• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mulai

Jumlah Sub Elemen (JSE) Jumlah Pakar Penilai (JPP)

FOR I=1 TO JPP

Ya

Tidak Transitif?

Penilaian Hubungan Kontekstual antar Sub Elemen

Identifikasi Sub Elemen dari Elemen yang Dikaji

Penyusunan Matriks Self Structural Interpretive

Penyusunan Matriks Reachability

NEXT I Matriks Reachability

Selesai

Pembentukan Matriks

Reachability Seluruh Pakar

Strukturisasi Elemen Sistem Katagorisasi Elemen Sistem Penetapan Sub Elemen Kunci

Struktur Elemen Sistem Katagori Elemen Sistem

Sub Elemen Kunci Matriks Reachability

Seluruh Pakar

Hasil yang diperoleh dari analisis ISM ini adalah informasi struktur sistem pengembangan yang berupa hierarki sub elemen diantara sub elemen yang lain, klasifikasi sub elemen berdasarkan karakteristik yang dinyatakan dengan tingkat

driver power dan dependence masing-masing sub elemen dalam satu elemen pengembangan serta identifikasi elemen kunci dalam pengembangan agroindustri. Hubungan kontekstual antar sub elemen pada setiap elemen pengembangan agroindustri adalah sebagai berikut:

1. Elemen kebutuhan pengembangan, hubungan kontekstualnya adalah sub elemen kebutuhan yang satu mendukung terpenuhinya sub elemen kebutuhan yang lain.

2. Elemen kendala dalam pengembangan, hubungan kontekstualnya adalah sub elemen kendala yang satu menyebabkan sub elemen kendala yang lain. 3. Elemen tujuan pengembangan, hubungan kontekstualnya adalah sub elemen

tujuan yang satu memberikan kontribusi tercapainya sub elemen tujuan yang lain.

4. Elemen tolok ukur keberhasilan pencapaian tujuan pengembangan, hubungan kontekstualnya adalah sub elemen tolok ukur yang satu memberikan kontribusi sub elemen tolok ukur yang lain.

5. Elemen lembaga yang terlibat dalam pengembangan, hubungan kontekstualnya adalah sub elemen lembaga yang satu mendorong keterlibatan sub elemen lembaga yang lain.

Berdasarkan hasil curah pendapat dengan pakar, dalam sistem pengembangan agroindustri dianalisis 5 elemen yaitu 1) kebutuhan program pengembangan yang diurai dalam 10 sub elemen, 2) kendala utama program pengembangan sebanyak 9 sub elemen, 3) tujuan program pengembangan 12 sub elemen, 4) tolok ukur keberhasilan pencapaian program pengembangan dirinci menjadi 10 sub elemen, dan 5) lembaga yang terlibat dalam program pengembangan juga terdapat 11 sub elemen.

Kebutuhan Program Pengembangan

Yang dimaksud dengan kebutuhan program pengembangan adalah hal yang dibutuhkan agar program pengembangan berhasil dilaksanakan. Berdasarkan survei lapang dan diskusi intensif dengan pakar teridentifikasi sejumlah 10 sub elemen kebutuhan pengembangan agroindustri sebagai berikut:

1 Kemauan untuk menjadi lebih baik (B1)

2 Sumber dana dengan tingkat bunga rendah (B2) 3 Kemauan untuk berbagi (B3)

4 Kesadaran akan kekuatan kebersamaan (B4) 5 Pembinaan terhadap petani pekebun (B5) 6 Dukungan pemerintah daerah (B6)

7 Distribusi pendapatan yang proporsional (B7) 8 Ketersediaan teknologi (B8)

9 Transparansi masalah keuangan (B9) 10 Ketersediaan SDM yang profesional (B10)

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teknik ISM, maka elemen kebutuhan program pengembangan agroindustri dapat digambarkan dalam bentuk hierarki dan dibagi dalam empat sektor. Hasil matrik reachability dan interpretasinya disajikan dalam Tabel 28.

