• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengembangan tes menyimak dengan ancangan integratif ila nafilah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pengembangan tes menyimak dengan ancangan integratif ila nafilah"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN TES MENYIMAK DENGAN

ANCANGAN INTEGRATIF

Oleh :

ILA NAFILAH,

S.S., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA dan SASTRA

INDONESIA

FAKULTAS BAHASA dan SENI

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2013

KATA PENGANTAR

(2)

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan segenap umatnya hingga akhir zaman.

Penelitian ini berisi tentang pengembangan tes menyimak dengan ancangan integratif, khususnya dalam menulis puisi siswa kelas V SD.

Penelitian ini bertujuan agar mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia, khususnya yang sedang mengambil mata kuliah pragmatik mengetahui apa itu hakekat menyimak, hakekat tes, hakekat ancangan integratif, hakekat keterampilan menulis, hakekat pemelajaran menulis, hakekat apresiasi sastra, dan hakekat puisi. Penelitian ini juga bermanfaat bagi para dosen dan peneliti lainnya yang akan meneliti bentuk tes-tes lainnya dalam bahasa Indonesia.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan di dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti berharap masukan dan kritik baik dari mahasiswa maupun rekan-rekan sesama dosen demi kesempurnaan penelitian ini.

Akhir kata, peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pemelajaran yang akan datang, khususnya mengenai analisis kesalahan berbahasa.

Jakarta, Maret 2012

(3)

Peneliti

ILA NAFILAH, S.S., M.Pd

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

1. LATAR BELAKANG 1.1 Alasan Memilih Judul ... 1

1.2 Pentingnya Menyimak dalam Penguasaan Bahasa ... 4

1.3 Mengapa Integratif ... 5

1.4 Apa Cakupan Kemampuan yang diukur ... 6

2. KAJIAN TEORI 2.1 Hakekat Pendekatan Integratif ... 9

2.2 Hakekat Tes Menyimak ... 10

2.3 Materi Tes Menyimak ... 11

2.4 Bentuk Tes ... 11

2.4.1. Karakteristik Bentuk Tes ... 12

(4)

2.4.2. Prinsip Penyusunan Bentuk Tes ... 16

3. RANCANGAN TES 3.1 Rumusan Tujuan ... 25

3.2 Bentuk Tes yang Dipilih ... 25

3.3 Materi Tes ... 26

3.4 Kisi-Kisi (Terlampir) ... 26

3.5 Komponen Tes ... 34

4. Wujud TES 4.1 Identifikasi Tes ... 35

4.2 Petunjuk Tes ... 35

4.3 Soal ... 36

4.4 Lembar Jawaban ... 39

4.5 Cara Penilaian ... 39

4.6 Kunci Jawaban ... 40

5. REKOMENDASI ... 43

(5)
(6)

1.1

Latar Belakang Masalah

Pengajaran bahasa merupakan bagian dari penyelenggaraan pendidikan yang pelaksanaannya meliputi berbagai bagian dan tahapan. Penyelenggaraan pengajarannya pun tidak sebatas pada interaksi belajar-mengajar antara siswa dan guru di ruang kelas, tetapi juga meliputi pemilihan bahan ajar yang sesuai dengan tujuan, metode dan teknik pengajaran serta latihan yang sesuai dengan apa yang diajarkan.

Penyelenggaraan pengajaran pada akhirnya memerlukan berbagai macam tes yang digunakan guru untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan siswa dalam suatu bidang ajaran tertentu. Dari hasil tes itu dapat diperoleh informasi dan sekaligus sebagai umpan balik tentang hal-hal lain, seperti ketepatan identifikasi dan rumusan tujuan pengajaran, kesesuaian jenis dan cakupan bahan ajar, kesesuaian metode dan kemampuan mengajar guru, kesesuaian penyediaan waktu, dan sebagainya. berbagai kajian yang harus dipenuhi serta tujuan yang harus dicapai. Dalam pengajaran bahasa, tes semacam itu dikenal sebagai tes bahasa yang sasaran pokoknya adalah tingkat kemampuan berbahasa.

(7)

Semua itu merupakan sasaran tes bahasa, yang merupakan bagian dari kajian kebahasaan.

Sebagai bagian dari kajian kebahasaan, tes bahasa dapat saja disebut tes kebahasaan. Karena sasaran pokoknya adalah kemampuan berbahasa, bukan pengetahuan tentang bahasa, tes bahasa dapat juga meliputi tes kompetensi berbahasa, dan tes keterampilan berbahasa. Meskipun demikian, dalam praktek sehari-hari, istilah yang lazim digunakan adalah tes bahasa, yang dapat menunjuk pada kemampuan berbahasa yang bersifat umum, atau kompetensi berbahasa dan keterampilan berbahasa yang merupakan rinciannya. Semua itu dicakup dalam istilah tes bahasa.

Kemampuan berbahasa secara konvensional dianggap meliputi empat jenis kemampuan. Ke-4 jenis kemampuan berbahasa itu adalah 1. Kemampuan menyimak, untuk memahami bahasa yang digunakan secara lisan, 2. Kemampuan membaca, untuk memahami bahasa yang diungkapkan secara tertulis, 3. Kemampuan berbicara, untuk mengungkapkan diri secara lisan, 4. Kemampuan menulis, untuk mengungkapkan diri secara tertulis. Dengan demikian, tes bahasa yang sasaran umumnya adalah kemampuan berbahasa, rincian sasarannya meliputi kemampuan menyimak, kemampuan membaca, kemampuan berbicara, dan kemampuan menulis. Sejalan dengan rincian sasaran itu, tes bahasa pun dapat dirinci ke dalam tes menyimak, tes membaca, tes berbicara, dan tes menulis.1

