
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jumlah soal : 4
Bentuk soal : Dikte Bentuk penilaian : Tulis
No. INDIKATOR SOAL KUNCI
2. Siswa dapat menulis kembali bait puisi yang diberi tekanan/diulang puisi yang telah didengar melalui rekaman.
2. Tulislah kembali penggalan bait puisi yang
sibacakan/didengarkan sebanyak tiga kali melalui rekaman berikut ini Sepisaupi Karya : Sutardji Sepisaupi Karya : Sutardji Calzoum
Calzoum Bachri
sepisau luka sepisau duri
sepikul dosa sepukau sepi
sepisau duka serisau diri
sepisau sepi sepisau nyanyi
sepisaupa sepisaupi sepisapunya sepikan sepi
sepisaupa sepisaupi sepikul diri keranjang duri
(O, Amuk, Kapak, 1976) Bachri sepisau luka sepisaui duri sepikul dosa sepukau sepi sepisau duka serisau diri sepisau sepi sepisau nyanyi
SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS/MADRASAH ALIYAH TAHUN 2009
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jumlah soal : 4
Bentuk soal : Uraian Bentuk penilaian : Tulis
No. INDIKATOR SOAL KUNCI
3. Siswa dapat
menentukan tema dan pesan puisi yang telah direkam
3. Tulislah tema dan pesan puisi yang telah direkam berikut ini:
Diponegoro Karya : Chairil Anwar
Di masa pembangunan ini Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali Pedang di kanan, keris di kiri
Berselubung semangat yang tak bisa mati Maju
Ini barisan tak
bergenderang –berpalu Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti Sudah itu mati Maju
Serbu Serang Terjang
(Kerikil Tajam, 1978)
Tema puisi di atas adalah patriotisme. Pesan puisi berjudul Diponegoro adalah bahwa Diponegoro seorang patriot bangsa yang pantas diteladani oleh bangsa Indonesia. Pasukan Diponegoro memancarkan kekuatan, mengandalkan semangat kesetiakawanan, dan saling mempercayai. Dan pada akhirnya disadari bahwa jika hidup ini sudah diberi arti, maka kematian akan diterima dengan
lapang dada.
SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS/MADRASAH ALIYAH TAHUN 2009
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jumlah soal : 4
Bentuk soal : Uraian Bentuk penilaian : Tulis
No. INDIKATOR SOAL KUNCI 4. Siswa dapat mengartikan dengan menulis kata-kata, frase berkonotasi dan makna lambang pada puisi yang direkam.
4. Artikanlah bait-bait puisi pada kata-kata, frase berkonotasi dan makna lambang pada puisi yang direkam.
Padamu Jua Karya : Amir Hamzah
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang Pulang kembali aku pada-Mu Seperti dahulu
Engkaulah kandil kemerlap Pelita jendela di malam gelap Melambai pulang perlahan Sabar, setia selalu
Satu kekasihku Aku manusia Rindu rasa Rindu rupa Di mana Engkau Rupa tiada Suara sayup
Hanya kata merangkai hati Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu Bertukar tangkap dengan lepas Nanar aku, gila sasar
Sayang berulang pada jua Engkau pelik menarik ingin Serupa dara di balik tirai Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri Lalu waktu-bukan giliranku Mati hari-bukan kawanku
Pada bait I dinyatakan bahwa cintanya telah habis dan hilang terbang. Namun, walau ia telah berpisah dengan kekasihnya itu, hatinya selalu kembali padanya
pulang kembali aku pada-Mu / seperti dahulu
Bait II menunjukkan bahwa kekasihnya itu sangat berharga, bagaikan lampu kecil di malam gelap
(kandil kemerlap / pelita jendela di malam gelap). Meski sudah berpisah, kekasihnya selalu memanggil-manggil dengan sabar dan setia (melambai pulang perlahan / sabar / setia selalu).
Bait III Penyair merasa bahwa dirinya hanyalah manusia biasa. Ia tidak kuat
jika hanya membayangkan bahwa kekasihnya dalam angan-angan. Ia ingin berjumpa dengan kekasihnya, menatap wajahnya, dan bersalaman dengannya (aku manusia / rindu rasa / rindu rupa).
Pada bait ke IV penyair mulai
(Nyanyi Sunyi, 1937) penasaran karena tidak pernah bertemu dengan kekasihnya. Ia mempertanyakan keadaan itu (Di mana Engkau / rupa tiada / suara
sayup). Penyair
hanya bisa
mendengar suara kekasihnya secara sayup-sayup. Hal ini lebih menyedihkan hatinya (Hanya kata merangkai hati). Pada Bait V Penyair sangat penasaran. Ia menyatakan kekasihnya
cemburu dan ganas karena dianggap karena hanya mempermainkannya secara kejam
(mangsa aku dalam cakarmu) dan tidak berbelas kasihan
(bertukar tangkap
dengan lepas).
Kata tangkap berarti
wajah dan
bayangan kekasih si aku lirik dapat dibayangkan secara jelas atau nyata. Kata bisa diartikan
saat wajah
kekasihnya tidak dapat dibayangkan atau hilang dari bayangannya. Pada Bait VI Penyair merasa patah arang, bingung dan penasaran (nanar,
gila, sasar) tetapi cintanya selalu kembali kepada sang kekasih (sayang berulang padamu jua). Kekasihnya itu mempunyai
kekuatan gaib yang memikat dirinya
(pelik penarik ingin).
Bab VII Penyair pasrah terhadap keadaan berjauhan dengan kekasihnya. Ia harus menerima cinta dalam kesepian dan kesendirian, serta tidak mempunyai waktu untuk berjumpa dengannya (kasihmu sunyi / menunggu seorang diri). Yang dimaksud “kekasih” di sini dapat berarti kekasih dalam arti sesungguhnya, namun dapat juga mengacu kepada Tuhan yang sangat dirindukan penyair.