Tabel 28 menunjukkan bahwa sub elemen kunci kebutuhan program pengembangan agroindustri adalah kemauan untuk menjadi lebih baik (B1).

Dengan terpenuhinya sub elemen kebutuhan yang merupakan elemen kunci dalam pengembangan agroindustri tersebut maka akan mendorong terpenuhinya sub elemen kebutuhan yang lainnya. Berdasarkan pemisahan tingkat pada matriks

reachability, maka dapat dilakukan penetapan hierarki melalui ranking dengan

merujuk pada aspek driver power. Diagram model struktur dari elemen kebutuhan pengembangan agroindustri dapat dilihat pada Gambar 15. Struktur hierarki menunjukkan hubungan langsung dan kedudukan relatif antar sub elemen kebutuhan pengembangan. Terpenuhinya sub elemen kebutuhan pengembangan

Tabel 28 Matriks reachability final elemen kebutuhan Sub elemen kebutuhan Sub elemen kebutuhan B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 DP R B1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 B2 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 5 4 B3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 2 B4 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 2 B5 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 6 3 B6 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 2 B7 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 5 B8 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 5 4 B9 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 5 4 B10 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 5 4 D 1 9 4 4 5 4 10 9 9 9 Keterangan:

D = Dependence (ketergantungan), DP = Driver Power (kekuatan penggerak), R = Peringkat driver power. Distribusi pendapatan yang proporsional Ketersediaan SDM yang profesional Transparansi masalah keuangan Sumber dana dengan tingkat bunga rendah Ketersediaan teknologi Pembinaan terhadap petani pekebun Dukungan pemerintah daerah Kemauan untuk berbagi Kesadaran akan kekuatan kebersamaan Kemauan untuk menjadi lebih baik

didukung oleh terpenuhinya sub elemen kebutuhan pengembangan pada hierarki dibawahnya.

Gambar 15 menunjukkan bahwa sub elemen kemauan untuk menjadi lebih baik (B1) merupakan elemen kunci pengembangan agroindustri yang akan mendorong terpenuhinya sub elemen kemauan untuk berbagi (B3), kesadaran akan kekuatan kebersamaan (B4), dan dukungan pemerintah daerah (B6). Selanjutnya, sub elemen kemauan untuk berbagi (B3), kesadaran akan kekuatan kebersamaan (B4), dan dukungan pemerintah daerah (B6) secara simultan akan mendorong terpenuhinya kebutuhan pembinaan terhadap petani pekebun (B5). Terpenuhinya sub elemen pembinaan terhadap petani pekebun (B5) diharapkan dapat mendorong sub elemen sumber dana dengan tingkat bunga rendah (B2), ketersediaan teknologi (B8), transparansi masalah keuangan (B9), dan ketersediaan SDM yang profesional (B10). Pada akhirnya dengan terpenuhinya sub elemen- sub elemen pada hirarki dibawahnya diharapkan dapat terpenuhinya sub elemen pada hirarki tertinggi yaitu distribusi pendapatan yang proporsional (B7).

Berdasarkan matriks driver power dan dependence maka sub elemen kebutuhan program pengembangan dapat dikelompokkan ke dalam empat sektor sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 16. Sektor I merupakan sektor autonomous, sektor II merupakan sektor dependent, sektor III merupakan sektor linkage dan sektor IV merupakan sektor independent.

Hasil klasifikasi sub elemen pada elemen kebutuhan pengembangan menunjukkan bahwa sub elemen kemauan untuk menjadi lebih baik (B1), kemauan untuk berbagi (B3), kesadaran akan kekuatan kebersamaan (B4), dan dukungan pemerintah daerah (B6) tergolong ke dalam kelompok independent yang berarti mempunyai kekuatan penggerak terhadap keberhasilan program, tetapi tidak tergantung dengan sistem. Di antara keempat sub elemen tersebut, yang paling tinggi kekuatan penggeraknya terhadap keberhasilan program sekaligus yang paling kecil ketergantungannya terhadap sistem adalah sub elemen kemauan untuk menjadi lebih baik (B1). Sementara sub elemen pembinaan terhadap petani pekebun (B5) terkelompokkan tepat pada batas antara sektor III dan IV, yang berarti cukup mempunyai kekuatan penggerak terhadap keberhasilan program namun ketergantungannya terhadap sistem sudah cukup nyata. Analisis lebih