(8)

atas komponen-komponen bahasa dianggap merupakan bagian dari kemampuan berbahasa. Oleh karena itu, tes bahasa yang sasarannya adalah kemampuan berbahasa, meliputi pula tes bunyi bahasa, tes kosakata, tes tatabahasa. Dengan demikian cakupan tes bahasa secara keseluruhan meliputi dua kelompok sasaran. Kelompok sasaran pertama adalah 1) kemampuan berbahasa, yang terdiri dari a) kemampuan menyimak, b) kemampuan membaca, c) kemampuan berbicara, dan d) kemampuan menulis. Kelompok sasaran kedua adalah komponen bahasa, yang terdiri dari a) bunyi, b) kosakata, dan c) tatabahasa. 2

Pendekatan integratif merupakan penggabungan dari bagian-bagian dan komponen-komponen bahasa, yang bersama-sama membentuk bahasa. Bahasa merupakan suatu integrasi dari bagian-bagian terkecil yang membentuk bagian-bagian yang lebih besar, yang secara bertahap dan berjenjang membentuk bagian-bagian yang lebih besar lagi untuk pada akhirnya merupakan bentukan terbesar berupa bahasa seutuhnya .3 Dalam tes integratif

aspek-aspek kebahasaan tidak dipisahkan satu dengan yang lain untuk diteskan secara sendiri, melainkan dalam wujud bahasa yang merupakan suatu kesatuan yang padu. Penggabungan unsur-unsur semacam itu terjadi juga antara komponen bahasa yang satu dengan yang lain, dan bahkan juga antara kemampuan berbahasa dan komponen bahasa. Penggunaan bahasa secara lisan, misalnya senantiasa menyangkut penggabungan berbagai komponen bahasa seperti bunyi bahasa, kosakata, dan tatabahasa, dengan kemampuan berbahasa lisan.

(9)

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa terdapat empat jenis tes untuk mengukur tingkat kemampuan berbahasa, salah satunya adalah tes untuk mengukur kemampan menyimak. Untuk mengukur kemampuan menyimak penulis menggunakan pendekatan integratif yang memadukan antara kemampuan menyimak dengan kemampuan menulis. Dari penjelasan di atas inilah yang menjadi alasan penulis memilih judul Pengembangan Tes Menyimak dengan Ancangan Integratif.

1.2 Pentingnya Menyimak dalam Penguasaan Bahasa

Pembelajaran bahasa mencakup penguasaan empat macam keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Sebagai satu dari empat kemampuan berbahasa, menyimak merupakan kemampuan yang memungkinkan seorang pemakai bahasa untuk memahami bahasa yang digunakan secara lisan. Karena banyaknya komunikasi sehari-hari yang dilakukan secara lisan, kemampuan ini amat penting dimiliki oleh setiap pemakai bahasa. Tanpa kemampuan menyimak yang baik, akan terjadi banyak kesalahpahaman dalam komunikasi antara sesama pemakai bahasa, yang dapat menyebabkan berbagai hambatan dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan menyimak merupakan bagian yang penting dan tidak dapat diabaikan dalam pengajaran bahasa, terutama bila tujuan penyelenggaraannya adalah penguasaan kemampuan berbahasa selengkapnya.

(10)

Penguasaan kemampuan menyimak meliputi jangkauan yang lebih luas. Penguasaan bunyi-bunyi bahasa tidak hanya untuk mengenal dan membedakan bunyi bahasa. Kemampuan menyimak terutama terkait dengan kemampuan untuk memahami makna suatu bentuk penggunaan bahasa yang diungkapkan secara lisan.

1.3 Mengapa Integratif

(11)

Selain itu, menggunakan pendekatan integratif, sebab integratif adalah keterpaduan penggunaan empat keterampilan bahasa yaitu mendengar/menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Dalam pendekatan integratif, pembelajar juga dilibatkan dalam aktivitas di kelas dan di luar kelas, baik dalam bentuk tugas terstruktur maupun dalam bersosialisasi dengan masyarakat di sekitarnya. Dalam hal ini, pembelajar diberi latihan lisan di kelas dengan cara bermain peran dan diberi tugas untuk berkomunikasi secara tertulis dengan penutur asli. Dalam kaitannya dengan menyimak, maka tes menyimak dapat dipadukan dengan berbagai macam komponen bahasa lainnya, misalkan saja menulis. Hal ini dapat dilakukan siswa dengan cara menyimak siaran berita di televisi atau radio kemudian menuliskan pokok-pokok pentingnya saja.

1.4 Apa Cakupan Kemampuan yang diukur

Cakupan kemampuan yang diukur dalam menyimak yaitu kemampuan untuk memahami makna suatu bentuk penggunaan bahasa yang diungkapkan secara lisan.

(12)

Cakupan kemampuan yang diukur dalam menyimak atau mendengar menurut Ur dalam Safari bahwa dalam pengjaran mendengar perlu diperhatikan dua hal yang sangat penting yaitu mendengar untuk persepsi dan mendengar untuk pemahaman.4 Mendengar untuk persepsi meliputi hal-hal yang

berhubungan dengan perbedaan suara, kombinasi suara, dan intonasi, baik pada kata maupun kalimat. Sedangkan mendengar untuk pemahaman meliputi: (1) mendengar dan tidak menjawab pertanyaan, misalnya dibacakan sebuah teks kemudian siswa mengikutinya; (2) mendengar dan menjawab singkat, seperti dijelaskan sebuah kalimat atau pernyataan, dan lain-lain, kemudian siswa diberi pertanyaan yang berhubungan dengan hal yang dijelaskan; (3) mendengar dan menjawab lebih panjang dari pertanyaan yang disediakan, seperti disajikan sebuah ilustrasi, cerita, dan lain-lain, kemudian siswa dapat menceritakan kembali, menyimpulkan dengan poin-poin yang penting, menjawab pertanyaan yang disajikan; (4) mendengar sebagai dasar untuk mengkaji dan mendiskusikan, misalnya dijelaskan sebuah ilustrasi tentang masalah, kemudian siswa dapat menanggapi dan mendiskusikannya.

