• Tidak ada hasil yang ditemukan

Media dikelompokkan menjadi beberapa macam jenis, salah satunya media berbasis cetakan.

Menurut Asyhar (2011 : 154)

Media berbasis cetakan adalah media yang paling tua dan paling banyak digunakan. Hal ini disebabkan karena praktis dalam penggunaannya. Salah satu diantara media berbasis cetakan yaitu Modul Ajar.

Media berbasis cetakan merupakan media yang sudah secara umum digunakan karena praktis digunakan dalam proses pembelajaran. Media berbasis cetakan pula dapat digunakan secara mandiri oleh siswa. Dapat disimpulkan bahwa media berbasis cetakan merupakan salah satu media pembelajaran yang efektif dan dapat digunakan secara mandiri guna mengukur kemampuan ataupun pengetahuan siswa.

Pembuatan modul didasarkan pada analisis kebutuhan. Hal ini mengacu pada kurikulum dan siswa. Berbeda dengan pengembangan media audio atau

19

visual. Dimana pembuatan naskah modul sesungguhnya draft media itu sendiri dan tidak memerlukan skenario karena dalam penyusunannya dipegang oleh penulis (Asyhar: 2011).

Arsyad (2007: 90) menyatakan bahwa petunjuk yang dapat membantu menyiapkan media berbasis teks yang interaktif yaitu:

1. Menyajikan informasi dalam jumlah yang selayaknya, dapat dicerna, diproses, dan dikuasai.

2. Mempertimbangkan hasil pengamatan dan analisis kebutuhan siswa dan siapkan latihan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.

3. Mempertimbangkan hasil analisis respons siswa.

4. Menyiapkan kesempatan bagi siswa untuk dapat belajar sesuai kemampuan dan kecepatan mereka, keberhasilan penyajian materi dengan media berbasis teks sangat ditentukan oleh kesempatan siswa belajar berdasarkan kemampuannya.

5. Menggunakan beragam jenis latihan dan evaluasi

Media berbasis cetakan yang interaktif dapat dilihat dari kelima penyajian diatas dapat dikembangkan menjadi sebuah media pembelajaran berbasis cetakan sehingga dapat diajarkan dan dilatihkan kepada siswa untuk dapat memperoleh pengetahuan.

Dalam Arsyad (2007: 91) beberapa cara yang dapat digunakan untuk menarik perhatian pada media berbasis teks adalah:

1. Warna digunakan sebagai alat penuntun dan penarik perhatian kepada informasi yang penting, misalnya kata kunci dapat diberi tekanan dengan cetakan warna merah.

2. Huruf yang dicetak tebal atau dicetak miring memberikan penekanan pada kata-kata kunci atau judul.

3. Informasi penting dapat pula diberi tekanan dengan menggunakan kotak.

20

4. Penggunaan garis bawah sebagai alat penuntun sedapat mungkin dihindari karena membuat kata itu sulit dibaca.

Berdasarkan kutipan Arsyad (2007: 91) di atas, penulis menyimpulkan bahwa penggunaan warna, huruf dapat berpengaruh dalam menarik siswa dalam mempelajari media berbasis cetakan.

Bukan hanya warna dan huruf yang dapat berpengaruh, namun penggunaan gambar dan informasi juga sangat berpengaruh dalam meningkatkan minat baca.dan memotivasi siswa untuk belajar.

D. Modul

Pendidik di dunia pendidikan kini membutuhkan suatu bahan ajar yang dapat mempermudah pendidik menyampaikan materi, memberikan informasi yang menarik dan menyenangkan sehingga meningkatkan minat dan motivasi siswa. Bahan ajar terdiri dari berbagai jenis. Salah satunya adalah modul.

Menurut Sanjaya (2008: 155) Modul adalah satu kesatuan program yang lengkap, sehingga dapat dipelajari oleh peserta didik secara individual. Hal yang hampir sama juga dikemukakan oleh Nasution (2006: 205) yang menyatakan bahwa

Modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.

Sebuah modul disusun atas suatu unit yang dapat digunakan secara mandiri, yang disajikan kegiatan belajar untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan belajar siswa yaitu ketuntasan hasil belajar.

21

Sedangkan menurut Mulyasa (2003: 43)

Pada umumnya sebuah modul sudah mencakup seluruh kegiatan belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik, sehingga guru tidak lagi menjadi unsur pokok didalam mempelajari kompetensi.

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa modul adalah suatu bentuk bahan ajar yang disajikan secara sistematis dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh siswa sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengetahuan, sehingga siswa dapat belajar secara mandiri baik dengan bantuan guru ataupun mandiri sehingga terjadi proses interaksi yang efektif, menarik dan menyenangkan.

Menurut Hadisusanto Dalam Yuniar (2011: 12)

modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisikan materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.

Pembuatan modul bukan hanya bertujuan sebagai bahan ajar mandiri, melainkan juga bertujuan agar siswa termotivasi untuk mandiri dan kreatif, serta menumbuhkan minat baca.

1. Fungsi, tujuan dan manfaat modul

Penyusunan modul memiliki peranan penting dalam pembelajaran. Peranan penting ini meliputi fungsi, tujuan dan kegunaan dari modul. Menurut Prastowo (2011: 107-108) modul memiliki fungsi sebagai berikut:

22

1) Bahan ajar mandiri. Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar sendiri tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik.