0

Gambar 16 Matrik driver power-dependence elemen kebutuhan pengembangan. lanjut menyatakan bahwa sub elemen kebutuhan akan sumber dana dengan tingkat bunga rendah (B2), ketersediaan teknologi (B8), transparansi masalah keuangan (B9), ketersediaan SDM yang profesional (B10), dan distribusi pendapatan yang proporsional (B7) memiliki tingkat ketergantungan terhadap sistem besar sekali. Kebutuhan akan adanya distribusi pendapatan yang proporsional (B7) dirasakan akan dapat terpenuhi dengan mudah bila sub elemen kebutuhan kemauan untuk menjadi lebih baik (B1), kemauan untuk berbagi (B3), kesadaran akan kekuatan kebersamaan (B4), dan dukungan pemerintah daerah (B6) serta pembinaan terhadap petani pekebun (B5) sudah terpenuhi terlebih dahulu.

Berdasarkan matriks driver power dan dependence maka dapat disimpulkan bahwa meskipun yang termasuk dalam sub elemen kunci hanyalah sub elemen kemauan untuk menjadi lebih baik (B1), namun sub elemen pada hirarki berikutnya yaitu kemauan untuk berbagi (B3), kesadaran akan kekuatan kebersamaan (B4), dan dukungan pemerintah daerah (B6) serta pembinaan terhadap petani pekebun (B5) juga harus mendapat perhatian tinggi karena kelimanya mempunyai kekuatan penggerak yang cukup nyata terhadap keberhasilan program. DEPENDENCE D R I V E R P O W E R B-7 B-3, B-4, B-6 Linkage Independent Dependent mous 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 Autono 6 7 8 9 10 10 B-2, B-8, B-9, B-10 B-5 B-1

Kebutuhan kunci untuk pengembangan agroindustri adalah kemauan untuk menjadi lebih baik. Semua pihak yang terlibat dalam pengembangan agroindustri seharusnya mempunyai tekad ini. Kemauan untuk menjadi lebih baik dari berbagai pihak diwujudkan dalam bentuk kebutuhan pada hirarki selanjutnya.

Kemauan untuk berbagi merupakan perwujudan kemauan untuk menjadi lebih baik yang sangat dibutuhkan dalam pengembangan agroindustri. Sikap ini diharapkan dipunyai oleh investor. Dengan kata lain, investor yang dibutuhkan dalam pengembangan agroindustri adalah investor yang mau berbagi bukan investor yang selalu berusaha mencapai keuntungan maksimal.

Kesadaran akan kekuatan kebersamaan merupakan perwujudan awal dari kemauan untuk menjadi lebih baik dari pihak petani pekebun. Secara kasat mata, petani pekebun secara sendiri-sendiri memiliki kekuatan yang lemah. Dipandang dari sisi modal dasar untuk melakukan suatu kegiatan usaha yaitu mind, muscle, dan money (Hamilton et al. 1992), barangkali yang agak signifikan petani pekebun hanya memiliki muscle. Oleh karena itu, kebersamaan merupakan hal yang harus diwujudkan agar kekuatan yang semula lemah menjadi lebih signifikan dan mempunyai pengaruh nyata dalam pengembangan agroindustri. Kesadaran akan kekuatan kebersamaan yang seharusnya dimiliki oleh petani pekebun diharapkan akan meningkatkan peran serta masyarakat perkebunan, khususnya petani pekebun, dalam pengembangan agroindustri.