Secara umum aspek yang dapat dinilai di dalam ujian mendengar/menyimak di antaranya adalah sebagai berikut ini.

a. Aspek kebahasaan, di antaranya: 1) pemahaman isi,

2) ketepatan penangkapan isi, 3) kelogisan penafsiran, 4) ketahanan konsetrasi,

4 Safari, Pengujian dan Penilaian Bahasa dan Sastra Indonesia. Cet. Kedua (Jakarta :

(13)

5) ketelitian menangkap dan kemampuan memahami. b. Aspek pelaksanaan dan sikap, di antaranya:

1) menghormati, 2) menghargai,

3) konsentrasi/kesungguhan menyimak, 4) kritis,

(14)

2.1

Hakikat Pendekatan Integratif

Pendekatan integratif beranggapan bahwa bahasa merupakan penggabungan dari bagian-bagian dan komponen-komponen bahasa, yang bersama-sama membentuk bahasa. Bahasa merupakan suatu integrasi dari bagian-bagian terkecil yang membentuk bagian-bagian yang lebih besar, yang secara bertahap dan berjenjang membentuk bagian-bagian yang lebih besar lagi, untuk pada akhirnya merupakan bentukan terbesar berupa bahasa seutuhnya.5

Tes yang bersifat integratif muncul sebagai reaksi terhadap teori tes diskrit. Jika dalam tes diskrit aspek-aspek bahasa dan keterampilan berbahasa dilakukan secara terpisah, dalam tes integratif aspek dan keterampilan berbahasa itu tercakup secara bersamaan. Hal ini sebagaimana pernyataan Oller yang mengatakan bahwa:

Whereas discrete items attempt to test knowledge of language one bit at a time, integrative test attempt to assess a learner’s capacity to use many bits all at the same time, and possibly while exercising several presumed components of a gramatikal system, and perhaps more than one of the traditionally recognized skills or aspects of skills.6

Maksudnya bahwa, jika dalam tes diskrit pada satu waktu hanya mengeteskan satu aspek kebahasaan saja, dalam tes integratif berusaha mengukur kemampuan siswa mempergunakan berbagai aspek kebahasaan atau beberapa keterampilan berbahasa.

Dengan perkataan lain, pendekatan integratif menilai kapasitas pembelajaran dengan menggunakan banyak bit pada waktu bersamaan.

5 M. Soenardi Djiwandono, Loc.Cit.

6 John W. Oller, Jr, Language Tests at School (Longman : University of New Mexico

(15)

Tes integratif menurut Nurgiyantoro adalah suatu tes kebahasaan yang berusaha mengukur beberapa aspek kebahasaan atau keterampilan berbahasa pada satu waktu.7 Aspek kebahasaan itu meliputi kemampuan

berbahasa dan komponen bahasa.

2.2

Hakikat Tes Menyimak

Kemampuan menyimak (komprehensi lisan, komprehensi dengar) diartikan sebagai kemampuan menangkap dan memahami bahasa lisan. Tes komprehensi lisan dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa menangkap dan memahami informasi yang terkandung di dalam wacana tersebut yang diterima melalui saluran pendengaran.8 Maksudnya adalah Tes

menyimak merupakan tes yang tidak hanya untuk mengetahui apakah seseorang mendengarkan atau tidak, tetapi juga untuk mengukur kemampuan seseorang memahami bahasa lisan yang didengarnya.

Lebih lanjut, Djiwandono mengatakan bahwa menyimak pada dasarnya bersifat pasif-reseptif, dalam arti bahwa inisiatif untuk berkomunikasi tidak pertama-tama berasal dari dirinya, melainkan dari orang lain.9 Sikap dan

tindakan yang diharapkan dari seorang pendengar yang diajak berkomunikasi, terutama adalah mendengarkan dan memahami apa yang didengarnya. Kegiatan untuk mendengarkan dan memahami ungkapan orang lain itulah yang membuat kegiatan menyimak sebagai pertama-tama bersifat pasif-reseptif.

2.3 Materi Tes Menyimak

7 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Edisi Ketiga. Cet.

Pertama(Yogyakarta : BPFE, 2001), p.173.

8 Ibid., p.234.

(16)

Materi tes menyimak berupa wacana. Pemilihan wacana sebagai bahan untuk tes kemampuan menyimak hendaknya juga mempertimbangkan adanya beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut menurut Nurgiyantoro antara lain ditekankan pada keadaan wacana, baik dilihat dari segi tingkat kesulitan, isi dan cakupan, maupun jenis-jenis wacana.10

Menurut Safari materi tes menyimak terdiri dari : 1) menguji kemampuan mendengarkan/menyimak pengucapan fonem, 2) menguji kemampuan mendengarkan/menyimak tekanan dan intonasi, dan 3) menguji kemampuan memahami isi/hal yang didengar.11

Materi tes menyimak menurut Djiwandono antara lain: 1) menjawab pertanyaan frasa, 2) menjawab pertanyaan kalimat, 3) merumuskan inti wacana, 4) menjawab pertanyaan wacana, dan 5) menceritakan kembali.12

2.4 Bentuk Tes

Bentuk tes menurut Nurgiyantoro terdiri dari : 1) tes esai, dan 2) tes objektif, di antaranya terdiri dari : a) tes benar-salah, b) tes pilihan ganda, c) tes isian, d) tes penjodohan.13 Sedangkan Safari menyebutkan bentuk tes terdiri

dari : 1) bentuk benar-salah, 2) bentuk menjodohkan/mencocokkan, 3) bentuk isian, 4) bentuk jawaban singkat, 5) bentuk pilihan ganda, dan 6) uraian.14

Selain itu bentuk-bentuk tes di atas, terdapat dua bentuk tes lagi yang termasuk ke dalam pengajaran bahasa yang dapat bersifat pragmatif dan integratif, bentuk tes itu adalah dikte, tes cloze, dan tes C.