2) Pengganti fungsi pendidik.

3) Sebagai alat evaluasi. Dengan modul, peserta didik dituntut untuk dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat

penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari.

4) Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik. Modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta didik. Keempat fungsi di atas, diharapkan siswa dapat memperolehnya. Tidak hanya dijadikan sebagai bahan mandiri, modul pula dapat digunakan sebagai alat bantu guru dan pengganti guru, sebagai alat evaluasi hasil belajar siswa terhadap penguasaan materi yang tersedia dalam modul.

Tujuan utama sistem modul menurut Mulyasa (2003: 44) adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal.

Menurut Nasution (2006: 206) modul yang disusun dengan baik dapat memberikan banyak keuntungan atau manfaat bagi siswa diantaranya adalah:

1) Modul memberikanfeedbackyang banyak dan segera sehingga siswa dapat mengetahui taraf hasil belajarnya. Kesalahan segera dapat diperbaiki dan tidak dibiarkan begitu saja,

2) Dengan penguasaan tuntas, sepenuhnya ia memperoleh dasar yang lebih mantap untuk menghadapi pelajaran baru

3) Modul disusun secara jelas, spesifik dan dapat dicapai oleh siswa. Dengan tujuan yang jelas peserta didik dapat terarah untuk mencapai dengan segera

4) Pembelajaran yang membimbing siswa untuk mencapai sukses melalui langkah-langkah yang teratur tentu akan menimbulkan motivasi yang kuat untuk berusaha segiat-giatnya.

5) Modul bersifat fleksibel, yang dapat disesuaikan dengan perbedaan siswa antara lain mengenai kecepatan belajar, cara belajar dan bahan pengajaran dan lain-lain.

23

Berdasarkan kutipan Nasution (2006: 206) di atas, penulis berpendapat mengenai pengertian modul bahwa modul merupakan bahan ajar mandiri yang memiliki manfaat yang dapat memberikan latihan dan evaluasi sebagai alat yang dapat mengukur kemampuan siswa dan kesalahannya dapat langsung diperbaiki, tersusun materi yang menuntun siswa untuk penguasaan tuntas sesuai kecepatan belajar.

2. Pengembangan Modul

Hal awal yang harus diketahui dan pahami dalam membuat suatu modul adalah unsur-unsur dari modul. Pembuatan modul yang inovatif

dibutuhkan cara penyusunan yang dapat mengembangkan modul menjadi menarik dan menyenangkan sehingga memotivasi peserta didik untuk belajar dan menumbuhkan minat siswa. Menurut Prastowo (2011: 118) mengemukakan empat tahapan langkah-langkah penyusunan modul yang harus dilalui yaitu:

1) Analisis kurikulum 2) Menentukan judul modul 3) Pemberian kode modul

Kode modul adalah angka yang diberikan makna. Contoh : digit pertama, angka satu (1) berarti IPA, angka (2) berabrti IPS, angka (3) berarti Bahasa dan seterusnya. Selanjutnya digit kedua merupakan kelompok utama kajian, aktivitas,atau spesialisasi pada jurusan yang bersangkutan. Misalnya untuk jurusan IPA angka 1(satu) pada digit kedua berarti fisika, angka (2) berarti kimia, angka 3 berarti Biologi dan seterusnya.

4) Penulisan Modul

4.1 Perumusan Kompetensi yang harus dikuasai 4.2 Penentuan alat evaluasi atau penilaian 4.3 Penyusunan materi

24

4.5 Strutur bahan ajar (modul)

Keempat langkah di atas, digunakan dalam penyusunan modul. Penentuan judul diperoleh dari analisis kurikulum sehingga Asyhar (2011: 155) menyatakan bahwa

Modul yang dikembangkan harus mampu meningkatkan motivasi peserta didik dan efektif dalam mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.

Prastowo (2011: 141) mengelompokkan penyusunan modul menjadi tiga yaitu sebelum materi dimulai, saat materi dimulai dan setelah pemberian materi. Prastowo (2011: 141) menyatakan bahwa salah satu contoh format modul yang dikembangkan dengan memperlihatkan kebutuhan pembaca akan keteraturan strukturnya yaitu dapat dilihat pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Format Modul

Sebelum mulai materi Saat pemberian materi Setelah pemberian materi 1. Judul 2. Kata pengantar 3. Daftar isi 4. Latar belakang 5. Deskripsi singkat 6. Standar kompetensi 7. Peta konsep 8. Manfaat 9. Tujuan pembelajaran 10. Petunjuk penggunaan modul 11. Kompetensi dasar 12. Materi pokok 13. Uraian materi 14. Heading 15. Ringkasan

16. Latihan atau tugas

17. Tes mandiri 18. Post test 19. Tindak lanjut 20. Harapan 21. Glosarium 22. Daftar pustaka 23. Kunci jawaban

Berdasarkan pendapat Prastowo (2011: 141) di atas, Penyusunan yang dilakukan penulis yaitu dengan analisis terlebih dahulu baik analisis kebutuhan dan analisis kurikulum, penulisan judul dan kode, penulisan modul yang sesuai dengan format modul pengembangan.

26

III. METODE PENELITIAN

Dokumen terkait