Kemauan untuk menjadi lebih baik dari pihak Pemda diantaranya dapat diwujudkan dengan meningkatkan dukungan terhadap petani pekebun. Dukungan Pemda tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk program-program yang bersifat memihak, mempersiapkan dan melindungi kepentingan petani pekebun. Secara operasional program tersebut dapat diwadahi dalam kerangka pembinaan petani pekebun, yang juga merupakan elemen kebutuhan pengembangan agroindustri menurut hasil analisis dalam penelitian ini.

Kendala Utama Program Pengembangan

Berdasarkan survei lapang dan diskusi intensif dengan pakar teridentifikasi sejumlah 9 sub elemen kendala utama pengembangan agroindustri sebagai berikut: 1 Petani sama sekali belum berpengalaman mengelola agroindustri (K1)

2 Petani tidak mempunyai jaminan cukup untuk meminjam dana perbankan (K2) 3 Ketidakkonsistenan petani pekebun dalam menjaga produksi dan mutu buah

sawit (K3)

4 Kelembagaan petani yang masih kurang berdaya (K4) 5 Petani tidak mempunyai dana yang cukup banyak (K5) 6 Kemampuan petani mengelola agroindustri lemah (K6)

7 Petani kurang berdaya dalam proses penetapan harga TBS saat ini (K7) 8 Kurangnya pembinaan terhadap petani pekebun (K8)

9 Lemahnya koordinasi antar pihak terkait (K9)

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teknik ISM, maka elemen kendala utama program pengembangan agroindustri dapat digambarkan dalam bentuk hierarki dan dibagi dalam empat sektor. Hasil matrik reachability dan interpretasinya disajikan dalam Tabel 29.

Tabel 29 Matriks reachability final elemen kendala Sub elemen kendala Sub elemen kendala K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 DP R K1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 2 4 K2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 K3 1 0 1 0 0 1 1 0 0 4 3 K4 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 K5 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 K6 1 0 0 0 0 1 0 0 0 2 4 K7 1 0 1 0 0 1 1 0 0 4 3 K8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 K9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 D 9 5 7 5 5 9 7 2 2 Keterangan: D = Dependence (ketergantungan), DP = Driver Power (kekuatan penggerak), R = Peringkat driver power.

Tabel 29 tersebut menunjukkan bahwa yang menjadi sub elemen kunci pada elemen kendala dalam pengembangan agroindustri adalah kurangnya pembinaan terhadap petani pekebun (K8) dan lemahnya koordinasi antar pihak terkait (K9). Kedua sub elemen inilah yang merupakan sub elemen yang perlu

mendapatkan perhatian utama dalam pengembangan agroindustri agar keberhasilan program dapat tercapai.

Dengan teratasinya sub elemen kendala utama yang merupakan elemen kunci dalam pengembangan agroindustri tersebut maka akan mendorong teratasinya sub elemen kendala yang lainnya. Berdasarkan pemisahan tingkat pada matriks reachability, maka dapat dilakukan penetapan hierarki melalui ranking dengan merujuk pada aspek driver power. Diagram model struktur dari elemen kendala pengembangan agroindustri dapat dilihat pada Gambar 17. Struktur hierarki menunjukkan hubungan langsung dan kedudukan relatif antar sub elemen kendala pengembangan. Belum teratasinya sub elemen kendala pengembangan akan menyebabkan masih adanya sub elemen kendala pengembangan pada hierarki diatasnya.

Petani belum berpengalaman mengelola agroindustri Kemampuan petani mengelola agroindustri lemah Ketidakkonsistenan pekebun dalam menjaga produksi dan mutu buah sawit

Petani kurang berdaya dalam proses penetapan harga TBS saat ini

Petani tidak mempunyai dana yang cukup banyak Petani tidak mempunyai jaminan cukup untuk meminjam dana Kelembagaan petani yang masih

kurang berdaya Kurangnya pembinaan terhadap petani pekebun Lemahnya koordinasi antar pihak terkait