10 Burhan Nurgiyantoro, Op.Cit., p.234. 11 Safari, Op.Cit., pp.62-69.

(17)

2.4.1.

Karakteristik Bentuk Tes

1. Tes Esai

Tes Esai/Uraian menurut Arikunto adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.15

Sedangkan Safari berpendapat bahwa:

tes uraian/esai merupakan suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan itu secara tertulis dengan mengunakan kata-katanya sendiri.16

Ciri-ciri pertanyaan tes esai ini didahului dengan kata-kata seperti: uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal dalam waktu kira-kira 90-120 menit. Soal-soal bentuk esai ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.

2. Tes benar-salah

Bentuk soal benar-salah merupakan salah satu bentuk soal objektif yang setiap soalnya terdapat dua macam kemungkinan jawaban yang berlawanan yaitu benar dan salah.17

15 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Cet. Ke-8. (Jakarta :

Bumi Aksara, 2008), p.162.

(18)

3. Tes pilihan ganda

Tes pilihan ganda merupakan suatu bentuk tes yang paling banyak dipergunakan dalam dunia pendidikan. Pada hakikatnya, tes pilihan ganda tak berbeda dengan tes benar-salah. Tes pilihan ganda juga memberikan pernyataan benar dan salah pada setiap alternatif jawaban, hanya yang salah lebih dari sebuah.

Tes pilihan ganda terdiri dari sebuah pernyataan atau kalimat yang belum lengkap yang kemudian diikuti oleh sejumlah pernyataan atau bentuk yang dapat untuk melengkapinya.18 Dari sejumlah “pelengkap” tersebut, hanya

sebuah yang tepat, sedang yang lain merupakan pengecoh (distractors).

Hal tersebut sebagaimana yang dinyatakan oleh Linn dan Gronlund bahwa :

The correct alternative in each item is called the answer, and the remaining alternatives are called distracters (also called decoys or foils). These incorrect alternatives receive their name from their intended function-to distract those students who are in doubt about the correct answer.19

4. Tes Isian

Tes isian, melengkapi, atau menyempurnakan merupakan suatu bentuk tes objektif yang terdiri dari pernyataan-pernyataan yang sengajar dihilangkan sebagian unsurnya, atau yang sengaja dibuat secara tidak lengkap. Untuk dapat mengerjakan bentuk soal ini, siswa harus mengisikan kata atau pernyataan tertentu yang tepat. Pernyataan itu hanya berisi satu atau beberapa kata saja. Berbeda halnya dengan kedua bentuk tes objektif di atas, dalam tes 18 Burhan Nurgiyantoro, Op.Cit., pp.83.

19 Robert L. Linn and Norman E. Gronlund, Measurement and Assessment in

(19)

bentuk ini siswa dituntut untuk menemukan sendiri isian jawaban yang benar karena belum disediakan dalam tes. Walau jawaban siswa bervariasi, jika tidak sesuai dengan jawaban yang ditentukan benar, jawaban itu tetap dinyatakan salah. Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan butir-butir soal bentuk ini relatif lebih panjang daripada kedua bentuk tes di atas.

5. Tes Penjodohan

Tes bentuk penjodohan/menjodohkan, mempertandingkan, mencocokkan, atau memasangkan terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawabnya yang tercantum dalam seri jawaban. Pernyataan di lajur kiri mungkin berupa pernyataan atau kalimat yang belum lengkap, dan pelengkapnya diletakkan di lajur kanan. Jumlah alternatif pernyataan di lajur kanan dapat sama dengan jumlah pernyataan di lajur kiri atau lebih. Tugas siswa adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.

6. Tes Dikte

Dikte menurut Djiwandono adalah melafalkan atau membacakan suatu wacana untuk dituliskan oleh orang lain.20 Dalam pengajaran bahasa, dikte

dapat diterapkan sebagai salah satu bentuk pengajaran atau salah satu bentu tes. Secara tradisional, dikte pada umumnya semata-mata dikaitkan dengan kemampuan menyimak, yaitu memahami wacana lisan, bahkan

(20)

kadang sekedar kamampuan dan ketajaman mendengarkan bunyi-bunyi bahasa yang terdapat dalam wacana yang dibacakan.

Dikte yang banyak digunakan di sekolah-sekolah mengikuti format biasa yang dapat digolongkan sebagai dikte standar atau baku. Di samping itu terdapat pula dikte sebagian. Pada format pertama, dikte diselenggarakan secara konvensional, dengan menggunakan teks lengkap yang telah dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan, termasuk kesesuaian isi, jenis teks, panjang teks, penggunaan kosa kata dan istilah, dan sebagainya. Dikte menurut format kedua, dikte sebagian, pada dasarnya merupakan gabungan antara dikte dan cloze.

7. Tes Cloze

Cloze merupakan bentuk tes bahasa yang tidak secara khusus terkait dengan salah satu aspek kemampuan berbahasa atau komponen bahasa. Heaton menyatakan bahwa : The principle of cloze testing is based on the Gestalt theory of ‘closure’ (closing gaps in patterns subconsciously). Thus,

cloze test measure the reader’s ability to decode ‘interrupted’ or ‘mutilated’

messages’.21 Maksudnya, Kemampuan untuk mengenali dan mengembalikan

kata-kata yang telah dihilangkan itu secara tepat, menunjukkan tingkat kemampuan berbahasa, dan yang merupakan sasaran tes cloze. Jadi, penghilangan kata-kata dari suatu wacana tulis merupakan ciri khas pokok dari tes cloze.