Gambar 17 Struktur hierarki antar sub elemen kendala utama pengembangan. Gambar 17 menunjukkan bahwa pada elemen kendala pengembangan, sub elemen kurangnya pembinaan terhadap petani pekebun (K8) dan lemahnya

koordinasi antar pihak terkait (K9) akan menyebabkan masih adanya sub elemen kendala yang lain yaitu petani tidak mempunyai jaminan cukup untuk meminjam dana perbankan (K2), kelembagaan petani yang masih kurang berdaya (K4), dan petani tidak mempunyai dana yang cukup banyak (K5). Selanjutnya ketiga sub elemen kendala ini secara bersama-sama juga akan menyebabkan masih adanya sub elemen kendala yang lain yaitu ketidakkonsistenan petani pekebun dalam menjaga produksi dan mutu buah sawit (K3) dan petani kurang berdaya dalam proses penetapan harga TBS saat ini (K7). Pada akhirnya bila kendala-kendala tersebut belum teratasi maka akan menyebabkan masih adanya sub elemen kendala yang berada pada hirarki di atasnya yaitu petani sama sekali belum berpengalaman mengelola agroindustri (K1) dan kemampuan petani mengelola agroindustri lemah (K6).

Hasil strukturisasi terhadap elemen kendala sangat bersesuaian dengan hasil strukturisasi terhadap elemen kebutuhan. Bahwa kendala kunci dalam pengembangan agroindustri yaitu kurangnya pembinaan terhadap petani pekebun dan lemahnya koordinasi antar pihak terkait seharusnya akan mudah diselesaikan permasalahannya apabila elemen kebutuhan kunci yang terkait dengan pihak Pemda, yang telah dibahas pada bagian terdahulu, dipenuhi. Inisiatif untuk memperkecil bahkan menghilangkan kendala ini harus datang dari pihak Pemda, sebagai penyelenggara pemerintahan di daerah. Pemda harus mengoptimalkan penggunaan sumber dayanya untuk semaksimal mungkin mengatasi kendala kunci dalam pengembangan agroindustri.

Berdasarkan matriks driver power dan dependence maka sub elemen kendala program pengembangan dapat dikelompokkan ke dalam empat sektor sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 18. Sektor I merupakan sektor autonomous, sektor II merupakan sektor dependent, sektor III merupakan sektor linkage dan sektor IV merupakan sektor independent.

Hasil klasifikasi sub elemen kendala pada elemen kendala pengembangan menunjukkan bahwa sub elemen kendala kurangnya pembinaan terhadap petani pekebun (K8) dan sub elemen kendala lemahnya koordinasi antar pihak terkait (K9) tergolong dalam kelompok dependent, hal ini menunjukkan bahwa kendala ini mempunyai kekuatan penggerak besar namun tidak terlalu tergantung pada sistem.

0

Gambar 18 Matriks driver power-dependence elemen kendala utama.

Oleh karena itu kedua sub elemen kendala ini harus paling cepat ditangani supaya peluang keberhasilan program makin besar.

Sub elemen kendala petani tidak mempunyai jaminan cukup untuk meminjam dana perbankan (K2), kelembagaan petani yang masih kurang berdaya (K4), dan petani tidak mempunyai dana yang cukup banyak (K5) merupakan kendala yang harus dikaji dengan hati-hati karena berada dalam sektor linkage. Ketiga sub elemen kendala ini mempunyai kekuatan penggerak cukup besar tetapi sedikit mempunyai ketergantungan pada sistem. Apabila ketiga sub elemen kendala tersebut telah teratasi maka sub elemen kendala lainnya yaitu ketidakkonsistenan petani pekebun dalam menjaga produksi dan mutu buah sawit (K3), petani kurang berdaya dalam proses penetapan harga TBS saat ini (K7), petani sama sekali belum berpengalaman mengelola agroindustri (K1), dan kemampuan petani mengelola agroindustri lemah (K6) yang berada pada sektor independent akan lebih mudah teratasi.