8. Tes C

Tes C merupakan salah satu hasil usaha pengembangan tes cloze, yang penggunaannya ternyata menimbulkan banyak catatan dan keberatan dari

(21)

berbagai pihak. 22 Seperti halnya tes cloze, tes-C diselenggarakan dengan

menggunakan wacana berupa teks bacaan sebagai bahan. Perbedaannya dengan tes cloze yang pada dasarnya menggunakan satu teks bacaan yang utuh, tes-C menggunakan beberapa teks bacaan pendek. Di samping itu, penghilangan kata pada tes-C dilakukan atas dasar dan cara yang berbeda, tanpa mengikuti formula setiap kata ke-n seperti pada tes cloze.

2.4.2.

Prinsip Penyusunan Bentuk Tes

1. Tes Esai

Prinsip penyusunannya adalah sebagai berikut :

a) Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang diteskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif, b) Hendaknya soal-soal tes tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin

langsung dari buku atau catatan,

c) Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya,

d) Hendaknya diusahakan agar pertanyaannya bervariasi antara “Jelaskan”, “Mengapa”, “Bagaimana”, “Seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan,

e) Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh siswa,

f) Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. Untuk itu pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tetapi harus spesifik.

(22)

2. Tes benar-salah

Prinsip penyusunannya adalah sebagai berikut :

a) Buatkanlah petunjuk cara mengerjakan soal benar-salah yang sejelas-jelasnya,

b) Hindarkan pernyataan yang mengandung data yang meragukan (bersifat umum) atau sebaliknya pernyataan yang menunjukkan jawaban yang dikehendaki,

c) Hindarkan pernyataan yang mengandung negatif/negatif ganda, d) Hindarkan pernyataan yang panjang-panjang dan kompleks,

e) Hindarkan pernyataan-pernyataan yang masih dapat dipersoalkan, f) Jumlah soal yang benar hendaknya disamakan dengan jumlah soal yang

salah,

g) Penempatan soal yang benar dan yang salah harus diatur secara acak, h) Setiap satu soal hanya mengandung satu gagasan

i) Setiap soal hendaknya berdiri sendiri, tidak bergantung pada soal lainnya,

j) Hindarkan dengan pernyataan yang langsung mengutip kalimat dari buku,

k) Gunakan bahasa yang baku,

l) Hindarkan hal-hal yang kurang perlu atau bersifat teka-teki/tebak-tebakan untuk ditanyakan karena hal ini dapat menjerumuskan pemikiran siswa,

(23)

o) Bahasa yang dipergunakan disesuaikan dengan jenjang pendidikan yang bersangkutan,

p) Apabila soal itu menanyakan pendapat, maka perlu disertakan sumber yang mengemukakan pendapat itu.

3. Tes pilihan ganda

Dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda ada 4 hal pokok yang perlu diperhatikan dan dipahami oleh para penulis soal. Empat hal itu adalah penulisan dasar pertanyaan, pokok soal, pilihan jawaban, dan bahasa/budaya. a. Dasar pertanyaan/stimulus (bila ada atau diperlukan), syarat-syaratnya

adalah:

1) Dasar pertanyaan harus dapat memberikan informasi yang diperlukan guna menjawab pertanyaan,

2) Dasar pertanyaan yang berbentuk grafik, diagram, tabel, peta, atau alat bantu lainnya harus diberi label atau tanda-tanda secara jelas,

3) Dasar pertanyaan harus sesuai dengan taraf kemampuan siswa yang diuji,

4) Dasar pertanyaan yang dipergunakan harus dipilih bentuk/jenisnya yang paling tepat,

5) Alat bantu yang dijadikan dasar pertanyaan hendaknya dapat memberikan keterangan yang singkat dan jelas,

6) Dasar pertanyaan harus dapat membantu proses komunikasi, tidak menghambat/membuat bingung peserta ujian,

(24)

8) Hindarkan kata ganti saya, kamu, dan lain sebagainya dalam dasar pertanyaan yang dapat menyebabkan jawaban peserta ujian tergantung pada situasi, latar belakang, dan pengalaman pribadi setiap peserta ujian,

9) Hindarkan hal-hal yang dapat menyebabkan peserta ujian dapat salah menginterpretasikan terhadap kata, ungkapan, gambar, atau keterangan lainnya yang disajikan di dalam dasar pertanyaan.

b. Pokok soal (stem), syarat-syaratnya adalah:

1) Pokok soal harus dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas,

2) Perumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja,

3) Pokok soal tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda, 4) Pokok soal tidak mengandung ungkapan/pernyataan yang bersifat tidak

pasti,

5) Hindarkan penggunaan kata ganti saya, kamu, dan lain-lain dalam pokok soal yang dapat menyebabkan jawaban peserta ujian tergantung pada situasi, latar belakang, dan pengalaman pribadi setiap siswa,

6) Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.

c. Pilihan jawaban (option), harus memperhatikan dua hal yaitu kunci jawaban soal dan pengecohnya:

1) Kunci jawaban:

a) Kunci jawaban harus benar-benar betul,

(25)

c) Penempatan kunci jawaban (untuk satu perangkat tes) harus disusun secara menyebar dan acak,

d) Hindarkan penggunaan kata, kelompok kata, ungkapan, atau istilah yang sama persis dalam pilihan jawaban atau sama persis dengan pernyataan yang ada pada akhir pokok soal,

e) Kunci jawaban soal atau butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

2) Pengecoh (distracters):

a) Pengecoh harus homogen, logis, dan berfungsi, b) Hindarkan pernyataan “semua jawaban salah/benar”,

c) Pengecoh harus disusun atau dirumuskan relatif sama panjangnya, tingkat kerumitannya, dan susunan kalimat/katanya dengan pola rumusan kunci jawaban,

d) Pengecoh/pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau secara kronologis. d. Bahasa/budaya, syarat-syaratnya adalah:

1) Para penulis soal harus menggunakan dengan benar kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal, bentuk pilihan ganda, terutama dalam hal struktur/tatabahasa dan pemakaian: kalimat, kata, dan ejaan dalam soal,

2) Para penulis soal di dalam menulis soal perlu menghindarkan penggunaan kata, kelompok kata, nama, atau gambar yang diperkirakan dapat menyebabkan bias budaya dalam soal.