Tujuan Program Pengembangan

Berdasarkan survei lapang dan diskusi intensif dengan pakar teridentifikasi sejumlah 12 sub elemen tujuan pengembangan agroindustri sebagai berikut:

1 Mewujudkan kelembagaan yang kuat (T1)

K-1, K-6 D R I V E R P O W E R DEPENDENCE K-2, K-4, K-5 K-3, K-7 Linkage Independent Dependent Autonomous K-8, K-9 1 2 8 7 6 4 5 3 3 4 5 6 7 8 9 1 2 9

2. Meningkatkan produktivitas kebun sawit (T2) 3 Meningkatkan kegiatan perekonomian daerah (T3)

4 Mewujudkan agroindustri berlandaskan kebersamaan (T4)

5 Meningkatkan peran petani pekebun dalam kepemilikan agroindustri (T5) 6 Mengoptimalkan harga TBS (T6)

7 Meningkatkan pendapatan asli daerah (T7)

8 Meningkatkan kemampuan petani pekebun untuk mengakses dana perbankan (T8)

9 Meningkatkan pendapatan petani pekebun (T9) 10 Mewujudkan agroindustri yang berkelanjutan (T10) 11 Memperluas lapangan kerja (T11)

12 Meningkatkan mutu TBS (T12)

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teknik ISM, maka elemen tujuan program pengembangan agroindustri dapat digambarkan dalam bentuk hierarki dan dibagi dalam empat sektor. Hasil matrik reachability dan interpretasinya disajikan dalam Tabel 30.

Tabel 30 Matriks reachability final elemen tujuan Sub elemen tujuan Sub elemen tujuan T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 T12 DP R T1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 7 3 T2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 T3 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3 5 T4 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 7 3 T5 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 7 3 T6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 T7 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3 5 T8 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 9 2 T9 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 9 2 T10 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 4 4 T11 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3 5 T12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 D 8 3 12 8 8 3 12 5 5 9 12 3 Keterangan: D = Dependence (ketergantungan), DP = Driver Power (kekuatan penggerak), R = Peringkat driver power.

Tabel 30 tersebut menunjukkan bahwa yang menjadi sub elemen kunci pada elemen tujuan pengembangan agroindustri adalah meningkatkan produktivitas kebun sawit (T2), mengoptimalkan harga TBS (T6), dan meningkatkan mutu TBS (T12). Ketiga sub elemen ini harus diupayakan semaksimal mungkin supaya dapat dicapai terlebih dahulu karena ketiga sub elemen ini akan mendorong tercapainya sub elemen tujuan pengembangan yang lainnya.

Berdasarkan pemisahan tingkat pada matriks reachability, maka dapat dilakukan penetapan hierarki melalui ranking dengan merujuk pada aspek driver

power. Diagram model struktur dari elemen tujuan pengembangan agroindustri

dapat dilihat pada Gambar 19. Struktur hierarki menunjukkan hubungan langsung dan kedudukan relatif antar sub elemen tujuan pengembangan. Belum tercapainya sub elemen tujuan pengembangan akan menyebabkan belum tercapainya sub elemen tujuan pengembangan pada hierarki diatasnya.

Gambar 19 menunjukkan bahwa sub elemen meningkatkan produktivitas kebun sawit (T2), mengoptimalkan harga TBS (T6), dan meningkatkan mutu TBS (T12) merupakan tujuan pengembangan yang akan memberikan kontribusi tercapainya sub elemen tujuan pengembangan yang lain yaitu meningkatkan kemampuan petani pekebun untuk mengakses dana perbankan (T8) dan meningkatkan pendapatan petani pekebun (T9). Selanjutnya kedua sub elemen ini akan memberikan kontribusi tercapainya sub elemen tujuan pengembangan yang lain yaitu mewujudkan kelembagaan yang kuat (T1), mewujudkan agroindustri berlandaskan kebersamaan (T4), dan meningkatkan peran petani pekebun dalam kepemilikan agroindustri (T5). Bilamana ketiga tujuan ini telah dapat dicapai maka dimungkinkan untuk mencapai sub elemen tujuan mewujudkan agroindustri yang berkelanjutan (T10). Tercapainya tujuan pada lapis kesatu sampai dengan lapis keempat akan mendorong tercapainya sub elemen tujuan lapis kelima yaitu meningkatkan kegiatan perekonomian daerah (T3), meningkatkan pendapatan asli daerah (T7), dan memperluas lapangan kerja (T11).