(26)

Prinsip penyusunannya adalah sebagai berikut :

a) Tiap satu pernyataan yang berisi tempat kosong yang harus dijawab siswa harus hanya berisi satu kemungkinan jawaban yang benar,

b) Kutipan dari buku yang bersifat verbatim hendaknya dihindari karena hal itu akan menimbulkan sikap menghafal siswa tanpa disertai pengertian, c) Pemberian tempat kosong atau titik-titik hendaknya sama panjang agar

tidak menimbulkan penafsiran tertentu pada pihak siswa. Titik-titik di tengah kalimat sebaiknya berjumlah empat, sedang di akhir kalimat lima buah karena yang sebuah berlaku sebagai titik akhir kalimat,

d) Tempat kosong sebaiknya tidak ditempatkan di awal kalimat karena hal itu kurang mendorong lancarnya pemikiran siswa.

5. Tes Penjodohan

Prinsip penyusunannya adalah sebagai berikut :

a) Lingkup bahan yang akan diteskan dalam satu unit tes penjodohan hendaknya bahan yang sejenis,

b) Butir-butir jawaban di lajur sebelah kanan harus pendek-pendek, tidak bersifat tumpang tindih, satu butir jawaban hanya tepat dihubungkan dengan satu pernyataan yang ada di lajur kiri,

c) Jumlah butir jawaban di lajur kanan hendaknya lebih banyak daripada jumlah pernyataan di lajur kiri, misalnya 8 : 5,

d) Jumlah butir soal untuk satu unit tes penjodohan jangan terlalu banyak atau sedikit karena hal itu akan menyebabkan tes menjadi terlalu sulit atau terlalu mudah.

(27)

Prinsip penyusunannya adalah sebagai berikut :

a) Dikte standar, teks biasanya dibacakan tiga kali. Bacaan pertama dilakukan terhadap seluruh teks untuk memberikan kesan dan gambaran umum tentang teks yang digunakan. Ini dilakukan dengan kecapatan membaca biasa. Bacaan kedua dilakukan bagian demi bagian, masing-masing diikuti dengan jeda yang cukup bagi peserta dikte untuk menuliskannya. Bagian-bagian itu harus merupakan wacana yang wajar, dengan panjang yang cukup untuk diingat dan dipahami sebagai bahan ingatan jangka pendek. Bacaan ketiga dilakukan kembali terhadap seluruh teks menjelang akhir dikte, dengan kecepatan biasa. Maksud pekerjaan terakhir ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan pemeriksaan akhir terhadap pekerjaannya.

b) Dikte sebagian, pada teks yang dibacakan guru, siswa hendaknya memiliki teks tertulis yang pada dasarnya sama dengan teks yang dibacakan, kecuali untuk beberapa bagian yang telah dihilangkan. Bagian-bagian yang harus dihilangkan itulah yang harus didengarkan baik-baik, dan dituliskan selengkapnya. Bagian-bagian itu telah dipilih berdasarkan suatu kriteria yang dianggap penting untuk dijadikan bahan tes.

7. Tes Cloze

Prinsip penyusunannya adalah sebagai berikut :

(28)

penghilangan kata ke-n. Maksudnya, bahwa pada suatu teks yang telah dipilih, kata yang ke-sekian (misalnya ke-5, ke-6, atau ke-7 dan sebagainya) dihilangkan dengan cara menghapuskannya, sehingga meninggalkan suatu tempat kosong,

b) Tes cloze menghubungkan antar bagian dalam wacana merupakan unsur yang penting. Untuk itu dibutuhkan wacana yang cukup panjang, dan bukan sekedar kumpulan kalimat-kalimat lepas seperti yang mungkin digunakan pada bentuk tes melengkapi,

c) Wacana yang utuh dan cukup panjang sekaligus juga memungkinkan penghilangan kata-kata dalam jumlah yang layak untuk menyusun satu tes yang utuh, yang terdiri dari kira-kira 50 butir soal.

8. Tes-C

Prinsip penyusunannya adalah sebagai berikut :

a) Penghilangan kata dalam pengembangan tes-C dilakukan dengan menerapkan formula kaidah serba dua,

b) Kalimat pertama dan terakhir dibiarkan pada suatu teks bacaan tetap utuh seperti pada tes cloze, penerapan formula itu berupa penghilangan bagian ke-2 dari setiap 2 kata, dimulai dari kata ke-2 pada kalimat ke-2. c) Bagian kata dalam kalimat yaitu huruf-huruf yang membentuk kata, yang

mungkin berjumlah genap atau ganjil, maka bagian yang dihilangkan adalah bagian yang lebih besar daripada yang dipertahankan,

(29)

3. RANCANGAN TES

3.1 Rumusan Tujuan

Tes ini menggunakan pendekatan integratif yang memadukan dua komponen kemampuan berbahasa, antara lain kemampuan mendengarkan/menyimak dan kemampuan menulis. Adapun rumusan tujuan dari aspek mendengarkan/menyimak adalah:

(30)

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman Indikator : 1. Mengidentifikasi (majas, rima, kata-kata berkonotasi dan

bermakna lambang)

2. Menanggapi unsur-unsur puisi yang ditemukan

3. Mengartikan kata-kata berkonotasi dan makna lambang 4. Menentukan/menulis tema puisi yang dibacakan.

5. Mengungkapkan pesan dalam puisi yang dibacakan/didengar. Kegiatan yang bisa dilakukan di dalam kelas antara lain setelah mendengarkan/menyimak pembacaan puisi melalui media rekaman, siswa diharapkan mampu menulis pesan/isi berita yang telah didengarkan/disimaknya itu.