Berdasarkan matriks driver power dan dependence maka sub elemen tujuan program pengembangan dapat dikelompokkan ke dalam empat sektor sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 20. Sektor I merupakan sektor autonomous, sektor II

Memperluas lapangan kerja Meningkatkan kegiatan perekonomian daerah Meningkatkan pendapatan asli daerah Meningkatkan peran petani pekebun dalam kepemilikan agroindustri Mewujudkan kelembagaan yang kuat Mewujudkan agroindustri berlandaskan kebersamaan Mewujudkan agroindustri yang berkelanjutan Meningkatkan mutu TBS Meningkatkan produktivitas kebun sawit Mengoptimalkan harga TBS Meningkatkan kemampuan petani pekebun untuk mengakses dana Meningkatkan pendapatan petani pekebun

Gambar 19 Struktur hierarki antar sub elemen tujuan pengembangan.

merupakan sektor dependent, sektor III merupakan sektor linkage dan sektor IV merupakan sektor independent.

Hasil klasifikasi sub elemen pada elemen tujuan pengembangan menunjukkan bahwa sub elemen meningkatkan produktivitas kebun sawit (T2), mengoptimalkan harga TBS (T6), meningkatkan mutu TBS (T12), meningkatkan kemampuan petani pekebun untuk mengakses dana perbankan (T8), dan meningkatkan pendapatan petani pekebun (T9) tergolong ke dalam kelompok independent yang berarti mempunyai kekuatan penggerak terhadap keberhasilan program, tetapi tidak tergantung dengan sistem. Di antara kelima sub elemen tersebut, terdapat tiga sub elemen yang paling tinggi kekuatan penggeraknya terhadap keberhasilan program sekaligus yang paling kecil ketergantungannya

terhadap sistem adalah sub elemen meningkatkan produktivitas kebun sawit (T2), mengoptimalkan harga TBS (T6), meningkatkan mutu TBS (T12). Sementara sub elemen mewujudkan kelembagaan yang kuat (T1), mewujudkan agroindustri berlandaskan kebersamaan (T4), dan meningkatkan peran petani pekebun dalam kepemilikan agroindustri (T5), terkelompokkan pada sektor III, yang berarti cukup mempunyai kekuatan penggerak terhadap keberhasilan program namun ketergantungannya terhadap sistem sudah cukup nyata. Analisis lebih lanjut menyatakan bahwa sub elemen tujuan meningkatkan kegiatan perekonomian daerah (T3), meningkatkan pendapatan asli daerah (T7), mewujudkan agroindustri yang berkelanjutan (T10), dan memperluas lapangan kerja (T11), memiliki tingkat ketergantungan terhadap sistem besar sekali.

0

Gambar 20 Matriks driver power-dependence elemen tujuan pengembangan. Berdasarkan matriks driver power dan dependence maka dapat disimpulkan bahwa meskipun yang termasuk dalam sub elemen kunci hanyalah sub elemen meningkatkan produktivitas kebun sawit (T2), mengoptimalkan harga TBS

DEPENDENCE D R I V E R P O W E R T-10 T-3, T-7, T-11 Linkage Independent Dependent Autonomous T-1, T-4, T-5 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 T-2, T-6, T-12 T-8, T-9

(T6), dan meningkatkan mutu TBS (T12) namun sub elemen pada hirarki berikutnya yaitu meningkatkan kemampuan petani pekebun untuk mengakses dana perbankan (T8), dan meningkatkan pendapatan petani pekebun (T9) juga harus mendapat perhatian tinggi karena kelimanya mempunyai kekuatan penggerak yang cukup nyata terhadap keberhasilan program.