3.2 Bentuk Tes yang Dipilih

Bentuk tes yang dipilih dalam makalah ini, yaitu penulis menggunakan bentuk dikte. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa dikte adalah melafalkan atau membacakan suatu wacana untuk dituliskan oleh orang lain. Secara tradisional dikte pada umumnya semata-mata dikaitkan dengan kemampuan menyimak, yaitu memahami wacana lisan, bahkan kadang-kadang sekedar kemampuan dan ketajaman mendengarkan bunyi-bunyi bahasa yang terdapat dalam wacana yang dibacakan.

3.3 Materi Tes

Materi tes yang akan diujikan yaitu menyimak puisi yang telah

(31)

3.4 Kisi-Kisi (Terlampir)

SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS/MADRASAH ALIYAH TAHUN 2009

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jumlah soal : 3

1. Tulislah kembali baris puisi yang dibacakan/didengarkan sebanyak tiga kali melalui rekaman berikut ini

Aku lalai di hari pagi

(32)

Akh, apa guna kusesalkan ... Hanya menambah luka sukma

... Atur barisan di hari pagi

...

(Baru, 1954)

Menuju ke arah padang bakti!

(33)

Calzoum Bachri

SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS/MADRASAH ALIYAH TAHUN 2009

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jumlah soal : 4

(34)

No. INDIKATOR SOAL KUNCI

3. Siswa dapat

menentukan tema dan pesan puisi yang telah direkam

3. Tulislah tema dan pesan puisi yang telah direkam berikut ini:

Diponegoro Karya : Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini Tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti

(35)

lapang dada.

SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS/MADRASAH ALIYAH TAHUN 2009

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jumlah soal : 4

(36)

No. INDIKATOR SOAL KUNCI

(37)
(38)

gila, sasar) tetapi

Komponen tes atau kelengkapan sebuah tes terdiri atas :

(39)

b. Lembar jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan oleh penilaian bagi testee untuk mengerjakan tes.

c. Kunci jawaban tes, berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki.

d. Pedoman penilaian, berisi rancangan perincian tentang skor atau angka yang diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang telah dikerjakan

4. Wujud Tes

4.1 Identifikasi Tes

Tes ini adalah tes menyimak yang dipadukan dengan menulis, sebab tes ini menggunakan pendekatan integratif. Tes ini diajukan untuk siswa kelas X SLTA pada semester I.

(40)

Petunjuk tes untuk bentuk soal dikte adalah sebagai berikut:

1. Dengarkanlah baik-baik rekaman puisi berjudul “Menyesal”, karya: “Ali Hasjmi” berikut ini. Kemudian lengkapilah beberapa baris puisi yang hilang! (rekaman puisi diputar sebanyak tiga kali). Setiap siswa diberi teks puisi yang berisi baris puisi yang hilang tersebut.

2. Dengarkanlah baik-baik rekaman puisi berikut ini yang mula-mula akan diputar seluruhnya. Sesudah itu rekaman akan dibacakan bagian demi bagian, untuk dapat ditulis oleh siswa. Pada akhirnya seluruh rekaman akan diputar sekali lagi agar siswa dapat memeriksa pekerjaannya sendiri sebelum dikumpulkan!.

Petunjuk tes untuk bentuk soal uraian adalah sebagai berikut:

1. Dengarkanlah rekaman puisi berjudul “Diponegroro”, karya “Chairil Anwar” berikut ini!. Rekaman diputar sebanyak tiga kali. Kemudian siswa diperintahkan menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan!. 2. Dengarkanlah rekaman puisi berjudul “Padamu Jua”, karya: “Amir Hamzah.

Kemudian artikanlah bait-per bait kata-kata, frase yang berkonotasi dan makna lambang pada puisi yang direkam.

4.3 Soal

1. Lengkapilah beberapa baris puisi yang hilang pada rekaman puisi berikut ini!.

Menyesal Karya : Ali Hasjmi

(41)

Hari mudaku sudah pergi

... ...

Aku lalai di hari pagi

... Kini hidup meracun hati,

...

Akh, apa guna kusesalkan

... Hanya menambah luka sukma

... Atur barisan di hari pagi

... (Baru, 1954)

2. Tulislah kembali bait puisi yang telah dibacakan/didengarkan sebanyak tiga kali melalui rekaman berikut ini

Sepisaupi

Karya : Sutardji Calzoum Bachri

sepisau luka sepisau duri sepikul dosa sepukau sepi sepisau duka serisau diri sepisau sepi sepisau nyanyi

(42)

3. Tulislah tema dan pesan puisi yang telah direkam berikut ini:

Diponegoro Karya : Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini Tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api Di depan sekali tuan menanti

Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali Pedang di kanan, keris di kiri Berselubung semangat yang tak bisa mati

Maju

Ini barisan tak bergenderang –berpalu Kepercayaan tanda menyerbu

4. Artikanlah bait-bait puisi pada kata-kata, frase berkonotasi dan makna lambang pada puisi yang direkam.

Padamu Jua Pelita jendela di malam gelap Melambai pulang perlahan Sabar, setia selalu

(43)

Rindu rasa Rindu rupa Di mana Engkau Rupa tiada Suara sayup

Hanya kata merangkai hati Engkau cemburu

Engkau ganas

Mangsa aku dalam cakarmu Bertukar tangkap dengan lepas Nanar aku, gila sasar

Sayang berulang pada jua Engkau pelik menarik ingin Serupa dara di balik tirai Kasihmu sunyi

Menunggu seorang diri Lalu waktu-bukan giliranku Mati hari-bukan kawanku (Nyanyi Sunyi, 1937)

4.4 Lembar Jawaban

Lembar jawaban siswa berupa kertas folio bergaris, yang berisi data-data siswa mengenai :

Nama Siswa :

Kelas :

Mata Pelajaran :

(44)

Jawaban :

1...

2 ...

3 ...

4 ...

4.5 Cara Penilaian

3. Bila siswa dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan perintah, kemudian menuliskannya dengan lengkap dan benar, maka siswa dapat memperoleh skor maksimum.