Berdasarkan hasil analisis ini dapat dikatakan bahwa tujuan pengembangan agroindustri pada akhirnya akan bermuara pada salah satu tujuan pembangunan yang dijalankan pemerintah, dalam hal ini Pemda, yaitu tujuan pembangunan di bidang ekonomi. Dalam penelitian ini distrukturkan pada tujuan lapis kelima yaitu meningkatkan kegiatan perekonomian daerah, meningkatkan pendapatan asli daerah, dan memperluas lapangan kerja. Sedangkan pada lingkup terkecil yang disentuh pada penelitian ini, yaitu lingkup perkebunan dengan fokus pelaku petani pekebun, tujuan pengembangan agroindustri lapis pertama yang terlebih dahulu harus dicapai adalah meningkatkan produktivitas kebun sawit, mengoptimalkan harga TBS, dan meningkatkan mutu TBS. Kedua tujuan tersebut yaitu meningkatkan produktivitas kebun sawit dan meningkatkan mutu TBS merupakan tujuan yang berkaitan langsung dengan kompetensi inti petani pekebun dalam pengelolaan kebunnya. Keandalan, kedisiplinan, keprofesionalan dan kelemahan petani pekebun dalam mengelola kebun akan segera dapat diketahui dengan melihat tingkat produktivitas kebun dan mutu TBS yang dikirim oleh petani pekebun ke pabrik kelapa sawit (PKS).

Tolok Ukur Keberhasilan Program Pengembangan

Berdasarkan survei lapang dan diskusi intensif dengan pakar teridentifikasi sejumlah 10 sub elemen tolok ukur pengembangan agroindustri sebagai berikut: 1 Meningkatnya agroindustri berbasis pemberdayaan petani pekebun (U1) 2 Meningkatnya jumlah investor yang bersedia bermitra dengan petani pekebun

(U2)

3 Meningkatnya jumlah lembaga petani pekebun yang berdaya yang siap bermitra dengan investor (U3)

4 Meningkatnya jumlah lapangan kerja (U4)

6 Meningkatnya pendapatan asli daerah (U6) 7 Meningkatnya pendapatan petani pekebun (U7)

8 Meningkatnya jumlah kredit yang disalurkan untuk kegiatan agroindustri (U8) 9 Meningkatnya produktivitas kebun (U9)

10 Meningkatnya mutu TBS (U10)

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teknik ISM, maka elemen tolok ukur keberhasilan program pengembangan agroindustri dapat digambarkan dalam bentuk hierarki dan dibagi dalam empat sektor. Hasil matrik reachability

dan interpretasinya disajikan dalam Tabel 31.

Tabel 31 Matriks reachability final elemen tolok ukur keberhasilan Sub elemen tolok ukur

Sub elemen tolok ukur U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 DP R U1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 5 4 U2 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 7 3 U3 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 7 3 U4 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 3 5 U5 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 3 5 U6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 6 U7 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 2 U8 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 5 4 U9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 U10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 D 7 5 5 9 9 10 3 7 2 2 Keterangan: D = Dependence (ketergantungan), DP = Driver Power (kekuatan penggerak), R = Peringkat driver power.

Tabel 31 tersebut menunjukkan bahwa yang menjadi sub elemen kunci pada elemen tolok ukur keberhasilan pengembangan agroindustri adalah meningkatnya produktivitas kebun (U9) dan meningkatnya mutu TBS (U10). Ketiga sub elemen ini harus diupayakan semaksimal mungkin supaya dapat dicapai terlebih dahulu karena ketiga sub elemen ini akan mendorong terwujudnya sub elemen tolok ukur pengembangan yang lainnya.

Berdasarkan pemisahan tingkat pada matriks reachability, maka dapat dilakukan penetapan hierarki melalui ranking dengan merujuk pada aspek driver

power. Diagram model struktur dari elemen tolok ukur pengembangan

agroindustri dapat dilihat pada Gambar 21. Struktur hierarki menunjukkan hubungan langsung dan kedudukan relatif antar sub elemen tolok ukur keberhasilan pengembangan. Belum terwujudnya sub elemen tolok ukur pengembangan akan

Dokumen terkait