4. Bila siswa tidak dapat menuliskannya dengan benar atau tidak lengkap, maka siswa memperoleh skor kurang dari maksimum.

5. Bila siswa tidak menuliskan apa-apa/ kosong, maka diberi skor nol. Adapun kriteria penilaian adalah sebagai berikut :

1. Untuk soal no 1. Bila jawaban siswa benar semua, maka diberi point maksimal 25.

2. Untuk soal no 2. Bila jawaban siswa benar semua, maka diberi point 25. 3. Untuk soal no. 3. Bila

jawaban siswa benar, maka diberi point 25.

4. Untuk soal no. 3. Bila jawaban siswa benar, maka diberi point 25. 5. Jadi, jumlah nilai untuk semua soal adalah 100.

4.6 Kunci Jawaban

(45)

1. Baris 1 : Sekarang petang datang membayang Batang usiaku sudah tinggi

Baris 2 : Beta lengah di masa muda Miskin ilmu, miskin harta Baris 3 : Menyesal tua tiada berguna Baris 4 : Kepada yang muda kuharapkan,

Menuju ke arah padang bakti!

2. Sepisaupi

sepisau luka sepisaui duri sepikul dosa sepukau sepi sepisau duka serisau diri sepisau sepi sepisau nyanyi

3. Tema puisi di atas adalah patriotisme. Sedangkan pesan puisi berjudul Diponegoro adalah bahwa Diponegoro seorang patriot bangsa yang pantas diteladani oleh bangsa Indonesia. Pasukan Diponegoro memancarkan kekuatan, mengandalkan semangat kesetiakawanan, dan saling mempercayai. Dan pada akhirnya disadari bahwa jika hidup ini sudah diberi arti, maka kematian akan diterima dengan lapang dada.

4. Pada bait I, dinyatakan bahwa cintanya telah habis dan hilang terbang. Namun, walau ia telah berpisah dengan kekasihnya itu, hatinya selalu kembali padanya pulang kembali aku pada-Mu / seperti dahulu.

(46)

(kandil kemerlap / pelita jendela di malam gelap). Meski sudah berpisah, kekasihnya selalu memanggil-manggil dengan sabar dan setia (melambai pulang perlahan / sabar / setia selalu).

Bait III, penyair merasa bahwa dirinya hanyalah manusia biasa. Ia tidak kuat jika hanya membayangkan bahwa kekasihnya dalam angan-angan. Ia ingin berjumpa dengan kekasihnya, menatap wajahnya, dan bersalaman dengannya (aku manusia / rindu rasa / rindu rupa).

Pada bait ke IV, penyair mulai penasaran karena tidak pernah bertemu dengan kekasihnya. Ia mempertanyakan keadaan itu (Di mana Engkau / rupa tiada / suara sayup). Penyair hanya bisa mendengar suara kekasihnya secara sayup-sayup. Hal ini lebih menyedihkan hatinya (Hanya kata merangkai hati).

Pada Bait V, penyair sangat penasaran. Ia menyatakan kekasihnya cemburu dan ganas karena dianggap karena hanya mempermainkannya secara kejam (mangsa aku dalam cakarmu) dan tidak berbelas kasihan

(bertukar tangkap dengan lepas). Kata tangkap berarti wajah dan bayangan kekasih si aku lirik dapat dibayangkan secara jelas atau nyata. Kata bisa diartikan saat wajah kekasihnya tidak dapat dibayangkan atau hilang dari bayangannya.

(47)

Bab VII, penyair pasrah terhadap keadaan berjauhan dengan kekasihnya. Ia harus menerima cinta dalam kesepian dan kesendirian, serta tidak mempunyai waktu untuk berjumpa dengannya (kasihmu sunyi / menunggu seorang diri).

Yang dimaksud “kekasih” di sini dapat berarti kekasih dalam arti sesungguhnya, namun dapat juga mengacu kepada Tuhan yang sangat dirindukan penyair.

5. REKOMENDASI

(48)

Menurut penulis, tes ini cocok untuk siswa SLTA kelas X pada Semester awal, karena dilihat dari kisi-kisi pengajaran pelajaran yang disampaikan masih mudah, dari soal yang dibuat pun masih dalam batas mudah karena masih dalam konteks sekitar kehidupan siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Cet. Ke-8. Jakarta : Bumi Aksara, 2008.

(49)

Linn, Robert L. and Norman E. Gronlund. Measurement and Assessment in Teaching. London : Prentice-Hall, Inc., 1995.

Nurgiyantoro, Burhan Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Edisi Ketiga. Cet. Pertama.Yogyakarta : BPFE, 2001.

Oller, Jr, John W. Language Tests at School. Longman : University of New Mexico Albuquerque, 1979.

Referensi

Dokumen terkait

ketika melakukan proses pertukaran pe- san, yang melakukannya apakah indi- vidu, kelompok ataupun organisasi harus berada dan melakukannya dengan sadar, jangan “ngaur”, paham

 Articles “a” dan “an” hanya digunakan untuk benda yang dapat dihitung (countable nouns) agar menunjukkan jumlahnya yang tunggal..  Articles “a” dan “an” tidak

Hasil yang ditunjukkan dalam analisa mengenai active failure memberikan gambaran bahwa nilai indeks tertinggi adalah “tidak memakai peralatan keselamatan kerja”. Hal

pertanian; 3) Pembimbingan pada fase budidaya sampai panen. Hasil evaluasi kegiatan menunjukkan; 1) sebelum kegiatan, semua peserta tidak dapat menjelaskan jenis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengembangan desa wisata Serangan dapat meningkatkan kesejahteraan dan pem-

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum / Skripsi ini yang berjudul

Reaktivitas : Tidak ada data tes khusus yang berhubungan dengan reaktivitas tersedia untuk produk ini atau bahan

Peraturan Walikota Medan Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Medan, maka Tugas Pokok dan Fungsi sesuai